Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

MAKALAH PERTEMUAN KE 1
DOSEN : Aminudin Muhammad,S.Kep,M.Kes

MEGA PUTRI JULIASTI


18144010049

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


PRODI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Komunikasi Persuasif
dan Komunikasi efektif dalam Perawatan

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin

Ternate, 13 Agustus 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

A. Defenisi komunikasi………………………………………………………

B. Tujuan komunikasi………………………………………………………

C. Bentuk dan jenis komunikasi……………………………………………

D. Proses komunikasi………………………………………………………

E. Faktor yang mempengaruhi komunikasi………………………………

F. Prinsip komunikasi………………………………………………………

G. Tahap-tahap komunikasi…………………………………………………

H. Model komunikasi 4

BAB III PENUTUP...................................................................................................................

A. Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan sehari-hari setiap orang tentu dipengaruhi oleh komunikasi
diri sendiri dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang
yang tidak kita kenal. Karena komunikasi merupakan salah satu hal yang
sangat kompleks, dan oleh sebab itu banyak para ahli yang mengatakan
bahwa sulit untuk didefinisikan. Sementara itu, menurut Everett M. Rogers
yang dikutip oleh Suranto A. W (2005, p. 15), bahwa komunikasi ialah
proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari
sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.
Komunikasi dapat ditentukan berhasil atau tidaknya tergantung
bagaimana komunikator dapat mempengaruhi komunikan, sehingga
komunikan dapat bersikap dan perilaku atau bertindak sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh komunikator. Namun, permasalahannya adalah
komunikator sangat perlu mengetahui pesan, dan saluran yang bagaimana
yang dapat mengubah sikap dan perilaku komunikan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi komunikasi?
2. Jelaskan tujuan komunikasi ?
3. Jelaskan bentuk dan jenis komunikasi ?
4. Jelaskan proses komunikasi ?
5. Jelaskan factor yang memprngaruhi komunikasi ?
6. Jelaskan prinsip komunikasi ?
7. Jelaskan tahapan komunikasi ?
8. Jelaskan model komunikasi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi komunikasi persuasif dan komunikasi
efektif
2. Mengetahui tujuan komunikasi
3. Mengetahui bentuk dan jenis komunikasi
4. Mengetahui proses komunikasi
5. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi komunikasi
6. Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi
7. Mengetahui tahapan-tahapan komunikasi
8. Mengetahui model komunikasi
BAB ll
PEMBAHASAN

A. Defenisi Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare –


communicatio dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan
dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita, seperti telepon, telegraf,
radio, dan sebagainya. Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai
suatu proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau
informasi dari seseorang ke orang lain. Dalam berkomunikasi, diperlukan
ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar komunikasi yang dilakukan
efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada kesungguhan atau keseriusan
bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan pihak
penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami
makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai.
Pengertian komunikasi menurut beberapa ahli:

1) Ross (1974), “communication is a transactional process involving a


cognitive sorting, selecting, and sending, of symbols in such a way
as to help a listener elicit from his own mind a meaning or response
similar to that intended by communicator”
2) McCubbin dan Dahl (1985), “komunikasi merupakan suatu proses
tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat”.
3) Yuwono (1985), “komunikasi merupakan kegiatan mengajukan
pengertian yang dikirimkan dari pengirim pesan kepada penerima
pesan dan menimbulkan respon tingkah laku yang diinginkan dari
penerima pesan”.

B. Tujuan komunikasi

Tujuan utama komunikasi adalah untuk membangun/menciptakan


pemahaman atau pengertian bersama. Dalam berkomunikasi saling memahami
bukan berati semua harus menyetujui, melainkan difokuskan pada saling
menghargai pendapat masing-masing. Tujuan akhir dari komunikasi lainnya
sebagai berikut.
1. Perubahan Sikap (Attitude Change)
Setelah menerima informasi yang jelas diharapkan terjadi perubahan
sikap, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi, Anda berusaha
memengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap
positif sesuai yang Anda inginkan.
2. Perubahan Pendapat (Opinion Change)
Komunikasi juga bertujuan untuk menciptakan pemahaman. Setelah pesan
diterima dan dipahami maknanya dari pemberi pesan maka akan timbul
pendapat yang berbeda-beda.
3. Perubahan Perilaku (Behavior Change)
Komunikasi bertujuan mengubah perilaku atau tindakan seseorang dari
perilaku destruksi (merusak) atau menyimpang ke perilaku positif.
Misalnya, setelah dilaksanakan penyuluhan mengenai rokok dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, banyak masyarakat berusaha
mengurangi/berhenti merokok.
4. Perubahan Sosial (Social Change)
Komunikasi dapat membangun dan memelihara ikatan atau hubungan
dengan orang lain sehingga hubungan yang terjalin semakin baik lagi.
C. Bentuk dan jenis komunikasi

Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal


yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal mempunyai karakteristik yang jelas dan singkat.
Perbendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan
konotatif, intonasi yang mampu memengaruhi isi pesan, kecepatan bicara
yang memiliki tempo dan jeda yang tepat, serta unsur humor.
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek, dan langsung.
Semakin sedikit kata-kata yang digunakan maka semakin kecil
kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan
bicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh dapat membuat penjelasan lebih mudah dipahami, kemudia
ulangi bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerima
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan
di mana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana.
b. Perbendaharaan kata
Penggunaan kata-kata harus mudah dimengerti oleh klien.
Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan
dalam keperawatan, kebidanan, dan kedokteran. Jika hal tersebut
digunakan oleh perawat, bidan, dan dokter, klien menjadi bingung dan
tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting.
Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti oleh klien.
c. Arti denotatif dan konotatif
Dalam berkomunikasi dengan klien dan keluarganya, perawat harus
mampu memilih kata-kata yang tidak banyak salah tafsiran, terutama
ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi, dan kondisi klien. Arti denotatif
memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan, atau ide yang
terdapat dalam suatu kata. Kata“serius”dipahami oleh klien sebagai
suatu kondisi kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata
“kritis” untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian.
d. Intonasi
Suatu komunikator sebaiknya mampu mempengaruhi arti pesan. Nada
suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang dikirimkan karena emosi seseorang secara langsung dapat
memengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika
sedang berinteraksi dengan

klien karena maksud untuk menyampaikan rasa tertarik yang tulus


terhadap klien dapat terhalang intonasi nada suara perawat.
e. Kecepatan berbicara
Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara
dan tempo bicara yang tepat. Penjedahan yang lama dan pengalihan
yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan
kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap
klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat agar
kalimatnya mudah dimengerti. Penjedahan perlu dilakukan untuk
menekankan pada hal tertentu untuk memberi waktu pendengar agar
dapat mendengarkan dan memahami arti kata. Penjedahan yang tepat
dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan
sebelum mengucapkannya dan menyimak isyarat nonverbal dari
pendengar yang mungkin menunjukkan ketidakmengertian. Perawat
juga dapat menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu
lambat, cepat, atau perlu untuk diulang.
f. Humor
Humor meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien. Tertawa membantu mengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres sehingga
meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Berdasarkan hasil penelitian, humor
merangsang produksi katekolamin dan hormon yang menimbulkan
rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan, dan
meningkatkan metabolisme. Namun, perawat perlu berhati-hati, jangan
menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau
menutupi ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi verbal adalah penyampaian pesan tanpa menggunakan kata-
kata. Komunikasi nonverbal mempunyai dampak yang lebih besar
daripada komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen dalam Suryani (2006)
mengatakan bahwa sekitar 7% pemahaman dapat ditimbulkan karena
kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik, dan 55% karena
bahasa tubuh. Komunikasi nonverbal dapat disampaikan melalui beberapa
cara, yaitu penampilan fisik, sikap tubuh, dan cara berjalan, ekspresi wajah,
dan sentuhan.
a. Penampilan fisik
Penampilan fisik perawat memengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan keperawatan yang diterima. Penampilan merupakan salah
satu hal yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan
pertama timbul dalam 20 detik hingga empat menit pertama. 84% dari
kesan terhadap seseorang didasarkan pada penampilannya. Bentuk
fisik, cara berpakaian, dan berhias menunjukkan kepribadian, status
sosial, pekerjaan, agama, budaya, dan konsep diri. Perawat yang
memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan
profesional yang positif.
b. Sikap tubuh dan cara berjalan
Sikap tubuh dan cara berjalan mencerminkan konsep diri, alam perasaan
(mood), dan kesehatan. Perawat dapat menyimpulkan informasi yang
bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.
Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti, rasa sakit, obat, atau
fraktur.

c. Ekspresi wajah
Wajah merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif. Hasil
penelitian menunjukkan keadaan emosi utama yang tampak melalui
ekspresi wajah, yaitu terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih.
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat interpersonal. Kontak mata juga sangat penting
dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak
mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang yang dapat
dipercaya dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik.
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang
berbicara dengan klien. Oleh karena itu, ketika berbicara, perawat
sebaiknya duduk sehingga tidak tampak dominan jika kontak mata
dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
d. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan
perawat-klien. Namun harus tetap memperhatikan norma sosial.
Ketika memberikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien,
seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu
berpakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
bergantung pada perawat untuk melakukan kontak interpersonal
sehingga sulit untuk menghindari sentuhan. Perlu diperhatikan
mengenai penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh
klien sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.

D. Proses komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks untuk mengirim pesan dari
komunikator kepada komunikan. Vecchio (1995, dalam Anjaswarni,
2016) menguraikan bahwa proses komunikasi merupakan urutan tahap-
tahap komunikasi kompleks meliputi idea generation, encoding,
transmitting via various channels, receiving, decoding, understanding, dan
responding yang merupakan suatu siklus yang selalu berulang. Dalam
model ini, dijelaskan bahwa komunikasi dimulai dengan munculnya ide
(gagasan) dari komunikator (sender). Ide ini selanjutnya diproses/ diolah di
otak dan keluar dalam bentuk gelombang suara atau tulisan atau dalam
bentuk kode-kode tertentu (encoding). Informasi yang telah diolah dalam
bentuk kode-kode tersebut selanjutnya ditransmisikan/ disalurkan oleh
komunikator melalui media (channel). Media ini akan membantu proses
penyampaian pesan dari komunikator dan proses penerimaan pesan oleh
komunikan. Pesan/informasi yang sampai atau diterima dalam bentuk
gelombang suara, tulisan, atau kode-kode tersebut diproses dan
dipersepsikan oleh komunikan (decoding). Setelah dipersepsikan,
komunikan akan sampai pada tingkat pemahaman (understanding) dan
selanjutnya berespons terhadap pesan yang diterima sebagai umpan balik
untuk komunikator. Respons yang diberikan oleh komunikan akan
menstimulasi munculnya ide baru dan seterusnya ide atau informasi akan
diproses kembali sebagai suatu siklus yang berulang.

E. Faktor yang mempengaruhi komunikasi

Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.


1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, perawat harus
mengerti pengaruh dari perkembangan usia, baik dari sisi bahasa maupun
proses pikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi dengan anak remaja dan
anak usia balita sangat berbeda. Jika kepada remaja, Anda mungkin perlu
belajar bahasa "gaul" sehingga mereka yang diajak bicara akan merasa kita
mengerti dan komunikasi diharapkan berlangsung lancar.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa. Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan
persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Misalnya, kata
“virus” akan mempunyai persepsi yang berbeda bagi seorang ahli
komputer dan seorang dokter.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang memengaruhi perilaku sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk
mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan
dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya,
perawat diharapkan tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya. Misalnya,
klien memadang abortus bukan merupakan perbuatan dosa, sementara
perawat memandang abortus merupakan tindakan dosa. Hal ini dapat
menyebabkan konflik antara perawat dan klien.
4. Latar Belakang Sosial Budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Seorang
remaja putri ingin membeli makanan khas di suatu daerah. Remaja putri
tersebut berasal dari daerah lain. Pada saat membeli makan, tiba-tiba menjadi
pucat ketakutan karena si penjual menanyakan padanya berapa banyak cabai
merah yang dibutuhkan untuk campuran makanan yang akan diberikan. Apa
yang terjadi? Si remaja tersebut merasa dimarahi oleh si penjual karena cara
bertanya si penjual tersebut seperti membentak, padahal

