Anda di halaman 1dari 16

PAPER MANAJEMEN KEUANGAN SAHAM KIMIA

FARMA

Disusun oleh:
 Samuel theodore 115190359
 Vincent chandra 115199204
 Muhammad iqbal f 115190358
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Saat ini dunia sedang dilanda oleh pandemi korona, hampir seluruh negara di
dunia sedang berjuang memberantas korona, dan memciptakan vaksin korona. Tidak terkecuali
dengan Indonesia, pada masa seperti inilah, bidang kesehatan sangat terkena dampaknya.
Berbicara dengan bidang kesehatan, nama Kimia Farma tidaklah asing di telinga. Kimia Farma
adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia
Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa
awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan
sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia
Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi
Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Mencatatkan saham perdana untuk publik (IPO) pada tanggal 4 Juli 2001 dengan kode emiten
KAEF dan komposisi saham 90,025% milik pemerintah dan 9,975% milik publik. Melalui
proses inbreng yang dilaksanakan Pemerintah Republik Indonesia pada 28 Februari 2020,
kepemilikan saham 4.999.999.999 saham seri B dialihkan kepada PT Biofarma.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa faktor utama yang menjadi kekuatan PT Kimia farma


2. Mengapa investor harus memilih untuk melakukan investasi pada PT Kimia farma

1.3 Tujuan
1. Mengetahui kelebihan utama PT. Kimia farma
2. Mengetahui dan meyakinkan investor bahwa PT Kimia farma memiliki pontensi masa
depan yang baik untuk dijadikan target investasi
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Laporan Keuangan 2016 - 2019


2.1. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi
Nilai aset lancar perusahaan di akhir tahun lalu tercatat senilai Rp 18,35 triliun, naik dari
Rp 11,32 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 7,34 triliun dan aset tak lancar senilai Rp 11
triliun.
Liabilitas mengalami peningkatan menjadi Rp 10,93 triliun dari periode yang sama tahun
sebelumnya senilai Rp 7,18 triliun. Liabilitas jangka pendek dan jangka panjang masing-masing
naik menjadi Rp 7,39 triliun dan Rp 3,54 triliun.
Nilai ekuitas total di akhir periode 2019 mencapai senilai Rp 7,41 triliun, bertambah dari Rp 4,14
triliun, sehingga total liabilitas dan ekuitas KAEF sampai akhir tahun lalu mencapai Rp 18,35
triliun yang naik dari Rp 11,32 triliun.
2.2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lainnya Konsolidasi
2.3. Laporan Arus Kas Konsolidasian
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisis

Berdasarkan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh PT Kimia Farma, pendapatan


perusahaan naik 11.12% secara year on year (YoY) menjadi Rp 9,40 triliun dari sebelumnya
senilai Rp 8,45 triliun. Namun kenaikan pendapatan ini juga membuat beban pokok penjualan
perusahaan naik menjadi Rp 5,89 triliun dari Rp 5.09 triliun. Beban usaha juga naik menjadi Rp
3,32 triliun dari sebelumnya Rp 2,59 triliun. Beban bunga naik menjadi Rp 497,95 miliar dari Rp
227,21 miliar.

Nilai aset lancar perusahaan di akhir tahun lalu tercatat senilai Rp 18,35 triliun, naik dari Rp
11,32 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 7,34 triliun dan aset tak lancar senilai Rp 11
triliun.

Liabilitas mengalami peningkatan menjadi Rp 10,93 triliun dari periode yang sama tahun
sebelumnya senilai Rp 7,18 triliun. Liabilitas jangka pendek dan jangka panjang masing-masing
naik menjadi Rp 7,39 triliun dan Rp 3,54 triliun.

Nilai ekuitas total di akhir periode 2019 mencapai senilai Rp 7,41 triliun, bertambah dari Rp 4,14
triliun, sehingga total liabilitas dan ekuitas KAEF sampai akhir tahun lalu mencapai Rp 18,35
triliun yang naik dari Rp 11,32 triliun.

