Anda di halaman 1dari 27

I.

Judul Percobaan : Alumunium


II. Tanggal Percobaan : Selasa, 16 April 2019 pukul 09.30 WIB
III. Selesai Percobaan : Selasa, 16 April 2019 pukul 12.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan : Mengetahui sifat-sifat alumunium dan senyawanya
V. Dasar Teori :
Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani
dan Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan
penajam proses pewarnaan. Pada tahun 1787, Lavoisier menebak bahwa unsur ini
adalah Oksida logam yang belum ditemukan. Pada tahun 1761, de Morveau
mengajukan nama alumine untuk basa alum. Pada tahun 1827, Wohler disebut
sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi logam ini. Pada tahun 1807, Davy
memberikan proposal untuk menamakan logam ini Aluminum, walau pada akhirnya
setuju untuk menggantinya dengan Aluminium. Nama yang terakhir ini sama dengan
nama banyak unsur lainnya yang berakhir dengan “ium”(Callister, 2007).
Aluminium dalam sistem periodik merupakan unsur periode ketiga dan berada
pada golongan 13. Atom aluminium memiliki konfigurasi elektron terluar 3s2 3p1
dengan energi ionisasi pertama 577 kJ/mol, energi ionisasi kedua 1820 Kj/mol dan
energi ionisasi ketiga 2740 kJ/mol. Dari konfigurasi elektronnya, terlihat bahwa atom
ini dapat bergabung dengan cara melepaskan elektron valensinya, namun aluminium
lebih cenderung memiliki ikatan kovalen karena memiliki keelektronegatifan yang
cukup besar (Cotton, 1999).

Gambar 1. Aluminium
Alumunium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang
baik dan hantaran listrik yang baik sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam.
Sebagai tambahan terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan
penambahan Cu,Mg, Si, Mn, Zn, Ni dsb. Secara satu persatu atau bersama-sama,
memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus,
koefisien pemuaian rendah. Material ini dipergunakan didalam bidang yang luas
bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk keperluan material
pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi (Cotton, 1999). Aluminium dan
senyawanya memiliki aplikasi yang sangat luas dan logam Aluminium diproduksi
secara komersial dalam skala besar. Mineral Aluminium yang penting adalah bijih
bauksit yang memiliki rumus formula antara Al2O3.H2O dan Al2O3.H2O. Aluminium
juga terdapat dalam bentuk mineral aluminosilikat yaitu feldspar dan mica.
Aluminium murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak
karakteristik yang diinginkan. Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam),
nonmagnetik dan tidak memercik. Aluminium sangat lunak dan kurang keras.
Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial
reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah
unsur ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur
bebas. Walaupun senyawa aluminium ditemukan paling banyak di alam, selama
bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang ekonomis untuk memperoleh logam
aluminium dari senyawanya (Achmad, 2001).
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa, bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 659oC. Bila terkena udara objek-objek aluminium
teroksidasi pada permukaannnya, tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari
oksida lebih lanjut. Asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini.
Pelarutan lebih lambat dengan asam sulfat encer atau asam nitrat encer:
2Al + 6H+ → 2Al3++ 3H2↑
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium (II)
Klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium. Dengan
hidroksida alkali, akan terbentuk larutan tetrahidroksoaluminat (Svehla, 1990).
Aluminium (Al) mempunyai massa atom 27 (hanya ada satu isotop natural),
nomor atom 13, densitas 2,79 g/cm, titik lebur 660,4 ℃, dan titik didih 2467 ℃.
Aluminium adalah logam berwarna putih silver. Memiliki potensi redoks -1,66 V,
bilangan oksidasi +3, dan jari-jari atom yang kecil yaitu 57 pm untuk stabilitas dari
senyawa aluminium. Aluminium adalah logam hidrolisis kuat dan umumnya tidak
larut dalam keadaan pH netral antara (6,0 – 8,0), dibawah asam (pH < 6,0) atau alkali
(pH > 8,0), dan dalam larutan anorganik atau ligan organik. kelarutan Al3+ meningkat.
Reaksi jenis ini meningkatkan jumlah Al3+ dalam keadaan encer. Berikut ion yang
dibentuk dalam larutan aluminium hidroksida pada pH dibawah 5,5 : Al(OH)2+ ,
Al(OH)2+ dan Al3+. Aluminium tidak stabil dalam proses oksidasi. Dalam keadaan
berhubungan dengan udara aluminium membentuk lapisan tipis oksida di atas
permukaan serta membentuk lapisan pelindung yang tahan terhadap korosi.
Aluminium oksida membentuk dua bentuk isomer α–Al2O3 dan γ– Al2O3
(Seiler,1994).
Sifat Alumunium
Adapun sifat-sifat dari alumunium antara lain adalah ringan, tahan korosi,
penghantar panas dan listrik yang baik. Sifat tahan korosi pada alumunium diperoleh
karena terbentuknya lapisan oksida alumunium pada permukaan alumunium.
Kekuatan dan kekerasan alumunium tidak begitu tinggi dengan paduan dan
pemanasan. Alumunium komersil selalu mengandung ketidakmurnian kurang lebih
0,8%, biasanya berupa besi, silikon, tembaga, dan magnesium. Sifat lain yang
menguntungkan dari alumunium adalah sangat mudah difabrikasi, dapat dituang
(dicor) dengan cara penuangan apapun dapat deforming dengan cara rolling, drewing,
forging, extrasi dll. (Sugiarto, 2001)
Penambahan ion hidroksida pada ion Al menghasilkan endapan gelatin
alumunium hidroksida, kemudian larut lagi dalam hidroksida berlebih menghasilkan
ion aluminat, ini berarti ion alumunium larut pada pH rendah dan tinggi, tetapi tidak
larut pada kondisi netral. (Abdul, 2002)
Beberapa reaksi kimia (sifat kimia) aluminium :
1. Mudah terbakar dalam nyala api dan menghasilkan panas reaksi yang tinggi.
2Al + 3/2O2 → Al2O3 + 399 kkal
Sifat ini digunakan sebagai dasar untuk mereduksi beberapa sulfida dan oksida.
Contoh :
2Al + Fe2O3 → 2Fe + Al2O3 + 199 kkal
Proses ini disebut aluminothermi atau proses thermit.
2. Bereaksi dengan asam menghasilkan gas hydrogen.
2Al(s) + 6H+(aq) → 2Al3+(aq) + 3H2(g)
3. Bereaksi dengan basa kuat terutama basa alkali menghasilkan gas H2.
Reaksinya :
2Al(s) + 2 OH-(aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)4- + 3H2(g)
Dengan udara logam ini membentuk lapisan oksida yang kuat pada
permukaannya yang dapat melindungi logam dari oksida lebih lanjut. Karenanya
logam ini dikatakan bersifat tahan karat (korosi) dan digunakan untuk melapisi logam
lain agar tahan karat (Svehla, 1900).
Beberapa senyawa alumunium
1. Aluminium oksida (Al2O3)
Aluminium oksida dengan asam klorida menghasilkan reaksi yang
baik,akantetapi dengan asam nitrat tidak bereaksi karena kuatnya ikatan Al-O.
Kalor pembentukan aluminium oksida Al2O3 juga besar, 399 kkal. Karena itu
aluminium dapat dipakai untuk mereduksi oksida-oksida logam lain. Besi (III)
oksida dapat direduksi oleh aluminium dengan membebaskan banyak kalor :
2Al(s) + 3/2 O2(g) → Al2O3 + 399 kkal
Fe2O3(s) → 2 Fe(p) + 3/2 O2(g) - 197 kkal
2Al (s) + Fe2O3 → 2 Fe (s) + Al2O3(g) + 202 kkal
Kalor yang dibebaskan cukup banyak untuk melebur hasil – hasil
reaksinya, besi dan aluminium oksida. Reaksi ini bias menghasilkan suhu sampai
3000 °C. Reaksi termit ini dipakai untuk mengelas besi dan bom bakar. Oleh
karena stabilitasnya aluminium oksida, logam ini dapat dipakai untuk mereduksi
oksida – oksida logam lainnya, misalnya magnesium oksida dan manganoksida.
Reduksi dengan karbon atau hidrogen menghasilkan logam – logam yang
tercampur dengan karbida dan hidrida. Karenanya, kadang – kadang aluminium
digunakan untuk mereduksi.

