Anda di halaman 1dari 18

Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009

 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

KOMPETENSI PENYULUH AGAMA ISLAM DALAM MEMELIHARA HARMONI


KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI JAKARTA SELATAN
Siti Mukzizatin
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
siti_mukjizatin@ymail.com

https://doi.org/10.36052/andragogi.v8i1.113
Diterima: 05 April 2020 | Disetujui: 15 Juni 2020 | Dipublikasikan: 30 Juni 2020

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui Kompetensi Penyuluh Agama Islam dalam memelihara harmoni Kerukunan
Umat Beragama di Jakarta Selatan. Penelitian lapangan (Field Research) bersifat eksploratif menggunakan metode
deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Mengambil lokus di wilayah Jakarta Selatan. Data diambil melalui
observasi, wawancara, dokumentasi dan survey dalam bentuk kuisioner kepada penyuluh Agama Islam di wilayah
Jakarta Selatan. Data diolah secara deskriptif analisis induktif, yaitu dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus
dan menuju pada kesimpulan umum. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kompetensi Penyuluh agama Islam di
wilayah Jakarta Selatan sudah memiliki persepsi dan pemahaman yang benar dalam membangun wawasan (world
view) tentang pluralitas dan multi etnis (multikultur) serta sikap dan kerjasama yang proaktif ketika mengelola
konflik dengan mendayagunakan kearifan lokal dan meminimalisir perbedaan. (2) Intoleransi di Jakarta dalam
banyak survey menjadi tantangan bagi penyuluh Agama dalam membangun hubungan sosial dengan kelompok
binaan, sehingga penafsiran teks-teks keagamaan yang mengarah pada truth claim menganggap diri atau
kelompoknya paling benar bisa di minimalisir. (3) Bimbingan dan penyuluhan yang kontinu dan dialog lintas iman
secara berkala menjadi modal sosial untuk mencari titik temu dan solusi potensi konflik atau kekerasan antar umat
beragama atau internal umat beragama.

Kata Kunci: Kompetensi, Bimbingan, Penyuluhan, Kerukunan.

Abstract
[COMPETENCY OF ISLAMIC RELIGIOUS INSTRUCTORS IN MAINTAINING HARMONY IN RELIGIOUS
COMMUNITIES IN SOUTH JAKARTA] This study aims to determine the Competency of Islamic Religious Instructors
in maintaining harmony in Religious Communities in South Jakarta. This studi is a Field research using descriptive
analytical methods and qualitative approaches take locus in the South Jakarta area. The Data was collected
through interviews and surveys in the form of questionnaires to religious instructors in South Jakarta. The data is
processed by inductive analysis, which uses the logic of built based on specific things and leads to general
conclusions. The results showed: (1) The competence of Islamic religious instructors in the South Jakarta region
already had the right perception and understanding in building insight (world view) on plurality and multi-ethnicity
(multicultural) as well as proactive attitudes and cooperation when managing conflicts by utilizing local wisdom
and minimizing differences. (2) Intolerance in Jakarta in many surveys becomes a challenge for religious instructors
in building social relations with fostered groups, so that the interpretation of religious texts that lead to truth
claims considers themselves to be the most correct can be minimized. (3) Continuous guidance and counseling,
and periodic interfaith dialogue become social capital to find common ground and solutions for potential conflicts
or violence between religious communities or internal religious communities.

Keywords: Competency, Guidance, Counseling, Harmony

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License

458  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


PENDAHULUAN fungsional pegawai negeri yang termasuk


dalam rumpun jabatan keagamaan. Kepres ini

K onsep Penyuluhan Agama lebih


khusus dibandingkan dengan
konsep dakwah
memiliki kesamaan dengan
dakwah sebagaimana disampaikan Omar
meskipun
kemudian diikuti dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang
Pengawasan Pembangunan
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
54/KEP/MK.WASPAN/ 9/1999 tentang Jabatan
dan

(2004) bahwa ada beberapa istilah yang hampir Fungsional Penyuluh Agama dan Angka
sama dengan terminologi dakwah diantaranya Kreditnya. Dalam Keputusan tersebut,
adalah: Penerangan, pendidikan, Pengajaran dijelaskan beberapa hal terkait definisi dan
dan indoktrinasi. tugas penyuluh, rumpun jabatan, kedudukan,
Dalam dinamikanya, penyuluhan agama dan tugas pokok, bidang dan unsur kegiatan,
dikaitkan juga dengan kegiatan layanan jenjang jabatan dan pangkat, rincian kegiatan
bimbingan atau konseling (counseling), yang dan unsur yang dinilai dalam angka kredit,
bermakna sebagai suatu bentuk hubungan penilaian dan penetapan angka kredit.
antara klien dengan konselor yang memiliki Dalam operasionalisasinya, penyuluhan
pengalaman yang cukup memadai bagi agama diperlukan untuk menghadirkan
pemecahan problema yang berhubungan perubahan nyata di masyarakat berbangsa dan
dengan perkembangan seseorang dan tentang bernegara. Tentu perubahan yang dimaksudkan
cara untuk memperlancar perkembangan bukan merupakan perubahan semu apalagi
tersebut di satu pihak dan klien dipihak lain perubahan yang dipaksakan sehingga tidak
yang sedang menghadapi kesulitan, dalam akan berdampak dalam jangka panjang.
upaya mencapai solusi dan menemukan potensi Penyuluh Agama mendapatkan perhatian
dirinya ke arah perkembangan yang diinginkan dari pemerintah mengingat fungsi dan
Williamson dalam Arifin (1996). Hal yang sama tugasnya yang strategis dalam pembangunan
juga dikemukakan oleh Mubarak (2001) bahwa bangsa. Penyuluh Agama yang keberadaannya
penyuluhan agama dapat difahami sebagai hingga dipelosok tanah air memiliki peran
usaha memberikan bantuan yang bersifat penting dan secara aktif menciptakan suasana
psikologis, mental spiritual, kepada seseorang batin yang tentram dan rukun hingga akar
atau sekelompok orang yang sedang mengalami rumput.
kesulitan lahir batin dalam kehidupannya, Pelayanan keagamaan menjadi komitmen
dengan menggunakan metode/pendekatan pemerintah, negara hadir dalam upaya
agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan pemenuhan hak dan perlindungan dalam
getaran batin (iman) di dalam dirinya agar memeluk dan meyakini agama. Oleh karenanya,
mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. setiap warga negara mempunyai hak untuk
Kegiatan penyuluhan keagamaan di menginternalisasi ajaran agama sesuai dengan
Indonesia memiliki fungsi yang sangat strategis keyakinannya.
mengingat bahwa Indonesia adalah “negara Tidak dapat dipungkiri ranah agama dan
beragama” meski bukan “negara agama”. Hal keagamaan seringkali mengalami friksi
ini sesuai dengan sila pertama dari Pancasila disebabkan perbedaan paradigma dalam
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Karena itu, agama melihat persoalan agama. Dinamika sosial
mendapatkan perhatian serius agar tercipta masyarakat merupakan satu helaan nafas
kedamaian dan ketentraman dan untuk dengan kehidupan antar umat beragama,
menghindarkan kesalahpahaman ajaran agama, karena secara inheren masyarakat Indonesia
mencegah konflik internal atau antar umat menempatkan religiusitas sebagai urusan
beragama. utama sehingga menyatu dengan kehidupan
Untuk penguatan fungsi penyuluhan agama sosial.
maka diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor Secara faktual Indonesia sebagai bangsa
87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan yang majemuk baik dari etnis, suku, bahasa dan
Fungsional PNS yang antara lain menetapkan stratifikasi sosial jika tidak dikelola dengan baik
bahwa penyuluh agama adalah jabatan berpotensi menjadi hal yang destruktif. Konflik