si penjual merasa tidak memarahi remaja tgersebut. Hal ini sebabkan oleh
budaya dan logat bicara si penjual yang memang keras dan tegas sehingga
terkesan marah- marah bagi orang dengan latar budaya yang berbeda.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah, sedih, dan senang akan dapat memengaruhi perawat dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu menelaah emosi klien dan
keluarganya sehingga perawat perlu memberikan asuhan keperawatan dengan
tepat. Selain itu, perawat juga perlu mengevaluasi emosi yang ada pada
dirinya agar saat melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh
emosi di luar kesadarannya.
6. Jenis Kelamin
Setiap jenis mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Gaya
komunikasi wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan. Dari usia 3 tahun
wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam grup kecil dan
menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan
perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Berbeda dengan
laki-laki, di lain pihak menggunakan bahasa untuk mendapatkan
kemandirian dari aktivitas dalam grup yang lebih besar. Jika mereka ingin
mempunyai teman, mereka melakukannya dengan bermain.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan memengaruhi komunikasi yang dilakukan.
Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespons
pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi.
Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga dapat
berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat kepada klien.
8. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan di antara orang
yang berkomunikasi. Cara berkomunikasi antara seorang perawat dan
koleganya berbeda dengan cara berkomunikasi seorang perawat dengan
klien, tergantung pada perannya. Demikian juga antara guru dan murid.
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan memengaruhi komunikasi yang efektif.
Suasana yang bising dan tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan
keracunan, ketegangan, dan ketidaknyamanan. Misalnya, memeriksa pasien
di pasar tentunya tidak nyaman. Untuk itulah perawat perlu menyiapkan
lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan
klien.
10. Jarak
Jarak dapat memengaruhi komunikasi. Jarak menyediakan rasa aman dan
kontrol. Misalnya, individu yang merasa terancam ketika seseorang tidak
dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dirinya. Hal itu juga
yang dialami oleh klien pada saat pertama kali berinteraksi dengan
perawat. Untuk itu, perawat perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada
saat melakukan hubungan dengan klien. Ada empat zona jarak dalam
berkomunikasi sebagai berikut.
a. Zona intim (0—45,5 cm atau 0—18 inci antar-individu). Ukuran jarak
ini nyaman bagi orang tua yang memiliki anak kecil atau individu
yang berkeinginan sama untuk melakukan kontak pribadi atau untuk
membisikkan pesan. Paksaan jarak intim oleh orang lain dianggap suatu
ancaman dan menimbulkan kecemasan.

b. Zona personal (45—120 cm atau 18—36 inci). Jarak ini merupakan


jarak nyaman antara keluarga dan teman untuk berbicara.
c. Zona sosial (270—36 cm atau 4—12 inci). Jarak ini merupakan jarak
komunikasi yang dapat diterima dalam lingkungan sosial, pekerjaan, dan
bisnis.
F. Prinsip komunikasi

Prinsip-prinsip komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan


konsep yang dikembangkan oleh setiap pakar. Pada komunikasi terdapat 12
prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi
dan hakekat komunikasi yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Komunikasi adalah Suatu Proses Simbolik
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular, dan tidak berakhir
pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Setiap orang tidak bebas menilai. Pada saat orang tersebut tidak
bermaksud untuk mengomunikasikan sesuatu, namun dimaknai oleh
orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh dan ekspresi
wajah (komunikasi nonverbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain
sehingga menjadi suatu stimulus.
3. Komunikasi Mempunyai Dimensi Isi dan Hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi. Dari dimensi isi
tersebut, dapat diprediksi dimensi hubungan yang ada di antara pihak
yang melakukan proses komunikasi. Misalnya, percakapan di antara dua
orang sahabat, guru, dan siswa di kelas memiliki dimesi isi yang berbeda.
4. Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi
mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah. Artinya, tindakan komunikasi
yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang
akan dilakukan secara rinci dan detail) sampai pada tindakan komunikasi yang
betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respons dan
berharap tujuannya tercapai).
5. Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikator baik secara
verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat, seperti di mana
proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan,
dan kapan komunikasi itu berlangsung.
6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di
luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika tersenyum, dapat diprediksi
bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman. Jika menyapa
seseorang, orang tersebut akan membalas sapaan. Prediksi seperti itu akan
membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