2. Aluminium Klorida (AlCl3)


Dalam rumus AlCl3 orbital 3s dan 3p dari atom Al terhibridisasi. Tiga dari
orbital hibrid ini diisi pasangan elektron (masing-masing satu elektron dari tiga
atom klor dan tiga dari atom Al), orbital keempat kosong, karena itu senyawa ini
dapat bersifat sebagai asam Lewis.
Pada dimer Al2Cl6 atom Al dalam unit AlCl3 memperoleh oktet dengan memakai
bersama satu pasang elektron yang disumbangkan oleh atom Cl dari unit
AlCl3lainnya. AlCl6 dapat berdisosiasi menjadi AlCl3.
AlCl6 → 2 AlCl3
Aluminium klorida dalam air akan terhidrolisis menurut reaksi:
Al3+(aq) + 3 H2O(l) → Al(OH)3(s) + 3H+ (aq)

3. Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3)


Halida nitrat dan sulfatnya larut dalam air, larutan air, larutan ini
memperlihatkan reaksi asam karena hidrolisis. Aluminium sulfat dapat dibuat
hanya dalam keadaan padat saja, dalam air terhidrolisis dan membentuk Al(OH)2
[ CITATION Sug01 \l 1057 ] . Aluminium sulfat digunakan dalam industri kertas dan
karton. Kegunaan lain adalah sebagai pengolahan cair dan penjernihan air
minum. Larutan berair yang mengandung jumlah molar yang sama dari
Al2(SO4)3 dan K2SO4 mengkristal sebagai kalium aluminium sulfat dengan rumus
KAl(SO4)2.12 H2O. Garam ini dikenal dengan alum atau tawas.

4. Aluminium Hidrida (AlH3)


Aluminium hidrida atau AlH3 bersifat sebagai asam Lewis.
AlH3 + H+ → AlH4+
Salah satu senyawa yang penting dan banyak digunakan sebagai reduksi agen
adalah LiAlH4. Senyawa ini dalam air akan terhidrolisis menurut reaksi:
AlH4+ + 4H2O → Al(OH)3 + 4H2 + OH-
Larutan garam – garam aluminium seperti AlCl3 atau Al2(SO4)3bersifat asam
karena hidrolisa :
Al3+ + H2O → AlOH2+ + H+
Pada penambahan alkali,akan terbentuk endapan putih :
Al3+ + 3OH- → Al(OH)3
atau
3+
Al(H2O)6 + 3OH → Al(OH)3(H2O)3 + 3H2O
Penambahan garam sulfida atau karbonat juga memberikan endapan Al(OH)3
oleh karena larutan garam – garam tersebut bersifat basa. Endapan Al(OH) 3 akan
larut dengan pengambahan basa berlebih atau penambahan asam karena bersifat
amfoter.
Penambahan basa :
Al(OH)3 (s) + OH- → Al(OH)4-
atau
Al(OH)3(H2O)3 (s) + OH → Al(OH)4(H2O)- + H2O
-

Penambahan asam :
Al(OH)3 (s) + 3H+ → Al3+ + 3H2O
Al(OH)3(H2O)3 (s) + 3H+ → Al(H2O)63+
Aluminium hidroksida banyak dipakai sebagai mordan,yaitu pengikat zat warna
pada kain (Svehla, 1990).
Pembuatan aluminium dari senyawa-senyawa tersebut diatas memerlukan
ongkos terlalu tinggi. Lagi pula, aluminium ynag amsih mengandung besi dan silicon
tidak berguna sama sekali. Untungnya dialam terdapat juga bauksit Al 2O3.H2O.
Aluminium yang murni diperoleh dari zat ini dengan cara elektrolida, sebelum
elektrolida dapat dikerjakan. Bijihnya yang masih mengandung silicon dan besi harus
dibersihkan lebih dahulu. Untuk maksud tersebut, dipergunakan sifat amfoter dari
aluminium oksida yang kotor dicampur dengan larutan. Natrium hidroksida panas
sehingga larut berupa ion aluminat + Al(OH)4– [ CITATION HIS01 \l 1057 ].

Kegunaan alumunium
Aluminium diproduksi dalam jumlah yang besar dalam dunia industry hal ini
karena aluminium banyak dimanfaatkan orang. Proses pembuatan aluminium dalam
industry dikenal dengan proses hal yang terdiri dari dua tahapan proses, yaitu tahap
pemurnian berhasil atau krolit yang memanfaatkan sifat atmosfer dari aluminium
oksida dan tahap elektrolisis untuk memeproleh aluminium murni yang kemudian
melalui proses lebih lanjut[ CITATION Pet87 \l 1057 ].
Senyawa Aluminium juga banyak memiliki kegunaan diantaranya senyawa
Al(OH)3 digunakan secara luas sebagai bahan untuk meningkatkan pH atau bahan
anti-asam. Senyawa Al2(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air.
Senyawa Aluminium yaitu senyawa Al3+ bersifat tidak berbahaya bagi
manusia, namun logam Aluminium diketahui dapat menimbulkan penyakit pada
manusia yang memiliki gangguan ginjal pada tubuhnya. Pada manusia normal,
sebenarnya logam Aluminium dapat diekskresi dari dalam tubuh sehingga aman dan
tidak berbahaya bagi tubuh. (Lutfi dkk, 2018).
Logam Aluminium merupakan logam yang lunak dan dapat menjadi lebih
keras apabila dipadukan dengan logam lain. Oleh karena itu logam Aluminium dalam
bentuk paduan logam memiliki banyak kegunaan di berbagai bidang diantaranya
adalah:
1. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat-alat lain
2. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung
3. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur
4. Sebagai bahan penyusun kabel listrik
5. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium
(Lutfi dkk, 2018)
Ekstraksi alumunium
1. Tahap pemurnian bijih alumunium dikenal dengan nama proses Bayer.
Pada proses ini bauksit direaksikan dengan NaOH membentuk natrium aluminat.
Selanjutnya alumunium hidroksida yang terdeposit dalam natrium aluminat
dikalsinasi sehingga terbentuk Al2O3.
2. Proses Hall Heroult
Pada proses ini bauksit direaksikan dengan NaOH, selanjutnya Al 2O3 yang terbentuk
direaksikan dengan Na3[AlF6] kemudian dielektrolisis sehingga terbentuk logam
alumunium.
(Lutfi dkk, 2018)
VI. Alat dan Bahan
Alat :
Tabung reaksi 7 buah
Pembakar Bunsen/spiritus 1 buah
Pipet tetes secukupnya
Corong gelas 1 buah
Cawan Porselin 1 buah

Bahan :
Larutan NaOH 0,1 M ; 1 M secukupnya
Larutan Al2(SO4)3 0,1 M secukupnya
Larutan HgCl2 0,1 M secukupnya
Larutan HCl 0,1 M secukupnya
Kertas lakmus secukupnya
Lempeng Al secukupnya
Kapas secukupnya
Larutan (NH4)2S secukupnya
Kertas saring secukupnya
Larutan Na2CO3 0,1 M secukupnya
VII. Alur Percobaan
1.

1 mL larutan NaOH 1M

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Dimasukkan sepotong kecil lempeng
Aluminium hingga timbul gas
Gas

Diambil lempeng Aluminium


Dicuci dengan air
Digosok dengan kapas yang sudah
dibasahi dengan larutan HgCl2 pekat
Dibiarkan beberapa menit
Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan

 2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O → 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)


 2Al(s) + 3H2O(l) → Al2O3(aq) + 3H2(g)
 Al2O3(aq) + 3HgCl2(aq) → 2AlCl3(aq) + 3HgO(g)
 Al + Hg → AlHg (amalgam)
2.
Tb I Tb I Tb I

Dimasukkan Dimasukkan Dimasukkan


NaOH 0,1M Na2CO3 0,1M HCl 0,1M
sebanyak 1 panas sebanyak 1
mL sebanyak 1 mL
Dimasukkan mL Dimasukkan
sepotong kecil Dimasukkan sepotong kecil
Aluminium sepotong kecil Aluminium
Aluminium

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
Tabung I
 Al(s) + NaOH(aq) → NaAlO2(aq) + H2(g)
Tabung II
 2Al(s) + Na2CO3(aq) + 2H2O(l) → 2Na[Al(OH)2](aq) + H2O(g) +
CO2(g)
Tabung III
 2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(s) + 3H2(g)
 Al2(SO4)3(s) + H2O(l) → Al2(SO4)3(aq)

3.
1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M 1M

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Diuji dengan kertas lakmus biru
Diamati perubahan yang terjadi

Lakmus biru menjadi merah


 Al2(SO4)3 (s) + H2O(l) → Al2(SO4)3 (aq)

4.
1 mL larutan dari percobaan 3

Ditambahkan NaOH 0,1M tetes demi


tetes
Endapan

Ditambahkan NaOH 0,1M sampai


endapan larut
Ditambahakn beberapa tetes larutan HCl
0,1 M
Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan
 Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH(aq) → 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
 Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
 Na[Al(OH)4](aq) + HCl (aq)  Al(OH)3 (s) + H2O (l) + NaCl (aq)
 Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) + AlCl3(aq) + 3H2O(l)

5. 1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M


1M

Ditambahkan larutan (NH4)2S pekat


sebanyak 3 tetes
Hablur

Disaring

Filtrat Hablur

Dipindahkan ke dalam tabung


reaksi dengan sedikit air
Ditambahkan NaOH 0,1 M
sampai endapan larut kembali
Endapan larut

 Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S (aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)3(s) + H2S(g) +


3(NH4)2SO4(aq)
 Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
VIII. Hasil Pengamatan
No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. - Larutan NaOH = - Larutan NaOH + - 2Al(s) + 2NaOH(aq) + Logam Al bersifat reaktif
6H2O →
larutan tak lempeng Aluminium jika direaksikan dengan
2Na[Al(OH)4](aq) +
berwarna = timbul gelembung 3H2(g) basa (NaOH)
- Al (s) + 3HgCl2(aq) →
- Lempeng gas menghasilkan gas H2
2AlCl3(aq) + 3HgO(g)
Aluminium = - Dicuci dengan - Al + Hg → AlHg ditandai dengan adanya
(amalgam)
lempengan perak aquades = lempeng gelembung gas.
- Kapas = serabut Aluminium berwarna Senyawa Aluminium
putih perak dan bersih oksida dapat bereaksi
- Larutan HgCl2 = - Digosok-gosok ke dengan HgCl2 membentuk
larutan tidak kapas HgCl2= endapan HgO pada kapas
berwarna Aluminium berwarna yang berwarna abu-abu
- Aquades = cairan hitam dan kapas abu- serta membentuk senyawa
tidak berwarna abu amalgam AlHg berwarna
- Didiamkan = hitam dan keropos
Aluminium berwarna
hitam dan keropos

Al(s) + NaOH(aq) →
2. - Larutan NaOH = Tabung I NaAlO2(aq) + H2(g) Logam Aluminium dapat
larutan tidak - NaOH + Aluminium bereaksi dengan asam,
berwarna = larutan tidak basa, dan garam ditandai
- Larutan Na2CO3 berwarna dan timbul dengan timbulnya
panas = larutan gelembung gas (++) gelembung gas H2
tidak berwarna 2Al(s) + Na2CO3(aq) + Kereaktifan pereaksi
- Larutan HCl = Tabung II 2H2O(l) → 2Na[Al(OH)2] NaOH > HCl > Na2CO3
(aq) + H2O(g) + CO2(g)
larutan tidak - Na2CO3 panas + panas

berwarna Aluminium = larutan


- Lempeng Al = tak berwarna dan
lempengan perak timbul gelembung
gas (+) 2Al(s) + 6HCl(aq) →
2AlCl3(s) + 3H2(g)
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) →
Tabung III Al2(SO4)3(aq)
- HCl + Aluminium =
larutan tak berwarna
dan timbul
gelembung gas

Al2(SO4)3 (s) + H2O(l)


