Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat-

Nya yang berlimpah kepada kita semua. Dan kita panjatkan shalawat serta salam

kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari

kegelapan ke dalam dunia yang terang.

Alhamdulilah, berkat rahmat Allah SWT.kami telah menyusun makalah ini

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Retardasi

Mental” dengan tepat waktu. Dalam makalah ini dijelaskan tentang definisi, etiologi,

patofisiologi dan lain sebagainya.Dalam penyusunan makalah ini, kami mengambil

dari berbagai sumber seperti buku dan situs internet yang tentunya telah terpercaya.

Makalah kami tentunya masih kurang dari sempurna.Maka dari itu kami

sebagai penulis, meminta saran bagi pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Tidak

lupa pula, kami berterima kasih kepada sumber-sumber terkait yang telah

memberikan informasi terkait dengan penyusunan makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN.....................................................................................1
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL..........................1
A. Pengertian...........................................................................................................1
B. Etiologi...............................................................................................................2
C. Patofisiologi........................................................................................................3
D. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik...................................................................4
E. Komplikasi.........................................................................................................4
F. Penatalaksanaan Medis.......................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................6
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................6
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL..........................6
A. Pengkajian.......................................................................................................6
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................8
C. Intervensi Keperawatan......................................................................................8
D. Evaluasi............................................................................................................11
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP ).........................................................................12
TINDAKAN KEPERAWATAN.................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL

A. Pengertian
1) Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO,
MENKES 1990).
2) Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang
rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal (Carter CH, Toback C).
3) Retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang
rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan (Crocker AC, 1983).
4) Retardasi mental adalah gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan
fungsi intelektual di bawah rata-rata dan gangguan dalam ketrampilan
adaptif yang ditentukan sebelum orang berumur 16 tahun.
5) Retardasi mental dapat diartikan sebagai suatu keadaan perkembangan
mental yang terhenti atau tidak lengkap. Ini terutama terlihat selama masa
perkembangan sehingga mempengaruhi pada semua tingkat intelegensia,
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Retardasi mental
kadang disertai gangguan jiwa atau gangguan fisik lain
6) Retardasi mental atau tuna mental adalah keadaan taraf perkembangan
kecerdasan di bawah normal sejak lahir atau masa anak-anak. Diperkirakan
1-3 % penduduk Indonesia menderita kelainan ini

Tingkat-tingkat retardasi mental dibagi menjadi:


1) Retardasi Mental Ringan
Nilai IQ pada Retardasi Mental Ringan 52-69. ketrampilan sosial dan
komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun pra sekolah. Tetapi
pada saan anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti
kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin
membedakan dirinya dari anak lain seusianya. Biasanya mengalami
keterlambatan dalam mempelajari bahasa. Namun, masih dapat berbicara
untuk keperluan sehari-hari dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari
serta terampil dalam perkerjaan rumah tangga. Dan akan mengalami
kesulitan dalam pelajaran sekolah.
2) Retardasi Mental Sedang
Nilai IQ pada Retardasi Mental Sedang adalah 36-51. ketrampilan
komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya mungkin

1
dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika
dibandingkan dengan Retardasi Mental Ringan. Biasanya lambat dalam
perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa. Ketrampilan merawat
diri dan ketrampilan motoriknya pun terlambat. Penderita juga memerlukan
pengawasan seumur hidup dan program pendidikan khusus demi
mengembangkan potensi mereka yang terbatas agar memperoleh beberapa
ketrampilan dasar.
3) Retardasi Mental Berat
Nilai IQ pada Retardasi Mental Berat 20-35. bicara anak terbatas dan
perkembangan motoriknya buruk. Pada usia pra sekolah sudah nyata ada
gangguan. Pada masa usia sekolah kemampuan bahasanya berkembang.
Kebanyakan dengan gangguan motorik yang berat akibat kerusakan
perkembangan pada susunan saraf pusat.
4) Retardasi Mental Sangat Berat
Nilai IQ Retardasi Mental Sangat Berat di bawah 10. ketrampilan
komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi
perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana.
Tetapi juga masih membutuhkan perawatan orang lain.

Bila ditinjau dari gejalanya, Retardasi Mental dibagi menjadi (Melly Budhiman):
a) Tipe Klinis
Pada tipe ini, Retardasi Mental mudah dideteksi sejak dini. Penyebabnya
adalah kelainan organik. Kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
atau pun sosial rendah.
b) Tipe Sosial Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah. Penampilannya seperti
anak normal, sehingga disebut Retardasi Enam Jam. Tipe ini kebanyakan
berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Anak tipe ini pada umumnya
mempunyai taraf IQ golongan Borderline dan Retardasi Mental Ringan.

B. Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari Retardasi Mental. Faktor-
faktor yang potensial sebagai penyebab Retardasi Mental:
1) Non organik
 Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis.
 Faktor sosiokultural.
 Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik.
 Penelantaran anak.

2
2) Organik
a) Faktor Pra-konsepsi
 Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneous).
 Kelainan kromosom.
b) Faktor Pre-natal
 Gangguan pertumbuhan otak trimester I
 Kelainan kromosom
 Infeksi intra uterin, misal HIV
 Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)
 Disfungsi plasenta
 Kelainan konginetal dari otak
 Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
 Infeksi intra uterin, misal HIV
 Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam-logam berat)
 Ibu DM, PKU
 Toksemia gravidarum
 Disfungsi plasenta
 Ibu malnutrisi
c) Faktor Peri-natal
 Sangat prematur
 Asfeksia neotorum
 Trauma lahir
 Meningitis
 Kelainan metabolik
d) Faktor Post Natal
 Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
 Neurotoksin
 CVA
 Anoksia, misalnya tenggelam
 Metabolik, misalnya gizi buruk, kelainan hormonal
 Infeksi, misalnya meningitis ensefalitis

C. Patofisiologi
Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan sedikitnya dua area fungsi adaptif yaitu berbicara dan
berbahasa, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial,

3
penggunaan sarana prasarana komunitas, pengarahan diri kesehatan dan
keamanan akademik fungsional bersantai dan bekerja.
Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan
neurologis itu meliputi: kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal.
Sedangkan kerusakan muskuloskeletal meliputi: anomali ekstremitas konganital,
masukan kalori/nutrisi tidak mencukupi, distorsi muskular. Kerusakan neurologis
dan kerusakan muskuloskeletal akan menyebabkan terjadinya kurang kesadaran
tentang bahaya dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga akan muncul
berbagai masalah dalam keperawatan.

D. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) Uji Laboratorium
 Uji intelegensi standar dan uji perkembangan
 Pengukuran fungsi adaptif
2) EEG (Elektro Esenflogram)
 Gejala kejang yang dicurigai
 Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3) CT ata MRI
 Pembesaran kepala
 Dicurigai kelainan otak yang luas
 Kejang lokal
 Dicurigai adanya tumor intra kranial

E. Komplikasi
1) Sebral Palsi
2) Gangguan kejang
3) Gangguan kejiwaan
4) Gangguan konsentrasi/hiperaktif
5) Defisit komunikasi
6) Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan, kurang
mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)

F. Penatalaksanaan Medis
Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier:
a) Pencegahan primer
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi
yang menyebabkan gangguan. Tindakan ini termasuk pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus
menerus dari profesional bidang kesehatan, konseling keluarga dan genetik
dapat membantu.

4
b) Pencegahan sekunder
Tujuannya mempersingkat perjalanan penyakit.
c) Pencegahan tertier
Tujuannya menekan kecacatan yang terjadi

Dalam pelaksanaannya, kedua jenis ini dilakukan bersamaan meliputi:


a) Pendidikan untuk anak mancakup latihan ketrampilan adaptif, sosial dan
kejuruan.
b) Terapi pra luka agresif dan melukai diri
c) Kognitif dan psikodinamika
d) Pendidikan keluarga
e) Intervensi farmakologis:
 Obat-obatan psikotropika (Tioridasin/Mellaril) untuk remaja dengan
perilaku yang membahayakan diri sendiri.
 Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hiperaktif.
 Antidepresan (Imipramin/Trofanil)
 Karbamazepin (Tegretol) dan Propanolol (Inderal)

