PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan, harapan pasien adalah
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya dan dengan waktu sesingkat-
singkatnya. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik swasta maupun
dokter praktek sesungguhnya tidak hanya memberikan pelayanan medis profesional
namun juga memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Selain mendapatkan
pelayanan kesehatan sebaik-baiknya, pasien dan keluarga juga mengharapkan
kenyamanan dan keamanan baik dari segi petugas yang cekatan, kenyamanan ruang
tunggu, antrian yang tidak terlalu lama, kebersihan toilet maupun dari sumber daya
manusia yang bertugas ditempat pelayanan kesehatan tersebut harus profesional. Selain
itu instalasi rawat jalan sebagai salah satu tempat pelayanan yang pertama, yang
diharapkan pasien maupun keluarga pasien adalah sebagai tempat pemberi informasi
yang jelas sebelum pasien mendapatkan tindakan/ pelayanan berikutnya bahkan sampai
memerlukan rawat inap.
Sebagai bagian dari rumah sakit, instalasi rawat jalan berupaya meningkatkan
pelayanan kesehatan dan berusaha memenuhi segala aspek mutu kesehatan. Dalam
pertumbuhan dan perkembangannya serta tuntutan masyarakat akan pemenuhan
kesehatan yang prima maka instalasi rawat jalan sampai tahun ini memiliki 12 poliklinik
diantaranya Poliklinik Obgyn, Penyakit Dalam, Anak, Mata, Bedah Umum, Bedah Saraf,
Saraf, Paru, Gigi, THT, Anestesi dan Kulit Kelamin serta pelayanan hemodialisa dan
pelayanan rehabilitasi medik yang meliputi fisioterapi dan terapi wicara. Untuk
pemeriksaan Kesehatan, Medical Check Up Unit sebagai bagian dari rawat jalan memiliki
beberapa pemeriksaan diantaranya: Kir Kesehatan, Kir Bebas Narkoba, Medical Check
Up Paket Standar, Medical Check Up Paket Lengkap dan Medical Check Up Paket Super.
Hal ini tidak menutup kemungkinan pelayanan ini akan terus bertambah.
a. Tujuan khusus
b. Tujuan umum
a. Pelayanan poliklinik :
b. Pelayanan Administrasi
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di instalasi rawat jalan adalah :
1. Tenaga Medis
Tenaga medis yang ada di instalasi rawat jalan adalah tenaga medis yang
bersertifikat, dan berkompeten dibidangnya dalam arti sudah lulus dari pendidikan
kedokteran baik sebagai dokter umum maupun dokter spesialis serta lulus dalam
kredensial yang di lakukan oleh rumah sakit.
2. Tenaga Perawat
Untuk menunjang pelayanan perawatan di instalasi rawat jalan harus di dukung oleh
tenaga perawat yang memiliki ketrampilan, pendidikan dan pelatihan yang mendukung
dalam pelayanan instalasi rawat jalan.
3. Fisioterapis terdiri dari lulusan pendidikan fisioterapi jenjang Diploma III, Diploma IV,
Strata – 1/Profesi, Strata – 2/Specialisasi, dan Strata – 3. Dalam melakukan
pelayanan fisioterapi yang baik, para fisioterapis harus memenuhi kriteria – kriteria
dibawah ini :
Dalam pelayanan di instalasi rawat jalan pengaturan jaga/ shift dinas diatur sesuai dengan
jam kerja yang berlaku di RSUD Bengkalis, yaitu mulai pukul 07.30 hingga pukul 14.00
wib. Kecuali untuk pelayanan di unit hemodialisa dimulai pukul 07.30 hingga pukul 17.00
wib.
BAB III
STANDAR FASILITAS
Depo Obat 24 Poli Kulit dan Poli Bedah Poli Pojok Poli
jam Kelamin Saraf Penyakit ASI dan Bedah
Dalam Gizi
Poli Paru
Ruang Tunggu
Pasien Poli VCT
Ruang
TreadMill
Ruang EEG dan EMG
Ruang terapi
Ruang Ruang Ruang Ruang
anak
Pemeriksaan Terapi I Terapi II Terapi III
(planning) 9|Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
Toilet Ruang Pendaftaran dan Ruang Tunggu
KETERANGAN
10 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
WC
Meja
Nurse Station
Ruang Re Use
Kelengkapan alat dalam instalasi rawat jalan RSUD Bengkalis terdiri dari :
1. Poliklinik secara keseluruhan
Meja kerja
Kursi
Lemari administrasi
Komputer
Tensimeter
Stetoskop
Termometer
Senter
Tongue spatel
11 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Bedah : alat anoscope, lampu sorot dan alat rawat luka
Paru: spirometri
Meja kerja
Kursi
Lemari administrasi
Tensimeter
Stetoskop
Termometer
12 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Senter
Tongue spatel
Alat Sphyrometri
b. Ruang LF Test
Meja kerja
Kursi
Komputer
Alat Audiometri
Alat Tymphanometri
c. Ruang Treadmill
Meja Kerja
Kursi
Teadmill
13 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Fasilitas yang tersedia di Ruangan Rehabilitasi Medik :
1. Loket Pendaftaran/administrasi
2. Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar pasien
3. Ruang Fisioterapi Pasif
Ruang untuk memberikan pelayanan berupa suatu intervensi radiasi/gelombang
elektrokagnetik dan traksi, maupun latihan manipulasi yang diberikan kepada
pasien yang bersifat individu.
4. Ruang Fisioterapi aktif
Ruang untuk memberikan pelayanan berupa terapi latihan (exercise)
5. Toilet Pasien
Kondisi
No Nama Alat Standar Jumlah Baik Rusak Ket
HD mesin
1. 4 4 4 - 2 KSO
(Fresenius)
3. RO water system 1 1 1 -
4. Reprocessor 1 1 1 -
5. Refrigerator Drug 1 1 1 -
14 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
6. Suction sentral 2 2 2 -
7. Ward bed 6 6 6 -
8. Dialysis bed 2 2 2 -
9. O2 sentral 2 2 2 -
11. Glucometer 1 1 - 1
15. Resusitator 2 1 1 -
19. Sphigmonanometer 5 2 2 -
20. Stetoskop 4 2 2 -
Bak instrument
21. 8 3 3 -
besar
Bak instrument
22. 8 6 6 -
sedang
25. Nierbeken 16 4 4 -
27. Torniquet 4 2 2 -
15 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
31. Standar infus 2 2 2 -
Kondisi
No Nama Alat Standar Jumlah Ket
Baik Rusak
1. Nurse station 1 1 1 -
2. Meja kerja 3 3 3 -
3. Lemari arsip 5 5 5 -
4. Komputer 1 1 1 -
5. Printer 1 1 1 -
6. Televisi 3 2 2 -
7. Kursi pasien 10 10 10 -
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan dalam instalasi rawat jalan pada umumnya dikerjakan secara
team work, dilakukan sesuai asuhan keperawatan dan terdokumentasikan dengan baik.
Setelah terdaftar di bagian pendaftaran pasien akan menuju ke ruang tunggu poli
yang akan dituju dan siap mendapatkan pelayanan selanjutnya. Petugas pendaftaran
akan mengantarkan berkas rekam medis ke poliklinik yang dituju. Petugas poliklinik akan
mendata berkas yang masuk lalu melakukan pemeriksaan keperawatan dasar seperti
16 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
mengukur tensi, mengukur suhu, dsb untuk selanjutnya memanggil pasien untuk
pemeriksaan dokter berdasarkan nomor antrian yang ada. Adapun pasien yang
memerlukan pemeriksaan darah secara lengkap dan radiologi, maka segera dibuatkan
lembar permintaan pemeriksaan ke laboratorium dan radiologi. setelah semua hasil
laboratorium dan radiologi jadi pasien siap di periksa kembali oleh dokter. Jika dalam
pemeriksaan memerlukan pemeriksaan dari bagian lain, maka dokter membuatkan lembar
konsultasi intern dan selanjutnya pasien menuju ke poliklinik yang dikonsulkan untuk
mendapatkan pelayanan selanjutnya. Setelah pasien menyelesaikan tahap pemeriksaan
dokter selanjutnya pasien menunggu didepan apotek rawat jalan untuk menerima obat.
Untuk pasien rawat jalan yang memerlukan perawatan inap di RSUD Bengkalis,
petugas poliklinik akan mendaftarkan pasien tersebut ke ruangan yang terkait untuk
selanjutnya pasien menuju ke ruangan rawat inap untuk mendapatkan pelayanan
selanjutnya.
