Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan, harapan pasien adalah
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya dan dengan waktu sesingkat-
singkatnya. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik swasta maupun
dokter praktek sesungguhnya tidak hanya memberikan pelayanan medis profesional
namun juga memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Selain mendapatkan
pelayanan kesehatan sebaik-baiknya, pasien dan keluarga juga mengharapkan
kenyamanan dan keamanan baik dari segi petugas yang cekatan, kenyamanan ruang
tunggu, antrian yang tidak terlalu lama, kebersihan toilet maupun dari sumber daya
manusia yang bertugas ditempat pelayanan kesehatan tersebut harus profesional. Selain
itu instalasi rawat jalan sebagai salah satu tempat pelayanan yang pertama, yang
diharapkan pasien maupun keluarga pasien adalah sebagai tempat pemberi informasi
yang jelas sebelum pasien mendapatkan tindakan/ pelayanan berikutnya bahkan sampai
memerlukan rawat inap.

Sebagai bagian dari rumah sakit, instalasi rawat jalan berupaya meningkatkan
pelayanan kesehatan dan berusaha memenuhi segala aspek mutu kesehatan. Dalam
pertumbuhan dan perkembangannya serta tuntutan masyarakat akan pemenuhan
kesehatan yang prima maka instalasi rawat jalan sampai tahun ini memiliki 12 poliklinik
diantaranya Poliklinik Obgyn, Penyakit Dalam, Anak, Mata, Bedah Umum, Bedah Saraf,
Saraf, Paru, Gigi, THT, Anestesi dan Kulit Kelamin serta pelayanan hemodialisa dan
pelayanan rehabilitasi medik yang meliputi fisioterapi dan terapi wicara. Untuk
pemeriksaan Kesehatan, Medical Check Up Unit sebagai bagian dari rawat jalan memiliki
beberapa pemeriksaan diantaranya: Kir Kesehatan, Kir Bebas Narkoba, Medical Check
Up Paket Standar, Medical Check Up Paket Lengkap dan Medical Check Up Paket Super.
Hal ini tidak menutup kemungkinan pelayanan ini akan terus bertambah.

1|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan


Berdasarkan hal tersebut diatas, maka INstalasi Rawat Jalan sangat perlu membuat
standar pelayanan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan di Instalasi Rawat
Jalan.

1.2. TUJUAN PEDOMAN

a. Tujuan khusus

Terwujudnya penyelanggaraan pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan secara prima


dengan mutu tinggi serta mengutamakan keselamatan pasien, sehingga terselenggara
pelayanan yang optimal dalam mencapai pelayanan yang paripurna.

b. Tujuan umum

 Pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan dapat berjalan dengan baik


berdasarkan SPO sehingga keselamatan pasien dapat dimaksimalkan.
 Meningkatkan pelayanan kesehatan yang paripurna, terjangkau dengan
mengutamakan upaya preventif dan kuratif.
 Menciptakan instalasi rawat jalan dengan pelayanan yang nyaman dan lingkungan
yang aman.
 Menjadi instalasi rawat jalan dengan SDM yang profesional, cekatan dan terampil.

1.3. RUANG LINGKUP PELAYANAN

1. Ruang lingkup pelayanan umum : Memberikan pelayanan medical check up.


2. Ruang lingkup pelayanan spesialistik : Memberikan pelayanan kepada pasien yang
memerlukan penanganan lebih lanjut dengan dilayani oleh dokter spesialis,
termasuk pelayanan hemodialisa dan rehabilitasi medik.

2|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan


1.4. BATASAN OPERASIONAL

a. Pelayanan poliklinik :

1. Pelayanan Umum dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan medical


check up oleh dokter umum.
2. Poli Obgyn dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan kehamilan,
konsultasi kandungan/ alat kontrasepsi, penentuan diagnosa, tindakan
pemasangan dan lepas alat kontrasepsi (IUD), yang melayani adalah dokter
Spesialis Obgyn.
3. Poli Bedah dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan, penentuan
diagnosa dan rawat luka. Dokter yang melayani adalah dokter Sp.Bedah.
4. Poli Penyakit Dalam dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah dokter Sp.PD
5. Poli Anak dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,penentuan
diagnosa serta pelayanan imunisasi. Dokter yang melayani adalah dokter Sp.A
6. Poli Mata dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,penentuan
diagnosa di bidang mata. Dokter yang melayani adalah dokter Sp.M
7. Poli Saraf dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan, penentuan
diagnosis di bidang saraf. Dokter yang melayani adalah dokter Sp.S
8. Poli Paru dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan, penentuan
diagnosis serta spirometri di bidang paru. Dokter yang melayani adalah dokter Sp.P
9. Poli Kulit Kelamin dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosis serta tindakan di bidang kulit kelamin. Dokter yang melayani
adalah dokter Sp.KK
10. Poli THT dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan, penentuan
diagnosis serta tindakan dibidang THT. Dokter yang melayani adalah dokter
Sp.THT
11. Poli Anestesi dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan sebelum
dilakukan tindakan pembedahan dalam kaitannya dengan tindakan anestesi yang
akan dilakukan. Dokter yang melayani adalah dokter Sp.An.

