Teori Komunikasi 2
Disusun Oleh:
Kelompok 7
KELAS : 5A1
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidyah-Nya kepada kita semua
sehingga kita masih dapat melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segalalarangan-Nya. Sholawat beserta salam kita junjungkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih kepada orang tua yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat,
dan dukungan yang tak ternilai harganya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Dr Jupendri, S.Sos. M.I.Kom, Selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Komunikasi 2 , dan
semua teman-teman yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga dapat
terselesaikannya tugas makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini. Sehingga segala
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan tugas
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
III.A. Kesimpulan...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Seluruh umat manusia di dunia benar-benar menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya
dapat dipenuhi jika dia berkomunikasi dengan orang lain. Karena itu jika dia berhasil
berkomunikasi secara efektif, maka seluruh kebutuhannya dapat dia capai. Anak-anak
bercengkrama dengan bapak dan ibu di rumah, mereka saling bertukar informasi dan
pengalaman. Mereka berdiskusi dan berdialog panjang merundingkan sebuah keputusan. Untuk
itu seperti apa teori komunikasi akan kita bahas di makalah kali ini.
I. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul beberapa permasalahan. Yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Teori Ekologi Media ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori spiral keheningan ?
I. 3.Tujuan
Tujuan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan teori ekologi media !
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan teori spiral keheningan !
BAB II
Teori EKOLOGI MEDIA dan Teori SPIRAL KEHENINGAN
Ekologi media adalah studi tentang bagaimana media dan proses komunikasi mempengaruhi persepsi
manusia, perasaan, emosi, pemahaman, nilai-nilai, dan bagaimana interaksi kita dengan fasilitas-fasilitas
media yang tersedia atau menghalangi berbagai kesempatan yang tersedia untuk bertahan hidup. kajian
mengenai lingkungan media ide dan teknik, mode ( cara penyampaian). Informasi dan kode komunikasi
memainkan peran utama pada kehidupan manusia. Media mempunyai kekuatan membentuk opini
masyarakat, orang menggunakan media untuk memperoleh kekuatan politik dan ekonomi bahkan
mengubah susunan sosial sebuah masyarakat media terdapat di dalam diri mereka untuk mengendalikan
ide dalam sebuah masyarakat
Media Teori Ekologi berpusat pada prinsip-prinsip bahwa masyarakat tidak bisa lepas dari pengaruh
teknologi dan teknologi yang akan tetap menjadi pusat untuk hampir semua lapisan masyarakat. Dasar
dari teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi yang akan
membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri teknologi membentuk cara berpikir berperilaku dan
bergerak dari satu abad ke abad selanjutnya dalam kehidupan manusia.
Teori Ekologi Media melihat media sebagai sesuatu yang langsung mempengaruhi manusia. Cara
manusia memberi penilaian, merasa, dan bereaksi cenderung dipengaruhi oleh media. Dalam asumsi ini
McLuhan menilai media cukup kuat dalam membentuk pandangan kita atas dunia. Itulah mengapa kita
menyebutnya EKOLOGI.
"Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya." Media
akan terus berubah seiring dengan pertumbuhan dan dinamisme masyarakat, akan terus berubah seiring
dengan kebutuhan masyarakat. Dan sebaliknya, masyarakat pun berubah mengikuti perubahan media.
Cool media mengharuskan kalaya menciptakan makna melalui keterlibatan Indra dan imajinasi.
contohnya : kartun, seminar, dan telepon.
Media adalah pesan keluhan menyatakan bahwa pesan yang disampaikan media tidaklah lebih
penting dari media atau saluran komunikasi yang digunakan pesan untuk sampai kepada penerima dengan
kata lain bahwa media saluran memiliki kekuatan dan memberikan pengaruh kepada masyarakat. Dan
bukan isi pesan
1. Era tribal adalah di mana indra pendengaran penciuman dan perasa adalah Indra yang dominan.
manusia pada saat itu belum dapat memaknai pesan secara mendalam mereka hanya menerima pesan
melalui pendengaran bahkan bila mereka mendengar berarti mereka meyakini. Pada masa ini berita
disampaikan dari mulut ke mulut dongeng.
2. Era tulisan pada zaman ini orang menekankan pada indra penglihatan ditandai dengan mulai
diperkenalkan huruf abjad maka mata lebih dominan dalam berkomunikasi
3. Era cetak zaman sudah modern informasi melalui kata-kata percetakan merupakan hal yang biasa dan
penglihatan merupakan indra yang dominan
4. Era elektronik zaman komunikasi ini sudah menggunakan media elektronik melingkupi semua Indra
dan memungkinkan orang yang orang di seluruh dunia dapat berkomunikasi bersamaan dan saling
terhubung
Pada kesimpulannya Lingkungan media yang saling memengaruhi, media akan mempengaruhi
sekelilingnya melalui pesan yang disampaikannya, begitu juga sekelilingnya akan mempengaruhi media
sehingga saling mempengaruhi untuk mencapai keseimbangan. Perkembangan media sangat cepat dari
tradisional ke modern, sehingga kita harus selalu update ke era sekarang.
Spiral Keheningan merupakan salah satu teori komunikasi massa. Teori spiral keheningan ini
biasa disebut sebagai ‘Spiral of Silence Theory’ atau ‘Teori Spiral Kesunyian. Secara bahasa,
teori spiral keheningan diambil dari kata ‘Spiral’ yang berarti suatu perputaran lingkaran dan
‘Keheningan’ yang berarti sunyi. Sebenarnya, teori ini merupakan salah satu dari teori
komunikasi politik.
Dalam ilmu komunikasi, teori keheningan adalah salah satu dari teori komunikasi massa di mana
seseorang memiliki opini dari berbagai isu namun terdapat keraguan dan ketakutan untuk
memberikan opininya karena merasa terisolasi, sehingga opini tidak bersifat terbuka alias
tertutup.
Dengan adanya isolasi akan opini setiap individu, maka orang tersebut mencoba mencari
dukungan yang memihak pada opininya tersebut. Hal ini menyebabkan orang tersebut menjadi
mayoritas yang awalnya hanya minoritas atau terkucilkan akan opininya. Kebanyakan orang
mencari dukungan akan opininya tersebut melalui media massa atau mendekati orang yang
sekiranya berpengaruh dalam kemasyarakatannya seperti seorang tokoh masyarakat atau public
figure.
Akan tetapi, jika opini belum mendapatkan dukungan, maka orang tersebut akan berkomunikasi
dengan menggunakan Spiral keheningan yang mana ia menyembunyikan opininya dan mau tidak
mau menerima opini yang mayoritas. (Baca juga: Pola Komunikasi Organisasi)
Teori spiral keheingan ini telah dikembangkan oleh Elisabeth Noelle Neumann (1973, 1980)
yang merupakan seorang sosiolog, pakar politik, dan jurnalis Nazi Jerman yang membenci
Yahudi dan mendukung Hitler. Dalam pendapatnya, Neumman menjelaskan bahwa teori spiral
keheningan merupakan upaya untuk menjelaskan opini public dibentuk dan teori ini hanya
befokus pada opini publik semata.
Bahwa banyak dari populasi menyesuaikan prilakunya pada arah media teori ini telah dinyatakan
sebagai dasar yang penting dalam memelajari kondisi manusia (Neumman, 1993). Teori ini
didapatkan dan terinspirasi ketika ia berada di lingkungan Nazi pada masa itu, yang mana
banyak orang yang merasa terisolasi opini-opininya ketika ia mereka ingin mengemukakan
pendapat mereka. Sehingga tidak salah jika banyak orang yang mengalami Spiral Keheningan ini
mencari dukungan melalui media massa. Hal itu terjadi karena media massa merupakan
penyambung lidah masyarakat secara luas dan umum. Ditambah lagi bahwa media merupakan
suatu sarana komunikasi yang kebanyakan berpihak pada kiri.
Teori spiral of silence ini muncul karena individu pada umumnya berusaha untuk menghindari
isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Oleh karenanya
orang akan mengamati lingkungannya untuk mempelajari pandangan-pandangan mana yang
bertahan dan mendapatkan dukungan dan mana yang tidak dominan atau populer, maka ia
cenderung kurang berani mengekspresikan disebabkan adanya ketakutan akan terisolasi tersebut.
Secara singkat spiral of silenece ini muncul disebabkan oleh rasa takut akan pengasinga atau
dikucilkan, dan spiral of silence ini bukan hanya tentang keinginan untuk berada pada pihak
yang menang, tetapi merupakan sebuah usaha untuk menghindari pengasingan dari kelompok
sosial. Ancaman kritik dari orang lain merupakan kekuatan yang besar dalam membungkam
individu.
Teori Spiral of silence berada pada sebuah isu kontroversial, orang-orang membentuk kesan
tentang distribusi opini. Mereka mencoba menentukan apakah mereka merupakan mayoritas, dan
kemudian mereka mencoba menentukan apakah opini Publik sejalan dengan mereka. Apabila
mereka merasa adalah minoritas, maka mereka cenderung untuk diam berkenaan dengan isu
tersebut. Semakin mereka diam, semakin orang lain merasa bahwa sudut pandang tertentu tidak
terwakili.
Jumlah orang yang tidak secara terbuka mengekspresikan pendapat yang berbeda dan perubahan
dari pendapat yang berbeda kepada pendapat yang dominan. Sebalikya, pendapat yang dominan
akan menjadi semakin luas dan kuat. Semakin
banyak orang merasakan kecendrungan ini dan menyesuaikan pendapatnya, maka satu kelompok
pendapat akan menjadi dominan, sementara lainnya akan menyusut. Jadi kecendrungan
seseorang untuk menyatakan pendapat dan orang lainnya menjadi dinamakan mengawali suatu
proses spiral yang meningkatkan kemapanan satu pendapat sebagai pendapat umum atau
pendapat yang dominan.
Teori Spiral of silence mengacu hanya pada satu prinsip, walaupun itu merupakan salah satu
yang paling penting dari komunikasi massa. Dalam istilah umum teori Spiral of silence ini lebih
memperhatikan pengaruh antara empat elemen yaitu: komunikasi massa; komunikasi
interpersonal dan relasi sosial; ungkapan opini individu; dan persepsi individu yang ada di
sekitar ’opini iklim’ mereka dalam lingkungan sosial.
Teori ini petama kali dicetuskan oleh Elisabeth Noelle-Neumann Ia adalah ilmuwan politik
Jerman. Neumann (1974) memperkenalkan spiral keheningan sebagai upaya untuk menjelaskan
di bagian bagaimana opini publik dibentuk.inti dari teori ini berfokus pada apa yang terjadi
ketika orang-orang menyatakan opininya mengenai topik yang telah didefinisikan oleh media
bagi khalayak. Orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang minoritas terhadap isu-
isu publik akan menarik diri dan diam di belakang yang mana komunikasi mereka dibatasi.
Orang enggan untuk mengekspresikan pandangan minoritas mereka, terutama karena takut
dikucilkan. Sedangkan mereka yang memiliki sudut pandang mayoritas akan lebih terdorong
untuk bersuara.
Media sendiri akan berfokus pada pandangan mayoritas dan meremehkan pandangan minoritas.
Ini membuat minoritas menjadi lebih tidak telibat dalam mengkomunikasikan opini mereka yang
menyebabkan munculnya spiral. Komunikasi yang bergerak ke bawah. Individu dalam kaum
minoritas pun akhirnya akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan makin tidak berani
dalam berkomunikasi.
Teori ini secara unik menyilangkan opini publik dan media.Opini publik di sini merujuk pada
sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertentu. Media seringkali menentukan
subjek apa yang menarik bagi khalayak dan membuatnya menjadi kontroversial.
Teori ini erat kaitannya dengan kehidupan nyata. Misalnya dinegara kita ini sendiri; Di
Indonesia, terjadi dua kelompok besar yang setuju dengan penerapan demokrasi dengan yang
tidak setuju. Bagi kelompok yang pro demokrasi dikatakan bahwa demokrasi adalah hasil akhir
dan paling baik yang akan mengantarkan bangsa Indonesia kepada kehidupan yang lebih baik di
masa yang akan datang. Asumsi lainnya, bahwa masyarakat itu adalah pilar utama negara, maka
demokrasi harus dijalankan dalam berbagai aspek kehidupan. Sedangkan bagi kelompok
penentang demokrasi mengatakan bahwa kita sudah punya cara sendiri dalam mengatur negara
dan masyarakat Indonesia, kita punya Pancasila, dan kita adalah bangsa yang mementingkan
persatuan. Demokrasi hanya akan mengancam keharmonisan hidup selama ini.
Berbagai pendapat yang bertolak belakang tersebut berkembang dan “bertarung” baik dalam
wacana keseharian atau disebarkan melalui media massa. Baik yang pro dan kontra sama-sama
kuat di dalam membentuk opini publik. Namun, sejalan dengan perkembangan dan perubahan
politik dunia, ide pelaksanaan demokrasi akhirnya bisa dikatakan menang. Mereka yang
dahulunya, menolak demokrasi mulai melunak. Sementara kelompok yang dahulunya penentang
demokrasi lebih memilih diam. Sebab, mayoritas opini yang berkembang adalah mendukung
pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Begitu juga bila kita analisa tentang kejadian jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, ia
merupakan contoh kasus tentang kebenaran teori Spiral Of Silence di Indonesia. Selama Orde
Baru, kita kletahui bahwa: pemerintahan Soeharto yang bertumpukan demokrasi Pancasila betul-
betul demokratis, mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan adalah contoh dari
demokrasi yang dimaksud, bahwa pers Indonesia bebas, dan rakyat bebas menyatakan
pendapatnya, serta pembangunan ekonomi berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat dan lain
sebagainya.
Pendapat minoritas di luar itu praktis habis “dibunuh” dan mereka yang kokoh dengan pendapat
minoritas pun akhirnya takut menyuarakannya; atau tidak lagi ada media yang berani
menyuarakannya. Namun akhirnya sejarah berbalik, opini mayoritas berhasil dihancurkan, dan
opini minoritas bangkit mengemuka dengan berani ke hadapan publik sehingga menjadi opini
mayoritas. Keterbalikan opini minoritas sehingga menjadi opini mayoritas di atas dikarenakan
oleh kelompok minoritas terus “bergerilya” pada kelompok mayoritas yang bisa diajak untuk
berdialog. Sehingga diskusi-diskusi yang berkembang di tengah masyarakat Indonesia saat itu
adalah tentang “cacatnya” rezim pemerintahan Orde Baru, yang akhirnya bermuara pada gerakan
reformasi yang dipelopori oleh mahasiswa se-Indonesia.
Sebagai sebuah teori yang ilmiah, Spiral Of Silence yang dikemukakan oleh Neumann memiliki
kelemahan karena formulasi teorinya tidak lengkap, dan konsep-konsep utamanya tidak
dijelaskan dengan memadai. Di samping itu, spiral kebisuan, sebagai teori opini publik,
dikelompokkan bersama perspektifnya yang lain tentang masyarakat dan media massa. Di pihak
lain, spiral kebisuan ini memperlakukan opini publik sebagai suatu proses dan bukan sebagai
sesuatu yang statis. Perspektif itu juga memperhatikan dinamika produksi media dengan
pembentukan opini.
BAB III
PENUTUP
III. a. Kesimpulan
Ekologi media adalah lingkungan media yang saling mempengaruhi,media akan mempengaruhi
sekelilingnya melalui pesan yang disampaikan begitu juga sekelilingnya akan mempengaruhi media.
Sehingga terjadi saling mempengaruhi untuk mencapai keseimbangan perkembangan media begitu cepat
dan tradisional sekarang sudah electronical. Sehingga kita harus mengupdate teknologi ini berkembang
melalui media cetak, elektronik. Bahkan media baru yaitu online perkembangan ini menimbulkan
perubahan pada kehidupan manusia maka dari itu muncullah sebuah teori dari fenomena ini yaitu teori
ekologi media atau determinasi teknologi
Sedangkan Teori Spiral of Silence adalah lingkaran atau perputaran” dan “Silence bermaknakan diam
atau sunyi”. Teori ini berfokus pada apa yang terjadi ketika orang orang menyatakan opininya mengenai
topik yang telah didefinisikan oleh media bagi khalayak. Orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut
pandang minoritas terhadap isu-isu publik akan menarik diri dan diam di belakang yang mana komunikasi
mereka dibatasi. Orang enggan untuk mengekspresikan pandangan minoritas mereka, terutama karena
takut dikucilkan. Sedangkan mereka yang memiliki sudut pandang mayoritas akan lebih terdorong untuk
bersuara.
Media sendiri akan berfokus pada pandangan mayoritas dan meremehkan pandangan minoritas. Ini
membuat minoritas menjadi lebih tidak telibat dalam mengkomunikasikan opini mereka yang
menyebabkan munculnya spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Individu dalam kaum minoritas pun
akhirnya akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan makin tidak berani dalam berkomunikasi
Teori ini berdasarkan kehidupan sehari-hari dapat diramalkan bahwa spiral of silence ini layak untuk
dipakai selama-lamanya baik pada masa lalu masa sekarang maupun masa yang akan datang, sebab teori
ini dipandang sebagai teori yang erat kaitannya dengan kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/mobile/mankoma2013/teori-media-ekologi
Morissan. (2018) Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: hlm. 518- 519.
Mulyana, Dedy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Budi Karya.
https://www.academia.edu/34843352/TEORI_SPIRAL_OF_SILENCE_Oleh_Zahari_Kandidat_Doktor_
UIN_SUMATERA_UTARA