Anda di halaman 1dari 4

21_ ISTYANA CHRISDAYANTI

AIRWAY BREATHING MANAGEMENT

1. PENGKAJIAN AIRWAY (JALAN NAFAS)


Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten (longgar) atau
mengalami ostruksi total atau partial sambil mempertahankan tulang servikal. Selain itu
membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal. Sebaiknya ada
teman (perawat) yang membantu untuk mempertahankan tulang servikal.
Pada kasus non trauma dan korban tidak sadar, buatlah posisi kepala headtilt dan chin
lift (hiperekstensi) sedangkan pada kasus trauma kepala sampai dada harus terkontrol atau
mempertahankan tulang servikal posisi kepala.
Pengkajian pada jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan lihat: apakah ada
vokalisasi, muncul suara ngorok, apakah ada secret, darah, muntahan, apakah ada benda
asing seperti gigi yang patah, apakah ada bunyi stridor (obstruksi dari lidah). Apabila
ditemukan jalan nafas tidak efektif maka lakukan tindakan untuk membebaskan jalan nafas.
1) Pengkajian Airway
Dilakukan bersama-sama dengan breathing menggunakan teknik L (look), L (listen) dan
F (feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu yang singkat .
LOOK:
Look untuk melihat apakah pasien agitasi/gelisah, mengalami penurunan kesadaran,
atausianosis. Lihat juga apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Kaji
adanya deformitas maksilofasial, trauma leher trakea, dan debris jalan nafas seperti
darah, muntahan, dan gigi yang tanggal.
a. Kesadaran; “the talking patient”: pasien yang bisa bicara berarti airway bebas,namun
tetap perlu evaluasi berkala. Penurunan kesadaran memberi kesan adanya
hiperkarbia
b. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia
c. Nafas cuping hidung
d. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasidan
dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut
e. Adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang merupakan
buktiadanya gangguan airway.
21_ ISTYANA CHRISDAYANTI

LISTEN:

a. Dengarkan suara nafas abnormal, seperti:


b. Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
c. Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/ benda asing
d. Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan napas setinggi
larings (Stridor inspirasi) atau setinggi trakea (stridor ekspirasi)
e. Hoarseness, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring e. Afoni, pada
pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien yang membutuhkan napas pendek
untuk bicara menandakan telah terjadi gagal napas

FEEL:

a. Aliran udara dari mulut/ hidung


b. Posisi trakea terutama pada pasien trauma.
c. Palpasi trakea untuk menentukan apakah terjadi deviasi dari midline.
d. Palpasi apakah ada krepitasi

2) Teknik Pengelolaan Jalan Nafas/Manajemen Airway


Manajemen jalan napas memerlukan penilaian, mempertahankan dan melindungi jalan
napas dengan memberikan oksigenasi dan ventilasi yang efektif.
a. Pengelolaan Jalan Nafas dengan Mengeluarkan benda asing dari jalan nafas
a) Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.
b) Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga
mulutdilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari (finger sweep).
b. Pengelolaan Jalan Nafas Secara Manual
Pada pasien yang tidak sadar, penyebab tersering sumbatan jalan napas yang terjadi
adalah akibat hilangnya tonus otot-otot tenggorokan. Dalam kasus ini lidah jatuh ke
belakang dan menyumbat jalan napas ada bagian faring. Letakkan pasien pada
posisi terlentang pada alas keras ubin atau selipkan papan kalau pasien diatas kasur.
21_ ISTYANA CHRISDAYANTI

Jika tonusotot menghilang, lidah akan menyumbat faring dan epiglotis akan
menyumbat laring. Lidah dan epiglotis penyebab utama tersumbatnya jalan nafas
pada pasien tidak sadar.Untuk menghindari hal ini dilakukan beberapa tindakan,
yaitu:
a) Perasat kepala tengadah-dagu diangkat (head tilt-chin lift manuver) Perasat ini
dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan penolongmendorong
dahi kebawah supaya kepala tengadah, tangan lain mendorong dagudengan
hati-hati tengadah, sehingga hidung menghadap keatas dan epiglotisterbuka,
sniffing position, posisi hitup.b.Perasat dorong rahang bawah (jaw thrust
manuver).
b) Pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangakat didorong
kedepanpada sendinya tanpa menggerakkan kepala leher. Karena lidah melekat
padarahang bawah, maka lidah ikut tertarik dan jalan nafas terbuka. Dalam
melakukan teknik Head Tilt-Chin Lif.
c. Pengelolaan Jalan Nafas Dengan Alat
a) Oropharyngeal Airway (OPA)
b) Nasopharyngeal Airway (NPA)
c) Intubasi dengan Endotrakeal Tube (ETT)
d) Laryngeal Mask Airway (LMA)
21_ ISTYANA CHRISDAYANTI

2. PENGKAJIAN BREATHING (PERNAFASAN)


Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah penilaian jalan nafas. Pengkajian
pernafasan dilakukan dengan cara :
a. Inspeksi dada pasien Jumlah, ritme dan tipe pernafasan, kesimetrisan pengembangan
dada, jejas/kerusakan kulit, retraksi intercostalis.
b. Palpasi dada pasien Adakah nyeri tekan, adakah penurunan ekspansi paru.
c. Auskultasi Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun), adakah suara
nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural friksionrub.
d. Perkusi Dilakukan di daerah thorak dengan hati hati, beberapa hasil yang akan diperoleh
adalah sebagai berikut yairu, sonor (normal), hipersonor atau timpani bila ada udara di
thorak, pekak atau dullnes bila ada konsolidasi atau cairan.

Anda mungkin juga menyukai