3|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan


12. Poli gigi dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan, penentuan
diagnosis serta tindakan gigi. Dokter yang melayani adalah dokter gigi.
13. Poli VCT (Voluntary Counseling and Testing) mencakup pelayanan konsultasi
hingga pemeriksaan serta penatalaksanaan yang berkaitan dengan HIV/AIDS.
Penjelasan lebih lanjut akan dibahas tersendiri pada pedoman pelayanan VCT.
14. Unit Hemodialisa dimana didalamnya mencakup pelayanan, pemeriksaan hingga
tindakan yang berkaitan dengan hemodialisa. Lebih jelas akan dibahas tersendiri
pada pedoman pelayanan di unit hemodialisa.
15. Unit Rehabilitasi medik didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan, penentuan
diagnosis hingga tindakan dibidang rehabilitasi medik. Dokter yang melayani adalah
residen rehabilitasi medik. Secara terperinci akan dibahas pada pedoman
pelayanan unit rehabilitasi medik.

b. Pelayanan Administrasi

1. Menerima daftar  dari bagian pendaftaran untuk didata dan membagi


pendistribusian ke poli pelayanan yang di tuju.
2. Mendata jumlah pasien untuk tiap-tiap dokter.

1.5. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat.
6. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

4|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan


7. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.

5|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di instalasi rawat jalan adalah :

1. Tenaga Medis
Tenaga medis yang ada di instalasi rawat jalan adalah tenaga medis yang
bersertifikat, dan berkompeten dibidangnya dalam arti sudah lulus dari pendidikan
kedokteran baik sebagai dokter umum maupun dokter spesialis serta lulus dalam
kredensial yang di lakukan oleh rumah sakit.

2. Tenaga Perawat
Untuk menunjang pelayanan perawatan di instalasi rawat jalan harus di dukung oleh
tenaga perawat yang memiliki ketrampilan, pendidikan dan pelatihan yang mendukung
dalam pelayanan instalasi rawat jalan.

3. Fisioterapis terdiri dari lulusan pendidikan fisioterapi jenjang Diploma III, Diploma IV,
Strata – 1/Profesi, Strata – 2/Specialisasi, dan Strata – 3. Dalam melakukan
pelayanan fisioterapi yang baik, para fisioterapis harus memenuhi kriteria – kriteria
dibawah ini :

a. Harus memenuhi persyaratan administrasi :

1. Memiliki ijazah dari Institusi Pendidikan yang terakreditasi.

2. Memiliki Surat Tanda Registrasi Fisioterapi

3. Memiliki Surat Izin Praktik Fisioterapi


b. Memiliki kesehatan fisik dan mental
c. Berpenampilan profesional, sehat, bersih, dan rapi
d. Menggunakan atribut praktek (antara lain : baju praktik, tanda pengenal, dll)

6|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan


4. Tenaga kesehatan lain
Tenaga kesehatan lain juga juga diperlukan oleh instalasi rawat jalan untuk
mendukung berjalannya pelayanan rawat jalan, diantaranya ahli gizi, dan farmasi.

5. Tenaga Administrasi dan pekarya yang terlatih .

 2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Nama Kualifi Wakt Juml


Jabata kasi u ah
n Formal Kerja SDM
dan
Inform
al
Kepala Dokter 07.30 1
Instala spesiali - orang
si s 14.00
Kepala S1 07.30 1
Ruang Kepera - orang
an HD watan, 14.00
Ners
Perawa D3 07.30 14
t kepera - orang
Pelaks watan 14.00
ana
Bidan D3 07.30 4
Pelaks kebida - orang
ana nan 14.00
Perawa D3 07.30 2
t gigi kepera - orang
watan 14.00
gigi
Opticia D3 07.30 1

7|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan


n perawa - orang
t mata 14.00
Fisioter D3 07.00 5
apis Fisioter - orang
api 14.00
Terapis D3 07.00 1
Wicara Terapi - orang
Wicara 14.00
Tenag SMA 07.00 1
a - orang
Admini 14.00
strasi

 2.3. PENGATURAN JAGA

Dalam pelayanan di instalasi rawat jalan pengaturan jaga/ shift dinas diatur sesuai dengan
jam kerja yang berlaku di RSUD Bengkalis, yaitu mulai pukul 07.30 hingga pukul 14.00
wib. Kecuali untuk pelayanan di unit hemodialisa dimulai pukul 07.30 hingga pukul 17.00
wib.

