Anda di halaman 1dari 2

Assalamu’alaikum.

Sebelum saya mengutarakan opini saya, saya mohon maaf terlebih dahulu yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang merasa tersinggung. Ini hanyalah opini atau pendapat saya.
Silahkan untuk menyanggah opini saya jika memang tidak benar dan tidak ada faktanya di lapangan. Saya
hanya mengutarakan hal-hal yang memang terjadi di lapangan dan tidak mengada-ada untuk dibuat. Saya
tidak mau ada peperangan diantara kita ya. Kita semua saudara. Oke. Mohon maaf ya.
“Beasiswa”, siapa yang tidak kenal dengan kata tersebut? Semua orang pasti tahu dan berlomba-lomba
untuk mendapatkannya. Beasiswa tersedia mulai dari tingkat SD sampai dengan Kuliah. Apa sih
sebenarnya arti dari beasiswa itu? Menurut Wikipedia, beasiswa adalah pemberian berupa bantuan
keuangan yang diberikan kepada perorangan, mahasiswa atau pelajar yang digunakan demi
keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Beasiswa juga diartikan sebagai bentuk penghargaan yang
diberikan kepada individu agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Penghargaan
itu dapat berupa akses tertentu pada suatu institusi atau penghargaan berupa bantuan keuangan. Beasiswa
diberikan oleh pemerintah, lembaga, maupun institusi-institusi tertentu yang memang sangat peduli
terhadap pendidikan untuk mereka yang berlatarbelakang ekonominya kurang dan berprestasi. Saya
acungkan jempol empat untuk mereka-mereka ini yang mau membantu dunia pendidikan di Indonesia.
Oke, itu sebagian arti dari beasiswa. Jelas kan? Saya ambil intinya, beasiswa merupakan bantuan kepada
mereka yang tidak mampu secara ekonomi untuk pendidikan maupun penghargaan bagi mereka yang
berprestasi. Beasiswa diberikan oleh institusi-institusi ini memiliki tujuan yang mulia. Salah satunya pasti
ingin memajukan dunia pendidikan di Indonesia dengan memberikan beasiswa kepada mereka yang tidak
mampu dalam hal ekonomi dan atau yang berprestasi dalam bidang akademik. Beasiswa yang diberikan
oleh mereka pun tidak tanggung-tanggung besarnya. Milyaran rupiah pasti dikeluarkan oleh mereka demi
kemajuan pendidikan di Indonesia.
Nah, sekarang permasalahannya ada pada si “Penerima Beasiswa”. Ups, bukan permasalahan sih ini. Saya
bilang tantangan saja. Tantangan untuk membentuk karakter para penerima beasiswa ini. Penerima
beasiswa saya melihatnya hampir tepat sasaran, tetapi masih ada juga yang belum tepat sasaran. Sangat
disayangkan jika beasiswa ini mengarah kepada orang-orang yang mampu dalam hal ekonomi dan
berprestasi, tetapi tidak bertanggung jawab.
Mari kita mulai ke inti dari opini saya ini. Bukannya saya iri atau dengki tidak mendapatkan beasiswa,
saya banyak melihat beasiswa tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Miris sekali melihat sebagian
penerima beasiswa alias oknum-oknum tertentu saat ini mulai berfoya-foya, tetapi jumlahnya juga tidak
sedikit. Beasiswa yang seharusnya digunakan sebagai bantuan untuk ekonomi maupun melanjutkan
pendidikan, luar biasa sekali untuk membeli barang-barang mewah, makan-makan, beli gadget terbaru,
dan masih banyak yang lainnya. Sebenarnya ini salah seleksi atau mereka penerima beasiswa yang tidak
bertanggung jawab menggunakan dana beasiswa tersebut untuk hal-hal yang tidak perlu. Masih banyak
pemuda yang berprestasi dan ekonomi kurang yang tidak mampu menjangkau informasi untuk
mendapatkan beasiswa.
Saya membagi oknum-oknum tersebut menjadi 3 kriteria. Kriteria yang pertama yaitu MAMPU, tetapi
PURA-PURA miskin. Sepengetahuan saya, beasiswa banyak yang memberikan salah satu persyaratannya
yaitu Surat Keterangan Tidak Mampu. Ternyata masih banyak saja yang tembus kepada mereka-mereka
yang sebenarnya mampu, tetapi PURA-PURA miskin. Inilah karakter yang harus dibentuk dan diperbaiki.
Banyak sekali orang-orang yang seperti ini dan mereka tidak sadar masih banyak orang lain yang
seharusnya lebih layak untuk mendapatkannya. Susah memang untuk menghilangkan karakter yang
seperti ini.
Kriteria yang kedua yaitu mampu dan berprestasi, tetapi TIDAK mampu menggunakan dana beasiswa
secara bijak. Sebenarnya tidak hanya mereka yang pura-pura miskin saja, tetapi juga mereka yang
berprestasi dan mampu secara ekonomi juga berhak untuk mendapatkan beasiswa. Sayangnya lagi,
mereka yang mampu ini sebagian juga kurang bijak untuk memanfaatkan beasiswa tersebut. Mereka yang
mampu, beasiswa digunakan untuk membeli gadget yang lebih baru lagi dari sebelumnya. Oh, sungguh
miris sekali kondisi yang demikian. Lebih baik diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan
pertolongan seperti kaum dhuafa.
Kriteria yang terakhir inilah yang sebenarnya dapat dikatakan saya paling miris bahkan kecewa yaitu
mereka yang layak diberi karena berprestasi dan kondisi ekonomi yang kurang, tetapi dana beasiswa
digunakannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti makan-makan dengan teman-temannya di
restoran mewah, beli handphone baru atau smartphone, dan masih banyak lagi. Mereka yang tidak sadar
akan kondisi ekonominya atau memang mereka terpengaruh oleh kondisi lingkungan di sekitarnya.
Seharusnya mereka tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan mampu menggunakan dana beasiswa
ini sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti membeli buku, menambah pendapatan orang
tua, membantu adik-adiknya sekolah, dan sebagainya.
Mulai sekarang, kepada semua teman-teman yang mendapatkan beasiswa, beasiswa itu amanah bukan
undian berhadiah. Gunakan amanah tersebut sebaik mungkin bukan untuk berfoya-foya menghabiskan
dana beasiswa tersebut. Jika memang MAMPU, katakan MAMPU dengan tidak mengambil beasiswa.
Kembalikan arti beasiswa yang sebenarnya. Berikan informasi beasiswa kepada teman-teman yang tidak
mampu agar mereka bisa mendapatkan beasiswa. Mari mulai peduli kepada siapapun di sekitar kita yang
membutuhkan pertolongan atau bantuan!
Sekali lagi ini hanyalah opini atau pendapat saya. Jika memang tidak berkenan di hati teman-teman
semua, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya menulis ini melihat kondisi nyata di lapangan atau
fakta yang ada dan tidak dibuat-buat. Terima kasih atas respons teman-teman semua. Salam Sukses untuk
kita semua. Wassalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai