Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HARIAN PEMBELAJARAN MOOC

LATSAR CPNS KAB.KERINCI

TAHUN 2021

NAMA : WELLA PRAMISDA


NIP : 198806132020122005
ANGKATAN : IV
HARI/TANGGAL : SELASA/ 03 AGUSTUS 2021
HARI KE : 10
AGENDA : 2 dan 3

1. SCREENSHOT MATERI ANTI ORUPSI


2. SCREENSHOT PPT

RESUME MATERI ANTI KORUPSI

Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendi-sendi
kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional, diantaranya :
• Tata ekonomi, seperti: pemborosan sumber-sumber, larinya modal ke luar negeri,
gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal
• Tata sosial budaya, seperti: revolusi sosial dan ketimpangan sosial
• Tata politik, seperti: ketidakstabilan politik, pengambilalihan kekuasaan, hilangnya
bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah
• Tata administrasi, seperti: tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi,
hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan
pemerintah, dan pengambilan tindakan-tindakan represif

CIRI – CIRI KORUPSI


1. Dilakukan oleh lebih dari satu orang
2. Merahasiakan motif / Ada keuntungan yang diraih
3. Berhubungan dengan kekuasaan / kewenangan tertentu
4. Berlindung dibalik pembenaran hukum
5. Melanggar kaedah kejujuran dan norma hukum
6. Mengkhianati kepercayaan

BEBERAPA PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN


KORUPSI
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1);
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/ MPR/
1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme;
4. UU no. 28 Th. 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
5. UU no. 31 Th. 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3874); sebagaimana telah diubah dengan UU No.20 tahun 2001
6. UU no. 30 Th. 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
7. PP no. 71 Th. 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
8. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
9. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
10. Keputusan Pimpinan KPK no. KEP–06/ P.KPK/ 02/ 2004;
11. Keputusan Pimpinan KPK no. KEP–07/ P.KPK/ 02/ 2004;
12. dan berbagai ketentuan hukum lainnya.

JENIS JENIS KORUPSI


A. Kerugian keuangan Negara
B. Suap menyuap
C. Penggelapan dalam jabatan
D. Pemerasan
E. Perbuatan curang
F. Benturan epentingan dalam pengadaan
G. Gratifikasi

TIPOLOGI KORUPSI
1. WHITE COLLAR CRIME
Merupakan bentuk kejahatan yang melibatkan para pelaku yang sangat profesional baik
dalam bentuk objek perbuatannya maupun pelaku subjektifnya, yang tidak saja
perorangan tetapi mencakup korporasi, bahkan perbuatannya sangat merugikan
masyarakat dan negara secara luas, yang mana pelaku kejahatan ini mempunyai
kedudukan sosial yang tinggi dan terhormat dalam pekerjaannya
2. INVISIBLE CRIME
Adalah kejahatan yang tidak tampak yaitu adanya prosedur yang sangat sulit dan rumit
untuk membuktikan perbuatannya maupun tingkat profeionalitas sebagai pelaku tindak
pidana, yang mana kejahatan ini berlindung dibalik asas legalitas, karena kesulitan
pembuktian disebabkan tidak adanya aturan undang-undang yang mengatur
perbuatan tersebut.
Menurut Prof. Muladi karakteristik kejahatan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Penyamaran atau sifat tersembunyi maksud dan tujuan kejahatan (disquise of purpose
oriented).
b. Perbuatan terselubung yang mana penyuapan disamarkan dalam bentuk biaya
advertensi, promosi dan entertaint.
c. Keyakinan si pelaku terhadap kebodohan korban.
d. Penyembunyian pelanggaran.
3. LAW VISIBILITY
Bentuk kejahatan yang sulit pembuktiannya secara yuridis, karena perbuatan tersebut
tertutup dalam pekerjaan formal dalam batasan kewenangannya.
4. EXTRA ORDINARY CRIME
Merupakan bentuk kejahatan dengan modus operandi yang sangat canggih dan luar
biasa, sehingga kejahatan itu baru dirasakan dan diketahui setelah waktu yang lama.
5. WELFARE CRIME
Merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dalam suatu negara yang pertumbuhan
ekonominya yang sangat tinggi dan kehidupan masyarakatnya yang sudah
makmur (misalnya banking crime).
6. PUBLIC POWER / ECONOMIC POWER
Bentuk kejahatan ini dilakukan oleh penguasa dan pengusaha yang mempunyai kekuasaan
pemerintahan (public power) dan kuasa ekonomi (economic power atau konglomerat),
yang mana penguasa melakukan penyalahgunaan kewenangan (abuse of power) yang
mempunyai dampak yang luas sehingga kejahatan ini masuk dalam kategori pelanggaran
yang sulit terjangkau hukum (offences beyond the reach of the law)
7. PROFESIONAL FRINGE VIOLATOR
Adalah bentuk tipologi kejahatan korupsi di lingkungan profesi, sehingga kejahatan ini
sering disebut kejahatan profesional karier yang dapat mencakup pelbagai dimensi
lapangan kerja seperti notaris, wartawan, akuntan, dokter, insinyur, pengacara yang
melibatkan keahlian dalam aksi kejahatannya.

PERAN TUNAS INTEGRITAS


1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, mereka menjadi kumpulan
orang yang selalu terdepan untuk memastikan tujuan organisasi tercapai.
2. Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan sistem
integritas hingga semua peluang korupsi dan berbagai penyimpangan lainnya dapat
ditutupi.
3. Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk berintegritas tinggi.

INTERNALISASI
Internalisasi dapat dilakukan :
1. Pendekatan inside out (dari dalam keluar)
2. Pendekatan outside in (dari luar ke dalam)
Internalisasi integritas akan maksimal ketika kita mampu menggabungkan pendekatan
inside out dan outside in. Untuk terjadinya hal tersebut maka:
1. Lingkungan yang berintegritas, misalnya perbanyak hidup dalam lingkungan yang
positif.
2. Proteksi Integritas, misalnya pastikan pengaruh lingkungan yang negatif tidak
masuk dalam pikiran (diri).
3. Perubahan Sistem Nilai, misalnya jika pengaruh sudah masuk dalam pikiran (diri)
segera lakukan teknik perubahan sistem nilai agar yang negatif dapat dihapuskan
dan diganti dengan yang positif.

LINGKUNGAN BERINTEGRITAS
1. Memperbanyak teman yang berperilaku positif.
2. Memperbanyak artefak/simbol dan Lingkungan Berintegritas sejarah yang
memberikan makna atau inspirasi untuk melakukan perilaku positif dan selalu
ingat akan kebaikan dan kebenaran.
3. Memperbanyak rutinitas atau ritual positif.
4. Membangun atau menjalankan sistem integritas, misalnya dalam
Kepemimpinan, Struktur Organisasi, Sistem Pengendalian, dll.

BANGUN SISTEM INTEGRITAS


A. RE-FRAMING CULTURE
• Upaya mengubah orientasi dari perilaku korupsi yang berbentuk kolusi.
• Unsur-unsur yang membentuk kolusi baik perilaku, ucapan, emosi, maupun pikiran
(paradigma)
B. SEEDING OF INTEGRITY
• Upaya untuk menanamkan pengaruh integritas pada bawah sadar hingga dapat
membentuk perilaku, kebiasaan dan budaya integritas.
C . SISTEM INTEGRITAS ORGANISASI
• Bangsa Indonesia membutuhkan individu-individu yang integritasnya sudah
terinternalisasi dengan baik dalam dirinya, serta sistem nilai dan konsekuensinya

RE-FRAMING CULTURE

• PERUBAHAN KONTEKS BERPIKIR dapat juga dilakukan dengan cara sikap,


perilaku dan kompetensi negatif digabungkan dengan konteks negatif maka akan
menghasilkan sikap, perilaku atau kompetensi positif, kemudian hasilnya “di kunci”
menjadi suatu kesatuan yang kuat tertanam pada bawah sadar (Anchoring).
• Dampak dari pendekatan perubahan tersebut yaitu ketika muncul situasi negatif,
maka secara otomatis diikuti dengan konteks negatif, sehingga sikap dan perilaku
yang muncul adalah positif.