BAB III

STANDAR FASILITAS

8|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan


3.1. DENAH RUANG

Depo Obat 24 Poli Kulit dan Poli Bedah Poli Pojok Poli
jam Kelamin Saraf Penyakit ASI dan Bedah
Dalam Gizi

Ruang Tunggu Ruang Tunggu Pasien

Poli Poli Saraf Poli Anak Poli THT Poli Gigi


Mata

Ruang dokter Pojok TB DOTS


MCU

Poli Paru
Ruang Tunggu
Pasien Poli VCT

Pojok TB Poli Paru MCU R. periksa


Ruang Audiometri/
DOTS MCU
Timpanometri
Toilet

Ruang
TreadMill
Ruang EEG dan EMG

Denah ruangan Rehabilitasi Medik :

Ruang terapi
Ruang Ruang Ruang Ruang
anak
Pemeriksaan Terapi I Terapi II Terapi III
(planning) 9|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
Toilet Ruang Pendaftaran dan Ruang Tunggu

Denah Ruang Hemodialisa

KETERANGAN

Bed Pasien Wastafel

Mesin Hemodialisa Ruang RO

10 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
WC

Meja

Nurse Station

Rak Obat dan BHP

Ruang Re Use

3.2. STANDAR FASILITAS

Kelengkapan alat dalam instalasi rawat jalan RSUD Bengkalis terdiri dari :
1. Poliklinik secara keseluruhan

 Meja kerja

 Kursi

 Tempat tidur periksa pasien

 Lemari administrasi

 Komputer

 Tensimeter

 Stetoskop

 Termometer

 Senter

 Tongue spatel

2. Poliklinik secara khusus

11 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
 Bedah : alat anoscope, lampu sorot dan alat rawat luka

 Mata:Slit lamp, buku ishihara, snellen card, kacamata koreksi, kacamata


pembesar, USG mata.

 Bedah saraf: alat rawat luka

 Kulit dan kelamin: kaca pembesar, cauter, lampu sorot

 Obgyn: USG, bed gynekologi, alat rawat luka

 Saraf: Hammer reflex, EEG, EMG, buku MMSE

 Paru: spirometri

 Gigi: meja periksa gigi beserta perlengkapannya.

3.. Kelengkapan alat di MCU RSUD Bengkalis terdiri dari :

a. Ruang Keur Kesehatan, EKG Dan Sphyrometri

 Meja kerja

 Kursi

 Tempat tidur periksa pasien

 Lemari administrasi

 Tensimeter

 Stetoskop

 Termometer

12 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
 Senter

 Tongue spatel

 Buku Blind Test (Ishihara)

 Timbangan Berat dan Pengukur Tinggi Badan

 Alat Rekam Jantung ( EKG )

 Alat Sphyrometri

b. Ruang LF Test

 Meja kerja

 Kursi

 Komputer

 Ruang Kedap Suara

 Alat Audiometri

 Alat Tymphanometri

c. Ruang Treadmill

 Meja Kerja

 Kursi

 Tempat Tidur Periksa Pasien

 Komputer Stress Test Unit

 Teadmill

13 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Fasilitas yang tersedia di Ruangan Rehabilitasi Medik :
1. Loket Pendaftaran/administrasi
2. Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar pasien
3. Ruang Fisioterapi Pasif
Ruang untuk memberikan pelayanan berupa suatu intervensi radiasi/gelombang
elektrokagnetik dan traksi, maupun latihan manipulasi yang diberikan kepada
pasien yang bersifat individu.
4. Ruang Fisioterapi aktif
Ruang untuk memberikan pelayanan berupa terapi latihan (exercise)
5. Toilet Pasien

Peralatan yang tersedia :


1. Stetoskop
2. Tensimeter
3. Timbangan Berat Badan
4. Pengukur Tinggi Badan
5. Alat – alat Fisioterapi :
Diathermy Traksi Cryotherapy
US RSWT Laser
IR TENS Electrical Stimulation
Alat Medis di Ruang Hemodialisis RSUD Bengkalis meliputi:

Kondisi
No Nama Alat Standar Jumlah Baik Rusak Ket

HD mesin
1. 4 4 4 - 2 KSO
(Fresenius)

2. HD mesin (B Braun) 4 4 4 - KSO

3. RO water system 1 1 1 -

4. Reprocessor 1 1 1 -

5. Refrigerator Drug 1 1 1 -

14 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
6. Suction sentral 2 2 2 -

7. Ward bed 6 6 6 -

8. Dialysis bed 2 2 2 -

9. O2 sentral 2 2 2 -

10. Troli dan Tabung O2 1 1 1 -

11. Glucometer 1 1 - 1

12. Gunting verband 5 3 3 -

13. Klem anatomi 1 1 1 -

14. Suction pump 2 1 1 -

15. Resusitator 2 1 1 -

16. Troli instrumen 3 2 2 -

17. Timbangan badan 2 1 1 -

18. Troli emergency 2 2 2 -

19. Sphigmonanometer 5 2 2 -

20. Stetoskop 4 2 2 -

Bak instrument
21. 8 3 3 -
besar

Bak instrument
22. 8 6 6 -
sedang

23. Kom kecil + Tutup 16 8 8 -

24. Kom besar tutup 16 8 8 -

25. Nierbeken 16 4 4 -

26. Tabung O2 besar 4 2 2 -

27. Torniquet 4 2 2 -

28. Tongue spatel 2 2 2 -

29. Tromol besar 1 1 1 -

30. Tromol kecil 1 1 1 -

15 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
31. Standar infus 2 2 2 -

Inventaris Alat Rumah Tangga di Ruang Hemodialisa RSUD Bengkalis meliputi:

Kondisi
No Nama Alat Standar Jumlah Ket
Baik Rusak

1. Nurse station 1 1 1 -

2. Meja kerja 3 3 3 -

3. Lemari arsip 5 5 5 -

4. Komputer 1 1 1 -

5. Printer 1 1 1 -

6. Televisi 3 2 2 -

7. Kursi pasien 10 10 10 -

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan dalam instalasi rawat jalan pada umumnya dikerjakan secara
team work, dilakukan sesuai asuhan keperawatan dan terdokumentasikan dengan baik.

4.1. PASIEN RAWAT JALAN

Setelah terdaftar di bagian pendaftaran pasien akan menuju ke ruang tunggu poli
yang akan dituju dan siap mendapatkan pelayanan selanjutnya. Petugas pendaftaran
akan mengantarkan berkas rekam medis ke poliklinik yang dituju. Petugas poliklinik akan
mendata berkas yang masuk lalu melakukan pemeriksaan keperawatan dasar seperti

16 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
mengukur tensi, mengukur suhu, dsb untuk selanjutnya memanggil pasien untuk
pemeriksaan dokter berdasarkan nomor antrian yang ada. Adapun pasien yang
memerlukan pemeriksaan darah secara lengkap dan radiologi, maka segera dibuatkan
lembar permintaan pemeriksaan ke laboratorium dan radiologi. setelah semua hasil
laboratorium dan radiologi jadi pasien siap di periksa kembali oleh dokter. Jika dalam
pemeriksaan memerlukan pemeriksaan dari bagian lain, maka dokter membuatkan lembar
konsultasi intern dan selanjutnya pasien menuju ke poliklinik yang dikonsulkan untuk
mendapatkan pelayanan selanjutnya. Setelah pasien menyelesaikan tahap pemeriksaan
dokter selanjutnya pasien menunggu didepan apotek rawat jalan untuk menerima obat.

4.2.PASIEN YANG DIRAWAT

Untuk pasien rawat jalan yang memerlukan perawatan inap di RSUD Bengkalis,
petugas poliklinik akan mendaftarkan pasien tersebut ke ruangan yang terkait untuk
selanjutnya pasien menuju ke ruangan rawat inap untuk mendapatkan pelayanan
selanjutnya.

4.3 PASIEN KIR KESEHATAN DAN MEDICAL CHECK UP

Pasien yang akan melakukan kir kesehatan dan medical check up mendaftar
langsung ke counter MCU. Perawat atauTenaga administrasi MCU memberikan blangko
pemeriksaan kesehatan sesuai kebutuhan untuk diisi dengan lengkap sesuai biodata
pasien. Setelah pasien selesai mengisi biodata diri dengan lengkap, petugas MCU
mencatat data – data pasien ke dalam buku register dan memberikan penomeran surat
pada blangko yang telah diisi.

Setelah pengisian blangko dan pencatatan dibuku register selesai, pasien


dianjurkan menuju ruang pemeriksaan kesehatan untuk di lakukan pemeriksaan fisik,
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, test buta warna dan pemeriksaan
tanda – tanda vital meliputi ; tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh. Kemudian
pasien melakukan pembayaran administrasi pelayanan dibagian kasir rumah sakit.

17 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Selanjutnya pasien diarahkan ke unit penunjang lainnya seperti ke laboratorium dan
radiologi untuk dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan. Setelah selesai
melakukan pemeriksaan penunjang pasien kembali ke MCU untuk di simpulkan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter umum MCU. Kemudian pasien diberikan
pelayanan konsultasi hasil medical check up oleh dokter umum MCU. Bila didapati hasil
medical check up yang membutuhkan perawatan dan pengobatan lanjutan, pasien
dianjurkan untuk melakukan konsultasi lanjutan ke layanan spesialistik.

4.4 PASIEN YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk pasien yang akan melakukan pemeriksaan penunjang sepeti ; EKG,


Sphyrometri, Audiaometri, tymphanometri dan treadmill. Pasien datang langsung ke MCU
dengan menunjukkan formulir permintaan pemeriksaan dari rawat inap atau poliklinik
rawat jalan yang telah di checklist dan ditanda tangani oleh dokter yang meminta.

Perawat MCU mencatat biodata pasien ke dalam buku register sesuai dengan jenis
pemeriksaan. Administrasi berkas – berkas pengkleman untuk pasien dengan ansuransi
seperti BPJS dan sebagainya juga harus dilengkapi. Kemudian perawat kembali
melakukan entry data pasien ke dalam unit alat pemeriksaan. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan terhadap pasien.

Setelah selesai prosedur pemeriksaan pasien dirapikan kembali, dan hasil pemeriksaan
diserahkan kepada pasien atau keluarganya untuk dikonsultasikan kembali ke dokter
yang mengirim.

4.5 PROSES FISIOTERAPI


Fisioterapis melakukan asuhan fisioterapi dengan pendekatan penyelesaian
masalah dan atau pemenuhan kebutuhan, menggunakan metode ilmiah, berpegang
teguh pada sumpah dan kode etik fisioterapi, mengacu pada standar profesi serta
standar pelayanan, sesuai dengan kewenangannya dalam siklus kegiatan proses
fisioterapi.
1. Rujukan Fisioterapi

18 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Sesuai SK Menkes No. 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin
Praktik Fisioterapi, pasien/klien bisa mendapatkan pelayanan fisioterapi dengan
rujukan dari tenaga medis dan atau tanpa rujukan. Pelayanan Fisioterapi tidak
memerlukan rujukan hanya boleh dilaksanakan yang bersifat promotif dan preventif,
pelayanan untuk pemeliharaan kebugaran, memperbaiki postur, memelihara sikap
tubuh, dan melatih irama pernapasan normal serta pelayanan dengan keadaan
aktualisasi rendah bertujuan untuk pemeliharaan.

2. Asesmen Fisioterapi
Asesmen fisioterapi yaitu pemeriksaan pada perorangan atau kelompok untuk
merumuskan keadaan nyata atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan,
keterbatasan fungsi, kitidakmampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara
pengambilan perjalanan penyakit, atau history taking, sceening, tes khusus,
pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesis dalam
sebuah proses pertimbangan klinik dalam standar asesmen dikembangkan teknis
pengukuran yang dilakukan untuk proses pengumpulan data.

3. Diagnosa dan Prognosis Fisioterapi


Diagnosis adalah suatu label yang menggambarkan keadaan multi dimensi
pasien/klien yang dihasilkan dari pemeriksaan dan pertimbangna klinis, yang dapat
menunjukkan adanya disfungsi gerak mencakup gangguan/kelemahan (impairmen),
limitasi fungsi (funtional limitation), ketidakmampuan (disabilitas), sindroma
(sundromes), mulai dari sistem sel dan biasanya pada level sistem gerak dan
fungsi.
Prognosa adalah prediksi perkembangan keadaan diagnostik pasien/klien
dimasa mendatang setelah mendapatkan intervensi fisioterapi.

4. Perencanaan dan Persetujuan Tindakan Fisioterapi


Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya
menuntun kepada pengembangan intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan
yang terukur yang disetujui pasien/klien, keluarga atau petugas kesehatan lainnya

19 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
dan menjadi pemikiran perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila
dipandang kasusnya tidak tepat untuk fisioterapi.

5. Intervensi Fisioterapi
Implementasi dan modifikasi perencanaan untuk mencapai tujuan yang
disepakati dan dapat termasuk penanganan secara manual, peningkatan gerakan,
peralatan fisis, peralatan elektropeutis dan peralatan mekanis, pelatihan fungsional,
penentuan bantuan dan peralatan bantu, instruksi dan konseling, dokumentasi,
koordinasi, dan komunikasi.

6. Evaluasi Fisioterapi
Keharusan untuk evaluasi atau re-asesmen untuk menetapkan keadaan
diagnostik baru pasien/klien setelah menjalani periode intervensi dan untuk
menetapkan kriteria penghentian tindakan.

7. Rekam Fisioterapi
Bahwa setiap pemberian dan atau tindakan pelayanan fisioterapi harus disertai
dengan alat bukti yang disebut rekam fisioterapi dengan sanksi pelanggaran yang
menyertainya sesuai Kepmenkes No. 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang
Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapi dan Permenkes RI No.
269/MENKES/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
Rekam fisioterapi dimulai sejak pasienklien diterima disarana pelayanan
fisioterapi hingga berakhirnya masa pelayanan. Setiap pemberian pelayanan
tersebut diatas wajib disertakan bukti pemberian pelayanan yang tertuang dalam
berbagai jenis formulir. Pengisian rekam fisioterapi dilakukan oleh fisioterapis yang
melaksanakan pelayanan terhadap pasien/klien.
Sebagai acuan disusun formulir – formulir rekam fisioterapi, antara lain :
a. Rujukan masuk dan keluar
b. Persetujuan/penolakan intervensi fisioterapi
c. Catatan proses dan perkembangan
d. Hasil pemeriksaan dan pengukuran kasus

20 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
e. Catatan hasil asesmen ulang serta asesmen akhir pada penyelesaian
pelayanan
f. Rekomendasi tindak lanjut pelayanan untuk pasien/klien
g. Ringkasan riwayat keluar (discharge summary)

8. Terminasi Pelayanan Fisioterapi


Terminasi (penghentian pelayanan fisioterapi) dilakukan bila :
a. Berakhirnya proses pelayanan fisioterapi yang telah diberikan selama periode
tunggal pelayanan fisioterapi atau tujuan yang diharapkan telah tercapai.
b. Terjadi discontuiasi, yaitu penghentian karena :
1) Fisioterapis menentukan bahwa tidak ada manfaat positip terhadap
pasien/klien oleh tindakan pelayanan tersebut.
2) Pasien/klien tidak mau melanjutkan program pelayanan fisioterapi karena
menyangkut permasalahan komplikasi medik atau psikososial.
3) Pasien/klien keberatan atas pelayanan fisioterapi yang disebabkan oleh
permasalahan dana/pembayaran.