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  459


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

yang terjadi menunjukkan betapa pemahaman beberapa karakter, berkontribusi signifikan,


agama menjadi salah satu penyebab munculnya serta dapat didukung dengan data empiris,
konflik. Agama yang idealnya menjadi perekat serta sesuai dengan kemampuan dan keinginan
sosial nyatanya menjadi bagian faktor pemicu penulis.
konflik. Peristiwa kerusuhan yang terkait SARA Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu
hingga kini masih menjadi Ancaman dan bahaya dilakukan penelitian mengenai Kompetensi
latent. Penyuluh Agama sebagai ujung tombak dalam
Jakarta sebagai ibukota memiliki membangun kesadaran harmoni masyarakat di
masyarakat yang heterogen dan tingkat wilayah Jakarta Selatan. Judul penelitian
keragaman yang tinggi, didalamnya berdiam “Kompetensi Penyuluh Agama Islam Dalam
berbagai suku, agama, ras, etnis, bahasa dan Memelihara Kerukunan Umat Beragama di
budaya. Sebagai ibukota Negara menjadi Jakarta Selatan”. Penelitian ini akan
etalase toleransi kehidupan antar masyarakat, mengeksplorasi Materi dan metode
namun dilapangan masih banyak ditemui aksi- Penyuluhan yang berkaitan dengan Kerukunan
aksi intoleran akibat dari pengaruh pilkada dan Umat Beragama dan Pelaksanaan bimbingan
pilpres dan ditenggarai kurangnya peran dan Penyuluhan di wilayah Binaan Penyuluh
pemerintah daerah. agama di Jakarta Selatan.
Setara Institute merilis, hasil penelitian Penelitian ini dibatasi pada bagaimana
yang sangat mengejutkan, mengukur praktek kompetensi penyuluh Agama dalam memelihara
toleransi di 94 kota Indonesia tahun 2018 harmoni Kerukunan umat beragama, materi dan
dengan judul “Jakarta Masih Masuk dalam 10 metode penyuluhan yang berkaitan dengan
Kota dengan Nilai Toleransi Rendah". hasil kerukunan umat beragama dan upaya
penelitian ini, terdapat empat aspek yang bimbingan dan penyuluhan Agama dalam
diukur, yaitu regulasi pemerintah kota, penguatan toleransi antar dan intern umat
tindakan pemerintah, regulasi sosial, dan untuk merekatkan Kerukunan Umat Beragama?
demografi agama (http://setara- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
institute.org/indeks-kota-toleran-tahun- kompetensi penyuluh Agama Islam di Jakarta
2017). Selatan dalam memperkuat harmoni kehidupan
Atas dasar fenomena di atas, kerukunan keagamaan dan pelayanan Keagamaan yang
antar umat beragama dan intern umat berkeadilan dan merata tentang Kerukunan
beragama menjadi pilar penting untuk Umat Beragama yang berkaitan dengan isu
memelihara harmoni kehidupan keagamaan intoleransi di DKI Jakarta.
dan Penyuluh Agama sebagai “perpanjangan
tangan negara” mempunyai tanggung jawab Kajian Teoretis
untuk mengokohkan persatuan dalam bingkai
1. Fungsi dan Peran Penyuluh Agama
kebhinekaan. Fenomena ini sangat menarik
Sebagaimana dipaparkan oleh Misra ada
untuk di teliti agar mendapatkan gambaran
empat hal yang harus diwujudkan dalam setiap
tentang kompetensi penyuluh Agama di DKI
Penyuluhan pembangunan adalah : Menghargai
Jakarta dalam menginternalisasikan kerukunan
sesama secara manusiawi, Bebas dari tirani,
Umat untuk memelihara harmoni kehidupan
dan Kehidupan masyarakat yang memiliki
keagamaan.
“sense of belonging” yang tinggi. Hampir
Ruang lingkup penelitian adalah wilayah
serupa, Todaro (diacu dalam Ndraha),
Jakarta Selatan dengan pertimbangan bahwa
menyebutkan terjadinya suatu pembangunan
heterogenitas masyarakat Jakarta Selatan
bila mampu memenuhi kebutuhan dasar (life
sebagai miniatur Jakarta, semua suku bangsa,
sustenance), menjadi manusia (self-esteem),
agama, kepercayaan, budaya, kelas sosial
dan memiliki (freedom from servitude).
ekonomi dan keragaman latar pendidkan dan
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
mata pencahariannya. Hubungan antar umat
bahwa pembangunan selain harus mewujudkan
beragama terkadang mengalami ketegangan
ketersediaan fisik juga menyiapkan mental
dan potensial terjadi disharmoni. Selanjutnya,
manusianya agar menjadi manusia seutuhnya
permasalahan dalam penelitian ini mempunyai
(Misra, 1991).

460  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


Konsep dakwah memiliki cakupan dan Ranah Agama dan keberagamaan menjadi
dimensi yang lebih luas bila dibandingkan instrumen penting menyangkut kemaslahatan
dengan konsep penyuluhan agama. Hal ini bisa berbangsa dan bernegara baik dibidang sosial,
kita telusuri mulai dari pengertian dakwah ekonomi, budaya, bahkan ranah politik.
menurut bahasa yang berarti ajakan, seruan, Meskipun tidak dapat dipungkiri seringkali
panggilan, undangan (Omar, 2004). Maupun mengalami kontroversi karena perbedaan
secara istilah, di mana dakwah menurut Hasyimi paradigma dalam melihat persoalan agama.
(1994) adalah mengajak umat untuk meyakini Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. An-
dan mengamalkan akidah dan syariah Islam Nahl/16: 125:
َ َْ َ ْ ْ ْ َ ٰ ُ ُْ
ْ‫الحك َم ِّْةْ َوال َْم ْو ِّعظ ِّْةْالح َسن ِّْة‬ ْ ‫لْ َر ِّب‬
ْ ِّ ‫عْ ِّالىْ َس ِّب ْي‬
yang terlebih dahulu diyakini dan diamalkan
oleh pendakwah itu sendiri. Menurut Amin ِّ ‫كْ ِّب‬ ْ ‫اد‬
َ ْ َ ُ َ ََّ َّ ُ َ ْ َ َّ ْ َ
ْ ْ ‫كْه َْوْاعل ُْمْ ِّب َم‬ ْ ‫َوج ِّادل ُه ْْمْ ِّبال ِّت ْْيْ ِّه َْيْاحس‬
(2008), dakwah adalah aktivitas yang
dilakukan secara sadar dan sistematis dalam ْ‫ن‬ ْ ‫نْرب‬ ْ ‫نْ ِّا‬
َ ْ َْ َ ُ َ َّ َ
ْ َ ‫نْ َس ِّب ْي ِّل ْهْ َوه َْوْاعل ُْمْ ِّبال ُم ْهت ِّد ْي‬ ْ ْ ‫لْع‬
rangka menyampaikan pesan-pesan agama
Islam dan menjalankannya dengan baik, dalam ْ(ْ‫ن‬ ْ‫ض‬
kehidupan individual maupun masyarakat untuk
mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia ْ )125ْ:16/‫النحل‬
maupun di akhirat dengan menggunakan
berbagai media dan metode tertentu. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
Dalam konteks keagamaan, penyuluhan dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
agama dilakukan oleh berbagai agama yang berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
dianut di Indonesia, di mana juru baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
penerangsuatu agama memberikan penerangan lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-
kepada umatnya yang membutuhkan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa
bimbingan hidup agar sesuai dengan tujuan dari yang mendapat petunjuk”
agama yang dianutnya tersebut. Dalam agama
Kristen dikenal dengan nama missi dan zending, Masyarakat yang masih menjunjung tinggi
dalam agama Buddha disebut menebar norma dan tradisi (kearifan lokal) disinyalir
kabajikan dan lain sebagainya. mempunyai tingkat kohesi yang tinggi. Schmitt
Agama sebagai “guidance” pemeluknya menjelaskan kohesi sosial dipandang sebagai
untuk dapat hidup berdampingan secara karakter masyarakat dalam kaitannya dengan
mutualisme menjadi satu tarikan nafas dengan hubungan antara individu, kelompok, dan
dinamika sosial kemasyarakatan dalam lembaga-lembaga asosiasi dan proses
kehidupan antar umat beragama karena pengembangan masyarakat yang sedang
penduduk Indonesia menempatkan relegiusitas berlangsung nilai-nilai bersama, tantangan
sebagai urusan utama sehingga menyatu bersama dan kesempatan yang setara dalam
dengan kehidupan sosial. Sebagaimana Firman masyarakat berdasarkan sikap percaya, harapan
Allah dalam Q.S. Ali Imran/3:104. dan interaksi timbal balik di antara masyarakat.