→ Al2(SO4)3 (aq)
3. - Larutan Al2(SO4)3 - Lakmus biru + Al2(SO4)3 (aq) bersifat
asam ditandai dengan
= larutan tidak Al2(SO4)3 = lakmus
berubahnya kertas lakmus
berwarna berubah menjadi biru menjadi merah
- Lakmus biru = merah
kertas berwarna
biru
Al2(SO4)3 (aq) +
- Larutan Al2(SO4)3 + 7 6NaOH(aq) →
4. 2Al(OH)3(s) +
- Larutan Al2(SO4)3 tetes NaOH = timbul
3Na2SO4(aq)
Pada percobaan ini dapat
= larutan tidak endapan putih (++)
Al(OH)3(s) + disimpulkan bahwa
berwarna - + NaOH 43 tetes =
NaOH(aq) →
senyawa Al(OH)3 dapat
- NaOH = larutan larutan tidak Na[Al(OH)4](aq)
bereaksi dengan asam
tidak berwarna berwarna, endapan
maupun basa dan bersifat
- HCl = larutan larut Na[Al(OH)4](aq) +
HCl (aq)  Al(OH)3 (s) amfoter
tidak berwarna - + HCl 12 tetes =
+ H2O (l) + NaCl (aq)
larutan tak berwarna
dan terbentuk
Al(OH)3(s) + 3HCl(aq)
endapan putih + AlCl3(aq) + 3H2O(l)
- HCl 40 tetes =
endapan larut

Al2(SO4)3(aq) +
(NH4)2S (aq) + 6H2O(l)
→ 2Al(OH)3(s) +
H2S(g) +
5. - Larutan Al2(SO4)3 - Larutan Al2(SO4)3 + 3(NH4)2SO4(aq) Senyawa Al2(SO4)3 dapat
= larutan tidak (NH4)2S = terbentuk Al(OH)3(s) + bereaksi dengan (NH4)2S
berwarna hablur berwarna putih NaOH(aq) → membentuk senyawa
Na[Al(OH)4](aq)
- Larutan (NH4)2S = - Hablur + NaOH = Al(OH)3 yang ditandai
larutan berwarna hablur larut, larutan dengan terbentuknya
kuning, berbau berwarna kuning dan hablur berwarna putih dan
busuk terbentuk Gas H2S hablur larut ketika bereaksi
- Larutan NaOH = yang berbau busuk dengan basa NaOH yang
tidak berwarna menunjukkan bahwa
Aluminium dalam
senyawa Al(OH)3 mudah
larut dalam basa kuat
IX. Analisis dan Pembahasan
Percobaan dengan judul Aluminium yang bertujuan untuk mengetahui sifat-
sifat aluminium dan senyawanya yang dilakukan di Laboratorium Anorganik
Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 16 April 2019 pada jam 09.30 dan selesai
pada tanggal 16 April 2019 pada jam 12.00 WIB.
Aluminium merupakan logam putih yang liat dan dapat ditempa, bila terkena
udara objek-objek aluminium akan teroksidasi pada permukaannnya, tetapi lapisan
oksida tersebut melindungi lapisan bawahnya dari proses oksida lebih lanjut.
Aluminium dalam sistem periodik merupakan unsur periode ketiga dan berada
pada golongan 13. Atom aluminium memiliki konfigurasi elektron terluar 3s2 3p1
dengan energi ionisasi pertama 577 kJ/mol, energi ionisasi kedua 1820 Kj/mol dan
energi ionisasi ketiga 2740 kJ/mol. Dari konfigurasi elektronnya, terlihat bahwa atom
ini dapat bergabung dengan cara melepaskan elektron valensinya, namun aluminium
lebih cenderung memiliki ikatan kovalen karena memiliki keelektronegatifan yang
cukup besar (Cotton, 1999).
Pada percobaan ini, terdiri dari 5 tahap percobaan. Sebelum percobaan
dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pada tahap ini
pastikan alat-alat yang akan digunakan telah bersih. Hal ini dilakukan agar tidak ada
zat pengotor dalam percobaan yang dapat mempengaruhi hasil akhir.

Percobaan 1
Pada percobaan pertama bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat logam
alumunium. Aluminium reaktif terhadap basa kuat dan logam yang berada
dibawahnya pada deret kereaktifan logam. Langkah pertama yang dilakukan pada
percobaan ini yaitu sebuah lempeng alumunium yang berwarna keperakan dicelupkan
ke dalam tabung reaksi yang sebelumnya telah berisi 1 mL NaOH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna. Ketika lempeng aluminium dicelupkan, lempeng aluminium
tidak larut, namun terjadi reaksi yang menghasilkan senyawa kompleks aluminat
yang berupa larutan tidak berwarna dan juga gelembung-gelembung gas H 2. Hal
tersebut menunjukkan bahwa alumunium bersifat reaktif terhadap basa kuat seperti
NaOH. Terbentuknya senyawa kompleks Natrium tetrahidroksoaluminat
menunjukkan bahwa muatan alumunium (+3) adalah muatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan golongan alkali (+1) dan alkali tanah (+2) sehingga mampu
menerima pasangan elektron dari ligan. Larutan kompleks yang dihasilkan tidak
berwarna dikarenakan oleh sifat ion-ion alumunium yang membentuk garam-garam
tidak berwarna jika bereaksi dengan anion-anion yang tidak berwarna sesuai dengan
reaksi berikut ini.
2Al (s) + 2NaOH (aq) + H2O (l)  Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Langkah selanjutnya yaitu lempeng Al dicuci dengan aquades. Setelah dicuci
dengan aquades lempeng Al tetap berwarna keperakan. Pencucian dengan aquades
bertujuan supaya sisa-sisa NaOH yang kemungkinan masih menempel tidak bereaksi
dengan logam alumunium. Kemudian lempeng Al digosok dengan kapas yang telah
dibasahi dengan HgCl2 0,1M yang berupa larutan tidak berwarna. Setelah digosok,
lempeng aluminium menjadi lebih mengkilap dan kapas yang digunakan untuk
menggosok berubah menjadi berwarna abu-abu. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
reaksi antara lempeng aluminium dengan HgCl2. Aluminium mengalami oksidasi
yang mengakibatkan korosi pada lempeng, Hg dapat mengoksidasi Al karena
berdasarkan deret kereaktifan logam letak Hg berada dibawah alumunium, sesuai
dengan reaksi berikut ini.
2Al (s) + 3HgCl2 (aq)  2AlCl3 (aq) + 3Hg (s)
Hg (s) + Al (s)  AlHg (s)
HgCl2 bersifat korosif terhadap aluminium sehingga logam aluminium menjadi
berwarna kehitaman. Berdasarkan reaksi tersebut, dapat diketahui bahwa Al dapat
membentuk amalgam dengan Hg, sehingga oksida yang menempel pada alumunium
menjadi tergerus dan lempeng alumunium menjadi lebih mengkilat.

