Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS FENOMENA KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT ISU PELAYANAN

KESEHATAN LANSIA DAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

[[

OLEH KELOMPOK I:

ADINDA FROSTINI EFRUAN 12114201200001 (AKTIF)


ALFONSINA SOPACUA 12114201200011 (AKTIF)
ALVIN LIBRA TAHAPARY 12114201200014 (AKTIF)
ANETA RIA RUMAHLEWANG 12114201200017 (AKTIF)
APRILIA ALBERTINA PESIRERON 12114201200020 (AKTIF)
ASNATH BOIRATAN 12114201200025 (TIDAK AKTIF)
CHRISILIA UKRU 12114201200033 (AKTIF)
CHATRIN PUTRESYA SAHULATA 12114201200036 (AKTIF)
DAGMAR TITA 12114201200041 (AKTIF)
DEIN MILAN SAIMIMA 12114201200044 (AKTIF)
DEWI BELINDA PICAULY 12114201200047 (TIDAK AKTIF)
DIEZ INGRIT NATALIAN ATAPARY 12114201200051 (AKTIF)
KENNETH WEMAY 12114201200116 (AKTIF)
LANDY HEHALATU 12114201200119 (AKTIF)
LERRY BENJAMIN ANTHONY 12114201200123 (TIDAK AKTIF)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa, atas berkat dan karunianya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca khususnya
dalam bidang kesehatan mengenai Keperawatan sesuai dengan judul topik khususnya mengenai
analisis fenomena kebijakan nasional terkait isu pelayanan kesehatan lansia dan program
pelayanan kesehatan lansia. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa membuat pembaca mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir kami
menyadari sungguh bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
kesempurnaan, maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan kami demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon, 11 Maret 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Analisis Situasi................................................................................................................................6
B. Analisis Program..........................................................................................................................10
BAB IV.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................................20
4.2 Saran.............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Penduduk lanjut usia terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Aspek penting dalam peningkatan kualitas hidup lansia salah satunya adalah
kesehatan. Indonesia sendiri angka kematian meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Oleh
karena itu, penting dilakukan pencegahan penularan melalui upaya pencegahan dan promosi
lansia di tingkat keluarga, masyarakat dan fasilitas kesehatan (Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, 2020). Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia dimasa pandemi Covid-19 pada
pelayanan kesehatan harus dilakukan dengan manajemen yang baik dan terarah dengan
memperhatikan beberapa aspek dalam hal ini adalah pencegahan penularan penyakit di fasilitas
kesehatan agar para lansia tetap bisa mengakses pelayanan kesehatan dengan optimal. Maka dari
itu dikeluarkannya pedoman pelayanan kesehatan lanjut usia oleh Direktorat Kesehatan Keluarga
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020.Kementerian Kesehatan mengeluarkan
dua peraturan terkait lansia yaitu Permenkes No. 67 tahun 2015 yang mengatur tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas dan Permenkes No. 25 tahun
2016 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Lanjut Usia tahun 2016-2019. Kebijakan
ini dilatarbelakangi oleh masalah utama bagi para lansia yaitu pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan. Selain pola penyakit pada lansia, kondisi kesehatan sejak dini juga menjadi acuan
dalam mewujudkan lansia sehat. Oleh karena itu, perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping
upaya penyembuhan dan pemulihan. Tujuan kebijakan kesehatan tentang lansia dalam RAN
kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia sehingga menjadi lansia yang
sehat, mandiri, produktif dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. Tujuan umum ini
dicapai melalui tujuan khusus yaitu meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan,
ketersediaan data dan informasi kesehatan lansia, koordinasi dan kerja sama lintas sektoral dan
program, peran keluarga yang menyokong kesehatan lansia serta peran lansia dalam kesehatan
keluarga (Kementerian Kesehatan, 2016). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lansia di
1
Puskesmas memberi perhatian khusus pada lansia melalui peningkatan pengetahuan dan
kemampuan tenaga kesehatan dan masyarakat dalam melaksanakan upaya promotif, preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) (Kementerian Kesehatan,
2015). Upaya promotif dan preventif pada lansia dilakukan melalui pembentukan dan pembinaan
kelompok lansia di masyarakat yang memiliki beberapa sebutan antara lain kelompok usia lanjut,
Posyandu lansia atau Posbindu lansia. Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader kesehatan
masyarakat dengan didampingi oleh petugas kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan dasar dan
konsultasi. Selain itu, pada kegiatan tersebut lansia mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi
secara sosial dengan kelompok sebayanya. Dalam kelompok tersebut lansia juga dapat
melakukan kegiatan membuat mereka tetap aktif, antara lain berperan sebagai kader di kelompok
lansia, melakukan pengajian, senam lansia, memasak bersama, serta membuat kerajinan tangan
yang selain berperan sebagai penyaluran hobi juga dapat meningkatkan pendapatan (income
generating) (Kementerian Kesehatan, 2016). Upaya kuratif dan rehabilitatif dapat dilaksanakan
di ruangan khusus lansia yang seharusnya tersedia di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Upaya ini secara berkala dilaksanakan di luar gedung Puskesmas sesuai kebutuhan misalnya di
Posyandu, panti dan rumah tempat tinggal lansia (Kementerian Kesehatan, 2015). Hingga tahun
2015, sebanyak 10 persen Puskesmas telah melaksanakan pelayanan kesehatan santun lansia ini.
Selain pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan juga disediakan bagi lansia yang
identik dengan penyakit degeneratif dan multidiagnosis (geriatri) yaitu klinik geriatri sebanyak
10 rumah sakit yang tersebar di 8 provinsi. Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
lansia di fasilitas kesehatan ini dilakukan melalui kebijakan berupa Permenkes No. 79 tahun
2014 tentang Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit dan Permenkes No. 67 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas (Kementerian Kesehatan, 2016).

2
1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pembaca mengenai
Keperawatan Gerontik.

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai Analisis Situasi dalam bentuk
piramida terbalik mulai dari skala international (WHO, dll), nasional (Riskesdas, Pusdatin,
dll) sampai propinsi Maluku (Dinkes Propinsi/kota); data yang diangkat minimal 3 tahun
terakhir terkait isu pelayanan kesehatan lansia.

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai Analisis Program Strategi atau
kebijakan yang selama ini telah dibuat pemerintah terkait pelayanan kesehatan lansia dan
Apa hasilnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diseluruh dunia, orang hidup lebih lama. Diperkirakan ada sekitar dua miliar penduduk lanjut
usia yang berusia di atas 60 tahun pada tahun 2050. Di Tahun 2050, sekitar 80% dari seluruh
lanjut usia akan hidup di negara berpendapatan rendah dan menengah (World Health
Organization (WHO), 2018). Peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka
Harapan Hidup (AHH) merupakan keberhasilan pembangunan dan hal tersebut merupakan cita-
cita suatu bangsa. Walaupun demikian, peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya
transisi epidemiologi yang menyebabkan meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit
degeneratif. Lanjut usia dapat mengalami kemunduran dari aspek secara fisik, sosial, psikologi,
ekonomi serta kesehatan. Sehingga hal ini merupakan hal yang perlu diperhatikan sebagaimana
tertuang dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia.
Tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai hari Lansia sedunia yang tertuang di dalam resolusi PBB
No.045/206 Tahun 1991. Diharapkan bahwa pemerintah dan masyarakat lebih peduli terhadap
kesejahteraan dan kelangsungan hidup lansia (Badan Pusat Statistik, 2010). Menurut Infodatin
(2016), Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) diperingati tanggal 29 Mei, hal ini diperingati
sebagai momen untuk meningkatkan kesadaran/perhatian masyarakat terhadap kesejahteraan
lanjut usia (lansia). Setiap lansia perlu diberdayakan dari seluruh aspek untuk meningkatkan
kemampuan fisik, mental, spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan sehingga para lansia
siap didayagunakan sesuai dengan kemampuan nya masing-masing sebagaimana tertuang di
dalam Bab I pasal 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 (Menteri Negara Sekretaris Negara,
1998).Seiring dengan berbagai kemajuan baik di bidang pendidikan, teknologi, obat-obatan,
distribusi pangan, sanitasi dan berbagai kemuajuan lainnya membuat angka harapan hidup lebih
lama, dengan dijumpaii orang-orang yang berusia 80-an, 90-an bahkan 100 tahun. Beberapa
lanjut usia melewati masa-masa lanjut usia dengan sehat, mandiri dan ada yang terlibat dalam
kehidupan bermasyarakat dan ada juga yang melewati masa lanjut usia dalam keadaan sakit dan
tidak bisa bangun dari tempat tidur. (Chalise, 2019). Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di
Indonesia merupakan salah satu indikator keberhasilambangunan di Indonesia. Tahun 2014 AHH
penduduk perempuan adalah 72,6 dan laki-laki 68,7, kondisi ini akan meningkatkan jumlah

4
lanjut usiayaitu 18,1 juta jiwa (7,6 % dari total penduduk), dan diperkirakan tahun 2025 jumlah
lanjut usia akan mencapai 18,781 juta jiwa. Usia lanjut akan menimbulkan masalah kesehatan
karena terjadi kemunduran fungsi tubuh apabila tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan
dengan baik. (Kholifah, 2016) Bertambahnya usia mempengaruhi berbagai macam factor
diantaranya fisiologis, social, ekonomi dan psikologis. Kehilangan teman atau orang yang
dicintai, kecacatan. Hal ini menyebabkan kesehatan lanjut usia menurun baik kongnitif maupun
fisik, sehingga untuk meminimalisir keadaan ini lanjut usia diharapkan berada dalam lingkungan
yang bisa mendukung lanjut usia. (Lange, 2012) Beberapa ahli mendefenisikan tentang lanjut
usia diantaranya: World Health Organization (WHO) menjelaskan lanjut usia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun atau lebih. Penuaan adalah proses yang kita lalui seumur
hidup kita untuk tumbuh menjadi tua, dumulai pada saat pembuahan dan berakhir pada kematian.
(Chalise, 2019). Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Situasi

a) Internasional
Secara global pelayanan kesehatan lansia tidak lepas dari isu-isu yang ada. Melalui
pendekatan dan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa referensi ilmiah
menemukan terdapat beberapa issu yang berkaitan dengan lansia pada penguasaan
teknologi digital. Pertama, menyatakan bahwa lansia sejatinya tidak memiliki minat
untuk menguasai teknologi digital. Akan tetapi pada kenyataannya, sejumlah
penelitian yang disitasi oleh Wandke, Sengpiel, dan Sonken menemukan bahwa
lansia memiliki ketertarikan terhadap teknologi digital, hanya saja selama ini
ketertarikan tersebut menjadi memudar di saat perangkat yang tersedia terlalu rumit
dan menggantikan perangkat sederhana yang mampu membantu lansia memenuhi
kebutuhan mereka. Kedua, beranggapan bahwa lansia menilai teknologi digital tidak
berguna dan tidak penting. Pada kenyataannya lansia menganggap teknologi digital
penting sejauh mana manfaat yang dapat dirasakan oleh lansia saat menggunakan
teknologi digital. Jadi dalam hal ini lansia adalah sosok yang sangat pemilih dan
menjadi konsumen yang harus yakin betul bahwa teknologi digital bermanfaat
sebelum lansia memutuskan untuk menggunakan teknologi digital dalam
kesehariaannya. Ketiga, menyatakan bahwa lansia memiliki banyak keterbatasan fisik
sehingga keterbatasan ini menjadi hambatan dalam penguasaan teknologi digital.
Sebagai contoh sebagian besar lansia kesulitan saat menggunakan mouse pada
perangkat komputer karena koordinasi motorik dan penglihatan yang mengalami
penuruan di usia lanjut. Pada kenyataannya penurunan kondisi fisik dan kesehatan
adalah hal yang nyata terjadi pada lansia, namun hal ini pada dasarnya bisa diatasi
dengan desain teknologi digital yang tepat dan memerhatikan perkembangan lansia.
Dan keempat, menyatakan bahwa lansia sederhananya tidak mengerti bagaimana
caranya berinteraksi dengan teknologi digital. Pada kenyataannya lansia mampu

6
memahami teknologi seperti halnya generasi muda jika teknologi digital didesain
sesuai dengan kondisi lansia.
b) Nasional
Indonesia, Riset yang dilakukan PRAKARSA (2020) mendapatkan beberapa fakta
dari seluruh responden penelitian yang ada bahwa: 63 persen responden lansia tinggal
dalam rumah tangga tiga generasi, 60 persen lebih lansia juga mengeluh mengalami
masalah kesehatan terutama penyakit kronis, hampir 70 persen lansia tidak lagi
memiliki sumber pendapatan yang pasti. Sehingga jaminan pendapatan/penghasilan
itu tidak ada. Untuk itu perlu dipikirkan Indonesia melakukan reformasi perlindungan
sosial (jaminan sosial/bantuan sosial) yang menyasar kelompok lansia. Kelompok
lansia yang dulu ketika masa produktifnya bekerja di sektor informal perlu
mendapatkan perhatian khusus karena mereka tidak memiliki atau mendapatkan
jaminan pensiun. Realitanya, lansia yang dulunya bekerja di sektor formal tidak
mencapai 5 persen dari total populasi lansia saat ini. Hal inilah yang dapat dijadikan
pijakan untuk memperbaiki kondisi kesejahteraan lansia di Indonesia. Di Indonesia
issu kesehatan lansia dapat dilihat dari kondisi kesejahteraannya, dimana lansia di
Indonesia belum sepenuhnya sejahtera. Lansia merupakan kelompok dengan
kemiskinan yang relative lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Budaya
Indonesia juga mempengaruhi status tinggal lansia, dimana mayoritas lansia tingal
dalam keluarga tiga generasi dan sebagian besar dengan status sosial ekonomi bawah.
Dan mayoritas lansia tidak memiliki sumber pendapatan yang pasti. Meskipun lansia
memiliki berbagai kerentanan dan keterbatasan, sayangnya perlindungan yang
diterima oleh lansia ternyata jumlahnya masih sangat terbatas. Program keterbatasan
dan jumlah penerima lansia manfaat menunjukkan lemahnya komitmen pemerintah
baik pusat dan daerah dalam menangani permasalahan lansia. Bantuan sosial yang
diterima oleh lansia juga belum mampu mencukupi kebutuhan dasar perbulan. Issu
kesehatan lansia lainnya yakni meskipun lansia umumnya memiliki permasalahan
kesehatan, ternyata belum seluruh lansia terlindungi jaminan kesehatan nasional. Dan
belum seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama ramah terhadap lansia. Lansia juga
kerap menemui berbagai kendala dalam mengakses program-program pemerintah,

7
seperti tidak memiliki KTP, KK dan atau kesulitan mengambil sendiri bantuannya
akibat kemudahan yang terbatas.

c) Maluku
Maluku, Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) bahwa
saat ini jumlah Lansia di Indonesia sekitar 27,1 juta orang (hampir 10% dari total
penduduk), dan pada tahun 2025 diproyeksikan meningkat menjadi 33,7 juta (11,8%).
Peningkatan jumlah lansia dengan berbagai masalah kesehatannya menjadi tantangan
bagi kita untuk mempersiapkan lansia yang sehat dan mandiri, agar meminimalisir
beban bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, kesehatan lansia ini sudah masuk
ke dalam indikator RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-
2024.Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil)
Kementerian Dalam Negeri mencatat, jumlah lansia di Maluku sebanyak 96,91 ribu
jiwa (5,17%). Seiring dengan peningkatan angka harapan hidup, presentase penduduk
usia lanjut (60 tahun ke atas) juga mengalami peningkatan. Presentase penduduk
lanjut usia meningkat menjadi 8,2 persen di tahun 2020 dari 6,2 persen pada 2010.
Issue Pelayanan Kesehatan Lansia Skala Provinsi (Maluku), Issue pelayanan
kesehatan lansia di Maluku salah satunya pada wilayah kerja Puskesmas Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat. Dimana masyarakat memiliki asumsi terhadap
penyebab yang berhubungan dengan minat lansia untuk berkunjung ke posyandu.

8
Mereka beranggapan bahwa lansia yang tidak mau datang ke posyandu disebabkan
karena lansia tersebut tidak tahu tentang manfaat dari posyandu dan karena jarak
rumah lansia yang jauh dari posyandu. Namun, berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan lansia akan manfaat posyandu dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan
posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka.
Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa jarak tempat tinggal bukan faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke
Posyandu lansia. Jarak Posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau Posyandu. Kemudahan dalam menjangkau lokasi Posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu.
Selanjutnya ada juga Kebijakan Bantuan Kesejahteraan Lanjut Usia Di Kecamatan
Tanimbar Selatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. kebijakan bantuan
kesejahteraan lanjut usia di Kec. Tanimbar Selatan Kab. Maluku Tenggara Barat pada
umumnya sudah efektif dilihat dari empat aspek penting dari proses implementasi
kebijakan
1) Jenis manfaat yang akan
dihasilkan; bantuan tentang kesejahteraan lanjut usia belum berjalan dengan baik
sesuai dengan mekanisme penyaluran asistensi sosial lanjut usia tidak potensial
karena dalam proses penyaluran dana bantuan lanjut usia masih mengalami
keterlambatan waktu.
2) Siapa Pelaksana Program.
kerja sama antara pemerintah daerah dengan pemerintah desa sudah baik. namun
masih butuh banyak pengawasan langsung dari pemerintah daerah untuk desa-
desa tertentu karena ada yang menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka

9
dengan kemauan mereka sendiri tanpa berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan. dan juga kurangnya bimbingan teknis bagi para pendamping
pelaksana. Di Kec. Tanimbar Selatan Kab. Maluku Tenggara Barat.
3) Sumber daya yang dikerahkan
dilihat dari aspek kapabilitas dan tenaga kerja dalam penyelenggara program ini.
semuanya belum berjalan dengan baik karena pemerintah belum bisa mengatasi
masalah keterlambatan waktu juga masih minimnya sarana dan prasarana
pendaping dalam melaksanakan tugas tetapi anggaran yang disalurkan ini suda
bisa mencukupi kebutuhan para lanjut usia yang tidak potensial.
4) Kekuasaan. Kepentingan. dan Strategi Aktor Yang Terlibat; dilihat dari aspek
peran pemerintah. kewenangan dari para pelaksana program. menunjukan bahwa
semuanya sudah baik dan metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan
kebijakan ini hanya berdasarkan mekanisme serta prosedur yang telah ditetapkan
bersama dan berkonsisten.

INTERNASIONAL
W h o , d ll.
NASIONAL
R isk e sd as , P u sd a tin , d ll.
MALU
KU
D in k e s P ro p in si, d ll.

B. Analisis Program

Pada Undang - undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut
usia dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan.
Prinsip non diskriminatif mengandung makna bahwa semua masyarakat harus mendapatkan

10
pelayanan kesehatan termasuk lanjut usia (lansia) dengan tidak memandang suku, ras, agama,
dan budaya. Partisipatif mengandung makna mengharapkan partisipasi masyarakat untuk ikut
serta dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut usia.
Berkelanjutan mengandung makna bahwa program/kegiatan yang berupaya untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali
melainkanterus berlanjut. Dasar dibentuknya program posyandu lansia ini berasal dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, Komnas lansia sebagai lembaga semua unsur
terkait dalam bidang peningkatan kesejahteraan lanjut usia ditingkat pusat. Sehubungan
dengan hal itu Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga mengeluarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2007 tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 8
ayat 1 yang berbunyi “Peningkatan kesejahteraan lansia meliputi pelayanan keagamaan dan
mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja, pelayanan pendidikan
dan pelatihan, pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas sarana
dan prasarana umum,pemberian kemudahan dan layanan bantuan hukum, bantuan sosial dan
perlindungan sosial”. Sebagai wujud nyata pelayanan kesehatan pada kelompok usia lajut ini,
pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan
kesehatan di tingkat masyarakat adalah posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat
dasar adalah puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah rumah sakit.

a. Strategi atau kebijakan yang selama ini telah dibuat pemerintah terkait pelayanan
kesehatan lansia

1. Strategi Nasional Kelanjut-usiaan oleh Kementerian PPN/ Bappenas


Kementerian PPN/Bappenas mengatur dua hal terkait kebijakan lansia antara lain
perlindungan sosial bagi lansia dan peraturan presiden yang mengatur tentang Strategi
Nasional (Stranas) kelanjut- usiaan (Kementerian PPN/Bappenas, 2018). Perlindungan
sosial pada lansia menitikberatkan pada peningkatan pemenuhan hak dasar dan
inklusivitas serta memperkuat skema perlindungan sosial pada lansia. Kebijakan
perlindungan sosial pada lansia ini dilaksanakan oleh Kementerian Sosial melalui program
Asistensi Lanjut Usia (ASLUT) yang dulunya disebut Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU).
Perubahan nama yang terjadi sejak tahun 2012 ini diikuti dengan peningkatan jumlah dan

11
sebaran lokasi penerima program (Direktur Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan
Masyarakat, 2015). Kebijakan perlindungan sosial terhadap lansia ini dinilai belum cukup
untuk mewujudkan lansia yang mandiri, sejahtera dan bermartabat sebagaimana
diamanatkan oleh undang-undang. Perwujudan lansia yang berkualitas tidak hanya
melalui perlindungan sosial dengan pendekatan ekonomi tetapi perlu mengedepankan
proses penuaan (ageing) sejak usia dini hingga akhir hayat. Hal ini telah disadari oleh
Kementerian PPN/Bappenas sehingga disusunlah stranas kelanjut-usiaan yang
memandang karakteristik lansia juga dipengaruhi oleh kualitas kesehatan, kesadaran
keluarga dan masyarakat, perlindungan dan pemenuhan hak lansia serta kelembagaan
pelaksana program kelanjut-usiaan (Kementerian PPN/ Bappenas, 2018). Dengan kata lain
sasaran kebijakan lansia tidak hanya terhadap lansia itu sendiri tetapi pada peran keluarga
dan komunitas atau masyarakat di mana lansia tinggal. Stranas kelanjut-usiaan selanjutnya
menitikberatkan pada koordinasi dari tingkat nasional hingga daerah serta kolaborasi lintas
sektoral. Strategi ini diuraikan dalam lima arah kebijakan antara lain peningkatan
perlindungan sosial, jaminan pendapatan dan kapasitas individu; peningkatan derajat
kesehatan dan kualitas hidup lansia; pembangunan masyarakat dan lingkungan ramah
lansia; perlindungan dan pemenuhan terhadap hak lansia serta penguatan kelembagaan
pelaksana program kelanjut-usiaan. Pendekatan baru yang diharapkan dapat diterapkan
untuk lansia yang berbasis masyarakat yaitu (Direktur Perlindungan Sosial dan
Kesejahteraan Masyarakat, 2015):
a. Mendorong sinergi (multifunctional)
b. Komunitas yang menentukan kebutuhan pendekatan inklusif
c. Meningkatkan local ownership, kemandirian dan keberlanjutan
d. Biaya lebih murah
e. Membutuhkan dukungan 2-3 tahun dan ada exit strategy
f. Dapat direplikasi untuk tingkat nasional
g. Terdapat alat dan strategi yang terstandar Pelaksanaan strategi ini dilakukan oleh
Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, BKKBN serta Komisi Lanjut Usia baik
di tingkat nasional maupun daerah (Kementerian PPN/Bappenas, 2018).

2. Perlindungan Sosial Lansia oleh Kementerian Sosial

12
Kebijakan terkait lansia yang dimiliki oleh Kementerian Sosial cenderung bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial lansia baik secara individu maupun keluarga yang
memiliki lansia. Oleh karena itu, Kementerian Sosial telah melaksanakan program
perlindungan sosial untuk lansia berupa bantuan langsung tunai dan kegiatan perlindungan
dan rehabilitasi. Program bantuan langsung tunai antara lain adalah sebagai berikut:
1) Program Asistensi Lanjut Usia (ASLUT) yang secara spesifik menyasar lansia
terlantar sebagai kelompok sasaran. Lansia terlantar didefinisikan sebagai lansia yang
tidak memiliki kemampuan secara fisik, sosial dan ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. Kementerian sosial memiliki kriteria lanjutan untuk lansia
terlantar penerima program ASLUT yaitu lansia yang mengalami sakit menahun
sehingga sangat memerlukan bantuan orang lain, atau hidupnya hanya bisa berbaring
di tempat tidur (bed-ridden). Tidak semua daerah dapat menjadi sasaran implementasi
program ASLUT karena terdapat beberapa pertimbangan dalam implementasi program
ASLUT di suatu daerah (Kementerian Sosial, 2016). Tahun 2016, program ASLUT
baru menjangkau sekitar 30.000 orang lansia terlantar dengan nilai bantuan Rp
200.000 per jiwa per bulan selama setahun (TNP2K, 2017).
2) Program Keluarga Harapan (PKH) yang dikelola oleh Kementerian Sosial di tahun
2017 memasukkan komponen lansia berusia di atas 70 tahun sebanyak 150.000
keluarga peserta PKH dengan nilai bantuan Rp200.000 per jiwa per bulan selama
setahun (Rp2.400.000). Namun program ini memiliki tantangan antara lain tidak
adanya jaminan bahwa bantuan akan dinikmati oleh lansia karena terdapat
kemungkinan dana digunakan untuk kebutuhan lain dalam keluarga (TNP2K, 2017).
3) Kegiatan perlindungan dan rehabilitasi pada lansia direalisasikan dalam beberapa
bentuk antara lain: a) Pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia yang tinggal di panti
(regular panti). b) Peningkatan kegiatan dan aktualisasi yang lansia tinggal sendiri atau
bersama keluarga melalui pelayanan panti atau dinas sosial (day care). c) Pemenuhan
kebutuhan dasar dan pendampingan lansia terlantar atau hidup sendiri di rumah
melalui kunjungan sebanyak 2-3 kali per minggu oleh pekerja sosial (home care). d)
Peningkatan penghasilan dan pendapatan lanjut usia yang masih dapat produktif
(KUBE/UEP). Kelompok usaha bersama atau KUBE merupakan bantuan langsung
yang diberikan pada kelompok masyarakat miskin yang memiliki usaha ekonomi

13
produktif atau UEP. Secara nasional, bantuan ini tidak dikhususkan pada lansia tetapi
menitikberatkan pada penduduk yang masih produktif secara ekonomi, baik itu secara
umur maupun lansia potensial yang masih mampu untuk melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang menghasilkan barang maupun jasa.

3. Bina Keluarga Lansia oleh BKKBN


BKKBN merupakan salah satu lembaga yang memberikan suatu wadah bagi lanjut usia
dalam bentuk pembinaan dan penyuluhan yang berintegrasi dengan kelompok kerja
(POKJA). Peraturan Kepala BKKBN No. 199 tahun 2016 tentang Rencana Strategis
BKKBN Tahun 2015-2019 mengatur tentang program pembinaan ketahanan keluarga
lansia dan rentan melalui kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang menjadikan keluarga
lansia sebagai sasaran. Program ini merupakan bagian dari kebijakan BKKBN yang
bertujuan untuk meningkatkan ketahanan keluarga melalui peningkatan pengetahuan,
sikap dan perilaku keluarga dalam pembinaan keluarga lansia dan rentan. Indikator dari
program ini adalah persentase keluarga yang mempunyai lansia dan rentan yang
memahami tentang pembinaan ketahanan keluarga lansia. Indikator ini selanjutnya diukur
melalui persentase keluarga yang memiliki lansia ikut BKL dari aspek promosi pembinaan
dan peningkatan akses, persentase pusat pelayanan keluarga sejahtera (PPKS), serta
jumlah fasilitasi pembinaan BKL dan PPKS yang berkualitas. BKL menurut BKKBN
adalah wadah kegiatan bagi keluarga yang memiliki lansia untuk meningkatkan kegiatan
dan keterampilan keluarga dalam memberikan pelayanan, perawatan dan pengakuan yang
layak sebagai orang tua bagi lansia. Selain itu, BKL juga diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan keluarga lansia melalui kegiatan pemberdayaan, pembinaan serta
pengembangan potensi bagi lansia sehingga meningkatkan kualitas hidup lansia (BKKBN,
2015). Kegiatan BKL ini diharapkan mendapat dukungan penuh baik oleh keluarga yang
memiliki lansia maupun masyarakat setempat (Febriyati & Suyanto, 2017). Pelaksanaan
BKL di lapangan berintegrasi dengan POKJA yang ada di kelurahan maupun desa
khususnya di tingkat RW. Kelompok BKL terdiri dari minimal 20 anggota dan dua orang
kader. Bentuk kegiatan dalam kelompok ini adalah pendampingan dan pelayanan sosial

14
pada lansia di rumah yang bersifat terencana dan berkesinambungan. Kegiatan ini terdiri
dari (Junadi, 2015); a. Kegiatan utama: penyuluhan, temu keluarga, kunjungan rumah,
rujukan, pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi b. Kegiatan
pengembangan: bina kesehatan fisik berupa olah raga, senam dan penyediaan PMT; bina
sosial dan lingkungan antara lain rekreasi dan bina lingkungan; bina rohani berupa
kegiatan keagamaan, sosial dan kemasyarakatan serta bina peningkatan pendapatan usaha
ekonomi produktif. Penyuluhan di kelompok BKL adalah penyampaian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota kelompok BKL tentang
pembangunan keluarga lansia. Kegiatan pertemuan penyuluhan di kelompok BKL
dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara kader kelompok BKL dan anggota
kelompok BKL serta petugas lapangan KB sebagai pembina kelompok BKL di wilayah
kerjanya. Tempat dan waktu pelaksanaan pertemuan penyuluhan disepakati bersama.
Kegiatan penyuluhan meliputi pembinaan kesehatan fisik, mental spiritual dan ekonomi
bagi lansia. Pembinaan kesehatan fisik merupakan penyuluhan pembinaan bagi keluarga
yang memiliki lansia dan bagi lansia itu sendiri. Materi penyuluhan meliputi pemenuhan
gizi seimbang, olahraga, pemeliharaan kebersihan diri, kebersihan lingkungan, dan
pemeriksaan kesehatan berkala (Junadi, 2015).

4. Pelayanan Kesehatan Lansia oleh Kementerian Kesehatan


Kementerian Kesehatan mengeluarkan dua peraturan terkait lansia yaitu Permenkes No.
67 tahun 2015 yang mengatur tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
di Puskesmas dan Permenkes No. 25 tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN)
Kesehatan Lanjut Usia tahun 2016-2019. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh masalah
utama bagi para lansia yaitu pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan. Selain pola
penyakit pada lansia, kondisi kesehatan sejak dini juga menjadi acuan dalam mewujudkan
lansia sehat. Oleh karena itu, perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping
upaya penyembuhan dan pemulihan. Tujuan kebijakan kesehatan tentang lansia dalam
RAN kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia sehingga menjadi
lansia yang sehat, mandiri, produktif dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat.
Tujuan umum ini dicapai melalui tujuan khusus yaitu meningkatkan cakupan dan kualitas

15
pelayanan kesehatan, ketersediaan data dan informasi kesehatan lansia, koordinasi dan
kerja sama lintas sektoral dan program, peran keluarga yang menyokong kesehatan lansia
serta peran lansia dalam kesehatan keluarga (Kementerian Kesehatan, 2016).
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas memberi perhatian khusus
pada lansia melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan dan
masyarakat dalam melaksanakan upaya promotif, preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) (Kementerian Kesehatan, 2015). Upaya
promotif dan preventif pada lansia dilakukan melalui pembentukan dan pembinaan
kelompok lansia di masyarakat yang memiliki beberapa sebutan antara lain kelompok usia
lanjut, Posyandu lansia atau Posbindu lansia. Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader
kesehatan masyarakat dengan didampingi oleh petugas kesehatan berupa pemeriksaan
kesehatan dasar dan konsultasi. Selain itu, pada kegiatan tersebut lansia mendapatkan
kesempatan untuk berinteraksi secara sosial dengan kelompok sebayanya. Dalam
kelompok tersebut lansia juga dapat melakukan kegiatan membuat mereka tetap aktif,
antara lain berperan sebagai kader di kelompok lansia, melakukan pengajian, senam
lansia, memasak bersama, serta membuat kerajinan tangan yang selain berperan sebagai
penyaluran hobi juga dapat meningkatkan pendapatan (income generating) (Kementerian
Kesehatan, 2016). Upaya kuratif dan rehabilitatif dapat dilaksanakan di ruangan khusus
lansia yang seharusnya tersedia di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Upaya ini
secara berkala dilaksanakan di luar gedung Puskesmas sesuai kebutuhan misalnya di
Posyandu, panti dan rumah tempat tinggal lansia (Kementerian Kesehatan, 2015). Hingga
tahun 2015, sebanyak 10 persen Puskesmas telah melaksanakan pelayanan kesehatan
santun lansia ini. Selain pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan juga
disediakan bagi lansia yang identik dengan penyakit degeneratif dan multidiagnosis
(geriatri) yaitu klinik geriatri sebanyak 10 rumah sakit yang tersebar di 8 provinsi. Upaya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan lansia di fasilitas kesehatan ini dilakukan
melalui kebijakan berupa Permenkes No. 79 tahun 2014 tentang Pelayanan Geriatri di
Rumah Sakit dan Permenkes No. 67 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Lanjut Usia di Puskesmas (Kementerian Kesehatan, 2016).

b. Apa hasilnya (berhasil atau tidak), jika tidak berhasil apa penyebabnya?

16
1. Ya berhasil, karena Berdasarkan peraturan presiden nomor 88 tahun 2021 tentang strategi
nasional kelanjutusiaan pasal 5 Strategi peningkatan pelindungan sosial, jaminan
pendapatan, dan kapasitas individu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
dilaksanakan melalui 4 (empat) arah kebijakan yaitu: meningkatkan pelindungan sosial
bagi Lanjut Usia, mengembangkan pendidikan dan keterampilan sepanjang hayat bagi
Lanjut Usia, mengembangkan program pemberdayaan Lanjut Usia sesuai dengan
kemampuan dan minat serta menyelenggarakan pemberdayaan Kelanjutusiaan terintegrasi
bagi Lanjut Usia.
Dengan mengunakan grafik data dari BPS (2019) terjadi penurunan angka lansia yang
mengalami sakit, yakni dari 28,62 persen di tahun 2015 menjadi 26,60 persen di tahun
2019. Penurunan angka penduduk lansia yang mengalami sakit di Indonesia menunjukkan
indikasi bahwa derajat kesehatan penduduk lansia di Indonesia meningkat.

2. Belum teratasi, dampaknya secara spesifik masih ada lansia yang terlantar dimana tidak
memiliki kemampuan secara fisik, sosial dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka. Dan program ini juga tidak merata di semua daerah yang menjadi sasaran
program ASLUT ini karena terdapat beberapa pertimbangan pemerintahdalam
implementasi program ASLUT di suatu daerah (Kementerian Sosial, 2016). Tahun 2016,
program ASLUT baru menjangkau sekitar 30.000 orang lansia terlantar dengan nilai
bantuan Rp 200.000 per jiwa per bulan selama setahun (TNP2K, 2017). Ini di sebabkan
banyak lansia dan kurangnya dana untuk kebutuhan perbulanan lansia.

3. Menurut kelompok kami berhasil karena sesuai dengan tujuan penelitian, analisis data dan
pembahasan pada penelitian dengan judul “Efektivitas Program Bina Keluarga Lansia
(BKL) dalam Membina Lansia di Kecamatan Godean Sleman Yogyakarta Tahun 2020”,
maka dapat disimpulkan bahwa: Keberhasilan program BKL menunjukkan bahwa
program BKL efektif dilihat dari rutinitas pelaksanaan yang dilakukan satu bulan satu kali,
kehadiran peserta lebih dari 75%, kegiatan yang direncanakan semua dapat dijalankan.
Selain itu Kepuasan program BKL menunjukkan bahwa program BKL efektif dilihat
dengan adanya program BKL dapat membantu keluarga yang mempunyai lansia untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi lansia dan lansia juga merasa lebih sejahtera
dengan adanya program BKL. Selanjutnya Pencapaian Tujuan menunjukkan bahwa

17
program BKL efektif dengan dilihat dari meningkatkan kepedulian dan peran keluarga
dalam mewujudkan lanjut usia sejahtera, hidup sehat dan mandiri.
Selain itu juga menurut kelompok kami juga sesuai dengan yang kami dapatkan
dipaparkan bahwa Ya (Berhasil). Program bina keluarga lansia menempatkan keluarga di
posisi penting dalam pengembangan, pengasuhan, perawatan dan pemberdayaan lanjut
usia. Program bina keluarga lansia mampu mengatasi permasalahan lanjut usia sehingga
harus didukung oleh semua pihak. Namun banyak kelompok Bina Keluarga Lansia yang
hanya papan nama saja dan tidak ada kegiatan sehingga diperlukan studi tentang
kelompok Bina Keluarga Lansia yang berhasil mengelola kegiatannya. Salah satu
kelompok Bina Keluarga Lansia yang berhasil mengelola kegiatan adalah kelompok Bina
Keluarga Lansia Mugi Waras.
Dilansir dari jurnal; PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN tentang
Strategi Mengelola Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras. Mendapatkan
hasil yang memuaskan yang menunjukkan bahwa terdapat tiga strategi yang dilakukan
oleh pengurus kelompok Bina Keluarga Lansia dalam mengelola kelompok Bina Keluarga
Lansia yang berhasil yaitu Yang pertama membangun kepercayaan anggota terhadap
pengurus Bina Keluarga Lansia Mugi Waras. Yang kedua koordinasi dan evaluasi
kegiatan. Yang ketiga menjuarai lomba menumbuhkan motivasi untuk bertahan. Ketiga
hal tersebut yang menyebabkan kelompok Bina Keluarga Lansia dapat terus bertahan
hingga saat ini.

4. Menurut kelompok kami ada pertimbangan di mana hal ini Kementerian Kesehatan mulai
mengembangkan konsep pelayanan kesehatan santun lansia yang diawali dengan rencana
pengembangan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan santun lansia di seluruh Indonesia melalui wadah kelompok usia
lanjut (poksila) (Haryanto, 2015).
Kenyataan menunjukkan bahwa laju perkembangan Puskesmas yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan lansia serta pembentukan dan pembinaan kelompok lansia belum
sesuai dengan harapan, dengan penyebaran yang tidak merata. Kesadaran diri (self
awareness) adalah kunci untuk kualitas hidup dan kepuasan seseorang secara keseluruhan.
Banyak kegiatan sosial dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kesadaran diri
individu. Oleh karena itu, dukungan sosial bagi lansia sangatlah penting. Hal itu dapat

18
diwujudkan salah satunya melalui wadah pelayanan dan aktivitas secara berkelompok,
bersama-sama melalui pusat senior (senior center). Dalam hal ini Dukungan sosial harus
mencakup lebih dari kehadiran fisik atau percakapan.
National Council on the Aging (NCOA) Amerika Serikat memberi keterangan terkait
senior center: "Senior Centers are designated as community focal points through the Older
Americans Act. The National Institute of Senior Centers defines a senior center as a place
where 'older adults come together for services and activities that reflect their experience
and skills, respond to their diverse needs and interests, enhance their dignity, support their
independence, and encourage their involvement in and with the center and the
community." Dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan mengenai pentingnya
komunitas untuk bersosialisasi dan berinteraksi di antara lansia. Pemerintah pusat dan
daerah juga bertanggung jawab mempromosikan dan memberi dukungan terhadap senior
center untuk meningkatkan kualitas hidup warga negara lansia. Advokasi kepada
masyarakat serta promosi kesehatan sangatlah penting sebagai upaya pencegahan.
(preventif) (Jacobson, 2016). Namun hal ini sudah sangat bagus sekali di mana untuk
Pelayanan Kesehatan Lansia oleh Kementerian Kesehatan, melalui Puskesmas yang ada,
yang kelompok kami temui hal ini berhasil karena setiap hari Jumat sering sekali lansia
untuk datang ke puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan bahkan untuk senam khususnya
di Puskesmas Karpan-Ambon, dan tentunya pasti di setiap puskesmas juga mempunya
rencana atau hal yang seperti ini pula.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang kami paparkan terkait fenomena kebijakan nasional pelayanan kesehatan
lansia yang berkaitan dengan analisa situasi dan analisa program dapat di simpulkan bahwa.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan lanjut usia diadakan dengan
tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia yang berkualitas melalui penyediaan
sarana pelayanan kesehatan yang ramah bagi lanjut usia untuk mencapai lanjut usia yang
berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat. Upaya yang di lakukan untuk mendukung kebijakan
tersebut antara lain: Strategi Nasional Kelanjut-usiaan oleh Kementerian PPN/ Bappenas,
Perlindungan Sosial Lansia oleh Kementerian Sosial, Bina Keluarga Lansia oleh BKKBN dan
Pelayanan Kesehatan Lansia oleh Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, diharapkan masyarakat, khusunya lansia dapat lebih termotivasi
lagi dan mengikuti setiap kebijakan pemerintah yang telah di berikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Vibriyanti, Deshinta dkk. 2019. Lansia Sejahtera: Tanggung Jawab Siapa?. Jakarta: Pustaka
Obor Indonesia.

Iwa, Kornelia Romana, dkk. 2022. Keperawatan Gerontik. Bandung: Media Sains Indonesia

Enik Listyaningsih, Agaphita Chrisinta Wardani. (2020). Efektivitas Program Bina Keluarga
Lansia (BKL) Dalam Membina Lansia Di Kecamatan Godean Sleman Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan. Di unduh pada tanggal 11 Maret 2023.

Natalia Nilam. (2019). Efektivitas Pendampingan Bina Keluarga Lansia (BKL) melalui Program
Kegiatan Lansia Tangguh dalam Upaya Peningkatan Taraf Hidup (Studi Bina Keluarga
Lansia di Dusun Blendung, Desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Gadjah Mada. Di unduh pada tanggal 11 Maret
2023.

Djamhari E. A, Ramdlaningrum H, Layyinah A, Chrisnahutama A, Prasetya D. 2020. Kondisi


Kesejahteraan Lansia dan Perlindungan Sosial Lansia di Indonesia. Jakarta:
Perkumpulan Prakarsa.

Malawat, Rigoan. Supriyanto. Fitriasari, Endah. "Faktor-aktor yang Berhubungan Dengan


Minat Lansia Terhadap Pelayanan Posyandu Lansia”. Global Health Science. Di unduh
pada tanggal 11 Maret 2023.

21

Anda mungkin juga menyukai