Pasien yang akan melakukan kir kesehatan dan medical check up mendaftar
langsung ke counter MCU. Perawat atauTenaga administrasi MCU memberikan blangko
pemeriksaan kesehatan sesuai kebutuhan untuk diisi dengan lengkap sesuai biodata
pasien. Setelah pasien selesai mengisi biodata diri dengan lengkap, petugas MCU
mencatat data – data pasien ke dalam buku register dan memberikan penomeran surat
pada blangko yang telah diisi.
17 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Selanjutnya pasien diarahkan ke unit penunjang lainnya seperti ke laboratorium dan
radiologi untuk dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan. Setelah selesai
melakukan pemeriksaan penunjang pasien kembali ke MCU untuk di simpulkan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter umum MCU. Kemudian pasien diberikan
pelayanan konsultasi hasil medical check up oleh dokter umum MCU. Bila didapati hasil
medical check up yang membutuhkan perawatan dan pengobatan lanjutan, pasien
dianjurkan untuk melakukan konsultasi lanjutan ke layanan spesialistik.
Perawat MCU mencatat biodata pasien ke dalam buku register sesuai dengan jenis
pemeriksaan. Administrasi berkas – berkas pengkleman untuk pasien dengan ansuransi
seperti BPJS dan sebagainya juga harus dilengkapi. Kemudian perawat kembali
melakukan entry data pasien ke dalam unit alat pemeriksaan. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan terhadap pasien.
Setelah selesai prosedur pemeriksaan pasien dirapikan kembali, dan hasil pemeriksaan
diserahkan kepada pasien atau keluarganya untuk dikonsultasikan kembali ke dokter
yang mengirim.
18 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Sesuai SK Menkes No. 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin
Praktik Fisioterapi, pasien/klien bisa mendapatkan pelayanan fisioterapi dengan
rujukan dari tenaga medis dan atau tanpa rujukan. Pelayanan Fisioterapi tidak
memerlukan rujukan hanya boleh dilaksanakan yang bersifat promotif dan preventif,
pelayanan untuk pemeliharaan kebugaran, memperbaiki postur, memelihara sikap
tubuh, dan melatih irama pernapasan normal serta pelayanan dengan keadaan
aktualisasi rendah bertujuan untuk pemeliharaan.
2. Asesmen Fisioterapi
Asesmen fisioterapi yaitu pemeriksaan pada perorangan atau kelompok untuk
merumuskan keadaan nyata atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan,
keterbatasan fungsi, kitidakmampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara
pengambilan perjalanan penyakit, atau history taking, sceening, tes khusus,
pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesis dalam
sebuah proses pertimbangan klinik dalam standar asesmen dikembangkan teknis
pengukuran yang dilakukan untuk proses pengumpulan data.
19 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
dan menjadi pemikiran perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila
dipandang kasusnya tidak tepat untuk fisioterapi.
5. Intervensi Fisioterapi
Implementasi dan modifikasi perencanaan untuk mencapai tujuan yang
disepakati dan dapat termasuk penanganan secara manual, peningkatan gerakan,
peralatan fisis, peralatan elektropeutis dan peralatan mekanis, pelatihan fungsional,
penentuan bantuan dan peralatan bantu, instruksi dan konseling, dokumentasi,
koordinasi, dan komunikasi.
6. Evaluasi Fisioterapi
Keharusan untuk evaluasi atau re-asesmen untuk menetapkan keadaan
diagnostik baru pasien/klien setelah menjalani periode intervensi dan untuk
menetapkan kriteria penghentian tindakan.
7. Rekam Fisioterapi
Bahwa setiap pemberian dan atau tindakan pelayanan fisioterapi harus disertai
dengan alat bukti yang disebut rekam fisioterapi dengan sanksi pelanggaran yang
menyertainya sesuai Kepmenkes No. 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang
Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapi dan Permenkes RI No.
269/MENKES/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
Rekam fisioterapi dimulai sejak pasienklien diterima disarana pelayanan
fisioterapi hingga berakhirnya masa pelayanan. Setiap pemberian pelayanan
tersebut diatas wajib disertakan bukti pemberian pelayanan yang tertuang dalam
berbagai jenis formulir. Pengisian rekam fisioterapi dilakukan oleh fisioterapis yang
melaksanakan pelayanan terhadap pasien/klien.
Sebagai acuan disusun formulir – formulir rekam fisioterapi, antara lain :
a. Rujukan masuk dan keluar
b. Persetujuan/penolakan intervensi fisioterapi
c. Catatan proses dan perkembangan
d. Hasil pemeriksaan dan pengukuran kasus
20 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
e. Catatan hasil asesmen ulang serta asesmen akhir pada penyelesaian
pelayanan
f. Rekomendasi tindak lanjut pelayanan untuk pasien/klien
g. Ringkasan riwayat keluar (discharge summary)
21 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
1. Surat dari dokter nefrologi / penyakit dalam untuk tindakan hemodialisis
(intruksi dokter )
2. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan hemodialisis
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita ( penyakit lain dan alergi )
4. Keadaan umum pasien
5. Keadaan psikososial
6. Keadaaan fisik (ukur tanda-tanda vital, berat badan, warna kulit, mata,
ekstremitas edema +/-)
7. Data laboratorium : Hb, ureum, kreatin, HbSAg, HIV dan anti HCV
8. Pastikan bahwa pasien telah benar-benar siap dilakukan hemodialisis.
22 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
d. Reverse osmosis
3. Persiapan alat dan bahan:
a. Dialyzer
b. Konsentrat
c. AV blood line
d. AV fistula
e. NaCl 0,9 %
f. Infus set
g. Spuit
h. Heparin
i. Lidocain
j. Kassa steril
k. Duk
l. Sarung tangan
m. Mangkok kecil
n. Desinfektan (alkohol/betadine)
o. Klem
p. Matkan (gelas ukur)
q. Timbangan
r. Tensimeter
s. Termometer
t. Plester
u. Perlak kecil
23 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
e. Tempatkan ujung V blood line dalam penampung, hindarkan kontaminasi dengan
penampung dan jangan terendam dengan air yang keluar.
f. Bukalah klem NaCl 0,9 %, isi slang arteri sampai ke ujung slang lalu diklem.
g. Lakukan pembilasan/rinsing dengan mengalirkan NaCl 0,9% sebanyak 500 ml
untuk dialyzer baru atau 1.000 ml untuk dialyzer reuse dan ditampung pada gelas
ukur hingga semua sirkulasi bebas dari udara.
h. Sambungkan ujung biru VBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan
konektor.
i. Lakukan priming dan soaking dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan yang
merah (inlet) di bawah, caranya :
24 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
4. Cuci tangan, bak steril dibuka kemudian memakai hand-scoon.
5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi.
6. Pasang duk steril, sebelum disinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine dan
alkohol.
7. Ambil fistula dan punksi outlet terlebih dahulu, bila perlu lakukan anaesthesi lokal,
kemudian desinfeksi.
8. Bolus heparin yang sudah diencerkan dengan NaCl 0,9% (dosis awal).
9. Selanjutnya punksi inlet dengan cara yang sama kemudian difiksasi.
6 Memulai Hemodialisis
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV
blood line diklem.
2. Sambungan AV blood line dilepas, kemudian A blood line dihubungkan
dengan punksi outlet. Ujung V blood line ditempatkan ke matkan untuk menampung
NaCl 0,9% yang sudah bercampur heparin.
3. Buka semua klem dan putar pompa perlahan-lahan sampai kurang lebih
100 ml/menit untuk mengalirkan darah, mengawasi apakah ada penyulit.
4. Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai pada bubble trap V blood line,
kemudian pompa dimatikan dan V blood line diklem.
5. Ujung V blood line dibuka (pastikan sambungan bebas dari udara).
6. Putar pompa dengan QB 100ml/menit kemudian naikkan perlahan-lahan
antara 150 – 200 ml/menit.
7. Fiksasi AV blood line agar tidak mengganggu pergerakan.
8. Hidupkan heparin pump sesuai dengan lamanya hemodialisis.
9. Buka klem slang monitor AV pressure.
10. Hidupkan detektor kebocoran udara.
11. Cek mesin dan sirkulasi dialisat.
12. Cek posisi dialyzer (merah diatas, biru dibawah).
13. Observasi kesadaran dan keluhan pasien.
14. Programkan hemodialisis.
15. Isi formulir hemodialisis.
25 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
16. Rapikan peralatan.
7 Penatalaksanaan Hemodialisa.
Memprogram dan Memonitor Mesin Hemodialisis.
1. Lamanya hemodialisis (td).
2. Qb (kecepatan aliran darah) = 150 – 250 ml/menit
3. Qd (kecepatan aliran dialisat) = 300-500 ml/menit
4. Temperatur dialisat 37-400C
5. UFR atau UFG
6. Heparinisasi, ditentukan jenis heparinisasi berdasarkan kondisi pasien:
a. Heparinisasi standar
1) Dosis awal = 50 –100 IU/kgBB atau 2.000 IU, diberikan
pada waktu punksi.
2) Dosis maintenance = 1.000 IU/jam, diberikan secara terus
menerus dengan bantuan pompa dari awal hemodialisis sampai dengan 1 jam
sebelum hemodialisis berakhir.
b. Heparinisasi minimal
1) Dosis awal tidak diberikan
2) Dosis maintenance = 500 IU/jam, diberikan secara terus menerus dengan
bantuan pompa dari awal hemodialisis sampai dengan 1 jam sebelum
hemodialisis berakhir.
c. Free heparin
Tidak diberikan dosis awal maupun dosis maintenance, tetapi diberikan bolus
NaCl 0,9% sebanyak 100 ml tiap jam untuk memantau terjadinya clotting.
Jumlah cairan yang dibolus harus ditambahkan dalam target ultrafiltrasi.
7. Pemeriksaan Laboratorium, ECG, dll.
8. Pemberian obat-obatan, transfusi dll.
9. Monitoring tekanan.
a. transmembran pressure.
b. arterial pressure
c. venous pressure
26 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
d. conductivity
e. detektor (udara, blood leak detector)
Observasi pasien:
1) Tanda-tanda vital (TNSR, kesadaran)
2) Fisik
Setelah proses hemodialisis selesai:
1. Mesin dibersihkan dan didesinfektan
2. Setelah proses pembersihan selesai, mesin dimatikan, lepas steker
mesin dari stop kontak dan tutup kran air.
3. Bersihkan ruangan hemodialisis
8 Interpretasi Hasil
BAB V
LOGISTIK
27 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
2. Prosedur : a. Permintaan obat atau alat kesehatan ditulis pada resep rangkap 1
oleh dokter poliklinik. b. Resep obat dilengkapi nama dokter, tanggal, nama
pasien, dan umur c. Resep diberikan ke petugas farmasi untuk proses
selanjutnya.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Didalam instalasi rawat jalan ada beberapa standar yang
harus dilaksanakan dalam keselamatan pasien :
28 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100 %. Label
identitas tidak tepat apabila tidak terpasang, salah pasang, salah penulisan nama,
salah penulisan gelar ( Tn, Ny, Sdr, An ) salah jenis kelamin dan salah alamat.
Terpasang gelang identitas bagi pasien yang akan rawat inap, dalam hal ini target
yang harus terpenuhi adalah 100 %.
Bagi perawat atau petugas kesehatan yang memerlukan konsul dengan dokter via
telpon harus menggunakan metode SBAR, target yang harus terpenuhi 100 %.
Ketepatan penyampaian hasil penunjang harus 100 %.yang dimaksud tidak tepat
apabila salah ketik, salah memasukkan diberkas pasien / list pasien lain.
Ketepatan pemberian obat yang meliputi tepat identitas/pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat cara/rute (oral, parental, topikal, rektal, inhalasi ), tepat waktu dan tepat
dokumentasi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu
bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan disekitar tempat
kerja tersebut.
29 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non
medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja diantaranya ;
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
30 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Dimensi Mutu Akses,kesinambungan pelayanan
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang
Definisi Operasional dilaksanakan di rumah sakit, klinik: anak, kebidanan, penyakit dalam, bedah,
saraf, gigi, mata, kulit, paru¸ pojok DOTS, Gizi.
Frekuensi
1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 bulan
Penanggung jawab
Kepala instalasi rawat jalan
pengumpul data
31 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
BAB IX
PENUTUP
Pada prinsipnya pelayanan instalasi rawat jalan adalah bagian pelayanan dari Rumah
Sakit Umum Daerah Bengkalis yang tidak hanya memberikan pelayanan berdasarkan
pemenuhan target finansial saja, tetapi sebuah pelayanan yang diberikan secara
paripurna dan mengutamakan keselamatan pasien dengan cara meningkatkan sumber
daya manusia melalui pendidikan ataupun pelatihan–pelatihan.
32 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n
Semoga dengan adanya buku pedoman pelayanan ini pelayanan di Instalasi Rawat Jalan
dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya oleh masyarakat.
33 | P e d o m a n P e l a y a n a n I n s t a l a s i R a w a t J a l a n