Anda di halaman 1dari 8

Nama : Marion Mutiara Matauch

NPM : 1906385613
Kelas : Hukum dan Masyarakat Reguler F

1. Terjadinya pandemic COVID-19 telah mengguncang seluruh jiwa umat manusia. Hal ini
dikarenakan dampak virus yang awalnya dianggap sepele ternyata dapat mematikan dan
mengancam seluruh manusia. Pada dasarnya tidak ada manusia yang ingin hidup sakit, semua
manusia menginginkan hidup sehat. Ditambah lagi sebelum pandemic COVID-19 ini timbul,
memang wabah penyakit yang beredar selalu dapat diatasi oleh kalangan medis dan
penyebarannya tidak pernah semasif COVID-19 ini. Penyakit seperti ebola, cacar, dan DBD
memang terbukti mematikan namun tidak berdampak secara global dan dunia kedokteran
dapat segera menemukan vaksinnya. Selama selang waktu bertahun-tahun, manusia secara
global terbiasa hidup tanpa ancaman penyakit/ virus yang sangat masif. Oleh karena itu,
munculnya COVID-19 adalah suatu fenomena yang mendadak dan tidak pernah direncakan
ataupun diperkirakan sebelumnya. Masyarakat global tidak siap dan tidak memilki rencana
alternative untuk menghadapinya sehingga timbulah perasaan dan kekhawatiran-
kekhawatiran akan COVID-19. Banyak yang bersikap ceroboh dalam mengatasi COVID-19
karena rasa khawatirnya berlebihan sehingga ia tidak menggunakan akal rasionalnya. Namun,
ada juga sejumlah masyarakat yang dapat mengalahkan kekhawatiran dan kecemasannya
untuk tetap maju dan berpikir rasional dalam menjalani kehidupan dimasa-masa kritis seperti
ini.
Kisah yang saya ambil adalah kisah kakak saya. Kakak saya bekerja sebagai pembisnis
usaha kuliner. Setiap harinya ia berjualan makanan di bazar-bazar konser musik yang ada di
sekolah-sekolah. Target lokasi yang kakak saya pilih selalu strategis, yaitu tempat-tempat
dimana orang-orang berkumpul. Namun setelah pandemic COVID-19 ada, kebijakan
kekarantinaan wilayah membuat seluruh sekolah-sekolah ditutup otomatis kakak saya
kehilangan seluruh konsumen sekaligus lapangan kerjanya. Selama berminggu-minggu kakak
saya tidak memilki penghasilan dan hanya dapat berharap bahwa pandemic COVID-19 akan
berakhir secepat mungkin.
Namun, kakak saya kemudian teringat bahwa sebelumnya ia pernah menguasai IT/ ilmu
komputer. Oleh karena itu, kakak saya mulai menggunakan kemampuan dalam menguasai
teknologi untuk menunjang bisnis kulinernya. Ia mulai menggunakan software dan aplikasi
yang dapat membantu pemasaran dan transaksi kuliner secara online. Alhasil, cakupan
wilayah pemasaran kakak saya lebih besar daripada ia berjualan secara langsung. Bisnis
kuliner kakak saya pun menjadi mengalir kembali. Sejak saat itu kakak saya percaya bahwa
dibalik pandemic COVID-19 yang banyak merugikan masyarakat ini, pasti ada solusi dan
manfaat yang dapat diperoleh.