7. Komunikasi Bersifat Sistemik


Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh
latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman, dan pendidikan. Cara
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi
internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan tempat seseorang
tersebut bersosialisasi memengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan
komunikasi.
8. Keefektifan Komunikasi dengan Latar belakang Sosial Budaya
Jika dua orang yang berasal dari suku yang sama melakukan
komunikasi dan pendidikan yang sama, ada kecenderungan dua pihak
tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang
saling ditukarkan.
9. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular, artinya tidak berlangsung satu arah.
Komunikasi melibatkan respons atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan
yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Konsekuensi dari prinsip komunikasi adalah sebuah proses yang bersifat
dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima
informasi di antara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
11. Komunikasi Bersifat Irreversible
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol
sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang
dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali. Jika seseorang sudah
berkata menyakiti orang lain, efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada
diri orang lain tersebut.
12. Komunikasi bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Dalam hal ini komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat
digunakan untuk menyelesaikanmasalah.

G. Tahap-tahap komunikasi

Proses komunikasi adalah proses komunikator menyampaikan pesan


kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna
antara komunikan dengan komunikator. Proses komunikasi ini bertujuan
menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada
umumnya). Proses komunikasi dapat terjadi apabila terdapat interaksi
antarmanusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi. Tahapan proses komunikasi dijabarkan sebagai berikut.
1. Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi yang terjadi
dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap pertama
bermula sejak motif komunikasi muncul sehingga akal budi komunikator
berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan
(masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan
disebut interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator. Pesan yang bersifat abstrak berhasil
dibentuk oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini
disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder (alat
penyandi) yang mengubah pesan abstrak menjadi konkret.
3. Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi,
seperti mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang
disebut transmitter (alat pengirim pesan).
4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan sejak pesan
dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui
peralatan jasmaniah komunikan.
6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima
melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya
berhasil menguraikannya (decoding).
7. Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan sejak lambang komunikasi berhasil
diuraikan dalam bentuk pesan.
H. Model komunikasi
Komunikasi adalah sebuah proses yang sangat kompleks karenanya
sangat sulit untuk mengetahui siapa yang memulai komunikasi, kepada
siapa komunikasi ditujukan, dan dimana komunikasi berawal dan berakhir.
Untuk memahami proses komunikasi yang sedemikian kompleks, diperlukan
suatu instrumen yang membantu menjelaskan proses komunikasi. Instrumen
tersebut adalah model komunikasi.
Model komunikasi adalah sebuah model konseptual untuk
menjelaskan proses komunikasi manusia dan memperlihatkan proses
komunikasi dengan menggunakan berbagai simbol. Model komunikasi
membentuk perspektif komunikasi dengan menguraikan komunikasi yang
begitu kompleks menjadi lebih sederhana tanpa menghilangkan komponen-
komponen yang ada di dalamnya.
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan

Komunikasi dapat ditentukan berhasil atau tidaknya tergantung


bagaimana komunikator dapat mempengaruhi komunikan, sehingga
komunikan dapat bersikap dan perilaku atau bertindak sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh komunikator. Namun, permasalahannya adalah
komunikator sangat perlu mengetahui pesan, dan saluran yang
bagaimana yang dapat mengubah sikap dan perilaku komunikan
DAFTAR PUSTAKA

Modul ajar komunikasi terapeutik dalam keperawatan Aminudin


Muhammad,S.Kep.,M.kes & Fauji Almari,S.Pd.,M.Kes jurusan
keperawatab tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai