KEPERAWATAN GERONTIK
Oleh:
Kelompok 1
Indonesia saat ini termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia dengan pertambahan jumlah penduduk yang tergolong cepat di dunia dan
merupakan peringkat keempat dunia setelah Cina, India dan Amerika (Suyono, 2006).
Pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia diproyeksikan akan meningkat menjadi 28,8
juta atau sebesar 11,34% dari 326,6 juta jumlah penduduk, dengan UHH yaitu 71,1 tahun.
(BPS, 2007).
Hasil penelitian ditemukan hanya tiga jenis dukungan yang diberikan caregiver
maupun masyarakat sekitar kepada lansia yaitu dukungan emosional, dukungan
penghargaan dan dukungan instrumental. Masih kurangnya dukungan informasi baik dari
keluarga dan masyarakat yang diberikan kepada lansia menunjukkan bahwa keluarga
maupun masyarakat belum memahami tentang penanganan lansia sehingga tidak mampu
memberikan informasi kesehatan terkait dengan masalah kesehatan serta pola hidup sehat
bagi lansia.
Karena program PACE hanya melibatkan mereka yang sangat lemah dan tidak
mampu, mereka persis seperti populasi pasien yang pencegahan dan promosi
kesehatannya membuat perbedaan. Sebagian besar pasien PACE memiliki beberapa
diagnosis, dengan rata-rata lebih dari 7 diagnosis per anggota. Di antara yang paling
umum adalah masalah jantung, diabetes , hipertensi , dan penyakit pembuluh
darah . Program PACE memiliki insentif yang kuat untuk membantu menjaga anggotanya
sesehat mungkin — pasien mereka, jika dibiarkan tanpa perawatan, kemungkinan besar
membutuhkan perawatan akut dan perawatan di rumah yang ekstensif, yang harganya
sangat mahal. Jadi program PACE cenderung menyediakan layanan pencegahan tingkat
tinggi, seperti pemeriksaan yang sangat sering, program olahraga, pemantauan pola
makan, program untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan, dll.
Kesimpulan
ABSTRAK
Pendahuluan: Budaya extended family masih berkembang di Indonesia yang
memungkinkan lanjut usia (lansia) tinggal bersama keluarga dan umumnya lansia masih
mempunyai kedudukan yang cukup tinggi sebagai orang tua yang harus dihargai dan
dihormati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman
keluarga dalam penanganan lansia dari aspek budaya Indonesia. Metode: Desain yang
digunakan adalah fenomenologi deskriptif. Partisipan adalah caregiver utama yang
merawat lansia berjumlah 10 orang. Data dianalisis menggunakan teknik Collaizi. Hasil:
Teridentifi kasi 4 tema yaitu: 1) alasan merawat karena tanggung jawab yaitu tugas sebagai
anggota keluarga, balas budi, kepuasan, caregiver utama, kedekatan dan kasihan., 2) beban
merawat yaitu beban fi sik, psikologis, sosial dan fi nansial, 3) persepsi tentang nilai
budaya yaitu kedudukan dan peran lansia dalam keluarga, dan 4) dukungan dalam merawat
yaitu dukungan keluarga dan masyarakat. Diskusi: Keluarga sebagai sistem pendukung
utama bagi lansia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam merawat lansia sesuai
nilai budaya Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kebutuhan keluarga sebagai caregiver dalam merawat lansia sehingga dapat
didesain bentuk intervensi pemberdayaan keluarga yang tepat sesuai budaya Indonesia.
Kata kunci: caregiver, nilai budaya, beban merawat, dukungan sosial, lansia
ABSTRACT
Introduction: Extended family culture still exists in Indonesia, and this makes it possible
for an elderly person to live with a family. In Indonesia, generally an elderly person is
highly respected. This research is meant to gain a picture of an experience that a family
has in taking care of an elderly person from the aspect of Indonesian culture. Method: The
design implemented is descriptive phenomenology. The participant is the main caregiver
taking care of 10 elderly people. The data is analyzed using Collaizi technique. Result:
This research have been identifi ed 4 themes i.e. 1) the reason for doing it is to fulfi ll the
tasks as a member of a family, to reciprocate, to have satisfaction, but for the main
caregiver it is just because of closeness and pity, 2) the burden of caring is physical,
psychological, social and fi nancial, 3) the perception about culture value is the position
and role of the elderly person in the family, and 4) the support or encouragement is
obtained from the family and the community. Discussion: The conclusion is that a family
as the main supporting system for the elderly people possesses big responsibility in caring
the elderly in accordance with the value of culture in Indonesia. The results of the
research are expected to give information about the need of a family as the caregiver in
98
Pengalaman Keluarga dalam Penanganan Lanjut Usia (Ni Made Riasmini, dkk.)
caring the elderly so that a proper intervention form of family enforcement according to
the Indonesian culture can be designed.
Key words: caregiver, culture value, caregiver burden, social support, elderly
perawatan pada lansia dengan penyakit Metode ini dapat menstimulasi persepsi
kronis menimbulkan perasaan strain atau kita terhadap pengalaman hidup dengan
burden pada caregiver yang dapat menekankan pada kekayaan, keluasan
mempengaruhi kualitas hidup keluarga. serta kedalaman dari pengalaman tersebut
Caregiver burden diakibatkan oleh (Spiegelberg, 1975 dalam Streubert &
kesulitan keluarga secara subjektif Carpenter, 2003).
maupun objektif sehubungan dengan Penelitian ini bertujuan untuk
adanya anggota keluarga yang mengalami memperoleh gambaran tentang
masalah secara berkepanjangan pengalaman keluarga dalam penanganan
(Magliano, 2006). lansia di masyarakat dari aspek budaya
Banyak di antara negaranegara Indonesia. Selanjutnya akan diidentifi
berkembang belum optimal kasi beberapa hal meliputi respons
mengimplementasikan program maupun keluarga dalam merawat lansia, nilai-nilai
kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial budaya dalam merawat lansia, dan
untuk lansia. Bahkan dukungan pelayanan kebutuhan dukungan keluarga dan
yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dalam perawatan lansia
penduduk lansia masih minimal. Selain
itu para lansia juga mendapatkan sedikit
BAHAN DAN
perhatian dibandingkan dengan kelompok
METODE
usia lain maupun kelompok rawan lain
seperti kelompok balita di masyarakat Pendekatan yang digunakan dalam
(Suyono, 2006). Di Indonesia, kebijakan penelitian ini adalah kualitatif dengan
dan program pemerintah yang menangani metode fenomenologi deskriptif untuk
permasalahan lansia dari berbagai mengekplorasi kedalaman dan
departemen sudah ada, namun masih kompleksitas dari pengalaman keluarga
belum menjangkau esensi usaha dalam penanganan lansia di masyarakat
pemberdayaan lansia yang saling berdasarkan sudut pandang dan
terintegrasi. Pemerintah kini mendorong pengalaman partisipan.
terbentuknya pelayanan penduduk lansia Partisipan penelitian ini adalah
berbasis masyarakat melalui program keluarga yang merawat lansia di wilayah
pendampingan dan perawatan sosial DKI Jakarta dengan kriteria: 1) Berusia
lansia di rumah (home care). Diharapkan dewasa sampai pra lansia (21-59 tahun),
keluarga dan masyarakat ikut serta 2) Tinggal bersama lansia (usia 60 tahun
memberikan pelayanan kepada lansia di ke atas) dalam satu rumah, 3)
dalam keluarga dan lingkungannya sesuai Bertanggung jawab merawat lansia
dengan budaya Indonesia. (sebagai caregiver utama), 4) Bersedia
Pemahaman yang mendalam menjadi partisipan. Pemilihan sampel
tentang pengalaman keluarga merawat dilakukan melalui purposive sampling,
lansia dari aspek budaya Indonesia perlu dengan jumlah partisipan sebanyak 10
digali sehingga dapat ditentukan orang caregiver. Penelitian dilakukan
kebutuhan keluarga serta bentuk selama 3 bulan.
intervensi berbasis budaya dalam Peneliti melakukan pengumpulan
pemberdayaan keluarga sehingga data dengan menggunakan alat bantú
keluarga mampu merawat lansia secara berupa tape recorder untuk merekam
optimal, pada akhirnya kualitas hidup informasi dari partisipan serta pedoman
lansia akan meningkat. Oleh karena itu, wawancara yang digunakan sebagai
perlu dilakukan penelitian kualitatif panduan bagi peneliti dalam mengajukan
dengan metode fenomenologi deskriptif. pertanyaan sesuai dengan tujuan. Catatan
100
Pengalaman Keluarga dalam Penanganan Lanjut Usia (Ni Made Riasmini, dkk.)