َ ْ َْ َ َ ْ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َْ
Dalam penjelasannya lebih lanjut Schmitt
ْ‫ن‬ْ ‫ن ْ ِّالى ْالخ ْي ِّْر ْ َو َيأ ُم ُر ْو‬ ْ ‫ن ْ ِّمنك ْْم ْاَّمةْ َّْيدعو‬ْ ْ ‫َولتك‬ mengatakan kohesi sosial dipandang sebagai
karakter masyarakat yang berkaitan dengan
ُ َ ٰۤ ُ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ََْ ْ ْ
ْ‫ك ْه ُْم‬ ْ ‫رْ ْواول ِٕى‬ ِّْ ‫ن ْال ُمنك‬
ْ ِّ ‫ن ْع‬
ْ ‫ف ْوينهو‬ ْ ِّ ‫ِّبال َمع ُر ْو‬ hubungan antara unit-unit sosial seperti
individu, kelompok, dan lembaga-lembaga
ٰ َ ْ ُ ْ ْ
ْ ‫ال ُمف ِّلحو‬
asosiasi, selain itu kohesi sosial bermakna
ْ )104ْ:3/‫نْ(ْالْعمران‬
proses pengembangan masyarakat yang sedang
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan berlangsung meliputi nilai-nilai kebersamaan,
orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh tantangan dan kesempatan yang setara dalam
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang masyarakat berdasarkan sikap percaya,
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
harapan di antara masyarakat (Schmitt, 2002).
beruntung”
Dalam tulisan ini akan diuraikan terlebih
dahulu istilah-istilah yang berhubungan dengan
judul penelitian mengenai: “Kompetensi

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  461


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

Penyuluh Agama Islam Dalam Memelihara Kompetensi menurut Suhendra adalah


Harmoni Kerukunan Umat Beragama di Jakarta “suatu kegiatan yang berkesinambungan,
Selatan”. dinamis, secara sinergis mendorong
Kompetensi merupakan suatu konsep yang keterlibatan semua potensi yang ada secara
berhubungan dengan pekerjaan seseorang. evolutif dengan keterlibatan semua potensi”
Sekurangnya ada dua kelompok definisi terkait (Suhendra, 2006). Kompetensi dapat
kompetensi ini. Pertama, bahwa kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, sikap,
dibangun dari karakteristik seseorang yang keterampilan, karakteristik pribadi yang sangat
dipersiapkan untuk menjalankan pekerjaan penting guna mencapai keberhasilan dalam
(baik tugas maupun tuntutan profesi) secara suatu pekerjaan. Kompetensi adalah merupakan
efektif, dan efisien sehingga tolok ukurnya suatu sifat yang dihubungkan dengan kriteria
berupa kesiapan kerja seseorang menjadi unsur efektivitas atau kinerja yang sangat baik dalam
yang dominan. Hal ini sebagaimana suatu pekerjaan (Spencer & Spencer, 1993).
disampaikan oleh Spencer & Spencer (1993), Spencer (1993) menyatakan bahwa kompetensi
Imran dan Ganang (1999) diacu dalam merupakan karakter dan selamanya ada pada
Winaryanto, Sahirul, & Yunasaf (2011) maupun kepribadian seseorang dan dapat diprediksi
Culp, McKee, & Nestor (2007). tingkah laku dan performance pada semua
Kedua, memberikan penekanan khusus situasi dan job tasks. Hal ini diperkuat oleh
bahwa kompetensi terdiri dari perpaduan Bergerhenegouwen dan Marshall yang
berbagai unsur seperti karakteristik personal, menyatakan bahwa kompetensi merupakan hal
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang yang paling sulit ditiru, dikarenakan
sangat dibutuhkan seseorang dalam melakukan karakteristiknya yang memang berbeda dan
pekerjaannya. definisi kedua ini didukung oleh spesifik bagi masing-masing individu. Dengan
Klausmeier & Goodwin (1966), Stone dan demikian, dapat dinyatakan bahwa kompetensi
Beiber (1997), Cooper & Graham (2001), Penyuluh Agama merupakan cerminan
Wisher diacu dalam Kurniawan dan Jahi (2005), kepribadian seseorang baik berupa sikap,
Lucia dan Lepsinger 1999 diacu dalam Marius et pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
al.(2007), D.W. Sue dan Davis Sue 2008 diacu sehingga dapat memprediksikan kinerja atau
dalam Minami (2009), Namdar, Rada, & performanya.
Karamidehkordi (2010). Dengan demikian, konsep dasar
Kompetensi seseorang menurut Spencer & kompetensi adalah kemampuan individu yang
Spencer (1993) memiliki lima karakteristik, terdiri dari pengetahuan, keterampilan, sikap,
yaitu : Motives, Traits, Self concept, motivasi, pendidikan, bidang keahlian dan
Knowledge, dan Skill. Dari ke lima aspek pengalaman yang dipersiapkan untuk
tersebut, pengetahuan (knowledge) dan menghadapi pekerjaannya secara efektif dan
keterampilan (skill) sifatnya dapat dilihat efisien.
(visible) dan mudah dikembangkan. Sedangkan Beberapa definisi terkait penyuluh
konsep diri (self concept), watak (traits) dan disebutkan dalam perundang-undangan.
motif (motives) sifatnya tidak tampak (hidden) Sebagaimana dalam peraturan menteri sosial
dan lebih sulit untuk dikembangkan. No. 10 tahun 2014 tentang penyuluhan sosial,
Brewerton (2004) diacu dalam Rutherford definisi penyuluh sosial adalah seseorang yang
(2004) menjelaskan seseorang tidak hanya mempunyai tanggung jawab dan wewenang
menggunakan satu buah kompetensi dalam untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan sosial
satu kurun waktu, namun dapat menggunakan bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
beragam kompetensi secara serempak yang Dalam Peraturan Menpan RB No. 3 Tahun 2014
merupakan kombinasi antara kompetensi tentang Jabatan Fungsional Penyuluh hukum
khusus dan kompetensi kunci. Menurutnya, dan angka kreditnya definisi penyuluh Hukum
kompetensi terbagi dalam dua kelompok besar, adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi
yaitu Specific competencies (kompetensi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
khusus) dan Key competencies (kompetensi secara penuh untuk melakukan kegiatan
kunci). penyuluhan hukum.

462  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 Dalam pasal yang sama disebutkan bahwa
Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, penyuluh agama ahli terbagi menjadi 3 jenis,
Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa yaitu:
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan 1. Penyuluh agama muda,
adalah pegawai negeri sipil yang selanjutnya 2. Penyuluh agama madya, dan
disebut penyuluh yang diberi tugas, tanggung 3. Penyuluh agama utama.
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Pengklasifikasian pada penyuluh agama
pejabat yang berwenang pada satuan organisasi fungsional ini ditujukan untuk memberikan arah
lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan orientasi pembinaan dan cakupan sasaran
untuk melakukan kegiatan penyuluhan. penyuluhan.Tujuan akhirnya agar dapat
Keputusan Menkowasbangpan No. 54 tahun diwujudkan pembinaan yang holistik dan
1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh terarah kepada masyarakat.
Agama dan Angka Kreditnya, Penyuluh Agama Penyuluh Agama adalah merupakan
adalah Penyuluh Agama Fungsional dan Pegawai Negeri Sipil yang berkedudukan pada
Penyuluh Agama honorer. Penyuluh Agama instansi pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Fungsional merupakan Pegawai Negeri Sipil Agama, dengan tugas pokok melaksanakan
yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang bimbingan penyuluhan keagamaan dan
dan hak secara penuh oleh pejabat yang pembangunan melalui bahasa agama kepada
berwenang untuk melaksanakan bimbingan masyarakat.
atau penyuluhan agama dan pembangunan Harmoni adalah keselarasan. Dalam
kepada masyarakat melalui bahasa agama. beberapa bahasa,harmoni disebut armonía
Dari beberapa definisi tersebut nampak (Spanyol & Italia), harmonie (Perancis dan
jelas seluruh penyuluh memiliki bidang khusus Jerman), zusammenklang (Jerman). Dalam
sebagai bidang garapannya, kecuali penyuluh kamus besar bahasa indonesia harmoni
agama yang umum. Kekhususannya hanya merupakan kesamaan rasa, aksi, gagasan dan
dibatasi pada pendekatannya saja dalam minat; selaras; dan serasi (Asry, Hakim,
memberikan penyuluhan yaitu menggunakan Ruhana, & Khalikin, 2013).
bahasa agama. Ini jelas di satu sisi Istilah “kerukunan” dalam Kamus Besar
menguntungkan karena dapat bertugas di Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh
berbagai bidang, namun di sisi lain Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
memberatkan akibat ketidakjelasan dari konsep diartikan sebagai “hidup bersama dalam
maupun operasionalisasinya. Hal mana hanya masyarakat dengan “kesatuan hati” dan
bisa diatasi dengan perincian tugas selengkap- “bersepakat” untuk tidak melakukan
lengkapnya dalam peraturan di bawahnya perselisihan dan pertengkaran”. Kerukunan
(misalnya peraturan menteri dan seterusnya). adalah istilah yang bermakna “baik” dan
Sebagai bentuk peran formal, penyuluh “damai”. Intinya, hidup bersama dalam
agama fungsional dibagi menjadi 2 (tiga) masyarakat dengan “kesatuan hati” dan
klasifikasi, yaitu: penyuluh agama terampil “bersepakat” untuk tidak menciptakan
(pengangkatan dengan latar belakang perselisihan dan pertengkaran.
pendidikan setara diploma) dan penyuluh Dalam pasal 1 angka (1) peraturan bersama
agama ahli (pengangkatan dengan latar Menteri Agama dan Menteri Dalam No. 9 dan 8
belakang pendidikan setara sarjana). Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sebagaimana keputusan Menkowasbangpan tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah
No. 54 tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional dalam pemeliharaan kerukunan umat
Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya (pasal beragama, pemberdayaan forum kerukunan
6), penyuluh agama terampil terbagi menjadi 3 umat beragama, dan pendirian rumah ibadat
jenis, yaitu ; dinyatakan bahwa: Kerukunan umat beragama
1. Penyuluh agama pelaksana, adalah hubungan sesama umat beragama yang
2. Penyuluh agama pelaksana lanjutan, dan dilandasi toleransi, saling pengertian, saling
3. Penyuluh agama penyelia. menghormati, menghargai kesetaraan dalam
pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  463


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa penyuluhan ini bukan hanya terhadap


dan bernegara berdasarkan Pancasila dan pembinaan umat Islam saja, namun meluas
Undang-Undang Dasar Negara Republik kepada umat agama yang lain. Kegiatan
Indonesia Tahun 1945. Mencermati pengertian pembinaan rohani ini kemudian meningkat
kerukunan umat beragama, tampaknya kepada pembinaan karyawan dan keluarganya
peraturan bersama di atas mengingatkan yang diselenggarakan baik di kantor-kantor
kepada bangsa Indonesia bahwa kondisi ideal maupun komplek-komplek perumahan, di
kerukunan umat beragama, bukan hanya rumah-rumah para pejabat, di pendopo maupun
tercapainya suasana batin yang penuh toleransi tempat lainnya. (Departemen Agama Kantor
antar umat beragama, tetapi yang lebih utama Wilayah Jawa Barat 2009). Kini kegiatan
adalah bagaimana bisa saling bekerjasama. penyuluhan sudah menjadi kebutuhan bagi
Kerukunan Umat Beragama merupakan masyarakat, terutama untuk meningkatkan
kondisi dimana antar umat beragama dapat pengamalan agama yang bersentuhan langsung
saling menerima, saling menghormati dengan aktifitas hidup sehari-hari.
keyakinan masing-masing, saling tolong Dengan demikian, tugas penyuluh agama
menolong, dan bekerjasama dalam mencapai bukan semata-mata melaksanakan penyuluhan
tujuan bersama. Hal ini, mengingatkan bahwa agama dalam arti sempit berupa pengajian,
kondisi ideal kerukunan umat beragama, bukan akan tetapi seluruh kegiatan penerangan baik
hanya tercapainya suasana batin yang penuh berupa bimbingan maupun penerangan
toleransi antar umat beragama, tetapi yang berbagai program pembangunan. Tugas pokok
lebih penting adalah bagaimana mereka bisa bimbingan dan penyuluhan sesungguhnya
saling bekerjasama. Kerukunan bukan hanya memiliki keterkaitan erat dengan peran
berlaku dalam dunia pergaulan. Namun penyuluh agama di masyarakat dengan
Kerukunan antar umat beragama adalah cara kompetensi yang diharapkan sesuai kebutuhan
untuk mempertemukan, mengatur hubungan kelayan.
antara orang yang tidak seagama atau antara Adapun fungsi penyuluh agama di
golongan umat beragama dalam kehidupan antaranya meliputi membimbing umat dalam
sosial kemasyarakatan. menjalankan ajaran agama, menyampaikan
gagasan-gagasan pembangunan kepada
2. Operasional Tugas dan Fungsi Penyuluh masyarakat dengan bahasa agama, serta
Agama meningkatkan kehidupan umat beragama
Dalam operasionalisasinya, penyuluhan (Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi
agama diperlukan untuk menghadirkan Jawa Barat, 2009b). Secara ringkas dapat
perubahan nyata di masyarakat berbangsa dan dikemukakan bahwa fungsi penyuluh agama
bernegara. Tentu perubahan yang dimaksudkan selama ini diarahkan untuk peningkatan
bukan merupakan perubahan semu apalagi kualitas internal umat beragama, menjadi
perubahan yang dipaksakan sehingga tidak penyambung suara pemerintah kepada
akan berdampak dalam jangka panjang. Selain masyarakat di bidang keagamaan dan secara
itu perlu kiranya mewujudkan mental manusia eksternal ikut berkontribusi dalam menjaga
yang memanusiakan manusia, menghargai kerukunan umat beragama.
potensi pengembangan diri, mampu Peran penyuluh agama dalam prakteknya
bekerjasama, mandiri, dan berkelanjutan tidaklah bersifat tunggal yaitu hanya sebagai
menuju masyarakat sejahtera lahir dan bathin. motivator pembangunan, namun juga meluas
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan ke berbagai peran strategis lainnya. Pada
isemakin tumbuh subur dalam masyarakat awalnya peran penyuluh sebagai penerang bagi
sehingga timbul badan-badan atau organisasi masyarakat, namun seiring kebutuhan,
pembinaan rohani baik secara struktural resmi berkembang antaranya sebagai; analis, advisor,
maupun tidak resmi yang kemudian dikenal advokator, dan inovator (Santopolo & Gallaher,
dengan nama Binroh, Babinrohis, Bintal, 1967).
Rawatan Rohani dan sebagainya. Dengan Lebih kompleks lagi kontribusi
demikian, semakin meluaslah kegiatan pembangunan mengharuskan penyuluh agama

464  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


untuk dapat berperan sebagai perencana tingkat sekularisasi, dan status sosial dan latar
program (dari sebagai manajer program sampai belakang ekonomi.
ke tahapan evaluasinya (Swanson, Bentz, & Hasil Survei Wahid Foundation menemukan
Sofranko, 1997), fasilitator dan pendidik (Ife, sejumlah data yang dinilai cukup
2002), Agen perubahan, perantara, pendidik, mengkhawatirkan. Dari total 1.520 responden,
tenaga ahli, perencana sosial, advokat dan sebanyak 59,9 persen memiliki kelompok yang
sebagai aktivis (Adi, 2003), sebagai fasilitor, dibenci, responden adalah umat Islam berusia di
pendidik, utusan, teknikal (Nasdian, 2003), atas 17 tahun atau sudah menikah dan survey
katalis, pemberi solusi, penolong proses dan menggunakan metode random sampling
penghubung sumberdaya (Valera, Martinez, & dengan margin error sebesar 2,6 persen dan
Plopino, 1987) pengembangan kebutuhan tingkat keyakinan 95 persen . Kelompok yang
sebagai agen perubahan bertugas untuk dibenci meliputi mereka yang berlatarbelakang
menggerakkan masyarakat melakukan agama non muslim, kelompok tionghoa,
perubahan dan membina hubungan dengan komunis, dan lainnya. Sebanyak 7,7 persen
masyarakat sasaran binaan (Lippitt , Watson, & yang bersedia melakukan tindakan radikal bila
Westley, 1958), serta berbagai peran lainnya ada kesempatan dan sebanyak 0,4 persen justru
baik yang berkaitan dengan administrasi, pernah melakukan tindakan radikal. Penyebab
konten, program, sumber daya maupun terjadinya intoleransi dan radikalisme di tubuh
berkaitan dengan kelayan. umat Islam Indonesia selain ideologi ialah
Melaksanakan penyuluhan agama alienasi dalam sektor sosial dan ekonomi.
merupakan salah satu tugas pokok penyuluh Setara Institute bekerjasama dengan UKP-
agama. Dalam hal ini penyuluh agama PIP atas 94 kota, 10 kota mendapatkan skor
memberikan layanan penyuluhan tatap muka toleransi terendah, yaitu DKI Jakarta dengan
kepada kelompok binaannya baik kelompok skor 2,30, Banda Aceh 2,90, Bogor 3,05,
binaan masyarakat umum maupun kelompok Cilegon 3,20, Depok 3,30, Yogyakarta 3,40,
binaan khusus yang telah menjadi kelompok Banjarmasin 3,55, Makassar 3,65, Padang
binaan tetapnya.Tugas yang lainnya yaitu 3,75, dan Mataram 3,78. Berdasarkan kajian
memberikan bimbingan konsultasi baik teknis yang menilai enam parameter, yakni Rencana
maupun non teknis kepada personal dan Pembangunan Jangka Menengah Daerah
organisasional. (RPJMD), kebijakan diskriminatif, tindakan
nyata pemerintah kota, pernyataan pemerintah
3. Penelitian Terdahulu yang Relevan kota, peristiwa pelanggaran kebebasan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia beragama atau berkeyakinan, dan demografi
(LIPI) melalui Kedeputian Bidang Ilmu penduduk berdasarkan agama tahun 2010, DKI
Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) Jakarta berada diposisi paling buncit dengan
selama tahun 2018 melakukan penelitian skor 2,30 dari angka tertinggi 7. DKI Jakarta
tentang intoleransi dan radikalisme di sembilan mendapatkan skor toleransi terendah karena
provinsi di Indonesia. Temuan tersebut sepanjang November 2016 sampai Oktober
menunjukkan intoleransi terhadap kelompok 2017 setidaknya ada 14 peristiwa yang
agama dan etnik yang berbeda lebih banyak berhubungan dengan pelanggaran kebebasan
terjadi dalam kehidupan politik dalam beragama dan berkeyakinan yang terjadi di Ibu
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh adalah Kota. DKI turun dari peringkat 65 dalam IKT
penggunaan isu-isu keagamaan dalam tahun 2015, menjadi peringkat 94 atau skor
kontestasi politik di sejumlah daerah. Survey terendah pada IKT tahun 2017, hal itu
dilakukan untuk mengukur bagaimana disebabkan penguatan intoleransi dan politisasi
identifikasi agama dan etnik berpengaruh identitas keagamaan. Penduduk Jakarta juga
terhadap intoleransi dan radikalisme dengan diberikan image menjadi penduduk intoleran
menggunakan beberapa variabel, seperti karena relasi sosial yang buruk.
perasaan terancam, fanatisme keagamaan, Memperbaiki relasi sosial untuk memelihara
ketidakpercayaan, penggunaan media sosial, harmoni dan masalah toleransi menjadi
pekerjaan rumah terutama bagi Penyuluh

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  465


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

agama terkait dengan tugas dan fungsinya dan aspek lain yang dikategorikan sebagai
memberikan penguatan kerukunan kehidupan modal sosial dalam masyarakat (Heyneman,
keagamaan dan layanan keagamaan yang adil 2005).
dan merata. Sumber penelitian berupa sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data
METODE PENELITIAN primer, merupakan hasil observasi, in-depth
Penelitian ini bersifat eksploratif dan interview,Angket/survey, dokumentasi dari
deskriptif analitis dengan pendekatan Pokjaluh DKI Jakarta dan materi penyuluhan
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975), terkait dengan kerukunan Umat Beragama.
pendekatan kualitatif merupakan prosedur Informan pada komunitas Penyuluh PNS yang
penelitian yang menghasilkan data deskriptif terdiri dari; Penyuluh Pertama, Penyuluh Muda,
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- Penyuluh Madya, Ketua Pokjaluh dan institusi
orang dan prilaku yang dapat diamati pembina di Kanwil Kementerian Agama DKI
(Moleong, 1991). Analisis data yang digunakan Jakarta. Adapun sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah logika induktif, menggunakan beberapa buku, jurnal dan
yaitu menggunakan logika berpikir di mana majalah serta berita-berita yang ada di surat
silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal kabar yang terkait dengan isu yang akan
khusus atau data di lapangan dan bermuara diteliti.
pada kesimpulan umum (Bungin, 2011). Studi Dokumentasi dilakukan di awal saat
Prosedur penelitian ini dilaksanakan untuk proses dan pasca pengumpulan data lapangan
memperoleh gambaran tentang kompetensi sebagai pengayaan bagi temuan lapangan.
penyuluh Agama di wilayah Jakarta Selatan Perubahan selama ada di lapangan sangat
dalam memelihara harmoni kerukunan umat. dimungkinkan selaras dengan perkembangan
Secara spesifik penelitian ini akan menelaah permasalahan yang terjadi.
beberapa variabel pada kompetensi penyuluh Pengumpulan Data berfokus pada
Agama Islam dalam bimbingan dan penyuluhan “persepsi”, “sikap” dan “kerjasama”, dijelaskan
untuk penguatan dan internalisasi toleransi melalui beberapa indikator yaitu Toleransi,
antar dan intern umat beragama dalam Kesetaraan dan kerjasama yang dirumuskan
merekatkan Kerukunan Umat Beragama terkait melalui item-item pertanyaan dalam kuesioner.
dengan isu intoleran masyarakat DKI Jakarta. Penggunaan kuesioner sebagai instrumen
penelitian ini dimaksudkan untuk memahami dalam mengumpulkan data tentang kohesi
fenomena yang terjadi pada subjek penelitian sosial dan modal sosial (Social Capital) serta
dengan cara mendeskripsikan kompetensi modal manusianya (Human Capital). Data akan
Penyuluh Agama dalam salah satu tugas dan diklasifikasi ke dalam tiga variabel, yang
Fungsinya memelihara harmoni dan mencegah kemudian dirinci ke dalam iten-item
sikap intoleran sehingga diharapkan tercipta pertanyaan. Masing-masing variabel ini
kondisi ideal kerukunan umat beragama. kemudian diurutkan secara rangking ke dalam
Dalam melihat fenomena intoleransi dan lima tingkatan, yaitu dari yang paling tidak
potensi disharmoni di wilayah Jakarta Selatan, rukun sampai pada yang harmonis. Teknik
penelitian ini menggunakan teori Kohesi sosial pengumpulan data yang dilakukan adalah:
yang memiliki dua dimensi cakupan yaitu:
Dimensi pertama; ketidaksetaraan yang berupa a. Observasi
praktik diskriminasi berdasarkan Ras, gender, Observasi dilakukan untuk mengamati
umur, strata sosial, etnis, disabilitas dan secara langsung kegiatan Bimbingan dan
kebangsaan. Eksklusi sosial juga termasuk Penyuluhan serta kesesuaiannya dengan materi
didalamnya, hal ini dapat berupa kemiskinan tentang kerukunan beragama dan interaksi
(eksklusi dari partisipasi bidang ekonomi), antara Penyuluh dengan masyarakat binaan.
marginalisasi sosial (eksklusi dari patisipasi Observasi ini diarahkan untuk memahami
kegiatan sosial atau organisasi sosial). Dimensi setting Religious Social engineering serta
Kedua; modal sosial yang fokus pada penguatan kondisi sosial masyarakatnya. Begitu juga
hubungan sosial, interaksi, relasi, kearifan lokal dengan memahami kondisi sosiologis
masyarakat yang beragam yang terjadi di

466  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


tengah-tengah masyarakat, serta memahami yang bersifat interaktif. Kegiatan analisis


kemungkinan-kemungkinan terjadinya konflik selama pengumpulan data dimaksud, untuk
sosial yang bisa jadi disebabkan oleh menetapkan fokus di lapangan, menyusun
pemahaman teologis yang berbeda dan temuan sementara, pembuatan rencana
implikasi-implikasinya dalam konteks pengumpulan data berikutnya, pengembangan
penyuluhan agama di masyarakat. pernyataan-pernyataan analitis dan penetapan
b. Wawancara sasaran-sasaran data berikutnya. Kemudian
wawancara mendalam (in-depth interview) dari pengumpulan data (data collection)
Untuk mendapatkan informasi dari informan. tersebut, direduksi (data reduction) sebagai
Teknik wawancara tak terstruktur merupakan upaya pemilihan pemusatan perhatian pada
teknik wawancara yang dipilih dalam penelitian penyederhanaan, dan mendiskripsikan data-
ini. Teknik pengumpulan data dengan data lapangan.
wawancara tak terstruktur, menurut Deddy Dalam proses reduksi data, dilakukan
Mulyana (2002), wawancara tak terstruktur pemilihan atau pemetaan dengan membuat
memungkinkan informan dapat mendefinisikan kategori-kategori berdasarkan permasalahan
diri dan lingkungannya dengan menggunakan yang diteliti. Langkah selanjutnya menyajikan
istilah-istilahnya sendiri tentu saja berdasarkan informasi atau data yang disusun untuk
struktur sosial dan pemahaman keagamaan dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan
keragaman latar. Model ini relevan dengan juga di verifikasi selama kegiatan penelitian
penelitian yang dilaksanakan. berlangsung di lapangan, sehingga akan jelas
bagaimana karakteristik data tersebut secara
c. Survey valid.
Survey/angket dilakukan dengan metode Persepsi, sikap dan kerjasama tiga dimensi
Purposive Sampling, ditentukan kelayakan yang ini dilakukan pembobotan, mulai dari yang
menjadi sampel, agar objektif ditentukan paling rendah sampai yang paling tinggi.
berdasar populasi jumlah penyuluh dan sebaran Responden diminta untuk memilih salah satu
penduduk. Diharapkan dengan metode ini akan dari 4 jawaban. Jawaban tersebut diberi nomor
diperoleh akurasi data. secara berurut mulai dari no.1 sampai no.4.
d. Dokumentasi keempat jawaban yang ada tentu saja tidak
Melengkapi berbagai teknik diatas, studi memperlihatkan arti apa-apa bagi responden
dokumentasi diperlukan terutama untuk selain bahwa mereka diminta untuk memilih
memperkaya landasan-landasan teoretis dan satu saja jawaban yang dirasa sesuai dengan
eksplorasi data masa lalu yang berkaitan pandangan, pendapat dan persepsi mereka.
dengan tema dalam penelitian ini. Yaitu, Penomoran jawaban tersebut sekaligus
pengumpulan data berdasarkan dokumen memberikan bobot, yang mengindikasikan
tertulis berupa materi penyuluhan, regulasi atau potensi kerukunan pada diri para responden.
kebijakan tertentu. Kaitannya dengan fokus Ketiga dimensi di atas bisa menggambarkan
penelitian ini, metode dokumentasi digunakan kecenderungan-kecenderungan dalam
untuk mengungkapkan data tentang kaitannya dengan kerukunan hidup beragama.
implementasi pembinaan dan bimbingan “Persepsi” dalam hal ini berkaitan dengan
penyuluhan dan implikasinya terhadap interaksi penilaian pemeluk suatu agama terhadap
masyarakat di DKI Jakarta. pemeluk agama lainnya dalam berbagai segi
Prosedur analisis data yang digunakan kehidupan sosial mereka. Persepsi ini
dalam penelitian ini adalah mengacu pada disamping dipengaruhi oleh unsur-unsur yang
prosedur analisis data Miles & Hubermen, bersifat normatif, seperti pemahaman agama,
(1992). Menurut Milles dan Hubermen, analisis juga dipengaruhi oleh event-event sosial yang
data dalam penelitian kualitatif, secara umum mengelilingi kehidupan mereka. Sementara itu
dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, “sikap” dan “kerjasama” adalah unsur-unsur
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau yang berkaitan dengan tindakan sosial
verifikasi. Dalam prosedur ini sekaligus masyarakat beragama. Ketiganya dijadikan
mencerminkan komponen-komponen analisis

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  467


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

sebagai indikator kerukunan, yaitu toleransi, Topografi Wilayah Jakarta Selatan pada
solidaritas dan kerjasama. umumnya dapat dikategorikan sebagai daerah
Selain ketiga dimensi kerukunan di atas, perbukitan rendah dengan tingkat kemiringan
survei ini juga mengidentifikasi identitas 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata mencapai 5-
responden, ari sisi pengetahuan yang dimiliki 50 meter di atas permukaan laut. Pada wilayah
responden. Variable lainnya berkaitan dengan bagian selatan, banjir kanal relatif merupakan
pengetahuan responden tentang hal-hal yang daerah perbukitan jika dibandingkan dengan
berkaitan dengan kehidupan antarumat wilayah bagian utara.
beragama. Selain itu, juga mengeksplor Kota Jakarta Selatan terdiri dari 10
pengetahuan tentang pemahaman ajaran kecamatan dengan jumlah penduduk
agama responden dalam hal hubungan mereka 2.141.941 jiwa, yang terdiri dari 1.077.327
dengan umat yang berasal dari agama lain. jiwa dengan jenis kelamin laki-laki dan
Dengan cara ini diharapkan bisa tergambar 1.064.614 jiwa perempuan.
pola hubungan. Hubungan yang dimaksud Jumlah penduduk terpadat berada di
berkaitan dengan tingkat keintiman (intimacy) Kecamatan Jagakarsa dengan jumlah penduduk
atau bahkan sebaliknya kebencian yang 345.176 jiwa dan yang terjarang adalah
menyertainya. Dengan kata lain, kerukunan Kecamatan Setiabudi dengan jumlah penduduk
hubungan antarumat beragama ini akan diukur 134.936 jiwa.
melalui seberapa jauh para pemeluk agama
Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Pemeluk
menentukan jarak sosial mereka terhadap para
Agama
pemeluk agama lainnya. Apakah hubungan
Agama Jumlah %
antar pemeluk agama tersebut berjalan normal
Islam 1.763.888 83.25
dalam artian tidak disertai adanya prejudice Katholik 140.083 6.54
atau bahkan kebencian atau sikap lainnya yang Protestan 127.231 5.94
bisa memunculkan ketegangan atau bahkan Budha 28.488 1.33
konflik. Dalam bahasa yang lebih sederhana, Hindu 82.251 3.84
Jumlah 2.141.941 100.00
penelitian survei ini melihat sejauhmana
keharmonisan menyertai hubungan mereka.
Data pegawai yang ada di lingkungan
TEMUAN DAN PEMBAHASAN Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
1. Temuan Selatan berdasarkan Jabatan Struktural dan
a. Profil Kementerian Agama Kota Jakarta Fungsional sebagaimana disajikan dalam Tabel
Selatan 2.
Jakarta Selatan terletak pada 106’22’42 Tabel 2. Data Pegawai Kementerian Agama
Bujur Timur (BT) s.d. 106’58’18 BT, dan Kota Jakarta Selatan
5’19’12 Lintang Selatan (LS). Luas Wilayah Jabatan Jumlah
sesuai dengan Keputusan Gubernur KDKI Nomor Pejabat Struktural 22
1815 tahun 1989 adalah 145,37 km2 atau Jabatan Fungsional Tertentu
22,41% dari luas DKI Jakarta. Terbagi menjadi - Guru 1.567
- Arsiparis 1
10 kecamatan dan 65 kelurahan, berada di
- Pengawas 36
belahan selatan banjir kanal, dengan batas - Analis Kepegawaian 1
wilayah sebagai berikut: - Penyuluh Agama 41
• Sebelah Utara: Banjir Kanal Jl. Jend. - Penghulu 46
- Pengelola Pengadaan Barang/ Jasa 4
Sudirman Kec. Tanah Abang, Jl. Kebayoran
Jabatan Fungsional Umum 407
lama dan Kebun Jeruk. Jumlah 2.135
• Sebelah Timur: Kali Ciliwung
• Sebelah Selatan: Berbatasan dengan kota b. Tugas dan Fungsi Kementerian Agama Kota
Administrasi Depok dan Kota Tangerang Jakarta Selatan
• Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kantor Kementerian Agama mempunyai
Kecamatan Ciledug, Kota Administrasi tugas melaksanakan tugas dan fungsi
Tangerang Kementerian Agama dalam wilayah

468  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


kabupaten/kota berdasarkan kebijakan Kepala OI : Ormas Islam


PA : Panti Asuhan
Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi YI : Yayasan Islam
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tabel 3. Data Penyuluh Agama Islam PNS 2. Pembahasan
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan Puslitbang Bimas Agama Dan Layanan
Keagamaan Badan Litbang melakukan survei
Jenis
Pendidikan nasional Kerukunan Umat Beragama tahun
Kecamatan Jml Kelamin
S1/S2 SLTA L P 2019 dengan 3 indikator sebagai instrumen
Kebayoran 4 4 - 4 - pengukuran yaitu Toleransi, Kesetaraan dan
Baru kerjasama. Survei dilakukan di 33 Provinsi
Kebayoran 5 5 - 2 3
menunjukkan bahwa Indeks rata-rata nasional
Lama
Setia Budi 5 3 - 1 2 tahun 2019 sebesar 73,83 rentang skor 0-100.
Mampang 2 2 - 1 1 Angka itu terdiri dari tiga indikator, yaitu
Tebet 4 4 - 2 2 indikator toleransi dengan skor 72,37,
Cilandak 6 6 - 1 5 kesetaraan 73,72, dan kerja sama 75,40. .
Pasar Minggu 2 2 - 2 -
Pancoran 5 5 - 4 1
Angka ini meningkat jika dibanding hasil
Pesanggrahan 6 5 1 2 4 perolehan tahun lalu yaitu 70,90 tapi masih
Jagakarsa 5 5 0 2 4 rendah jika dibanding perolehan indeks tahun
Jumlah 43 42 1 24 19 2015 yaitu 75,36.
Kementerian Agama mencatat skor Indeks
Tabel 4. Data Penyuluh Agama Islam PNS dan Kerukunan Umat Beragama (KUB) DKI Jakarta
Non PNS/Honorer Kota Jakarta Selatan hanya 71,3, di bawah rata-rata nasional 73,83.
Dengan angka itu Jakarta berada di urutan ke-
Penyuluh
Kecamatan
PNS Honorer
27 dalam pemeringkatan Indeks KUB. Selain
Tebet 4 18 DKI, Kemenag menyebut ada 17 provinsi
Mampang Prapatan 2 18 lainnya yang memiliki skor Indeks KUB di bawah
Pasar Minggu 2 18 rata-rata. Mereka adalah Jawa Timur 73,7,
Kebayoran Baru 4 18 Kalimantan Timur 73,6, Gorontalo 73,2,
Kebayoran Lama 5 18
Setiabudi 3 18 Kepulauan Bangka Belitung 73,1, dan Lampung
Cilandak 6 18 73,1.
Pancoran 5 18 Kerukunan Umat Beragama di Jakarta
Jagakarsa 5 18 berada di bawah indeks rata-rata nasional,
Pesanggrahan 6 18
meskipun hasil survei ini masih bisa dikritisi
Jumlah 43 180
namun setidaknya Jakarta sebagai Barometer
Nasional menjadi perhatian kita bersama.
Tabel 5. Data Lembaga Keagamaan dan Yayasan Kompetensi penyuluh agama sangat dibutuhkan
Islam Kota Jakarta Selatan untuk berkontribusi menginternalisasikan
Jenis Lembaga harmoni dan relasi antar umat beragama.
Kecamatan
MT TPQ OI PA YI Kompetensi Penyuluh sangat dipengaruhi
Tebet 195 85 4 1 10 oleh jam terbang, nilai-nilai yang diyakini serta
Mampang 223 64 9 22 24
konsep diri yang bersumber dari ajaran agama,
Prapatan
Pasar Minggu 238 113 7 22 33 sehingga menjadi faktor dominan.
Kebayoran Baru 43 55 5 - 11 Persepsi dalam hal ini berkaitan dengan
Kebayoran Lama 259 77 16 - 54 perspektif penyuluh terhadap kondisi Jakarta
Setiabudi 102 50 13 6 17 dan dinamikanya sebagai kota yang majemuk,
Cilandak 154 76 10 4 24
Pancoran 91 70 12 4 23
multikultur dan plural sehingga potensi menjadi
Jagakarsa 325 138 16 1 29 kota yang kapanpun bisa mengalami konflik
Pesanggrahan 180 75 4 4 13 terbuka antar umat dan golongan meskipun
Jumlah 1810 803 96 44 248 pemicunya karena politisasi agama atau ujaran
Keterangan:
kebencian. Dalam dimensi ini Penilaian pemeluk
MT : Majelis Taklim suatu agama terhadap pemeluk agama lainnya
TPQ : Taman Pendidikan Al Qur’an

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  469


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

dipengaruhi oleh unsur-unsur yang bersifat


normatif, seperti ajaran agama dan Konsep b) Kerukunan Umat Beragama (KUB) menjadi
memahami keberagamaan dalam kehidupan salah satu materi penyuluhan, namun
sosial. masih ada konflik terbuka antar umat. Hal
Sikap menunjukkan pendirian yang ini disebabkan pasifnya penyuluh
diperlihatkan oleh para penyuluh baik itu memberikan bimbingan dan penyuluhan
terhadap penyampaian materi, relasi sosial
ataupun respon terhadap pemeluk agama
laiinnya. Aspek ini menggambarkan apa yang Sangat Setuju 2.4%
dilakukan berupa tindakan nyata penyuluh Setuju
agama terhadap fakta sosial dan problem sosial Kurang Setuju 47.6%
yang sangat komplek di wilayah binaannya. 50.0%
Tidak Setuju
Dalam penelitian ini yang sikap diungkapkan
melalui pernyataan-pernyataan.
Kerjasama adalah toleransi yang bersifat
aktif, terutama pada aspek hubungan sosial Grafik 3. Respon terhadap 2) b)
penyuluh agama pada pola relasi antara
pemeluk agama yang berbeda. Jadi kalau c) Pelayanan keagamaan menjadi komitmen
persepsi lebih pada tindakan kedalam yang pemerintah, namun negara hadir setengah
belum nyata sedangkan kerjasama adalah hati dalam upaya pemenuhan hak dan
realitas hubungan sosial. perlindungan dalam memeluk dan meyakini
Hasil survei yang dilakukan kepada agama
penyuluh agama di wilayah Kantor Kementerian Sangat Setuju
Agama Jakarta Selatan dikategorikan dalam 4 2.4%
Setuju
aspek yaitu: 11.9%
28.6%
a. Aspek Kompetensi Penyuluh tentang Kurang Setuju
Kerukunan Umat Beragama Tidak Setuju
1) Masa Kerja menjadi Penyuluh Agama 21.4%
Tidak 35.7%
15 12 11 Menjawab
12 9
8
Tahun

9
6 Grafik 4. Respon terhadap 2) c)
2
3
0 3) Mengelola Konflik
1 s.d 5 5 s.d 10 10 s.d 15 15 s.d 20 20 sd 25 Apakah ada kebijakan / peraturan pemerintah
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
tentang Pendirian Rumah Ibadah
Grafik 1. Masa Kerja Penyuluh
TIdak Menjawab
2) Pelayanan Bimbingan dan Penyuluh di
Wilayah Binaan 9.5%
Kurang Mengetahui
a) Menentukan metode penyuluhan langkah 90.5%
pertama yang harus dilakukan dengan Ada
memilih metode dan media yang tepat Tidak Ada

Grafik 5. Respon terhadap 3)


2.4%
Sangat Setuju
16.7% Catatan tentang Karakteristik Responden:
Setuju 45.2% • Sebaran Responden Penyuluh Agama
Kurang Setuju
Bukan Hanya PNS namun Penyuluh Non
Tidak Setuju 35.7%
PNS masuk dalam Cakupan Survei karena
kedua kategori tersebut bersama-sama
mempunyai tanggung jawab untuk
Grafik 2. Respon terhadap 2)a)

470  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


menginternalisasikan relasi harmonis a) Jakarta menjadi kota intoleran yang


Kerukunan Umat Beragama. Namun dalam disebabkan oleh politisasi agama dan
penelitian ini hanya di fokuskan pada ujaran kebencian
penyuluh PNS. 40.0
35.7% Kurang
b. Aspek Persepsi 31.0% Setuju
1) Jakarta berpotensi menjadi kota yang 30.0
Sangat
rentan pada konflik terbuka antar umat Setuju
20.0 16.7%
berbeda agama. Setuju
a) Jakarta berpotensi menjadi kota yang 10.0 14.3% Tidak Setuju
mengalami konflik terbuka antarumat
berbeda agama 0.0 2.4% Tidak
0 2 4 6 Menjawab
Kurang Setuju
Grafik 9. Respon terhadap 2) a)
Tidak Setuju 47.6%
b) Kebijakan / Peraturan Pemerintah tentang
Sangat Setuju 28.6% Pendirian Rumah Ibadah sudah
tersosialisasi dengan baik
Kurang Setuju 23.8%
Sangat Setuju
Grafik 6. Respon terhadap 1) a) 4.8%
b) Jakarta sebagai Ibukota menggambarkan 21.4%
Setuju 23.8%
pluralitas dari segi suku, etnis dan budaya,
problem toleransi sangat krusial Kurang Setuju
Grafik 7. Respon terhadap 1) b) 50.0%
Tidak Setuju

Sangat Setuju
7.1% Grafik 10. Respon terhadap 2) b)
9.5%
Setuju 26.2%
3) Bagaimana hubungan antar umat
Kurang Setuju beragama di wilayah anda
57.1%
a) Kekuatan nilai-nilai agama tereduksi oleh
Tidak Setuju
politik sesaat dan kepentingan ini merobek
rajutan kerukunan umat di Jakarta

c) Apakah di wilayah (provinsi) tempat anda


2.4%
tinggal pernah ada konflik terbuka antar
16.7%
umat berbeda agama 19.0%

Tidak Menjawab 4.8%

Kurang Mengetahui

Tidak Ada 81.0%


61.9%
Ada 14.3%

Grafik 8. Respon terhadap 1) c)


Kurang Setuju Sangat Setuju

2) Jakarta menjadi kota intoleran, hal ini Setuju Tidak Setuju


Tidak Menjawab
disebabkan oleh politisasi agama dan
ujaran kebencian Grafik 2.c.1

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  471


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

c.2. Bagaimana hubungan antar umat


beragama di wilayah anda tinggal 2.4%
60.0 9.5%
54.8% 2.4% 19.0%
50.0
40.0
66.7%
30.0 26.2%
19.0%
20.0
10.0
0.0
Tidak Kurang Cukup Baik Sangat Kurang Setuju Sangat Setuju
Baik Baik Baik Baik Setuju Tidak Setuju
Tidak Menjawab
Grafik 2.c.2
Grafik c.1)b)
c. Aspek Sikap
1) Penyuluh belum maksimal menghadirkan 2) Apakah ada kearifan lokal yang bisa
perubahan nyata di masyarakat dan akar menyatukan dalam konfigurasi masyarakat
rumput suasana batin yang tenteram dan plural.
rukun a) Dalam masyarakat di wilayah anda, apakah
ada aturan atau pepatah (kearifan lokal)
a) Penyuluhan agama diperlukan untuk yang bisa menyatukan masyarakat
menghadirkan perubahan nyata di meskipun berbeda agama
masyarakat berbangsa dan bernegara 80.0
namun peran penting untuk secara aktif 66.7%
menciptakan suasana batin yang tentram 60.0
dan rukun hingga akar rumput masih belum
40.0
maksimal dan dipertanyakan
20.0 14.3% 14.3%
4.8%
0.0
16.7% Tidak Ada Ada Kurang TIdak
Mengetahui Menjawab
33.3%
Grafik c.2)a)

d. Aspek Kerjasama
33.3% 1) Kerjasama antar tokoh umat beragama
16.7% sering gagal karena ego sektoral dan
fanatisme agama
a) Kerjasama antara tokoh berbeda agama
Kurang Setuju Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju untuk menjaga umat beragama agar tidak
terjadi konflik sangat penting namun sering
Grafik c.1)a) gagal karena ego sektoral.

b) Semakin tinggi intensitas konflik


keagamaan pada sebuah komunitas umat
beragama menandakan kualitas kerukunan
keagamaan pada komunitas tersebut
semakin rendah

472  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


kelompoknya sendiri yang paling benar dan


menyalahkan hasil penafsiran orang lain
menjadi tantangan tersendiri bagi penyuluh
dalam membangun hubungan sosial dengan
100.0
54.8% kelompok sasaran binaan. Pada tataran ini
50.0
pengayaan materi dan metode penyuluhan yang
11.9% 16.7% 16.7%
berkaitan dengan kerukunan umat beragama
0.0 sangat diperlukan variasi dan aplikasi yang
Kurang Sangat Setuju Tidak bersifat keteladanan.
Setuju Setuju Setuju Frekuensi bimbingan dan penyuluhan yang
terkait dengan hal-hal yang di picu oleh
masalah berlatar belakang agama antara lain
konflik atau kekerasan antar umat beragama
Grafik d.1)a)
atau internal umat beragama karena perbedaan
keyakinan atau akidah, pendirian tempat
b) Apakah ada kerjasama antara tokoh
ibadah dan penggunaan simbol-simbol untuk
berbeda agama untuk menjaga umat
kepentingan tertentu sehingga menimbulkan
beragama agar tidak terjadi konflik
reaksi bahkan penolakan, tak jarang ada
perlawanan dari kelompok lain, menyisakan
90.0 masalah seperti api dalam sekam, sehingga
78.6%
80.0 bimbingan dan penyuluhan harus kontinu dan
70.0 massif.
60.0
50.0
40.0
2. Rekomendasi
30.0 Pusdiklat sebagai penyelenggara Pelatihan
20.0
9.5% 11.9% harus memfasilitasi para Penyuluh baik PNS dan
10.0 Non PNS melalui Pelatihan substantif
0.0
Tidak Ada Ada Kurang TIdak Kerukunan Umat Beragama dan Moderasi
Mengetahui Menjawab Beragama dalam upaya peningkatan kualitas
Penyuluh dan peningkatan kompetensi
Grafik d.1)b) bimbingan Penyuluhan.
Kepada pemerintah, khususnya
PENUTUP Kementerian Agama dan Pemerintah Daerah
1. Simpulan Provinsi DKI Jakarta selaku pemegang
Kompetensi Penyuluh Agama dalam kebijakan, agar dapat memberi perhatian serius
memelihara harmoni kerukunan sudah memiliki terhadap peningkatan Kompetensi Penyuluh
persepsi dan pemahaman yang benar pada sebagai ujung tombak dan garda terdepan
ajaran agama dan norma (world view) dalam untuk internalisasi sikap toleransi, kesetaraan
membangun wawasan tentang pluralitas dan dan kerjasama antar umat beragama dan intern
multi etnis (multikulur). Sikap dalam umat beragama.
berinteraksi atau relasi sosial yang proaktif Dukungan berupa dana operasional bagi
ketika mengelola konflik dan mendayagunakan penyuluh yang memadai terutama di wilayah 3
kearifan lokal untuk meminimalisir perbedaan T ( Tertinggal, Terdepan, Terluar ) dan potensial
menjadi kompetensi sosial yang harus selalu terjadi intoleran dan rawan konflik.
diasah. Perlu secara masif dan berkala diadakan
Faktor Intoleransi akibat dari penafsiran Dialog Keagamaan yang mengusung tema
teks-teks keagamaan secara literal dan radikal Ketahanan bangsa dalam perspektif agama-
serta mengarah pada masyarakat yang terjebak agama lintas iman untuk mencari titik temu dan
pada truth claim, menganggap diri atau membangun kebersamaan dalam keragaman.

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  473


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 8, No. 1, Juni 2020 e-ISSN 2623-1190

DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. (2003). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas : Pengantar pada Pemikiran
dan Pendekatan Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Amin, S. M. (2008). Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah.
Arifin, M. (1996). Teori-teori Konseling Umum dan Agama. Jakarta: Golden Terrayon Press.
Arifin, M. (1997). Psikologi Dakwah Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Asry, M., Hakim, B., Ruhana, A., & Khalikin, A. (2013). Masyarakat Membangun Harmoni: Resolusi Konflik dan
Bina Damai Etnorelijius di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Bidang Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid. (2010). Pedoman dan Petunjuk
Teknis Penyuluh Agama Islam Fungsional Jilid I& II. Bandung: Kementerian Agama Kantor Wilayah
Provinsi Jawa Barat.
Culp, K., McKee, R. K., & Nestor, P. (2007, Desember). Identifying Volunteer Core Competencies : Regional
Differences. Jurnal of Extension, 45(6). Retrieved September 11, 2011, from
http://www.joe.org/joe/2007-december/ a3.php
Hasjmy. (1994). Dustur Dakwah Menurut Al Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang.
Heyneman, S. P. (2005). Introduction to this special issue on organisation and social organitasion. Peabody
Journal of Education, 80(4).
Hidayatulloh, M. T. (2014). Strategi Peningkatan Kompetensi Penyuluh Agama Islam di Tiga Daerah Provinsi
Jawa Barat. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Ife, J. (2002). Community Development : Community Based Alternatives in Age of Globalisation (2 ed.).
Malaysia: Longman.
Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 574 tahun 1999 dan Nomor
178 tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya. (1999).
Keputusan Menteri Agama Nomor 516 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya. (2003).
Kurniawan, R., & Jahi, A. (2005, September). Kompetensi Penyuluh Pertanian di Tujuh Kecamatan di Kabupaten
Bekasi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan, 1(1).
Lawang, R. M. (2004). Kapita Sosial dalam Prespektif Sosiologi: Suatu Pengantar. Depok: Fisip UI.
Lippitt , R., Watson, J., & Westley, B. (1958). The Dynamics of Planned Change. New York: Harcourt, Brace &
World, Inc.
Marius, J. A., Sumardjo, Slamet, M., & Asngari, P. S. (2007, September). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Penyuluh terhadap Kompetensi Penyuluh di Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penyuluhan, 3(2).
Miles, B. M., & Hubermen, M. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru.
Jakarta: UIP.
Misra, R. P. (1991). The Changing Perception of Development Problems. Singapore: Maruzen Asia.
Mubarak, A. (2000). Konseling agama Teori dan Kasus. Jakarta: Bina Rena Pariwara.
Mubarak, A. (2001). Psikologi Qur’ani Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, D. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Namdar, R., Rada, G. P., & Karamidehkordi, E. (2010). Professional Competencies Needed by Agricultural and
Extension Program Evaluation Staff and Managers of Iranian Ministry of Agriculture. Journal of
International Agricultural and Extension Education. Retrieved September 15, 2019, from
http://wwww.aiaee.org/attahments/476Gholamreza%20pezeskhkirad.pf
Nasdian, F. T. (2003). Pengembangan Masyarakat. Bogor: Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas
Pertanian IPB.
Omar, M. T. (2004). Islam dan Dakwah. Jakarta: Zakia Islami Press.

474  Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 8, No. 1, Juni 2020


Rutherford, J. (2004). Key Competencies in the New Zealand Curriculum: A Snapshot of Consultation. Retrieved
September 28, 2019, from http://nzcurriculum.tki.org.nz/content/download/826/5907/file/consult-
snapshot.doc
Santopolo, F. A., & Gallaher, J. A. (1967). Perspectives on Agent Roles. Journal of Cooperative Extension.
Retrieved Februari 3, 2012, from http://www.joe.org/joe/1967winter/1967-4-a3.pdf
Schmitt, R. B. (2002). Considering Sosial Cohesion in Quality of Life Assesment: Concept and Measurement.
Sosial Indicator Research, 58.
Spencer, L. M., & Spencer, S. M. (1993). Competence at Work: Model for Superior Competence Performance.
New York: John Wiley & Sns. Inc.
Swanson, B. E., Bentz, R. P., & Sofranko, A. J. (1997). Improving Agricultural Extension. Roma: FAO.
Valera, J. B., Martinez, V. A., & Plopino, R. F. (1987). An Introduction to Extension Delivery Systems. Manila:
Island Publishing House. Inc.
Winaryanto, S., Sahirul, A., & Yunasaf, U. (2011). Kajian Tingkat Kompetensi Profesional Penyuluh Bidang
Peternakan di Kabupaten Bandung Barat. Retrieved September 28, 2018, from
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/kajian-Tingkat-Kompetensi.doc

Siti Mukzizatin (Kompetensi Penyuluh Agama Islam…)  475

Anda mungkin juga menyukai