2. Setiap masyarakat memiliki masalah hidup yang berbeda satu sama lain dengan caranya
masing-masing untuk mengatasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak individu itu
sendiri. Namun, disamping masalah pribadi, individu juga mengalami masalah-masalah yang
berkaitan dengan kepentingan orang banyak dan berdampak kepada orang banyak. Tetapi
tidak semua masalah tersebut dapat berdampak kepada seluruh masyarakat karena kadang
masalah tersebut dibatasi oleh kepentingan individu. Misalnya pemerintah mengeluarkan
kebijakan baru berupa perketatan izin pertambangan di provinsi Lampung sehingga para
pengusaha pertambangan tidak dapat sembarangan untuk mendapatkan izin. Oleh karena itu,
hanya pengusaha pertambangan di Lampung yang merasakan dan mengatasi masalah
dampak dari progam tersebut. Sedangkan guru, dokter, dan pelajar tidak terkena imbas dari
progam tersebut sehingga mereka perlu berusaha untuk mengatasinya.
Kondisi masyarakat yang seperti itu berubah sejak muncul pandemik COVID-19 ini.
Semua masyarakat tanpa melihat status, gender, profesinya dapat terjangkit COVID-19
karena ini merupakan virus yang dapat menular secara masif lewat benda, udara, dan kontak
fisik. Semua masyarkat ikut mengalami keresahan dan ketakutan akan terjangkit virus corona
karena pada dasarnya setiap manusia ingin hidup sehat. Oleh karena itu, terbentuklah satu
tujuan dan harapan yang sama disetiap diri individu, yaitu berakhirnya pandemic COVID-19
segera mungkin. Perasaan dan ketakutan yang sama tersebut melahirkan adanya solidaritas
kolektif antarmasyarakat, sehingga memunculkan inisiatif bersama untuk menanggulangi
COVID-19. Misalnya dalam bentuk saling tolong menolong untuk mengikatkan sekitar akan
bahaya COVID-19 maupun mengingatkan sekitar untuk menenganakan masker dan mencuci
tangan. Hal ini dikarenakan apabila ada salah satu individu saja yang menghiraukan
himbauan dan terjangkit COVID-19, maka orang lain lah yang terkena dampaknya. Tingkat
kerentanan terjangkit COVID-19 untuk orang-orang sekitarnya menjadi tinggi. Maka dari itu
solusi satu-satunya adalah untuk saling bekerjasama dan mementingkan kepentingan umum
diatas kepentingan dan ego pribadi.

3. Kebijakan PSBB di tingkat nasional dan provinsi DKI Jakartaadalah peliburan sekolah
dan tempat kerja, pembataasan kegiatan tempat kerja dan fasilitas umum, pembatasan moda
transportasi, pembatasasn kegiatan di aspek pertahanan dan keamanan, penghentian
sementara atas kegiatan sosial dan budaya yang menimbulkan kerumunan orang, Selama
PSBB, setiap penduduk di Provinsi DKI Jakarta wajib mematuhi seluruh ketntuan di dalam
pelaksanaan PSBB, mengikuti testing dan pemeriksaan sampel untuk COVID-19 dalam
penyelidikan epidemiologi, melakukan isolasi mandiri, dan melaporkan kepada tenaga
kesehatan apabila diri sendiri dan/atau keluarga terpapar COVID-19. Lewat kebijakannya,
pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memberikan bantuan sosial kepada penduduk rentan
yang terdampak dalam memenuhi kebutuhan pokoknya selama PSBB dan memberikan
insentif kepada pelaku usaha yang terdampak atas pelaksanaan PSBB, dan menyusun basis
data dan informasi kebutuhan penyediaan dan penyaluran sumber daya untuk penanganan
COVID-19.
Kebijakan PSBB di tingkat RT / RW diterapkan melalui kerjasama antara aparat
keamanan, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat seperti kepala RT / RW. Setiap
malamnya di daerah saya tinggal ada beberapa masyarakat yang di suruh oleh kepala RT /
RW untuk melakukan patroli kesehatan ke rumah-rumah warga dan pengawasan pelaksanaan
PSBB secara ketat karena kegiatan ini terbukti mampu memutuskan mata rantai penyebaran
Covid-19 yang dibuktikan oleh penurunan kasus corona di wilayah tempat tinggal saya.
Pihak RT / RW juga bekerjasama dengan organasisasi kemasyarakatan dan karang taruna di
wilayah saya untuk melakukan pengawasan dan penghimbauan sementara waktu untuk
menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.
Pihak RT / RW secara berkala dan rutin melakukan penyemprotan disinfektan ke
rumah-rumah warga dengan bekerjasama dengan petugas kesehatan serta melakukan
sosialisasi penyebaran informasi agar warga tetap menjaga kualitas hidup dan kesehatan
mereka. Dapat dilihat bahwa inisiatif gotong meroyong antar warga dan kepala RT / RW
sangatlah kuat dan efektif dalam menanggulangi virus corona. Untuk pihak RW sendiri juga
menyediakan tempat untuk karantina secara gratis terhadap warga yang terindentifikasi
COVID-19 dengan berkoordinasi dengan puskemas setempat.
Kebijakan terkait apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan;
a. Pembatasan penumpang kendaraan
Kendaraan bermobil diperbolehkan namun ada pembatasan jarak berkendara misalnya
tidak boleh keluar kota/ pulau, naik motor tidak boleh berboncengan dan hanya boleh
untuk mengantar barang, wajib mengenakan masker dan sarun tangan, kursi bus harus
duduk berjauhan.
b. Beberapa gedung/ bangunan usaha masih boleh dibuka dan beroperasi
Misalnya: Supermarket namun diwajibkan untuk menerapkan standar kebersihan,
SPBU, pasar tradisional namun jam operasionalnya dibatasi, restoran namun tidak
diperbolehkan makan ditempat melainkan hanya menyediakan layanan take away
order.
c. Penghentian kegiatan belajar di seluruh institusi Pendidikan, pembatasan kegiatan
keagamaan (misal. Tidak diperbolehkan melaksanakan sholat berjamaan dimasjid dan
pergi ke gereja di hari minggu), dan kegiatan pernikahan yang dilakukan di KUA
maupun resepsi tidak boleh mengundang keramaian.

4. Berikut beberapa kebijakan PSBB diberbagai daerah oleh pemerintah;


a. DKI Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan Peraturan Gubernur untuk
mengatur jalannya kebijakan PSBB, mulai dari kegiatan perekonomian, sosial,
budaya, keagamaan, dan pendidikan. Salah satu yang mendapatkan perhatian adalah
peraturan soal ojek onlin di wilayah DKI Jakarta yang dilarang membawa
penumpang, dan hanya melayani pengantar-jemputan barang, khususnya untuk
kendaraan roda dua.
b. Bekasi
kebijakan secara lebih detail akan diserahkan kepada kepala daerah masing-masing,
dalam hal ini termasuk Wali Kota Bekasi untuk mengatur PSBB di kotanya. Mulai
dari memberikan kewenangan kepada TNI dan Polri, mengatur kebijakan ojek online,
dan lain sebagainya.
c. Bogor
Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengatakan, Pemkot Bogor ingin melakukan
PSBB bersamaan dengan 4 wilayah lainnya di Jawa Barat, yakni 2 pekan sejak Rabu
(15/4/2020). Menurut dia, pemberlakuan PSBB di wilayahnya akan tidak jauh
berbeda dengan pemberlakuan PSBB di DKI Jakarta, yakni adanya penerapan sanksi
bagi mereka yang melanggar. Bisa pidana, denda, atau sanksi yang sesuai dengan
jenis pelanggaran yang dilakukan.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta No.71
Tahun 2020 selama masa PSBB hingga 23 April 2020, ada beberapa syarat untuk
menggunakan mobil pribadi yaitu wajib memakai masker, membatasi 50 persen jumlah
penumpang dengan ketentuan sedan tiga orang dan MPV hanya 4 orang, melakukan
penyemprotan disinfektan, sampai tak berkendaraa saat suhu badan tidak normal, dan
pembatasan jam operasional prasana transportasi dan fasilitas penunjang seperti terminal,
stasiun kerta api dan layanan tenaga kesehatan.
Namun, dari total 2.863 kendaraan yang diperiksa, sekitar 54 persen atau 1.549
kendaraan kedapatan masih menyalahi aturan berkendaran yang telah ditetapkan Pemerintah
Provinsi (Pemprov) DKI pada masa PSBB. Untuk jenis pelanggaran yang terbanyak yang
masih banyak dilakukan adalah tidak menggunakan masker yang mencapai 72 persen dan
berkendara dengan jumlah penumpang tidak sesuai aturan PSBB.
Alasan masih banyak masyarakat yang melanggar PSBB salah satunya karena
ketidaktahuan masyarakat terhadap infromasi peraturan tersebut. Masih banyak masyarakat
dipedalaman dan golongan menengah kebawah yang belum mengerti dan mengetahui
kebijakan pemerintah COVID-19 secara utuh. Oleh karena itu, pemerintah harus terus
menyosialisasikan peraturan tersebut agar dapat diterima seluruh masyarakat secara tepat dan
cepat. PSBB yang masih membolehkan lalu lintas sosial dan kegiatan ekonomi masyarakat
walaupun dibatasi juga menyebabkan masyarkat memiliki kecenderungan untuk tidak
mematuhi peraturan dan lalai. Oleh karena itu, dibutuhkan penerapan sanksi yang tegas untuk
para pelanggar.
Ditinjau dari sosiologi kebudayaan, masyarakat Indonesia dari dulu merupakan
masyarakat yang komunal hingga sekarang. Kebiasaan-kebiasaan seperti bersilahturahmi,
gotong royong, dan berkumpul sudah tertanam di otak dan di dalam diri setiap individu.
Sehingga tidak mudah mengubah situasi kultural yang telah menjadi aktivitas sehari-hari
masyarakat Indonesia. Dibutuhkan keterbukaan dan adaptasi yang langgeng untuk
menciptakan perlaku masyarakat Indonesia yang sesuai dengan kebijakan PSBB pemerintah.
Namun, tidak seluruhnya masyarakat melanggar PSBB, banyak masyarakat yang sudah patuh
dan sadar untuk mengikuti kebijakan pemerintah seperti penutupan sekolah selama dua pekan
di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten disegala jenjang Pendidikan. Ribuan perusahaan dan
pabrik juga sudah ditutup sesuai Surat Edaran (SE) Kadisnakertrans dan Energi 2020 tentang
tindak lanjut Seruan Gubernur Nomor 6 Tahun 2020. 

Stanly Ravel, Kompas.com,"Banyak Pengendara Nakal Langgar Aturan PSBB di Jalan Tol",
https://otomotif.kompas.com/read/2020/04/20/114200915/banyak-pengendara-nakal-langgar-
aturan-psbb-di-jalan-tol

Luthfia Ayu Azanella,Kompas.com ,"9 Daerah di Indonesia yang Terapkan PSBB karena
Virus Corona", https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/13/080408865/9-daerah-di-
indonesia-yang-terapkan-psbb-karena-virus-corona?page=2.

5. Di tengah kondisi kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas terkait barang
bahan kebutuhan pokok dan barang kesehatan, alat pemenuhan (sumber daya) yang untuk
mencukupi kebutuhan tersebut terbatas. Hal ini dapat disebabkan, para produsen yang
bertugas untuk memproduksi barang kebutuhan pokok tidak dapat bekerja secara optimal
lantaran kebijakan- kebijakan karantina wilayah untuk mencegah persebaran COVID-19.
Selain alat pemenuhan (sumber daya) yang tidak mencukupi kebutuhan masyarakat, daya
beli masyarakat terhadap barang-barang pokok juga rendah. Banyak masyarakat yang
dipotong gajinya bahkan harus terpaksa kehilangan pekerjaan karena pandemi COVID-19 ini.
Musibah kelaparan melanda diberbagai wilayah Indonesia. Hal itu juga mengakibatkan
meningkatnya angka kriminalitas karena masyarakat sudah tidak dapat berpikir secara
rasional untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Masyarakat dituntut memilih fokus
kepada kebutuhan domestik (di dalam rumahnya) namun fokus pemerintah lebih condong ke
anggaran penanganan pandemi. Padahal jika masyarakat kelaparan maka mereka akan
kekurangan gizi , apabila mereka kekurangan gizi maka tingkat imunitas mereka menjadi
rendah dan lebih rentan tertular COVID-19.
Kebijakan pemerintah dalam menanggulangi pandemic COVID-19 dan pemenuhan
kebutuhan bahan dan barang pokok untuk menunjang kesejahteraan masyarakat seharusnya
berjalan sebanding. Pemerintah harus menjaga keseimbangan supply dan demand untuk
barang dan kebutuhan pokok misalnya beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih,
hingga gula. Untuk masyarakat sendiri juga seharusnya tidak membeli bahan pangan dan
barang kesehatan secara berlebihan dan panic buying. Panic buying dapat mengakibatkan
banyak orang yang tidak bisa mendapatkan bahan bangan dan barang kesehatan padahal
mereka juga membutuhkannya sehingga keseimbangan supply dan demand pasar terganggu.
Panic buying juga membuat banyak pedagang yang bertindak spekulan dan menaikkan harga
yang tinggi. Masyarakat harus bijak untuk membeli barang yang memang benar-benar perlu
untuk mengantisipasi ditengah pandemi ini.

6. Barang konsumen adalah barang yang bersifat eksklusif maka tidak sembarang orang
dapat menggunakannya sedangkan barang publik adalah barang yang bisa dinikmati oleh
seluruh orang. Sebelum terjadi pandemic COVID-19, Alat Pelindung Diri (APD), rapid test
kit, reagen, dan ventilator adalah barang yang sifatnya eksklusif/ privat hanya dimiliki oleh
rumah sakit dan digunakan oleh petugas, perawat, maupun konsumen rumah sakit tersebut.
Pemakaian dan kepemilikannya juga terbatas hanya digunakan untuk keperluan dan
kepentingan pihak rumah sakit. Namun, setelah terjadi pandemic COVID-19 ini, tingkat
permintaan dan kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang tersebut menjadi meningkat.
Hal ini dikarenakan pandemi COVID-19 ini merupakan bencana nasional yang mengancam
seluruh lapisan masyarakat dan harus segera diatasi karena penyebarannya yang masif.
Apabila barang-barang medis seperti Alat Pelindung Diri (APD), rapid test kit, reagen, dan
ventilator masih bersifat eksklusif dimiliki oleh rumah sakit, sedangkan permintaan barang
semakin tinggi maka akan terjadi kegagalan pasar (market failure) lantaran rumah sakit tidak
mampu menyediakan atau menuruti permintaan masyarakat. Sehingga persediaan dan
persebaran barang- barang medis tersebut tidak merata untuk digunakan oleh masyarakat.
Oleh karena itu, disinilah pemerintah diharuskan untuk campur tangan dalam
ekonomi pasar dengan bertindak sebagai penyedia barang yang dibutuhkan oleh masyarakat
dalam keadaan genting ini. Hal ini juga untuk menghindari adanya pihak swasta seperti
rumah sakit untuk mendominasi atau menguasai penyediaan barang medis karena tugas
pemerintah adalah untuk menjamin masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang optimal.
Apabila pemerintah yang menguasai barang-barang medis tersebut, maka penyebarannya
akan merata dari masyarakat yang menengah keatas hingga masyarakat menengah kebawah,
dari yang tinggal diperkotaan hingga yang tinggal terpelosok. Dengan demikian, akan
tercapai alokasi pelayanan alat-alat medis yang efisien bagi masyarakat.
Peran pemerintah untuk menyediakan berbagai keperluan terkait medis diatur dalam
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan mengenai pembelanjaan anggaran Rp75 triliun di
bidang kesehatan akan diprioritaskan untuk pemenuhan sejumlah keperluan, yakni;
a. perlindungan tenaga kesehatan, terutama pembelian Alat Pelindung Diri (APD)
b. pembelian alat-alat kesehatan seperti test kit, reagen, ventilator, hand sanitizer dan
lainnya
c. upgrade 132 rumah sakit rujukan Covid-19, termasuk Wisma Atlet
d. insentif dokter, perawat dan tenaga rumah sakit (Insentif dokter spesialis Rp15
juta/bulan, dokter umum Rp10 juta/bulan, perawat Rp7,5 juta/bulan, dan tenaga medis
lainnya Rp5 juta/bulan).
e. santunan kematian tenaga medis Rp300 juta
f. penanganan permasalahan kesehatan lainnya.
Addi M Idhom,Tirto.id, "Daftar Kebijakan Jokowi Tangani Pandemi Corona dan Isi Perppu
Baru", https://tirto.id/eJYX

Anda mungkin juga menyukai