Dibalik menurunnya kinerja KAEF pada tahun 2019, di tahun 2020 kinerja KAEF kembali
membaik. Berdasarkan laporan keuangan di semester I-2020, penjualan KAEF di enam bulan
pertama 2020 mencapai Rp 4,69 triliun. Jumlah ini tumbuh 3,76% dari penjualan di peroide yang
sama tahun lalu sebesar Rp 4,52 triliun. Jika dirinci, penjualan lokal pihak ketiga berkontribusi
sebanyak Rp 4,07 triliun atau tumbuh 14% dari semester 1 2019 yang sebanyak Rp 3,57 triliun.
Kemudian penjualan lokal pihak berelasi menyumbang Rp 499,93 miliar atau turun 41,65% dari
periode yang sama tahun sebelumnya Rp 856.92 miliar. Sementara itu, penjualan ke luar negeri
garam kina juga menghasilkan Rp 110,16 miliar atau 36,57% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Penjualan yudium dan derivat menyumbang Rp 7,14 miliar dna obat alat kesehatan berkontribusi
Rp 3,52 miliar.

Beban pokok penjualan juga 1,04% kebuh tinggi menjadi Rp 2,89 triliun dari pada Rp 2,86
triliun pada paruh pertama tahun lalu. Sehingga Kimia Farma memiliki laba neto Rp 1,79 triliun
atau meningkat 7,83% dari peroiode yang sama tahun lalu Rp 1,66 triliun.

Namun dibalik kerugian yang dialami pada tahun 2019, saham KAEF terus menguat di 2020.
Saham KAEF mengalami beberapa auto reject atas (ARA) karena menguat 25% di level Rp
1.625/saham. pada september 2020 saham KAEF meroket 171%.

3.2 Kenaikan Saham

PT Kimia Farma Tbk. mencetak pertumbuhan pendapatan tipis di hingga kuartal


III/2020. Namun, di sisi lain saham Kimia Farma naik drastis dalam sepuluh bulan terakhir.

Publikasi laporan keuangan Kimia Farma, Jumat (30/10/2020) menunjukkan, perseroan


meraup pendapatan sebanyak Rp7,04 triliun per September 2020. Angka itu naik 2,42 persen
dibandingkan dengan posisi September 2019

Beban pokok penjualan tercatat naik 1,11 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp4,10
triliun pada kuartal III/2020. Dengan demikian, emiten berkode saham KAEF itu mencetak
pertumbuhan laba bruto 4,69 persen secara tahunan menjadi Rp2,63 triliun.

Laba usaha perseroan masih tumbuh 17,57 persen yoy menjadi Rp504,53 miliar akhir
September 2020. Sayangnya, beban keuangan KAEF naik 25,39 persen yoy menjadi Rp447,75
miliar pada kuartal III/2020. Akibatnya, perseroan membukukan penurunan laba sebelum
pajak 32,97 persen secara tahunan menjadi Rp69,41 miliar per 30 September 2020. KAEF
membukukan laba bersih Rp37,19 miliar pada kuartal III/2020. Pencapaian itu turun 11,09
persen dibandingkan dengan Rp41,83 miliar periode yang sama tahun lalu.
Kendati laba turun, laju saham KAEF terbilang impresif. Sejak awal tahun, saham KAEF telah
melonjak 152 persen. Kinerja tersebut tentu lebih baik bila dibandingkan dengan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang masih terkoreksi 18,59 persen secara year to date.

Kinerja saham KAEF terkerek berkat sentimen pengadaan vaksin virus corona. Sejak induk
usaha PT Biofarma (Persero) bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal China, Sinovac,
saham KAEF terus diburu investor.

3.3 Strategi Perusahaan

Tahun ini didukung langkah strategis perseroan, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) optimis bisa
membalikkan posisi rugi pada tahun sebelumnya menjadi cuan.

Adapun, sejumlah upaya yang dilakukan perseroan pada tahun ini adalah melakukan
transformasi ritel, optimalisasi rantai pasokan (supply chain), meningkatkan keberagaman
produk dan portofolio melalui aliansi strategis, inisiatif digital, hingga stabilisasi serta realisasi
sinergi dari akuisisi.

"Dan sebagai bukti bahwa pada triwulan pertama Rp160 miliar [laba usaha] dan ini tentunya
akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya waktu," ujar Direktur Keuangan KAEF,
Pardiman dalam paparan publik perseroan seperti dikutip Bisnis , Rabu (29/7).

Adapun KAEF telah menyerap belanja modal (capex) sebesar 54 persen hingga akhir Juni.
Pardiman menyebutkan alokasi capex KAEF pada tahun ini untuk mendukung kinerja
perseroan adalah sebesar Rp547 miliar.

Adapun sumber dari pendanaan adalah dana internal dan digunakan untuk pengembangan
apotek, klinik, laboratorium klinik, pengembangan fasilitas bahan baku obat, serta
pengembangan fasilitas produksi yang merupakan mandatory regulator farmasi.

Terkait outlook negatif yang disematkan Pefindo terhadap KAEF tahun ini, Pardiman
mengatakan perseroan akan berusaha untuk menurunkan tingkat piutang yang pada akhirnya
dapat menurunkan kewajiban berbunga jangka pendek. Hal itu sejalan dengan dorongan dari
pemerintah untuk mempercepat pembayaran utang.
"MTN [Kimia Farma Tahap I-2017 dengan jumlah pokok Rp400 miliar] yang akan jatuh
tempo September mendatang. Kami akan melunasi dengan dana internal kas Kimia Farma,"
terang Pardiman.

Ada juga strategi menurut

Direktur Utama KAEF Verdi Budidarmo menjelaskan setelah holding sesuai dengan Rencana
Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) KAEF akan melengkapi ekosistem healthcare.

“Adapun KAEF juga terus melakukan pengembangan bisnis baik organik maupun anorganik,”
jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (23/9).

Verdi bilang prospek bisnis KAEF setelah holding adalah memperkuat rantai bisnis dari hulu
ke hilir. Jadi target Kimia Farma setelah holding adalah melengkapi ekosistem healthcare
dengan akuisisi rumah sakit.

Kemudian dalam jangka menengah KAEF akan melakukan pengembangan bisnis hulu yaitu
perluasan produk dan fasilitas Active Pharmaceutical Ingredient -raw (API) material obat yang
tentunya diharapkan dapat mendukung dan memperkuat holding BUMN farmasi.

Tentunya dalam pelaksanaan penggabungan perusahaan farmasi pelat merah ini KAEF punya
keunggulan di layanan kesehatan yang akan menunjang penguatan rantai bisnis farmasi
BUMN. Beberapa keunggulan KAEF antara lain manufaktur API, klinik kesehatan, apotek
ritel farmasi dan laboratorium klinik.

Melansir laporan keuangannya terakhir di semester I 2019, pada separuh pertama tahun ini
KAEF mampu membukukan pendapatan tumbuh 18,77% year on year (yoy) menjadi Rp 4,52
triliun dari sebelumnya Rp 3,80 triliun di semester I 2018.

Paling banyak kontribusi ke penjualan KAEF dari penjualan produksi entitas adalah dari
penjualan obat generik yakni Rp 718,92 miliar. Adapun dari penjualan produksi pihak ketiga,
penjualan yang paling besar berkontribusi dari obat ethical yakni sebesar Rp 1,20 triliun
diikuti dengan alat kesehatan, jasa klinik, lab klinik sebesar Rp 831,25 miliar.
Verdi menyatakan target jangka pendek KAEF satu sampai dua tahun mendatang adalah
melaksanakan support kepada holding farmasi melalui harmonisasi serta stabilisasi.Adapun
diharapkan kinerja KAEF mampu tumbuh double digit dan akan terus dipertahankan dan
ditingkatkan untuk pertumbuhan baik revenue maupun bottom line.

PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menyatakan akan melanjutkan peningkatan penjualan dan
efisiensi beban usaha pada 2021.

Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno mengatakan pihaknya akan menjaga
performa keuangan perseroan pada tahun depan. Adapun, Ganti meramalkan kinerja perseroan
masih akan tumbuh positif hingga akhir 2020 secara tahunan.

"Perseroan terus melakukan pemenuhan kebutuhan pemerintah, baik dalam hal penanganan
Covid-19 maupun kebutuhan pemerintah dan masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan,"
katanya kepada Bisnis, Rabu (18/11/2020).

Ganti mendata nilai penjualan perseroan naik 2,42 persen secara tahunan menjadi Rp7,04
triliun pada Januari-September 2020. Adapun, lanjutnya, laba operasi perseroan naik 17,57
persen secara tahunan menjadi Rp504,5 miliar.

Sebelumnya, Ganti berharap pihaknya dapat menurunkan nilai impor bahan baku obat (BBO)
hingga 25 persen pada 2024. Oleh karena itu, ujarnya, pelaksanaan peraturan tingkat
komponen dalam negeri (TKDN) industri farmasi menjadi penting.

Menurutnya, target penurunan BBO oleh pabrikan perlu dukungan dari pemerintah. Seperti
diketahui, Kimia Farma menargetkan dapat berkontribusi dalam penurunan BBO impor hingga
20,52 persen menjadi sekitar 74,48 persen pada 2024.

Baca Juga : Kimia Farma: Penurunan Impor Bahan Baku Obat Adalah Tantangan Besar
"Hal ini merupakan langkah yang dilakukan perseroan untuk mendukung Kemandirian
Industri Farmasi Nasional, khususnya dalam industri BBO mengingat ketergantungan impor
BBO masih tinggi," ucapnya.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kontribusi Kimia Farma dalam


industri BBO akan ditopang oleh performa PT Kimia Farma Sungwoon Pharmacopia dan kerja
sama antara Kimia Farma dan PT Pertamina (Persero) dalam memproduksi parasetamol.

Saat ini, industri farmasi nasional masih mengimpor parasetamol sebanyak 7.000 ton senilai
US$32,5 juta. Ganti belum melaporkan nilai investasi yang akan dikucurkan dalam kerja sama
antara pihaknya dan Pertamina.

"[Perhitungan nilai investasi] on process. Untuk detailnya sambil melihat perkembangan


pasar," katanya.

Ganti berharap pihaknya dapat menurunkan nilai impor BBO hingga 25 persen pada 2024.
Oleh karena itu, ujarnya, pelaksanaan peraturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN)
industri farmasi menjadi penting.

Seperti diketahui, Kemenperin telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian


(Permenperin) No. 16/2020 pada akhir kuartal I/2020. Berdasarkan Permenperin No. 16/2020,
asal tenaga kerja, permesinan, dan asal material memiliki peranan lebih tinggi dibandingkan
nilai investasi.

Adapun,kandungan bahan baku memiliki bobot 50 persen, penelitian dan pengembangan


sekitar 30 persen, produksi hingga 15 persen, dan pengemasan hanya 5 persen. Walakin,
ketentuan tersebut tidak mengatur ketentuan minimum yang harus dipatuhi pabrikan farmasi
lokal untuk melakukan proses produksi.

"Apabila BBO dalam negeri optimal digunakan, penurunan impor BBO dapat tercapai secara
optimal sebagai bagian dari kemandirian industri farmasi nasional dan alat kesehatan," katanya
BAB III
KESIMPULAN
Saat ini dunia sedang dilanda oleh pandemi korona, hampir seluruh negara di dunia sedang
berjuang memberantas korona, dan memciptakan vaksin korona. Kimia Farma adalah perusahaan
industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun
1817. 1. Mengetahui kelebihan utama PT. Kimia farma . Laporan Keuangan 2016 - 2019.
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi . Nilai aset lancar perusahaan di akhir tahun lalu tercatat
senilai Rp 18,35 triliun, naik dari Rp 11,32 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 7,34 triliun
dan aset tak lancar senilai Rp 11 triliun. Liabilitas mengalami peningkatan menjadi Rp 10,93
triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 7,18 triliun. Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lainnya Konsolidasi . Laporan Arus Kas Konsolidasian. Berdasarkan
laporan keuangan yang dikeluarkan oleh PT Kimia Farma, pendapatan perusahaan naik 11.12%
secara year on year (YoY) menjadi Rp 9,40 triliun dari sebelumnya senilai Rp 8,45 triliun. Nilai
aset lancar perusahaan di akhir tahun lalu tercatat senilai Rp 18,35 triliun, naik dari Rp 11,32
triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 7,34 triliun dan aset tak lancar senilai Rp 11 triliun.
Liabilitas mengalami peningkatan menjadi Rp 10,93 triliun dari periode yang sama tahun
sebelumnya senilai Rp 7,18 triliun. Berdasarkan laporan keuangan di semester I-2020, penjualan
KAEF di enam bulan pertama 2020 mencapai Rp 4,69 triliun. Jumlah ini tumbuh 3,76% dari
penjualan di peroide yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,52 triliun. Beban pokok penjualan juga
1,04% kebuh tinggi menjadi Rp 2,89 triliun dari pada Rp 2,86 triliun pada paruh pertama tahun
lalu. Sehingga Kimia Farma memiliki laba neto Rp 1,79 triliun atau meningkat 7,83% dari
peroiode yang sama tahun lalu Rp 1,66 triliun. Namun dibalik kerugian yang dialami pada tahun
2019, saham KAEF terus menguat di 2020. PT Kimia Farma Tbk. Publikasi laporan keuangan
Kimia Farma, Jumat (30/10/2020) menunjukkan, perseroan meraup pendapatan sebanyak Rp7,04
triliun per September 2020. Beban pokok penjualan tercatat naik 1,11 persen secara year on year
(yoy) menjadi Rp4,10 triliun pada kuartal III/2020. Dengan demikian, emiten berkode saham
KAEF itu mencetak pertumbuhan laba bruto 4,69 persen secara tahunan menjadi Rp2,63 triliun.
Akibatnya, perseroan membukukan penurunan laba sebelum pajak 32,97 persen secara tahunan
menjadi Rp69,41 miliar per 30 September 2020. Pencapaian itu turun 11,09 persen dibandingkan
dengan Rp41,83 miliar periode yang sama tahun lalu. Sejak awal tahun, saham KAEF telah
melonjak 152 persen. Kinerja tersebut tentu lebih baik bila dibandingkan dengan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang masih terkoreksi 18,59 persen secara year to date. Kinerja saham
KAEF terkerek berkat sentimen pengadaan vaksin virus corona. Adapun KAEF telah menyerap
belanja modal (capex) sebesar 54 persen hingga akhir Juni. Pardiman menyebutkan alokasi
capex KAEF pada tahun ini untuk mendukung kinerja perseroan adalah sebesar Rp547 miliar.
Terkait outlook negatif yang disematkan Pefindo terhadap KAEF tahun ini, Pardiman
mengatakan perseroan akan berusaha untuk menurunkan tingkat piutang yang pada akhirnya
dapat menurunkan kewajiban berbunga jangka pendek. "MTN [Kimia Farma Tahap I-2017
dengan jumlah pokok Rp400 miliar] yang akan jatuh tempo September mendatang. Verdi bilang
prospek bisnis KAEF setelah holding adalah memperkuat rantai bisnis dari hulu ke hilir.
Tentunya dalam pelaksanaan penggabungan perusahaan farmasi pelat merah ini KAEF punya
keunggulan di layanan kesehatan yang akan menunjang penguatan rantai bisnis farmasi BUMN.
Paling banyak kontribusi ke penjualan KAEF dari penjualan produksi entitas adalah dari
penjualan obat generik yakni Rp 718,92 miliar. Adapun dari penjualan produksi pihak ketiga,
penjualan yang paling besar berkontribusi dari obat ethical yakni sebesar Rp 1,20 triliun diikuti
dengan alat kesehatan, jasa klinik, lab klinik sebesar Rp 831,25 miliar. PT Kimia Farma
(Persero) Tbk. Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno mengatakan pihaknya akan
menjaga performa keuangan perseroan pada tahun depan. Adapun, Ganti meramalkan kinerja
perseroan masih akan tumbuh positif hingga akhir 2020 secara tahunan. Ganti mendata nilai
penjualan perseroan naik 2,42 persen secara tahunan menjadi Rp7,04 triliun pada Januari-
September 2020. Sebelumnya, Ganti berharap pihaknya dapat menurunkan nilai impor bahan
baku obat (BBO) hingga 25 persen pada 2024. Oleh karena itu, ujarnya, pelaksanaan peraturan
tingkat komponen dalam negeri (TKDN) industri farmasi menjadi penting. Menurutnya, target
penurunan BBO oleh pabrikan perlu dukungan dari pemerintah. Seperti diketahui, Kimia Farma
menargetkan dapat berkontribusi dalam penurunan BBO impor hingga 20,52 persen menjadi
sekitar 74,48 persen pada 2024. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin),
kontribusi Kimia Farma dalam industri BBO akan ditopang oleh performa PT Kimia Farma
Sungwoon Pharmacopia dan kerja sama antara Kimia Farma dan PT Pertamina (Persero) dalam
memproduksi parasetamol. Saat ini, industri farmasi nasional masih mengimpor parasetamol
sebanyak 7.000 ton senilai US$32,5 juta. Ganti belum melaporkan nilai investasi yang akan
dikucurkan dalam kerja sama antara pihaknya dan Pertamina. "[Perhitungan nilai investasi] on
process. Ganti berharap pihaknya dapat menurunkan nilai impor BBO hingga 25 persen pada
2024. Oleh karena itu, ujarnya, pelaksanaan peraturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN)
industri farmasi menjadi penting. Seperti diketahui, Kemenperin telah menerbitkan Peraturan
Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 16/2020 pada akhir kuartal I/2020. Adapun,kandungan
bahan baku memiliki bobot 50 persen, penelitian dan pengembangan sekitar 30 persen, produksi
hingga 15 persen, dan pengemasan hanya 5 persen. Walakin, ketentuan tersebut tidak mengatur
ketentuan minimum yang harus dipatuhi pabrikan farmasi lokal untuk melakukan proses
produksi.

Anda mungkin juga menyukai