lapangan digunakan untuk mencatat ”Karena dia orang tua saya yang
respons non verbal yang ditampilkan melahirkan ...membesarkan saya... harus
partisipan serta situasi lingkungan saat dilindungin, kalau dari sekarang saya
wawancara berlangsung. Sebelum sudah ngurusin orang tua... kalau kita
melakukan wawancara kepada partisipan tua nanti... mungkin kita dibalas nanti”
yang sebenarnya, peneliti melakukan uji (P2).
coba wawancara kepada 2 keluarga yang Salah seorang partisipan laki-laki
merawat lansia mengatakan alasannya merawat orang tua
Data yang dikumpulkan selama karena tidak ada lagi yang bisa merawat
penelitian adalah hasil wawancara orang tuanya (caregiver utama):
mendalam dan hasil observasi berupa ”Karena memang di rumah ini nggak
catatan lapangan. Analisis data dalam ada yang lain lagi, cuma saya yang di
penelitian ini yaitu analisis tema rumah... mau nggak mau ya saya yang
menggunakan pendekatan Colaizzi (1978 merawat! Ya... tanggung jawab saya
dalam Streubert & Carpenter, 2003). sebagai anak tertua, apalagi orang tua
sudah nggak bisa kerja ya..” (P8)
Alasan karena kedekatan
HASIL dikemukakan oleh partisipan sebagai
Partisipan dalam penelitian ini yaitu hubungan antara menantu dengan
10 caregiver. Usia caregiver bervariasi mertuanya: ”Walaupun saya mantunya
dari usia 33 tahun sampai 59 tahun, terdiri tapi mak sudah seperti orang tua saya
dari satu orang laki-laki dan sembilan sendiri, ya... harus diurus dengan baik...
orang perempuan. Tingkat pendidikan kalau ada apa-apa, mak sering
juga bervariasi mulai dari SD sampai ngeluhnya ke saya” (P7).”
Perguruan Tinggi dan berasal dari suku Ada juga partisipan yang
yang berbeda yaitu Sunda, Jawa, Betawi mengatakan alasan merawat karena
dan Manado. Setelah data dianalisis kasihan: ”Ya..alasannya kasihan....
orang udah tua kan nggak boleh disia-
menggunakan pendekatan Collaizi,
siain... siapa lagi kalau bukan anaknya
ditemukan 4 tema sebagai hasil penelitian
yang dekat... gitu... yang bertanggung
ini.
jawab merawat orang tua...” (P9)
Tema yang pertama adalah alasan
Tema kedua adalah beban keluarga
merawat dan beban merawat. Tema
merawat lansia diidentifi kasi dari sub
alasan merawat diidentifikasi melalui sub
tema beban fi sik, psikologis, sosial dan fi
tema tanggung jawab yang digambarkan
nansial. Sub tema beban fi sik
melalui kategori tugas anggota keluarga,
digambarkan melalui kategori keluhan
balas budi, kepuasan, caregiver utama,
kesehatan; sub tema beban psikologis
kedekatan dan kasihan. Tugas sebagai
digambarkan melalui kategori sikap
anggota keluarga dikemukakan
lansia, perubahan emosi lansia, perubahan
tergantung dari hubungan caregiver
emosi caregiver, takut dosa, khawatir dan
dengan lansia. Salah seorang partisipan
merasa bersalah; sub tema beban sosial
mengatakan tanggung jawab sebagai
digambarkan melalui kategori peran
isteri: ”Ya...sudah tanggung jawab isteri
ganda, kurang dukungan dari anggota
ngerawat suami yang sakit....dulu kan
keluarga dan keterbatasan aktivitas;
apa-apa bapak....sekarang tugas ibu dan
sedangkan sub tema beban fi nansial
harus ikhlas ngelakuin semuanya” (P3)
digambarkan melalui kategori
Alasan merawat karena balas budi
meningkatnya kebutuhan biaya.
digambarkan partisipan sebagai bentuk
Beban fi sik diidentifi kasi dari
balas budi anak kepada orang tua:
keluhan fi sik yang dialami oleh keluarga,
101
Jurnal Ners Vol. 8 No. 1 April 2013: 98–106
tergambar dari partisipan berikut: “Ya merawat lansia juga harus bekerja
kadang lelah… kalau lagi lelah…biasa mencari nafkah dan mengurus anggota
ntar hilang lagi” (P5). “Paling kalau keluarga lain. Di samping itu karena
aku ngeluh badan sakit….minta kerokin dukungan yang kurang dari anggota
sama mbah…. jadi gantian deh….” (P9). keluarga lain dan keterbatasan aktivitas
Beban psikologis yang dialami karena harus merawat lansia di rumah.
caregiver akibat sikap lansia susah diatur, Salah satu partisipan yang bekerja
sering mengada-ada dan egois serta sebagai tukang pijat mengungkapkan:
perubahan emosi lansia seperti “Kalau nggak ada saya dia suka bilang:
diungkapkan oleh partisipan berikut: ”sepi nggak ada lu… apalagi kalau
“Ya... tetap saya harus ngalah… ditinggal… .nyariin emaknya…. soalnya
walaupun orang tuanya salah menurut dia deket dengan saya..… padahal saya
saya…tapi namanya orang tua kan kan kerja mijit… perlu cari uang juga
maunya bener sendiri… kadang-kadang kan?” (P5). “Kadang-kadang suka
orang tua itu egois… susah dibilangin... merasa capek juga sih ngerawat
tapinya sebagai anak saya tetap harus orangtua... ya… suka ngomong sendiri:
menjaga… harus merawat” (P10). ”saudara-saudara gue pada kemana
“Kadang mak suka ngambek… marah…. sih”?... gitu …cuma sesekali saja sih….
kalau menurut dia bener kita kasih nggak sering……. karena saudara nggak
tahu....……. marah… nggak mau.. gitu… ada yang tinggal di sini…. mereka sudah
kadang-kadang salah tanggap gitu… kita berkeluarga dan punya kesibukan” (P8).
berbuat apa….pikiran dia kemana Keterbatasan aktivitas yang dialami
gitu...” (P10). caregiver karena harus merawat lansia di
Perubahan emosi caregiver dapat rumah tergambar dari ungkapan
diidentifikasi dari ungkapan rasa sedih, partisipan berikut: “Paling kita nggak
menangis bahkan sering bertengkar bisa kemanamana… kalau orang pergi,
dengan lansia seperti yang diungkapkan kita di rumah aja nungguin mak, padahal
oleh partisipan berikut: ”.......saya kan saya perlu jalan juga..…. tapi
pernah nggak teguran....... saya seumpama saya kemanamana mikirin ini
nangis...... (mata berkaca-kaca), tapi saja… takut ada apa-apa….” (P7).
saya tu pingin nanya gimana ya... nggak Beban finansial juga dirasakan oleh
nanya... orangtua sendiri... itu saya caregiver terutama kebutuhan biaya jika
terasa menderita... karena seringnya lansia sakit atau dirawat dan kebutuhan
saya berantem…... tapi saya sehari-hari lansia, seperti yang
berpikir........... mungkin ini udah usia diungkapkan oleh partisipan berikut:
lanjut kali ya…. jadi saya lebih baik “Ya…pikiran… keuangannya….....
diem….” (P10) pensiun bapak kecil… untuk belanja tiap
Perasaan khawatir, rasa bersalah hari, juga kontrol rutin ke rumah
dan takut dosa juga diungkapkan sebagai sakit….. kadang nggak cukup apalagi
beban psikologis bagi caregiver dalam kalau bapak harus dirawat” (P3).
merawat lansia: “Mungkin karena saya Tema ketiga adalah persepsi tentang
anak laki agak susah ngertiin ibu….. nilai budaya yang diidentifikasi dari sub
saya merasa nggak bisa ngerawat ibu tema kedudukan lansia di keluarga dan
dengan baik….” (P8). ”Tapi saya takut peranan lansia dalam keluarga. Sub tema
dosa..... namanya gimana tu orang tua kedudukan lansia di keluarga
saya... walaupun orang tua saya salah... digambarkan melalui kategori dihormati
ya.... saya berusaha menegur” (P10). dan dihargai serta dirawat; sedangkan sub
Beban sosial yang dialami tema peranan lansia digambarkan melalui
caregiver akibat peran ganda selain
102
Pengalaman Keluarga dalam Penanganan Lanjut Usia (Ni Made Riasmini, dkk.)
103
Jurnal Ners Vol. 8 No. 1 April 2013: 98–106
keluarga terutama dari anak kepada bahwa anak wajib memberikan kasih
orangtua, diungkapkan oleh partisipan sayang kepada orangtuanya sebagaimana
berikut: “Ya… anak-anak mak pernah mereka dapatkan sewaktu mereka
merhatiin…. suka datang…. kalau setiap masih kecil sebagai bentuk balas budi
datang ngasih…maunya mak apa? anak kepada orang tua. Anak masih
kadang-kadang saya ingetin tu... mak merasa berkewajiban dan mempunyai
maunya apa… ntar dibeliin gitu….” loyalitas menyantuni orang tua mereka
(P10) yang sudah tidak dapat mengurus dirinya
Sumber dukungan formal seperti sendiri. Ini menunjukkan bahwa sistem
pelayanan rumah sakit dan jaminan nilai budaya yang menjunjung tinggi
kesehatan diperlukan untuk merawat pengabdian terhadap orang tua, masih ada
lansia seperti yang diungkapkan di masyarakat Indonesia.
partisipan berikut: “Ya biar mak sehat… Hasil penelitian ini sesuai dengan
mendapat jaminan kesehatan kalau ada penelitian fenomenologi yang dilakukan
apa-apa. (P5) “Kan biar bagaimana Asniar (2007), bahwa alasan merawat
bapak maunya di RS… soalnya sudah orang tua yang sakit karena tanggung
cocok…..selama ini berobat kesana…. jawab yaitu tugas sebagai anggota
obat di RS diterusin takut berhenti... tapi keluarga, balas budi dan merupakan
kan selama berobat sembuh, ….soal caregiver tunggal. Sahar (2002) juga
makan kan…. salah makan kambuh menggambarkan bahwa alasan merawat
lagi…” (P3) karena tanggung jawab sebesar (26,8%),
dan ingin memberikan perawatan lebih
PEMBAHASA baik (19,5%). Sedangkan hasil penelitian
N Laubunjong (2008), ditemukan bahwa
alasan menjadi caregiver bervariasi yaitu
Peneliti telah mengidentifi kasi
karena ingin merawat, tidak bekerja dan
empat tema dari hasil penelitian ini,
tidak ada anggota keluarga lain yang
beberapa diantaranya memiliki sub tema
merawat.
dengan kategori-kategori makna tertentu.
Beban keluarga merawat lansia
Tematema tersebut teridentifikasi
tergambar dari beban fisik, psikologis,
berdasarkan tujuan penelitian. respons
sosial dan fi nansial. Hal ini sesuai
keluarga merawat lansia teridentifi kasi
dengan pendapat Gupta, Pillai dan Levy
dari dua tema yaitu: 1) alasan merawat
(2012) bahwa beban merawat merupakan
lansia dan 2) beban merawat. Nilai-nilai respons multidimensi terhadap stresor fi
budaya dalam merawat tergambar dalam sik, psikologis, sosial dan fi nansial yang
tema ketiga yaitu persepsi tentang nilai dihubungkan dengan pengalaman pelaku
budaya; Kebutuhan akan dukungan rawat dalam merawat klien. Hasil
keluarga dan masyarakat sekitar penelitian ini ditemukan beban fi sik
tergambar pada tema keempat yaitu berupa kelelahan akibat merawat lansia,
dukungan dalam merawat lansia. di samping juga karena sambil bekerja.
Selanjutnya akan dibahas secara rinci Beban psikologis yaitu perasaan khawatir
masing-masing tema yang teridentifi kasi. ditinggal lansia karena usianya sudah tua,
Alasan keluarga merawat lansia takut sakit mendadak dan perasaan
karena tanggung jawab yaitu tugas bersalah karena tidak mampu merawat
anggota keluarga, balas budi, kepuasan, lansia dengan baik. Di samping itu, yang
caregiver utama, kedekatan dan rasa terbanyak ditemukan karena perubahan
kasihan. Bentuk tanggung jawab keluarga emosi lansia yang sering marah, dan sikap
merawat lansia tergambar melalui nilai lansia yang susah diatur. Kondisi tersebut
yang masih berlaku dalam masyarakat sering menimbulkan konflik antara
104
Pengalaman Keluarga dalam Penanganan Lanjut Usia (Ni Made Riasmini, dkk.)
106
Pengalaman Keluarga dalam Penanganan Lanjut Usia (Ni Made Riasmini, dkk.)
108