Lapres Alumunium
Lapres Alumunium
Gambar 1. Aluminium
Alumunium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang
baik dan hantaran listrik yang baik sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam.
Sebagai tambahan terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan
penambahan Cu,Mg, Si, Mn, Zn, Ni dsb. Secara satu persatu atau bersama-sama,
memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus,
koefisien pemuaian rendah. Material ini dipergunakan didalam bidang yang luas
bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk keperluan material
pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi (Cotton, 1999). Aluminium dan
senyawanya memiliki aplikasi yang sangat luas dan logam Aluminium diproduksi
secara komersial dalam skala besar. Mineral Aluminium yang penting adalah bijih
bauksit yang memiliki rumus formula antara Al2O3.H2O dan Al2O3.H2O. Aluminium
juga terdapat dalam bentuk mineral aluminosilikat yaitu feldspar dan mica.
Aluminium murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak
karakteristik yang diinginkan. Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam),
nonmagnetik dan tidak memercik. Aluminium sangat lunak dan kurang keras.
Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial
reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah
unsur ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur
bebas. Walaupun senyawa aluminium ditemukan paling banyak di alam, selama
bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang ekonomis untuk memperoleh logam
aluminium dari senyawanya (Achmad, 2001).
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa, bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 659oC. Bila terkena udara objek-objek aluminium
teroksidasi pada permukaannnya, tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari
oksida lebih lanjut. Asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini.
Pelarutan lebih lambat dengan asam sulfat encer atau asam nitrat encer:
2Al + 6H+ → 2Al3++ 3H2↑
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium (II)
Klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium. Dengan
hidroksida alkali, akan terbentuk larutan tetrahidroksoaluminat (Svehla, 1990).
Aluminium (Al) mempunyai massa atom 27 (hanya ada satu isotop natural),
nomor atom 13, densitas 2,79 g/cm, titik lebur 660,4 ℃, dan titik didih 2467 ℃.
Aluminium adalah logam berwarna putih silver. Memiliki potensi redoks -1,66 V,
bilangan oksidasi +3, dan jari-jari atom yang kecil yaitu 57 pm untuk stabilitas dari
senyawa aluminium. Aluminium adalah logam hidrolisis kuat dan umumnya tidak
larut dalam keadaan pH netral antara (6,0 – 8,0), dibawah asam (pH < 6,0) atau alkali
(pH > 8,0), dan dalam larutan anorganik atau ligan organik. kelarutan Al3+ meningkat.
Reaksi jenis ini meningkatkan jumlah Al3+ dalam keadaan encer. Berikut ion yang
dibentuk dalam larutan aluminium hidroksida pada pH dibawah 5,5 : Al(OH)2+ ,
Al(OH)2+ dan Al3+. Aluminium tidak stabil dalam proses oksidasi. Dalam keadaan
berhubungan dengan udara aluminium membentuk lapisan tipis oksida di atas
permukaan serta membentuk lapisan pelindung yang tahan terhadap korosi.
Aluminium oksida membentuk dua bentuk isomer α–Al2O3 dan γ– Al2O3
(Seiler,1994).
Sifat Alumunium
Adapun sifat-sifat dari alumunium antara lain adalah ringan, tahan korosi,
penghantar panas dan listrik yang baik. Sifat tahan korosi pada alumunium diperoleh
karena terbentuknya lapisan oksida alumunium pada permukaan alumunium.
Kekuatan dan kekerasan alumunium tidak begitu tinggi dengan paduan dan
pemanasan. Alumunium komersil selalu mengandung ketidakmurnian kurang lebih
0,8%, biasanya berupa besi, silikon, tembaga, dan magnesium. Sifat lain yang
menguntungkan dari alumunium adalah sangat mudah difabrikasi, dapat dituang
(dicor) dengan cara penuangan apapun dapat deforming dengan cara rolling, drewing,
forging, extrasi dll. (Sugiarto, 2001)
Penambahan ion hidroksida pada ion Al menghasilkan endapan gelatin
alumunium hidroksida, kemudian larut lagi dalam hidroksida berlebih menghasilkan
ion aluminat, ini berarti ion alumunium larut pada pH rendah dan tinggi, tetapi tidak
larut pada kondisi netral. (Abdul, 2002)
Beberapa reaksi kimia (sifat kimia) aluminium :
1. Mudah terbakar dalam nyala api dan menghasilkan panas reaksi yang tinggi.
2Al + 3/2O2 → Al2O3 + 399 kkal
Sifat ini digunakan sebagai dasar untuk mereduksi beberapa sulfida dan oksida.
Contoh :
2Al + Fe2O3 → 2Fe + Al2O3 + 199 kkal
Proses ini disebut aluminothermi atau proses thermit.
2. Bereaksi dengan asam menghasilkan gas hydrogen.
2Al(s) + 6H+(aq) → 2Al3+(aq) + 3H2(g)
3. Bereaksi dengan basa kuat terutama basa alkali menghasilkan gas H2.
Reaksinya :
2Al(s) + 2 OH-(aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)4- + 3H2(g)
Dengan udara logam ini membentuk lapisan oksida yang kuat pada
permukaannya yang dapat melindungi logam dari oksida lebih lanjut. Karenanya
logam ini dikatakan bersifat tahan karat (korosi) dan digunakan untuk melapisi logam
lain agar tahan karat (Svehla, 1900).
Beberapa senyawa alumunium
1. Aluminium oksida (Al2O3)
Aluminium oksida dengan asam klorida menghasilkan reaksi yang
baik,akantetapi dengan asam nitrat tidak bereaksi karena kuatnya ikatan Al-O.
Kalor pembentukan aluminium oksida Al2O3 juga besar, 399 kkal. Karena itu
aluminium dapat dipakai untuk mereduksi oksida-oksida logam lain. Besi (III)
oksida dapat direduksi oleh aluminium dengan membebaskan banyak kalor :
2Al(s) + 3/2 O2(g) → Al2O3 + 399 kkal
Fe2O3(s) → 2 Fe(p) + 3/2 O2(g) - 197 kkal
2Al (s) + Fe2O3 → 2 Fe (s) + Al2O3(g) + 202 kkal
Kalor yang dibebaskan cukup banyak untuk melebur hasil – hasil
reaksinya, besi dan aluminium oksida. Reaksi ini bias menghasilkan suhu sampai
3000 °C. Reaksi termit ini dipakai untuk mengelas besi dan bom bakar. Oleh
karena stabilitasnya aluminium oksida, logam ini dapat dipakai untuk mereduksi
oksida – oksida logam lainnya, misalnya magnesium oksida dan manganoksida.
Reduksi dengan karbon atau hidrogen menghasilkan logam – logam yang
tercampur dengan karbida dan hidrida. Karenanya, kadang – kadang aluminium
digunakan untuk mereduksi.
Penambahan asam :
Al(OH)3 (s) + 3H+ → Al3+ + 3H2O
Al(OH)3(H2O)3 (s) + 3H+ → Al(H2O)63+
Aluminium hidroksida banyak dipakai sebagai mordan,yaitu pengikat zat warna
pada kain (Svehla, 1990).
Pembuatan aluminium dari senyawa-senyawa tersebut diatas memerlukan
ongkos terlalu tinggi. Lagi pula, aluminium ynag amsih mengandung besi dan silicon
tidak berguna sama sekali. Untungnya dialam terdapat juga bauksit Al 2O3.H2O.
Aluminium yang murni diperoleh dari zat ini dengan cara elektrolida, sebelum
elektrolida dapat dikerjakan. Bijihnya yang masih mengandung silicon dan besi harus
dibersihkan lebih dahulu. Untuk maksud tersebut, dipergunakan sifat amfoter dari
aluminium oksida yang kotor dicampur dengan larutan. Natrium hidroksida panas
sehingga larut berupa ion aluminat + Al(OH)4– [ CITATION HIS01 \l 1057 ].
Kegunaan alumunium
Aluminium diproduksi dalam jumlah yang besar dalam dunia industry hal ini
karena aluminium banyak dimanfaatkan orang. Proses pembuatan aluminium dalam
industry dikenal dengan proses hal yang terdiri dari dua tahapan proses, yaitu tahap
pemurnian berhasil atau krolit yang memanfaatkan sifat atmosfer dari aluminium
oksida dan tahap elektrolisis untuk memeproleh aluminium murni yang kemudian
melalui proses lebih lanjut[ CITATION Pet87 \l 1057 ].
Senyawa Aluminium juga banyak memiliki kegunaan diantaranya senyawa
Al(OH)3 digunakan secara luas sebagai bahan untuk meningkatkan pH atau bahan
anti-asam. Senyawa Al2(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air.
Senyawa Aluminium yaitu senyawa Al3+ bersifat tidak berbahaya bagi
manusia, namun logam Aluminium diketahui dapat menimbulkan penyakit pada
manusia yang memiliki gangguan ginjal pada tubuhnya. Pada manusia normal,
sebenarnya logam Aluminium dapat diekskresi dari dalam tubuh sehingga aman dan
tidak berbahaya bagi tubuh. (Lutfi dkk, 2018).
Logam Aluminium merupakan logam yang lunak dan dapat menjadi lebih
keras apabila dipadukan dengan logam lain. Oleh karena itu logam Aluminium dalam
bentuk paduan logam memiliki banyak kegunaan di berbagai bidang diantaranya
adalah:
1. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat-alat lain
2. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung
3. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur
4. Sebagai bahan penyusun kabel listrik
5. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium
(Lutfi dkk, 2018)
Ekstraksi alumunium
1. Tahap pemurnian bijih alumunium dikenal dengan nama proses Bayer.
Pada proses ini bauksit direaksikan dengan NaOH membentuk natrium aluminat.
Selanjutnya alumunium hidroksida yang terdeposit dalam natrium aluminat
dikalsinasi sehingga terbentuk Al2O3.
2. Proses Hall Heroult
Pada proses ini bauksit direaksikan dengan NaOH, selanjutnya Al 2O3 yang terbentuk
direaksikan dengan Na3[AlF6] kemudian dielektrolisis sehingga terbentuk logam
alumunium.
(Lutfi dkk, 2018)
VI. Alat dan Bahan
Alat :
Tabung reaksi 7 buah
Pembakar Bunsen/spiritus 1 buah
Pipet tetes secukupnya
Corong gelas 1 buah
Cawan Porselin 1 buah
Bahan :
Larutan NaOH 0,1 M ; 1 M secukupnya
Larutan Al2(SO4)3 0,1 M secukupnya
Larutan HgCl2 0,1 M secukupnya
Larutan HCl 0,1 M secukupnya
Kertas lakmus secukupnya
Lempeng Al secukupnya
Kapas secukupnya
Larutan (NH4)2S secukupnya
Kertas saring secukupnya
Larutan Na2CO3 0,1 M secukupnya
VII. Alur Percobaan
1.
1 mL larutan NaOH 1M
Hasil pengamatan
Hasil
Tabung I
Al(s) + NaOH(aq) → NaAlO2(aq) + H2(g)
Tabung II
2Al(s) + Na2CO3(aq) + 2H2O(l) → 2Na[Al(OH)2](aq) + H2O(g) +
CO2(g)
Tabung III
2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(s) + 3H2(g)
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) → Al2(SO4)3(aq)
3.
1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M 1M
4.
1 mL larutan dari percobaan 3
Hasil pengamatan
Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH(aq) → 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
Na[Al(OH)4](aq) + HCl (aq) Al(OH)3 (s) + H2O (l) + NaCl (aq)
Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) + AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Disaring
Filtrat Hablur
Al(s) + NaOH(aq) →
2. - Larutan NaOH = Tabung I NaAlO2(aq) + H2(g) Logam Aluminium dapat
larutan tidak - NaOH + Aluminium bereaksi dengan asam,
berwarna = larutan tidak basa, dan garam ditandai
- Larutan Na2CO3 berwarna dan timbul dengan timbulnya
panas = larutan gelembung gas (++) gelembung gas H2
tidak berwarna 2Al(s) + Na2CO3(aq) + Kereaktifan pereaksi
- Larutan HCl = Tabung II 2H2O(l) → 2Na[Al(OH)2] NaOH > HCl > Na2CO3
(aq) + H2O(g) + CO2(g)
larutan tidak - Na2CO3 panas + panas
Al2(SO4)3(aq) +
(NH4)2S (aq) + 6H2O(l)
→ 2Al(OH)3(s) +
H2S(g) +
5. - Larutan Al2(SO4)3 - Larutan Al2(SO4)3 + 3(NH4)2SO4(aq) Senyawa Al2(SO4)3 dapat
= larutan tidak (NH4)2S = terbentuk Al(OH)3(s) + bereaksi dengan (NH4)2S
berwarna hablur berwarna putih NaOH(aq) → membentuk senyawa
Na[Al(OH)4](aq)
- Larutan (NH4)2S = - Hablur + NaOH = Al(OH)3 yang ditandai
larutan berwarna hablur larut, larutan dengan terbentuknya
kuning, berbau berwarna kuning dan hablur berwarna putih dan
busuk terbentuk Gas H2S hablur larut ketika bereaksi
- Larutan NaOH = yang berbau busuk dengan basa NaOH yang
tidak berwarna menunjukkan bahwa
Aluminium dalam
senyawa Al(OH)3 mudah
larut dalam basa kuat
IX. Analisis dan Pembahasan
Percobaan dengan judul Aluminium yang bertujuan untuk mengetahui sifat-
sifat aluminium dan senyawanya yang dilakukan di Laboratorium Anorganik
Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 16 April 2019 pada jam 09.30 dan selesai
pada tanggal 16 April 2019 pada jam 12.00 WIB.
Aluminium merupakan logam putih yang liat dan dapat ditempa, bila terkena
udara objek-objek aluminium akan teroksidasi pada permukaannnya, tetapi lapisan
oksida tersebut melindungi lapisan bawahnya dari proses oksida lebih lanjut.
Aluminium dalam sistem periodik merupakan unsur periode ketiga dan berada
pada golongan 13. Atom aluminium memiliki konfigurasi elektron terluar 3s2 3p1
dengan energi ionisasi pertama 577 kJ/mol, energi ionisasi kedua 1820 Kj/mol dan
energi ionisasi ketiga 2740 kJ/mol. Dari konfigurasi elektronnya, terlihat bahwa atom
ini dapat bergabung dengan cara melepaskan elektron valensinya, namun aluminium
lebih cenderung memiliki ikatan kovalen karena memiliki keelektronegatifan yang
cukup besar (Cotton, 1999).
Pada percobaan ini, terdiri dari 5 tahap percobaan. Sebelum percobaan
dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pada tahap ini
pastikan alat-alat yang akan digunakan telah bersih. Hal ini dilakukan agar tidak ada
zat pengotor dalam percobaan yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
Percobaan 1
Pada percobaan pertama bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat logam
alumunium. Aluminium reaktif terhadap basa kuat dan logam yang berada
dibawahnya pada deret kereaktifan logam. Langkah pertama yang dilakukan pada
percobaan ini yaitu sebuah lempeng alumunium yang berwarna keperakan dicelupkan
ke dalam tabung reaksi yang sebelumnya telah berisi 1 mL NaOH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna. Ketika lempeng aluminium dicelupkan, lempeng aluminium
tidak larut, namun terjadi reaksi yang menghasilkan senyawa kompleks aluminat
yang berupa larutan tidak berwarna dan juga gelembung-gelembung gas H 2. Hal
tersebut menunjukkan bahwa alumunium bersifat reaktif terhadap basa kuat seperti
NaOH. Terbentuknya senyawa kompleks Natrium tetrahidroksoaluminat
menunjukkan bahwa muatan alumunium (+3) adalah muatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan golongan alkali (+1) dan alkali tanah (+2) sehingga mampu
menerima pasangan elektron dari ligan. Larutan kompleks yang dihasilkan tidak
berwarna dikarenakan oleh sifat ion-ion alumunium yang membentuk garam-garam
tidak berwarna jika bereaksi dengan anion-anion yang tidak berwarna sesuai dengan
reaksi berikut ini.