Percobaan 2
Pada percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui kereaktifan alumunium
apabila direaksikan dengan asam, basa, dan garam. Langkah pertama yang dilakukan
pada percobaan ini yaitu menyiapkan 3 buah lempeng alumunium dengan ukuran
yang kurang lebih sama, kemudian ketiga potongan tersebut masing-masing
dimasukkan kedalam tabung reaksi 1,2,dan 3.
Tabung reaksi 1 berisi 1 mL NaOH 0,1 M yang berupa larutan tidak berwarna.
Ketika lempeng dimasukkan, larutan tidak mengalami perubahan yaitu tetap tidak
berwarna dan terdapat gelembung gas H2 (+++). Gelembung gas yang dihasilkan
pada percobaan ini lebih banyak dari tabung 1 dan 2 karena kelarutan oksida logam
dengan basa, dimana ion-ion tersebut akan larut dan gas H 2 yang dibebaskan tidak
akan menempel kembali pada permukaan logam dan berlangsung cepat. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
Al (s) + NaOH (aq) → NaAlO3 (aq) +H2 (g)
Pada tabung 2 berisi 1 mL Na2CO3 0,1 M panas yang berupa larutan tidak
berwarna. Tujuan dari pemanasan larutan Na2CO3 yaitu agar mempercepat kelarutan
alumunium, karena semakin rendah suhu larutan Na2CO3 kelarutan yang terjadi akan
semakin lambat. Ketika lempeng dimasukkan, larutan tidak mengalami perubahan
yaitu tetap tidak berwarna dan terdapat gelembung gas CO 2 (+). Hal ini menunjukkan
bahwa alumunium akan mengurangi karbonat untuk karbida dan melepaskan natrium
sebagai uap CO2 pada suhu tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Al (s) + Na2CO3 (aq) → Na[Al(OH)2] (aq) + H2 (g) + CO2 (g)
Pada tabung 3 berisi 1 mL HCl 0,1 M yang berupa larutan tidak berwarna.
Larutan yang dihasilkan adalah larutan tidak berwarna, terdapat gelembung gas H 2 (+
+). Gelembung gas yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan tabung 2. Hal
ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya gelembung yang dihasilkan lempeng
aluminium lebih banyak ketika direaksikan dengan larutan basa dan larutan garam.
Hal ini dapat terjadi karena suhu larutan Na2CO3 kurang tinggi saat melakukan
pemanasan sehingga kelarutan yang dihasilkan juga berkurang.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
2Al (s) + 6HCl (aq) → 2AlCl 3(aq) + 3H2 (g) ↑
Dari percobaan di atas dapat diketahui bahwa kereaktifan aluminium
terhadap ketiga reaktan di atas yaitu NaOH> HCl> Na2C2O3. Timbulnya
gelembung gas H2 menunjukkan bahwa lempeng Al bereaksi dengan asam, basa,
dan garam bersifat amfoter.

Percobaan 3
Pada percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawa
alumunium. Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan
Al2(SO4)3 yang berupa larutan tidak berwarna sebanyak 1 mL dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian larutan tersebut diuji dengan kertas lakmus biru.
Kertas lakmus yang semula berwarna biru berubah menjadi berwarna merah.
Perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa larutan Al2(SO4)3 bersifat asam.
Halida, nitrat, dan sulfat dari alumunium larut dalam air dan menghasilkan reaksi
asam karena proses hidrolisis, sehingga alumunium sulfat bersifat asam. Sifat
asam tersebut berasal dari anion SO42- yang merupakan anion dari senyawa asam
kuat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) → Al2(SO4)3(aq)

Percobaan 4
Pada percobaan keempat bertujuan untuk mengetahui sifat amfoter
alumunium, yaitu alumunium dapat bertindak sebagai asam maupun basa.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu memasukkan larutan
Al2(SO4)3 yang berupa larutan tidak berwarna ke dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL. Kemudian ditambahkan dengan NaOH 1 M hingga terbentuk endapan putih,
yaitu sebanyak 7 tetes. Endapan yang terbentuk berupa endapan Al(OH) 3 berwarna
putih yang bertindak sebagai asam. Setelah itu, ditambahkan lagi NaOH 0,1 M
sampai endapan yang terbentuk kembali larut, yaitu sebanyak 43 tetes. Endapan
yang sebelumnya terbentuk dapat kembali larut karena endapan Al(OH)3 akan
larut dalam reagensia berlebih dan terbentuk arutan natrium tetrahidroksoaluminat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH (aq)  2Al(OH)3 (s) + 3Na2SO4 (aq)
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)
Selanjutnya campuran larutan ditambahkan dengan HCl 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna sampai terbentuk endapan, yaitu sebanyak 12 tetes.
Endapan yang terbentuk berupa endapan Al(OH)3 yang bertindak sebagai basa,
karena dapat bereaksi dengan HCl berlebih. Setelah itu ditambahkan HCl
sebanyak 40 tetes, endapan yang terbentuk dapat larut kembali. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)
Al(OH)3 (s) + 3HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3H2O (l)
Pembentukan endapan Al(OH)3 oleh NaOH lebih cepat dibandingkan
dengan HCl karena senyawa Al lebih reaktif dengan basa daripada dengan asam.
Senyawa Al(OH)3 bersifat amfoter karena dapat bertindak sebagai asam maupun
basa.

Percobaan 5
Pada percobaan kelima bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawa
alumunium. Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan
Al2(SO4)3 yang berupa larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 mL. Kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan (NH4)2S yang
berupa larutan berwarna kuning dan berbau menyengat, penambahan dilakukan di
lemari asam. Ketika ditambahkan dengan 3 tetes (NH4)2S terbentuk endapan
Al(OH)3 yang berwarna putih dan timbul gas H2S yang berbau busuk sesuai
dengan reaksi berikut ini.
Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6H2O(l) →2Al(OH)3(s) + 3H2S(g) +
3(NH4)2SO4(aq)
Endapan yang terbentuk kemudian dipisahkan dari filtratnya dengan cara
penyaringan. Filtrate yang dihasilkan berupa larutan berwarna kuning dan endapan
yang terbentuk berwarna putih. Endapan ini kemudian dicuci dengan aquades
dengan tujuan agar endapan lebih terbentuk (berkoagulasi) dan menghindari
terjadinya endapan sulfide yang dapat terjadi ketika ditambahkan NaOH.
Selanjutnya endapan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan
NaOH 1 M sampai endapan larut dan larutan berwarna kuning. Jumlah tetesan
NaOH yang diperlukan hingga endapan larut yaitu sebanyak 40 tetes. Penambahan
NaOH berlebih menyebabkan endapan larut karena aluminium memiliki kelarutan
yang besar terhadap basa. Reaksi yang terjadi sebagai berikut ini :
Al(OH)3(s)+ NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Pada percobaan pertama aluminium bereaksi dengan NaOH menghasilkan gelembung
gas H2 dan senyawa aluminium oksida bereaksi dengan HgCl2 membentuk HgO
berwarna abu – abu kehitaman.
 Pada percobaan kedua lempeng aluminium bereaksi dengan asam, basa dan garam
bersifat amfoter ditandai dengan timbulnya gelembung gas H2 dan tingkat kereaktifan
Al yaitu NaOH> HCl> Na2CO3.
 Pada percobaan ketiga larutan Al2(SO4)3 bersifat asam ditandai dengan kertas lakmus
biru menjadi berwarna merah.
 Pada percobaan keempat senyawa Al2(SO4)3 bersifat amfoter karena dapat bereaksi
dengan baik terhadap asam dan basa membentuk [Al(OH)3]
 Pada percobaan kelima Al2(SO4)3 dapat bereaksi dengan ammonium sulfida (NH4)2S
membentuk endapan Al(OH)3 berupa hablur putih dan gas H2S, endapan Al(OH)3
mudah larut dalam reagensi yang berlebih membentuk senyawa Na[Al(OH)4]..
XI. Daftar Pustaka
Abdul, Mu’im S. 2002. Kimia Anorganik II. Palangkaraya : UNPAD.
Achmad, H. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Callister, WD. 2007. Material Science and Engineering An Introduction. New York :
John Wiley and Sons, Inc.
Cotton, F. Albert. 1999. Advance Inorganic Chemistry. New York : Willey
IntersciencePublication.
Hiskia, A. 2001. ELEKTROKIMIA DAN KINETIKA KIMIA. Bandung : PT. Citra
Aditya Abadi.
Lutfi, Achmad; dkk. 2018. Kimia Anorganik: Unsur-unsur Golongan Utama.
Surabaya: FMIPA UNESA.
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prisnsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Seiler,1994
Sugiarto, K. H. 2001. Kimia Anorganik. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.
Svehla, G. 1990. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis (fifth ed). London: Limited Group.Ltd. (diterjemahkan oleh) Setiono, L
dan Hadyana, P.A. 1985. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Jawaban dan Pertanyaan
1. Terangkan sifat amfoter aluminium berdasarkan percobaan yang anda lakukan!
Jawab:
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan
ion hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya dalam percobaan kami [Al2(SO4)3]
bereaksi dengan basa kuat yaitu NaOH, pada tetesaan 2 terbentuk endapan putih
Al(OH)3 menurut reaksi:
Al2(SO4)3(aq) + 6 NaOH(aq)  2 Al(OH)3(s) + 3 Na2SO4(aq)
Setelah penambahan NaOH 7 tetes sehingga endapan putih larut kembali,
ditunjukkan dengan persamaan reaksi:
Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq)
Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH) 3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat asamnya. Kemudian
larutan ini ditambah dengan HCl 1 M. Penambahan 5 tetes menyebabkan
terbentuk kembali endapan putih gelatin [Al(OH)3]:
Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq) Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O (l)
penambahan 21 tetes HCl sehingga endapan yang terbentuk larut kembali,
penambahan HCl dilanjutkan dan tidak terjadi lagi perubahan.
Al(OH)3(s) + HCl(aq)  AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH) 3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat basanya. Kemampuan
Al(OH)3 melakukan reaksi netralisasi atau dapat bersifat asam atau basa bila
direaksikan dengan basa kuat dan asam kuat merupakan alasan mengapa Al(OH) 3
disebut bersifat amfoter.

2. Tulislah persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan-percobaan tersebut!


Jawab:
Percobaan 1 
2Al(s) + 3HgCl2(aq) 2AlCl3(aq) + Hg (s)
3HgCl2(aq)+Al2O3(aq)2AlCl3 (aq)+3HgO(aq)
2Al(s)+3/2 O2(g)Al2O3(s).

Percobaan 2
Tabung 1 : 2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l) 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
Tabung 2 : Al(s)+ 3H2O(l)  Al(OH)3 ↓ + 3H+
Na2CO3(aq) + 2H+  2Na+ + CO2 ↑ + H2O(l)
Al(OH)3 ↓ + Na2CO3(aq) + H2O(l)  Na[Al(OH)4] + H2CO3(aq)
Tabung 3 : 2Al(s) + 6HCl(aq) 2Al3+ + H2 + 6 Cl-

Percobaan 4 
Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq) 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq)

Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq) Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O(l)


Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) AlCl3(aq) + 3H2O(l)

Percobaan 5 
Al2(SO4)3(aq)+(NH4)2S(aq)+6H2O(l)→2Al(OH)3+3H2S+3(NH4)2SO4 (aq)
Al(OH)3 + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)

3. Jelaskan kegunaan aluminium!


Jawab:
Beberapa penggunaan aluminium antara lain:
Sektor industri otomotif, untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan
bermotor.
1.        untuk membuat badan pesawat terbang.
2.        Sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.
3.        Sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis produk.
4.        Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang
kerajinan.
5.        Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi
(III) oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk
menyambung rel kereta api.
Beberapa senyawa Aluminium juga banyak penggunaannya, antara lain:
1.        Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)
       Tawas mempunyai rumus kimia KSO4.Al2.(SO4)3.24H2O. Tawas digunakan
untuk menjernihkan air pada pengolahan air minum.
2.        Alumina (Al2O3)
Alumina dibedakan atas alfa0allumina dan gamma-allumina. Gamma-alumina
diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500˚C. Gamma-alumina digunakan
untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan industri keramik serta industri
gelas. Alfa-allumina diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 pada suhu diatas 10000C.
Alfa-allumina terdapat sebagai korundum di alam yang digunakan untuk amplas
atau grinda. Batu mulia, seperti rubi, safir, ametis, dan topaz merupakan alfa-
allumina yang mengandung senyawa unsur logam transisi yang memberi warna
pada batu tersebut. Warna-warna rubi antara lain:
- Rubi berwarna merah karena mengandung senyawa kromium (III)
- Safir berwarna biru karena mengandung senyawa besi(II), besi(III) dan
titan(IV)
- Ametis berwarna violet karena mengandung senyawa kromium (III) dan
titan(IV)
- Topaz berwarna kuning karena mengandung besi (III)
Lampiran Gambar

Lempeng aluminium + NaOH 1 M Gelembung gas yang dihasilkan setelah


ditambah NaOH 1 M

Lempeng aluminium sebelum digosok Lempeng aluminium setelah digosok


dengan kapas yang dicelupkan HgCl2 dengan kapas yang dicelupkan HgCl2

Lempeng aluminium lebih mengkilap Kelarutan lempeng aluminium dalam


larutan NaOH, Na2CO3 dan HCl
Lakmus biru Lakmus biru setelah dicelupkan dalam
larutan Al2(SO4)3 berubah menjadi merah

Larutan Al2(SO4)3 yang tidak berwarna Larutan Al2(SO4)3 setelah ditambah NaOH
7 tetes terbentuk endapan

Larutan Al2(SO4)3 setelah ditambah HCl 12


Larutan Al2(SO4)3 setelah ditambah
tetes terbentuk endapan
NaOH 43 tetes, endapan larut
Larutan Al2(SO4)3 setelah ditambah
NaOH 40 tetes, endapan larut Larutan Al2(SO4)3 setelah ditambah
(NH4)2S

Larutan ketika disaring Filtrate berwarna kuning, endapan


berwarna putih

Endapan pada tabung reaksi Endapan setelah ditambah NaOH 40 tetes,


endapan larut

Anda mungkin juga menyukai