SEEDING INTEGRITY
Dengan mempelajari mekanisme berpikir, bersikap dan bertindak manusia maka akan
didapatkan pola sebagai berikut:
1. Stimulus WOW effect korupsi lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan
kekuatan kontrol internal (nurani), akan memunculkan kecenderungan korupsi.
2. Kekuatan kontrol internal (nurani) dan stimulus korupsi yang biasa (tanpa WOW
effect) atau lemah.
3. Kekuatan kontrol internal (nurani) lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan
stimulus WOW effect korupsi dan akan memunculkan kecenderungan integritas
SISTEM INTEGRITAS ORGANISASI
• Sistem integritas merupakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan dan
penjagaan integritas, sehingga terjadi penyelarasan antara rohani dan jasmani dalam
diri, penyelarasan jiwa, pikiran, perasaan, ucapan dan tindakan dengan nurani dan
lingkungan (sistem dan budaya integritas)
• Sistem integritas yang kuat sebagai pengendali dan penyelaras akan berjalan secara
efektif ketika diikuti kesediaan seluruh elemen organisasi

IMPLEMENTASI SISTEM INTEGRITAS


• Pimpinan yang berintegritas tinggi memiliki 2 kata kunci dalam implementasi sistem
integritas, yaitu :
1. Penyelarasan
2. Pengendalian
• Kedua kata kunci tersebut akan berjalan dengan baik lewat keikhlasan dan
kebijaksanaan hasil proses internalisasi integritas secara seutuhnya pada diri
pemimpin organisasi.
LAPORAN HARIAN PEMBELAJARAN MOOC

LATSAR CPNS KAB.KERINCI

TAHUN 2021

NAMA : WELLA PRAMISDA


NIP : 198806132020122005
ANGKATAN : IV
HARI/TANGGAL : SELASA/ 03 AGUSTUS 2021
HARI KE : 10
AGENDA : II

1. SCREENSHOT MATERI MANAJEMEN ASN

2. SCREENSHOT PPT
RESUME MATERI MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA

1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN


a. Kedudukan ASN
Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, pengelolaan ASN diatur dalam
Manajemen ASN.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:

1) Pegawai Negeri Sipil (PNS)

PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional.

2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)


PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalamrangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah
dan ketentuan perundang-undangan.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik
b. Peran ASN
Pegawai ASN memiliki peran sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, Pegawai ASN memiliki fungsi
sebagai:

1) Pelaksana kebijakan publik;

2) Pelayan publik; dan

3) Perekat dan pemersatu bangsa

Selanjutnya pegawai ASN bertugas


1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam hal ini, ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas
serta mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan public
Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.

3. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan


pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan
oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh
karena itu ASN dituntut untuk professional dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.; dan

4. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN


senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah.

c. Hak dan Kewajiban ASN


Dalam UU ASN, Hak PNS dan PPPK adalah sebagai berikut:
1) PNS berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi
Hak perlindungan seperti disebutkan diatas wajib disediakan oleh
Pemerintah untuk PNS berupa:
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan kematian; dan
d. bantuan hukum.
2) Sementara itu, PPPK berhak memperoleh:
a. gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi
Untuk hak perlindungan seperti disebutkan diatas wajib disediakan oleh Pemerintah
untuk PPPK dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
a. jaminan hari tua;
b. jaminan kesehatan;
c. jaminan kecelakaan kerja;
d. jaminan kematian; dan bantuan hukum

Dalam UU ASN, disebutkan kewajiban Pegawai ASN antara lain:


a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 

c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 

d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; 

e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

Dalam UU ASN disebutkan bahwa profesi ASN berlandaskan pada kode etik dan
kode perilaku yang bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik
dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:

a) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;


b) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
e) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
g) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,
dan efisien;
h) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain;
k) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
dan
l) melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin Pegawai
ASN.
2 : Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN
Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efisien tersebut
diperlukan sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu memberikan jaminan
keamanan dan kenyamanan bagi individu yang bekerja didalamnya. Sebuah system yang
efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan
politik/individu/kelompok tertentu. Kondisi ini memberikan lingkungan yang kondusif
bagi pegawai untuk bekerja dan berkinerja karena merasa dihargai dan juga diperhatikan
oleh organisasi.
Konsep Sistem Merit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan
ASN. Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang
UU ASN memandang bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah aset yang
harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut maka setiap ASN memiliki kesempatan
yang sama untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing. Oleh karenanya setiap ASN
dimotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit merupakan salah satu bentuk
motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas dirinya.
Sistem merit juga sepenuhnya mendasarkan proses penggajian, promosi, mutasi,
pengembangan kompetensi dan lain-lain pada penilaian kinerja, uji kompetensi, dan
pertimbangan kualifikasi dan tidak berdasarkan pada kedekatan dan rasa kasihan.
Kehadiran UU ASN dengan penerapan sistem merit ini menjadi tonggak penting
dalam pengelolaan ASN di Indonesia untuk mewujudkan aparat yang profesional dan
berkualitas. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dalam UU tersebut memuat cakupan
sistem merit dalam pengelolaan ASN:

“Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan”.
c. Kelembagaan dan Jaminan Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit menjadi prinsip utama dalam UU ASN, bahkan UU ini juga
menyediakan aturan kelembagaan untuk menjamin keberlangsungan sistem merit dalam
pengelolaan ASN. Lembaga-lembaga tersebut adalah:

1) Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang diberikan kewenangan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan manajemen ASN untuk menjamin
perwujudan atau pelaksanaan sistem merit pada instansi pemerintah.

2) Kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan


aparatur negara (saat ini disebut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi/KemenPAN dan RB) yang bertugas memberikan pertimbangan
kepada Presiden dalam penindakan Pejabat yang Berwenang dan Pejabat Pembina
Kepegawaian atas penyimpangan sistem merit dalam pengelolaan ASN.
3. Mekanisme Pengelolaan ASN
A. Manajemen PNS dan PPK.
1. Manajemen PNS
Penyelenggaraan Manajemen PNS dilaksanakan oleh Presiden selaku
pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dengan kewenangan menetapkan
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS serta pembinaan Manajemen
PNS di Instansi Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kewenangan tersebut dapat didelegasikan kepada Pejabat yang
Berwenang (PyB) dalam pelaksanaan proses pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ruang lingkup Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan
kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan.
Manajemen PNS pada instansi pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat
sedangkan pada instansi daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
a. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun dan menetapkan kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban
kerja.
b) Pengadaan
Pengadaan PNS dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Perecanaan; dimana panitia seleksi nasional dan instansi pengadaan PNS menyusun
dan menetapkan perencanaan pengadaan PNS yang meliputi jadwal dan sarana
prasarana pengadaan PNS;
2. Pengumuman lowongan; pada tahapan ini panitia seleksi pengadaan PNS
mengumumkan lowonfan jabatan PNS secara terbuka kepada masyarakat;
3. Pelamaran; setiap warga negara Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk
melamar menjadi PNS dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan;
4. Seleksi dan pengumuman hasil seleksi; terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu seleksi
administrasi, seleksi kompetensi dasar dan seleksi kompetensi bidang. PPK kemudian
mengumumkan pelamar yang dinyatakan lulus seleksi secara terbuka berdasarkan
penetapan hasil akhir seleksi;
5. Pengangkatan calon PNS dan masa percobaan calon PNS; PPK menetapkan
pelamar yang dinyatakan lulus seleksi sebagai calon PNS setelah mendapatkan
persetujuan teknis dan penetapan nomor induk pegawai dari Kepala BKN.
Calon PNS tersebut wajib menjalani masa prajabatan yang merupakan masa
percobaan selama 1 (satu) tahun. Masa prajabatan tersebut dilakukan melalui
proses pendidikan dan pelatihan;
6. Apabila pelaksanaan pelatihan prajabatan bagi Calon PNS tidak dapat
dilaksanakan karena kondisi tertentu - yang ditetapkan oleh Menteri
berdasarkan pertimbangan anggaran, SDM pelatihan dan/atau kebijakan
strategis nasional - pengangkatan Calon PNS menjadi PNS dapat dilakukan
setelah Calon PNS mengikuti dan lulus pelatihan prajabatan;

7. Pengangkatan menjadi PNS; calon PNS dapat diangkat menjadi PNS apabila
lulus pendidikan dan pelatihan serta sehat secara jasmani dan rohani.
c) Pangkat dan Jabatan
PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi
Pemerintah. Jabatan PNS terdiri atas JA, JF dan JPT dimana pengangkatan PNS
kedalam jabatan tertentu tersebut ditentukan berdasarkan perbandingan objektif
antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan
dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.
d. Pengembangan Karier
Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah dengan mempertimbangkan
integritas dan moralitas melalui mutasi, promosi dan/atau penugasan
e) Pola Karier
Pola karier merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan dan/atau
perpindahan PNS dalam dan antar posisi di setiap jenis jabatan secara
berkesinambungan. Oleh karena itu, pola karir PNS dapat berbentuk horizontal
(perpindahan dari satu posisi jabatan ke posisi jabatan lain yang setara baik dalam
satu kelompok maupun antar kelompok JA, JF dan JPT), vertikal (perpindahan
dari satu posisi jabatan ke posisi jabatan lain yang lebih tinggi dalam satu
kelompok JA, JF atau JPT), dan diagonal (perpindahan dari satu posisi jabatan ke
posisi jabatan lain yang lebih tinggi antar kelompok JA, JF atau JPT).
f. Promosi
Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS
pada Instansi Pemerintah yang dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang.
g) Mutasi
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat,
antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi
Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di luar negeri. Mutasi dilakukan atas dasar kesesuaian antara kompetensi
PNS dengan persyaratan jabatan, klasifikasi jabatan dan pola karier dengan
memperhatikan kebutuhan organisasi dan prinsip larangan konflik kepentingan
h) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS
yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier. Penilaian kinerja PNS
dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit
atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang
dicapai, serta perilaku PNS.
i) Penggajian dan Tunjangan
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin
kesejahteraan PNS. Gaji dibayarkan secara bertahap sesuai dengan beban kerja,
tanggung jawab, dan resiko pekerjaan.
j) Penghargaan
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran,
kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan berupa:
1. Tanda kehormatan sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan;
2. Kenaikan pangkat istimewa kepada PNS berdasarkan penilaian kinerja dan
keahlian yang luar biasa dalam menjalankan tugas jabatan;
3. Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi kepada PNS yang
mempunyai nilai kinerja yang sangat baik, memiliki dedikasi dan loyalitas
yang tinggi pada organisasi dan merupakan tambahan atas pengembangan
kompetensi yang telah diatur sebagaimana penjelasan sebelumnya; dan/atau
4. Kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
k) Disiplin
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas,
PNS wajib mematuhi disiplin PNS.
l) Pemberhentian
PNS dapat diberhentikan dengan hormat karena berbagai alasan antara lain:

1. Atas permintaan sendiri;


2. Mencapai Batas Usia Pensiun (BUP);
3. Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah;
4. Tidak cakap jasmani dan/atau rohani; dan
5. Meninggal dunia, tewas atau hilang.
Selanjutnya, PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena beberapa alasan:
1. Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan;
3. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik;
4. Dipidana dengan pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan
hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang
dilakukan dengan berencana.
PNS juga dapat diberhentikan sementara, apabila:
1. Diangkat menjadi pejabat negara;
2. Diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau
3. Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
m) Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua
PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
n) Perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada PNS dalam bentuk
jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan bantuan
hukum.
d. Organisasi

Pegawai ASN berhimpun dalam suatu wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi ini memiliki tujuan untuk menjaga kode etik
profesi dan standar pelayanan profesi ASN dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, korps profesi Pegawai ASN
memiliki fungsi antara lain:
1. Pembinaan dan pengembangan profesi ASN;
2. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi
ASN Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran sistem merit dan
mengalami masalah hukum dalam melaksanakan tugas;
3. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah terhadap
pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi; dan
4. Menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi
ASN Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. Sistem Informasi ASN
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN
antara lain:
1. Data riwayat hidup;
2. Riwayat pendidikan formal dan nonformal;
3. Riwayat jabatan dan kepangkatan;
4. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormat
5. Riwayat pengalaman berorganisasi;
6. Riwayat gaji
7. Riwayat pendidikan dan latihan;
8. Daftar penilaian prestasi kerja;
9. Surat keputusan; dan
10. Kompetensi.
f. Penyelesaian Sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif yang terdiri dari
keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan secara tertulis dengan
memuat alasan keberatan kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dan
tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang

SCREENSHOT THROPY

Anda mungkin juga menyukai