9. Koordinasi, Komunikasi, Pendidikan, dan Intruksi Fisioterapi


a. Koordinasi adalah kerjasama semua bagian yang terkait dengan pasien/klien
b. Komuniksai termasuk administrasi merupakan pertukaran informasi baik dengan
pasien/klien maupun sesama pemberi pelayanan untuk menjamin pemberian
pelayanan yang tepat, aman, komprehensif, efesien dan efektif mulai dari
kedatangan sampai selesai.
c. Pendidikan pasien/klien adalah proses pemberian informasi, pendidikan atau
pelatihan kepada pasien/klien/keluarga.
d. Instruksi berkjaitan dengan kondisi, rencana, hasil yang diharapkan dan faktor
resiko. Fisioterapis bertanggungjawab atas instruksi – instruksi yang diberikan
kepada pasien/klien dan atau keluarganya.

4.6 PERSIAPAN HEMODIALISIS


Persiapan pasien sebelum inisiasi hemodialisis:

21 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
1. Surat dari dokter nefrologi / penyakit dalam untuk tindakan hemodialisis
(intruksi dokter )
2. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan hemodialisis
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita ( penyakit lain dan alergi )
4. Keadaan umum pasien
5. Keadaan psikososial
6. Keadaaan fisik (ukur tanda-tanda vital, berat badan, warna kulit, mata,
ekstremitas edema +/-)
7. Data laboratorium : Hb, ureum, kreatin, HbSAg, HIV dan anti HCV
8. Pastikan bahwa pasien telah benar-benar siap dilakukan hemodialisis.

Persiapan sebelum hemodialisis:

1. Sambungkan selang air dengan mesin hemodialisa


2. Kran air dibuka
3. Pastikan selang pembuang air dan mesin hemodialisis sudah masuk ke lubang
atau saluran pembuangan
4. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak
5. Hidupkan mesin
6. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit
7. Matikan mesin hemodialisis
8. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat
9. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis
10. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap)

Persiapan mesin, alat dan bahan:


1. Listrik
2. Air yang sudah diolah dengan cara :
a. Filtrasi
b. Softening
c. Deionisasi

22 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
d. Reverse osmosis
3. Persiapan alat dan bahan:
a. Dialyzer
b. Konsentrat
c. AV blood line
d. AV fistula
e. NaCl 0,9 %
f. Infus set
g. Spuit
h. Heparin
i. Lidocain
j. Kassa steril
k. Duk
l. Sarung tangan
m. Mangkok kecil
n. Desinfektan (alkohol/betadine)
o. Klem
p. Matkan (gelas ukur)
q. Timbangan
r. Tensimeter
s. Termometer
t. Plester
u. Perlak kecil

Langkah-langkah memulai hemodialisis:


1. Menyiapkan sirkulasi darah
a. Bukalah dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang infus set dan NaCl-
nya (perhatikan sterilitasnya).
b. Dengan teknik aseptik hubungkan ujung AV blood line pada dialyzer.
c. Pasang alat tersebut pada mesin sesuai dengan tempatnya.
d. Hubungkan set infus ke slang anteri.

23 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
e. Tempatkan ujung V blood line dalam penampung, hindarkan kontaminasi dengan
penampung dan jangan terendam dengan air yang keluar.
f. Bukalah klem NaCl 0,9 %, isi slang arteri sampai ke ujung slang lalu diklem.
g. Lakukan pembilasan/rinsing dengan mengalirkan NaCl 0,9% sebanyak 500 ml
untuk dialyzer baru atau 1.000 ml untuk dialyzer reuse dan ditampung pada gelas
ukur hingga semua sirkulasi bebas dari udara.
h. Sambungkan ujung biru VBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan
konektor.
i. Lakukan priming dan soaking dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan yang
merah (inlet) di bawah, caranya :

1) Sambungkan cairan dialisat dengan dialyzer dengan posisi outlet di


bawah dan inlet diatas.
2) Masukkan Heparin 5.000 IU dalam sirkulasi.
3) Lakukan sirkulasi 5-10 menit dengan QB 150 ml/menit
2. Persiapan Pasien
a. Menimbang berat badan
b. Mengatur posisi pasien
c. Observasi keadaan umum
d. Observasi tanda-tanda vital
e. Melakukan kanulasi/punksi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti di bawah ini:
1) Dengan interval A-V shunt / fistula cimino
2) Dengan catheter double lumen
3) Melalui vena femoralis

5 Punksi Akses Vaskuler


1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt.
2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi.
3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam
bak steril)

24 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
4. Cuci tangan, bak steril dibuka kemudian memakai hand-scoon.
5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi.
6. Pasang duk steril, sebelum disinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine dan
alkohol.
7. Ambil fistula dan punksi outlet terlebih dahulu, bila perlu lakukan anaesthesi lokal,
kemudian desinfeksi.
8. Bolus heparin yang sudah diencerkan dengan NaCl 0,9% (dosis awal).
9. Selanjutnya punksi inlet dengan cara yang sama kemudian difiksasi.

6 Memulai Hemodialisis
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV
blood line diklem.
2. Sambungan AV blood line dilepas, kemudian A blood line dihubungkan
dengan punksi outlet. Ujung V blood line ditempatkan ke matkan untuk menampung
NaCl 0,9% yang sudah bercampur heparin.
3. Buka semua klem dan putar pompa perlahan-lahan sampai kurang lebih
100 ml/menit untuk mengalirkan darah, mengawasi apakah ada penyulit.
4. Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai pada bubble trap V blood line,
kemudian pompa dimatikan dan V blood line diklem.
5. Ujung V blood line dibuka (pastikan sambungan bebas dari udara).
6. Putar pompa dengan QB 100ml/menit kemudian naikkan perlahan-lahan
antara 150 – 200 ml/menit.
7. Fiksasi AV blood line agar tidak mengganggu pergerakan.
8. Hidupkan heparin pump sesuai dengan lamanya hemodialisis.
9. Buka klem slang monitor AV pressure.
10. Hidupkan detektor kebocoran udara.
11. Cek mesin dan sirkulasi dialisat.
12. Cek posisi dialyzer (merah diatas, biru dibawah).
13. Observasi kesadaran dan keluhan pasien.
14. Programkan hemodialisis.
15. Isi formulir hemodialisis.

25 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
16. Rapikan peralatan.

7 Penatalaksanaan Hemodialisa.
Memprogram dan Memonitor Mesin Hemodialisis.
1. Lamanya hemodialisis (td).
2. Qb (kecepatan aliran darah) = 150 – 250 ml/menit
3. Qd (kecepatan aliran dialisat) = 300-500 ml/menit
4. Temperatur dialisat 37-400C
5. UFR atau UFG
6. Heparinisasi, ditentukan jenis heparinisasi berdasarkan kondisi pasien:
a. Heparinisasi standar
1) Dosis awal = 50 –100 IU/kgBB atau 2.000 IU, diberikan
pada waktu punksi.
2) Dosis maintenance = 1.000 IU/jam, diberikan secara terus
menerus dengan bantuan pompa dari awal hemodialisis sampai dengan 1 jam
sebelum hemodialisis berakhir.
b. Heparinisasi minimal
1) Dosis awal tidak diberikan
2) Dosis maintenance = 500 IU/jam, diberikan secara terus menerus dengan
bantuan pompa dari awal hemodialisis sampai dengan 1 jam sebelum
hemodialisis berakhir.
c. Free heparin
Tidak diberikan dosis awal maupun dosis maintenance, tetapi diberikan bolus
NaCl 0,9% sebanyak 100 ml tiap jam untuk memantau terjadinya clotting.
Jumlah cairan yang dibolus harus ditambahkan dalam target ultrafiltrasi.
7. Pemeriksaan Laboratorium, ECG, dll.
8. Pemberian obat-obatan, transfusi dll.
9. Monitoring tekanan.
a. transmembran pressure.
b. arterial pressure
c. venous pressure

26 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
d. conductivity
e. detektor (udara, blood leak detector)

Observasi pasien:
1) Tanda-tanda vital (TNSR, kesadaran)
2) Fisik
Setelah proses hemodialisis selesai:
1. Mesin dibersihkan dan didesinfektan
2. Setelah proses pembersihan selesai, mesin dimatikan, lepas steker
mesin dari stop kontak dan tutup kran air.
3. Bersihkan ruangan hemodialisis

8 Interpretasi Hasil

Hasil dan tindakan dialysis harus diintrepretasikan dengan mengkaji jumlah


cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang
diambil segera setelah dialysis dapat menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan
kreatinin rendah palsu. Proses penyeimbangan berlangsung terus menerus setelah
dialysis, sejalan perpindahan zat dan dalam sel ke plasma.

BAB V

LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat di Rawat Jalan

1. Pengertian: Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat di Rawat Jalan adalah


permintaan obat dan alat kesehatan ke instalasi farmasi atas permintaan dokter
dan penanggung jawab/ Kepala Ruangan.

27 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
2. Prosedur : a. Permintaan obat atau alat kesehatan ditulis pada resep rangkap 1
oleh dokter poliklinik. b. Resep obat dilengkapi nama dokter, tanggal, nama
pasien, dan umur c. Resep diberikan ke petugas farmasi untuk proses
selanjutnya.

B. Perencanaan Peralatan atau Peremajaan

1. Pengertian Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru,


sesuai kebutuhan saat itu atau sebagai pengganti alat yang rusak atau harus
diganti karena keausannya.

2. Tujuan dari perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah agar


peralatan dapat digunakan setiap saat tanpa adanya hambatan dan menunjang
proses pelayanan di masing-masing poliklinik.

3. Prosedur Kegiatan: a. Dilakukan pengecekan rutin, sehingga diketahui peralatan


yang tidak dapat digunakan atau tidak dapat diperbaiki, dan direncanakan
dalam anggaran rutin atau diganti yang baru. b. Pengajuan pembelian peralatan
baru diketahui Kepala Instalasi kepada tim pengadaan barang rumah sakit
disertai perkiraan harga. c. Bila sudah terealisasi kepala instalasi menerima alat
dan menandatangani buku penerimaan barang serta menuliskan pada buku
inventaris.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Didalam instalasi rawat jalan ada beberapa standar yang
harus dilaksanakan dalam keselamatan pasien :

28 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
 Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100 %. Label
identitas tidak tepat apabila tidak terpasang, salah pasang, salah penulisan nama,
salah penulisan gelar ( Tn, Ny, Sdr, An ) salah jenis kelamin dan salah alamat.
 Terpasang gelang identitas bagi pasien yang akan rawat inap, dalam hal ini target
yang harus terpenuhi adalah 100 %.
 Bagi perawat atau petugas kesehatan yang memerlukan konsul dengan dokter via
telpon harus menggunakan metode SBAR, target yang harus terpenuhi 100 %.
 Ketepatan penyampaian hasil penunjang harus 100 %.yang dimaksud tidak tepat
apabila salah ketik, salah memasukkan diberkas pasien / list pasien lain.
 Ketepatan pemberian obat yang meliputi tepat identitas/pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat cara/rute (oral, parental, topikal, rektal, inhalasi ), tepat waktu dan tepat
dokumentasi.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu
bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan disekitar tempat
kerja tersebut.

29 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non
medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja diantaranya ;

 Tersedianya APD yang memenuhi standar serta dapat menggunakannya dengan


benar baik itu masker, penutup kepala, sarung tangan, skoret/apron, kacamata,
pelindung kaki dan sebagainya.
 Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dibedakan infeksius dan non
infeksius serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun spuit
bekas.
 Aturan untuk tidak melakukan recupping jarum suntik setelah dipakai ke pasien.
 Setiap petugas medis menganggap bahwa setiap pasien dapat menularkan
penyakit sehingga unsur keselamatan kerja dapat terus dilaksanakan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

1.Ketersediaan pelayanan di instalasi rawat jalan

Judul Ketersediaan pelayanan di instalasi rawat jalan


Tersedianya Pelayanan rawat jalan spesialistik yang minimal harus ada di
Tujuan
rumah sakit

30 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Dimensi Mutu Akses,kesinambungan pelayanan
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang
Definisi Operasional dilaksanakan di rumah sakit, klinik: anak, kebidanan, penyakit dalam, bedah,
saraf, gigi, mata, kulit, paru¸ pojok DOTS, Gizi.
Frekuensi
1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 bulan
Penanggung jawab
Kepala instalasi rawat jalan
pengumpul data

Indikator mutu Lainnya adalah :

 Dokter pemberi pelayanan diklinik spesialis 100%


 Jam buka pelayanan sesuai ketentuan 100%
 Waktu tunggu rawat jalan ≤ 60 menit
 Kepuasan pelanggan pada rawat jalan ≥ 80%
 Pasien rawat jalan tuberculosis yang ditangani dengan strategi DOTS 100%
 Penegakan diagnosis melalui pemeriksaan mikroskopi tuberculosis ≥ 60%
 Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di rumah sakit ≥ 60%
 Konseling KB mantap 100%
 Tidak adanya kejadian Drop pasien terhadap pelayanan rehabilitasi Medik yang
sudah direncanakan.
 Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan Rehabilitasi medik.
 Utilisasi penggunaan mesin Hemodialisa.

31 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
BAB IX

PENUTUP

Pada prinsipnya pelayanan instalasi rawat jalan adalah bagian pelayanan dari Rumah
Sakit Umum Daerah Bengkalis yang tidak hanya memberikan pelayanan berdasarkan
pemenuhan target finansial saja, tetapi sebuah pelayanan yang diberikan secara
paripurna dan mengutamakan keselamatan pasien dengan cara meningkatkan sumber
daya manusia melalui pendidikan ataupun pelatihan–pelatihan.

32 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Semoga dengan adanya buku pedoman pelayanan ini pelayanan di Instalasi Rawat Jalan
dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya oleh masyarakat.

33 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n

Anda mungkin juga menyukai