5
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL

A. Pengkajian
1) Data demografi, meliputi:
 Identitas pasien
 Identitas penanggungjawab
 Riwayat keluarga
 Aktivitas sehari-hari
2) Pemeriksaan fisik, meliputi:
 Tanda-tanda vital
 Tanda-tanda fasial:
a) Tulang hidung yang datar
b) Alis mata yang menonjol
c) Perubahan retina
d) Opasitas kornea
e) Teling letaknya rendah/bentuknya aneh
f) Lidah yang menonjol
g) Gangguan gigi geligi
h) Ekspresi wajah  penampilan dungu
i) Warna dan tekstur kulit serta rambut
j) Palatum dengan lengkung yang tinggi
3) Status mental, meliputi:
a) Penampilan
 Cara berpakaian
 Cara berpenampilan (rapih/tidak)
b) Pembicaraan
 Cara berbicara (cepat, lambat, keras, gagap, membisu atau apatis)
 Pembicaraan yang berpindah-pindah

c) Aktivitas motorik
 Lesu, tegang, gelisah sudah jelas
 Agitasi: gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan
 Tik: gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol
d) Alam perasaan
 Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas
 Ketakutan: objek yang ditakuti sudah jelas
 Khawatir: objeknya belum jelas
e) Proses pikir

6
 Sirkumtansial: pembicaraan yang berbelit-belit tetapi sampai pada
tujuan pembicaraan
 Kehilangan asosiasi: pembicaraan tidak ada hubungan antara satu
kalimat dengan kalimat lainnya, dan klien tidak menyadarinya
f) Isi pikir
 Obsesi: pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya
 Ide yang terkait: keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi di
lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya.
g) Tingkat kesadaran
 Bingung: tampak bingung dam kacau
 Orientasi waktu, tempat dan orang jelas
h) Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang, tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan
 Konfabulasi: pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan
memasukkan cerita yang tidak benar utnuk menutupi gangguan
daya ingatnya

4) Mekanisme koping
Apakah klien adapitif maupun mal adaptif.

5) Masalah psikososial dan lingkungan


Klien tidak mau berinteraksi dengan lingkungan

No. Data Fokus Problem Etiologi


1. Ds: -
Do: - Klien tampak hiperaktif. Resiko tinggi Hiperaktifitas
- Klien memper-lihatkan terhadap cidera. berat.
tanda cidera fisik.
2. Ds: -
Do: - Klien tidak bisa makan Kurang pe- Tidak terpenuhi-
sendiri. rawatan diri. nya kebutuhan
- Klien tidak bisa berpakai- ketergantungan.
an yang sesuai.
- Klien tidak dapat me-
rawat diri secara mandiri.

3. Ds: -

7
Do: - Klien tidak mampu Perubahan nu- Kurangnya nafsu
makan. trisi kurang dari makan.
- Porsi makan tidak habis. kebutuhan tu-
- Berat badan turun buh.
4. Ds: -
Do: - Klien tidak meu bicara Gangguan Ketidakmampuan
dengan perawat. komunikasi. untuk percaya
- Klien tidak mau menatap kepada orang lain.
mata kepada lawan bicara.
- Klien tidak mau
berinteraksi dengan orang
lain.

G. Diagnosa Keperawatan
6) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan hiperaktifitas berat.
7) Kurang perawatan diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan
ketergantungan.
8) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya nafsu makan.
9) Gangguan komunikasi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya
kepada orang lain.

H. Intervensi Keperawatan
10) Diagnosa I
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak ada resiko
tinggi terhadap cidera dengan kriteria hasil:
a) Klien tidak terlalu lama memperlihatkan tanda-tanda hiperaktifitas.
b) Klien tidak mempertahankan tanda cidera fisik yang diperoleh selama
menjalani perilaku hiperaktif.
Tindakan:
a) Batasi aktivitas-aktivitas kelompok. Bantu pasien mencoba untuk
menetapkan satu atau dua hubungan yang akrab.
Rasional : Kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan orang lain
rusak. Merasa lebih aman dengan hubungan satu per satu
yang setiap saat.
b) Temani pasien saat hiperaktifitas meningkat.
Rasional : Memberikan dukungan dan rasa aman.

c) Berikan kegiatan fisik sebagai pengganti untuk hiperaktif yang tidak


bertujuan seperti tugas rumah tangga.

8
Rasional : Latihan fisik memberikan suatu cara yang aman dan efektif
untuk menghilangkan ketegangan yang terpendam.

11) Diagnosa II
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien mampu
mempertahankan aktivitas kehidupan sehari-harinya sendiri dengan kriteria
hasil:
a) Klien makan sendiri, meninggalkan tidak lebih dari beberapa suap
makanan di piring makan.
b) Klien menseleksi pakaian yang sesuai dan berpakaian serta merawat
diri secara mandiri setiap hari.
c) Klien mempertahankan keberhasilan kdiri pada tingkat optimal dengan
mandi setiap hari dan melakukan prosedur-prosedur toileting yang
pokok tanpa bantuan.
Tindakan:
a) Dorong klien untuk melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari yang
sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Rasional : Kesuksesan melakukan aktifitas secara mandiri akan
meningkatkan harga diri.
b) Dorong kemandirian, tetapi berikan bantuan saat pasien tidak
melakukan aktifitas tertentu.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien adalah prioritas
keperawatan.
c) Berikan pengenalan dan penguatan positif untuk pekerjaan yang
dilakukan secara mandiri (misalnya menyisir rambut).
Rasional : Penguatan positif meningkatkan harga diri dan mendorong
pengulangan perilaku yang diharapkan.
d) Perlihatkan kepada klien bagaimana melakukan aktifitas yang
menyulitkan baginya.
Rasional : Demonstrasi aktifitas yang sederhana dan konkrit yang
akan dilakukan tanpa kesulitan di bawah kondisi normal.

12) Diagnosa III


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak akan
memperlihatkan tanda atau gejala mal nutrisi dengan kriteria hasil:
a) Klien memperlihatkan pencapaian berat badan yang perlahan,
kemajuan selama dirawat di Rumah Sakit.

9
b) Tanda-tanda vital dan hasil laburatorium serum berada dalam batas-
batas normal.
c) Klien mampu menyatakan secara verbal pentingnya nutrisi dan
masukan cairan.
Tindakan:
a) Timbang berat badan klien setiap hari.
Rasional : Penurunan atau pertambahan berat badan merupakan
informasi pengkajian yang penting.
b) Tentukan makanan yang disukai dan tidak disukai oleh klien serta
kolaborasi dengan ahli diet untuk menyediakan makanan yang disukai
klien.
Rasional : Pasien akan lebih suka makanan khususnya makanan yang
disukainya.
c) Temani klien selama makan.
Rasional : Untuk membantu sesuai kebutuhan dan untuk memberikan
dukungan serta dorongan.
d) Pastikan klien menerima makanan dengan porsi sedikit tapi sering,
termasuk makanan kecil sebelum tidur.
Rasional : Jumlah makanan yang besar mungkin tidak disetujui/tetap
tidak dapat ditoleransi klien.

13) Diagnosa IV
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dapat
menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi dengan orang lain,
dengan kriteria hasil:
a) Klien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti oleh
orang lain.
b) Klien memulai interaksi dengan orang lain.
Tindakan:
a) Jika klien mampu atau tidak ingin bicara, gunakan teknik mengatakan
secara tidak langsung.
Rasional : Menolong untuk menyampaikan rasa empati,
mengembangkan rasa percaya.
b) Antisipasi dan penuhi kebutuhan klien sampai pola komunikasi yang
memusatkan kembali.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan klien merupakan prioritas
keperawatan.
c) Gunakan pendekatan muka (berhadap-hadapan, bertatapan) untuk
menyampaikan ekspresi yang benar.

10
Rasional : kontak mata mengekspresikan minat yang murni dan
hormat kepada orang lain/seseorang.

I. Evaluasi
Hal-hal yang diharapkan:
14) Diagnosa I
a) Klien tidak terlalu lama memperlihatkan tanda-tanda hiperaktifitas.
b) Klien tidak memperlihatkan tanda cidera fisik yang diperoleh selama
mengalami perilaku hiperaktif.

15) Diagnosa II
a) Klien makan sendiri, meninggalkan tidak lebih dari beberapa suap
makanan di piring makannya.
b) Klien dapat menseleksi pakaian yang sesuai dan merawat diri secara
mandiri setiap hari.
c) Klien memperlihatkan keberhasilan diri pada tingkat optimal dengan
mandi setiap hari dan melakukan prosedur-prosedur toileting yang
pokok tanpa bantuan.

16) Diagnosa III


a) Klien memperlihatkan tercapainya berat badan yang perlahan serta
kemajuan selama di rawat di Rumah Sakit.
b) Tanda-tanda vital dan hasil laboratorium serum berada dalam batas
normal.
c) Klien mengatakan secara verbal pentingnya nutrisi dan masukan
cairan.

17) Diagnosa IV
a) Klien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti oleh
orang lain.
b) Klien memulai interaksi dengan orang lain.

11
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP )
TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan :
Hari / Tanggal :
Nama Klien :
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
 Klien mengatakan malas untuk bergaul dengan orang lain
 Klien mengatakan malu karena wajah hitam, jelek,
 Klien mengatakan dirinya bodoh, tidak berguna
DO :
 Klien sering menunduk saat berinteraksi
 Kontak mata kurang, intonasi bicara pelan
 Tidak berinisiatif memulai pembicaraan
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan komunikasi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
percaya kepada orang lain
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
4. Tindakan keperawatan
a. Bina Hubungan Saling Percaya ( BHSP )
b. Indentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
c. Bantu klien menilai lemampuan klien yang masih dapat di gunakan
d. Bantu klien memilih kegiatan yang akan di latih sesuai dengan
kemampuan klien
e. Latih klien sesuai kemampuan yang di pilih
f. Berikan pujian yang wajar tehadap keberhasilan klien
g. Anjurakn klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

12
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
” Selamat pagi adik, perkenalkan nama saya ......., saya senang
dipanggil dengan suster......, saya mahasiswa DIII Keperawatan
Sutopo Surabaya yang akan berpraktek di sini selama .... . Nama adik
siapa? Senangnya di panggil siapa? adik asalnya dari mana? Hobi adik
apa?
Tujuan saya di sini agar saya dapat membantu menyelesaikan masalah
yang adik hadapi.”

b. Evaluasi/ Validasi data


” Bagaimana perasaan adik pagi ini? ”, Bagaimana tidurnya semalam?
”, tadi sarapan paginya apa? ”

c. Kontrak
1) Topik : ”Apa yang ingin kita bicarakan?, Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang siapa saja orang yang adik suka untuk
diajak bicara? ”
2) Tempat : ” Dimana kita akan bicara?”, Bagaimana kalau kita
mengobrol di kursi di bawah pohon itu ?”
3) Waktu : ” Berapa lama kita akan bicara?”, Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang selama 15 menit , apakah adik setuju?”
d. Tujuan
”Tujuan pembicaraan kita adalah agar adik bisa percaya kepada saya
dan mau berkomunikasi dengan saya disini.”

2. Fase Kerja
” Adik ,Coba sebutkan hobi adik apa?”, kemudian apa lagi hal-hal yang
disukai?’
” mengapa selama ini adik murung terus, tidak mau berbicara dengan
orang lain?
”memangnya siapa saja orang yang biasanya adik ajak berbicara?”
” kenapa adik susah percaya kepada orang lain? Apakah ada pengalaman
yang buruk terhadap orang lain?” ” ya...suster senang sekali bila adik mau
berbincang-bincang sama suster saat ini.”
”bagaimana perasaan adik setelah berbincang-bincang dengan suster pagi
hari ini?” ”bila setelah berbincang-bincang adik merasa lebih senang, coba
deh adik sesekali berbicara sama suster itu...atau berbicaralah sama dokter

13
itu, daripada adik hanya diam, murung dan bengong sja disini. Siapa tahu
mereka bisa membantu menghibur adik bila lagi sedih.”
”bagaimana...apakah lain waktu kita bisa berbincang-bincang lagi?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
” Bagaimana perasaan adik setelah berbicara dengan saya?” Suster
senang, karena adik mau berbincang-bincang dengan suster pagi ini”
2) Evaluasi Objektif
” Coba adik sebutkan siapa saja orang yang adik suka untuk diajak
berbicara?”
” Coba sebutkan alasan mengapa adik enggan berbicara dengan
orang lain?”
b. Rencana Tindak Lanjut ( RTL )
” adik, selama kita tidak bertemu, silakan adik melakukan kegiatan
sehari-hari disini. Cobalah untuk berbincang-bincang dengan suster-
suster yang ada disini. Cobalah untuk berbicara bila adik ditanya oleh
dokter. Siapa tahu mereka dapat membantu mengatasi masalah yang
sedang adik hadapi.”
c. Kontrak yang akan datang
” Kapan lagi kita akan bertemu?”, Bagaimana bila besok jam 09.00,
berapa lama kita akan bicara?”, bagaimana bila 15 menit, ngobrolnya
kita mau dimana, bagaimana kalau di sini lagi?, apakah adik setuju?’,
baiklah adik selamat siang”

14
DAFTAR PUSTAKA

Ana K, Budi. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku


Kedokteeran EGC.
Betz, Cecely L. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Doengoues, Marylin E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hamid, Achir Yani S. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Anak dan
Remaja. Jakarta: Widya Medica.
Harold I, dkk. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press.
Pdiatri. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.
Jakarta: EGC.
http://www.google.com
http://www.republika_online.co.id.htm

15

Anda mungkin juga menyukai