2Al (s) + 2NaOH (aq) + H2O (l) Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Langkah selanjutnya yaitu lempeng Al dicuci dengan aquades. Setelah dicuci
dengan aquades lempeng Al tetap berwarna keperakan. Pencucian dengan aquades
bertujuan supaya sisa-sisa NaOH yang kemungkinan masih menempel tidak bereaksi
dengan logam alumunium. Kemudian lempeng Al digosok dengan kapas yang telah
dibasahi dengan HgCl2 0,1M yang berupa larutan tidak berwarna. Setelah digosok,
lempeng aluminium menjadi lebih mengkilap dan kapas yang digunakan untuk
menggosok berubah menjadi berwarna abu-abu. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
reaksi antara lempeng aluminium dengan HgCl2. Aluminium mengalami oksidasi
yang mengakibatkan korosi pada lempeng, Hg dapat mengoksidasi Al karena
berdasarkan deret kereaktifan logam letak Hg berada dibawah alumunium, sesuai
dengan reaksi berikut ini.
2Al (s) + 3HgCl2 (aq) 2AlCl3 (aq) + 3Hg (s)
Hg (s) + Al (s) AlHg (s)
HgCl2 bersifat korosif terhadap aluminium sehingga logam aluminium menjadi
berwarna kehitaman. Berdasarkan reaksi tersebut, dapat diketahui bahwa Al dapat
membentuk amalgam dengan Hg, sehingga oksida yang menempel pada alumunium
menjadi tergerus dan lempeng alumunium menjadi lebih mengkilat.
Percobaan 2
Pada percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui kereaktifan alumunium
apabila direaksikan dengan asam, basa, dan garam. Langkah pertama yang dilakukan
pada percobaan ini yaitu menyiapkan 3 buah lempeng alumunium dengan ukuran
yang kurang lebih sama, kemudian ketiga potongan tersebut masing-masing
dimasukkan kedalam tabung reaksi 1,2,dan 3.
Tabung reaksi 1 berisi 1 mL NaOH 0,1 M yang berupa larutan tidak berwarna.
Ketika lempeng dimasukkan, larutan tidak mengalami perubahan yaitu tetap tidak
berwarna dan terdapat gelembung gas H2 (+++). Gelembung gas yang dihasilkan
pada percobaan ini lebih banyak dari tabung 1 dan 2 karena kelarutan oksida logam
dengan basa, dimana ion-ion tersebut akan larut dan gas H 2 yang dibebaskan tidak
akan menempel kembali pada permukaan logam dan berlangsung cepat. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
Al (s) + NaOH (aq) → NaAlO3 (aq) +H2 (g)
Pada tabung 2 berisi 1 mL Na2CO3 0,1 M panas yang berupa larutan tidak
berwarna. Tujuan dari pemanasan larutan Na2CO3 yaitu agar mempercepat kelarutan
alumunium, karena semakin rendah suhu larutan Na2CO3 kelarutan yang terjadi akan
semakin lambat. Ketika lempeng dimasukkan, larutan tidak mengalami perubahan
yaitu tetap tidak berwarna dan terdapat gelembung gas CO 2 (+). Hal ini menunjukkan
bahwa alumunium akan mengurangi karbonat untuk karbida dan melepaskan natrium
sebagai uap CO2 pada suhu tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Al (s) + Na2CO3 (aq) → Na[Al(OH)2] (aq) + H2 (g) + CO2 (g)
Pada tabung 3 berisi 1 mL HCl 0,1 M yang berupa larutan tidak berwarna.
Larutan yang dihasilkan adalah larutan tidak berwarna, terdapat gelembung gas H 2 (+
+). Gelembung gas yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan tabung 2. Hal
ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya gelembung yang dihasilkan lempeng
aluminium lebih banyak ketika direaksikan dengan larutan basa dan larutan garam.
Hal ini dapat terjadi karena suhu larutan Na2CO3 kurang tinggi saat melakukan
pemanasan sehingga kelarutan yang dihasilkan juga berkurang.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
2Al (s) + 6HCl (aq) → 2AlCl 3(aq) + 3H2 (g) ↑
Dari percobaan di atas dapat diketahui bahwa kereaktifan aluminium
terhadap ketiga reaktan di atas yaitu NaOH> HCl> Na2C2O3. Timbulnya
gelembung gas H2 menunjukkan bahwa lempeng Al bereaksi dengan asam, basa,
dan garam bersifat amfoter.
Percobaan 3
Pada percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawa
alumunium. Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan
Al2(SO4)3 yang berupa larutan tidak berwarna sebanyak 1 mL dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian larutan tersebut diuji dengan kertas lakmus biru.
Kertas lakmus yang semula berwarna biru berubah menjadi berwarna merah.
Perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa larutan Al2(SO4)3 bersifat asam.
Halida, nitrat, dan sulfat dari alumunium larut dalam air dan menghasilkan reaksi
asam karena proses hidrolisis, sehingga alumunium sulfat bersifat asam. Sifat
asam tersebut berasal dari anion SO42- yang merupakan anion dari senyawa asam
kuat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) → Al2(SO4)3(aq)
Percobaan 4
Pada percobaan keempat bertujuan untuk mengetahui sifat amfoter
alumunium, yaitu alumunium dapat bertindak sebagai asam maupun basa.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu memasukkan larutan
Al2(SO4)3 yang berupa larutan tidak berwarna ke dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL. Kemudian ditambahkan dengan NaOH 1 M hingga terbentuk endapan putih,
yaitu sebanyak 7 tetes. Endapan yang terbentuk berupa endapan Al(OH) 3 berwarna
putih yang bertindak sebagai asam. Setelah itu, ditambahkan lagi NaOH 0,1 M
sampai endapan yang terbentuk kembali larut, yaitu sebanyak 43 tetes. Endapan
yang sebelumnya terbentuk dapat kembali larut karena endapan Al(OH)3 akan
larut dalam reagensia berlebih dan terbentuk arutan natrium tetrahidroksoaluminat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH (aq) 2Al(OH)3 (s) + 3Na2SO4 (aq)
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)
Selanjutnya campuran larutan ditambahkan dengan HCl 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna sampai terbentuk endapan, yaitu sebanyak 12 tetes.
Endapan yang terbentuk berupa endapan Al(OH)3 yang bertindak sebagai basa,
karena dapat bereaksi dengan HCl berlebih. Setelah itu ditambahkan HCl
sebanyak 40 tetes, endapan yang terbentuk dapat larut kembali. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)
Al(OH)3 (s) + 3HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3H2O (l)
Pembentukan endapan Al(OH)3 oleh NaOH lebih cepat dibandingkan
dengan HCl karena senyawa Al lebih reaktif dengan basa daripada dengan asam.
Senyawa Al(OH)3 bersifat amfoter karena dapat bertindak sebagai asam maupun
basa.
Percobaan 5
Pada percobaan kelima bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawa
alumunium. Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan
Al2(SO4)3 yang berupa larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 mL. Kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan (NH4)2S yang
berupa larutan berwarna kuning dan berbau menyengat, penambahan dilakukan di
lemari asam. Ketika ditambahkan dengan 3 tetes (NH4)2S terbentuk endapan
Al(OH)3 yang berwarna putih dan timbul gas H2S yang berbau busuk sesuai
dengan reaksi berikut ini.
Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6H2O(l) →2Al(OH)3(s) + 3H2S(g) +
3(NH4)2SO4(aq)
Endapan yang terbentuk kemudian dipisahkan dari filtratnya dengan cara
penyaringan. Filtrate yang dihasilkan berupa larutan berwarna kuning dan endapan
yang terbentuk berwarna putih. Endapan ini kemudian dicuci dengan aquades
dengan tujuan agar endapan lebih terbentuk (berkoagulasi) dan menghindari
terjadinya endapan sulfide yang dapat terjadi ketika ditambahkan NaOH.
Selanjutnya endapan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan
NaOH 1 M sampai endapan larut dan larutan berwarna kuning. Jumlah tetesan
NaOH yang diperlukan hingga endapan larut yaitu sebanyak 40 tetes. Penambahan
NaOH berlebih menyebabkan endapan larut karena aluminium memiliki kelarutan
yang besar terhadap basa. Reaksi yang terjadi sebagai berikut ini :
Al(OH)3(s)+ NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Pada percobaan pertama aluminium bereaksi dengan NaOH menghasilkan gelembung
gas H2 dan senyawa aluminium oksida bereaksi dengan HgCl2 membentuk HgO
berwarna abu – abu kehitaman.
Pada percobaan kedua lempeng aluminium bereaksi dengan asam, basa dan garam
bersifat amfoter ditandai dengan timbulnya gelembung gas H2 dan tingkat kereaktifan
Al yaitu NaOH> HCl> Na2CO3.
Pada percobaan ketiga larutan Al2(SO4)3 bersifat asam ditandai dengan kertas lakmus
biru menjadi berwarna merah.
Pada percobaan keempat senyawa Al2(SO4)3 bersifat amfoter karena dapat bereaksi
dengan baik terhadap asam dan basa membentuk [Al(OH)3]
Pada percobaan kelima Al2(SO4)3 dapat bereaksi dengan ammonium sulfida (NH4)2S
membentuk endapan Al(OH)3 berupa hablur putih dan gas H2S, endapan Al(OH)3
mudah larut dalam reagensi yang berlebih membentuk senyawa Na[Al(OH)4]..
XI. Daftar Pustaka
Abdul, Mu’im S. 2002. Kimia Anorganik II. Palangkaraya : UNPAD.
Achmad, H. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Callister, WD. 2007. Material Science and Engineering An Introduction. New York :
John Wiley and Sons, Inc.
Cotton, F. Albert. 1999. Advance Inorganic Chemistry. New York : Willey
IntersciencePublication.
Hiskia, A. 2001. ELEKTROKIMIA DAN KINETIKA KIMIA. Bandung : PT. Citra
Aditya Abadi.
Lutfi, Achmad; dkk. 2018. Kimia Anorganik: Unsur-unsur Golongan Utama.
Surabaya: FMIPA UNESA.
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prisnsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Seiler,1994
Sugiarto, K. H. 2001. Kimia Anorganik. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.
Svehla, G. 1990. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis (fifth ed). London: Limited Group.Ltd. (diterjemahkan oleh) Setiono, L
dan Hadyana, P.A. 1985. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Jawaban dan Pertanyaan
1. Terangkan sifat amfoter aluminium berdasarkan percobaan yang anda lakukan!
Jawab:
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan
ion hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya dalam percobaan kami [Al2(SO4)3]
bereaksi dengan basa kuat yaitu NaOH, pada tetesaan 2 terbentuk endapan putih
Al(OH)3 menurut reaksi:
Al2(SO4)3(aq) + 6 NaOH(aq) 2 Al(OH)3(s) + 3 Na2SO4(aq)
Setelah penambahan NaOH 7 tetes sehingga endapan putih larut kembali,
ditunjukkan dengan persamaan reaksi:
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) Na[Al(OH)4](aq)
Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH) 3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat asamnya. Kemudian
larutan ini ditambah dengan HCl 1 M. Penambahan 5 tetes menyebabkan
terbentuk kembali endapan putih gelatin [Al(OH)3]:
Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq) Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O (l)
penambahan 21 tetes HCl sehingga endapan yang terbentuk larut kembali,
penambahan HCl dilanjutkan dan tidak terjadi lagi perubahan.
Al(OH)3(s) + HCl(aq) AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH) 3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat basanya. Kemampuan
Al(OH)3 melakukan reaksi netralisasi atau dapat bersifat asam atau basa bila
direaksikan dengan basa kuat dan asam kuat merupakan alasan mengapa Al(OH) 3
disebut bersifat amfoter.
Percobaan 2
Tabung 1 : 2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l) 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
Tabung 2 : Al(s)+ 3H2O(l) Al(OH)3 ↓ + 3H+
Na2CO3(aq) + 2H+ 2Na+ + CO2 ↑ + H2O(l)
Al(OH)3 ↓ + Na2CO3(aq) + H2O(l) Na[Al(OH)4] + H2CO3(aq)
Tabung 3 : 2Al(s) + 6HCl(aq) 2Al3+ + H2 + 6 Cl-
Percobaan 4
Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq) 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) Na[Al(OH)4](aq)
Percobaan 5
Al2(SO4)3(aq)+(NH4)2S(aq)+6H2O(l)→2Al(OH)3+3H2S+3(NH4)2SO4 (aq)
Al(OH)3 + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)
Larutan Al2(SO4)3 yang tidak berwarna Larutan Al2(SO4)3 setelah ditambah NaOH
7 tetes terbentuk endapan