Anda di halaman 1dari 10

Refleksi Kasus Maret, 2017

Erupsi Akneiformis

Disusun Oleh:

NAMA : ZULFIYANA BASRI


NIM : N 111 16 075

PEMBIMBING KLINIK
dr. NUR HIDAYAT, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Nn. H
2) Umur : 21 Tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Alamat : Jln. Tombolotutu
6) Tanggal Pemeriksaan : 22 Februari 2017

II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Adanya bintik-bintik merah pada wajah, dada dan
punggung

2) Riwayat penyakit sekarang :


Seorang wanita datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata
dengan keluhan adanya bintik-bintik merah pada bagian wajah dan
punggung. Awalnya bintik-bintik merah tersebut muncul ±1 tahun
yang lalu pada bagian punggung. Kadang-kadang menimbulkan rasa
gatal terutama pada saat berkeringat. Sedangkan bintik-bintik merah
diwajah muncul ±5 bulan yang lalu. Riwayat konsumsi obat-obatan
tertentu seperti obat alergi. Riwayat penggunaan krim wajah yang
sudah 3 tahun digunakan dan telah dihentikan ± 2 bulan yang lalu.
Riwayat pengobatan, pasien pernah berobat di puskesmas ± 1 bulan,
namun tidak mengetahui pengobatan yang diberikan.

2
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Tidak
ada riwayat alergi obat dan terdapat riwayat alergi makanan yaitu mie
dan telur.
4) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
seperti pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1. Keadaan umum : Sakit ringan
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda Vital
TD : 110/70
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
1. Kepala :terdapat papul eritematosa dan pustul pada wajah
2. Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Ketiak : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Dada : terdapat papul eritematosa
5. Punggung : terdapat papul eritematosa
6. Perut : tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Genitalia : tidak terdapat ujud kelainan kulit

3
8. Selangkangan : tidak terdapat ujud kelainan kulit
9. Ekstremitas Atas : tidak terdapat ujud kelainan kulit
10. Ekstremitas bawah : tidak terdapat ujud kelainan kulit

IV. GAMBAR
Gambar 1. Terdapat papul eritematosa dan pustul pada wajah

Gambar 2. Terdapat papul eritematosa pada punggung

4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

V. RESUME
Seorang wanita datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan adanya bintik-bintik merah pada daerah wajah, thorax anterior dan
posterior, yang diawali pada bagian thorax posterior ±1 tahun yang lalu dan
bagian wajah ± 5 bulan yang lalu. Kadang-kadang menimbulkan rasa gatal
terutama pada saat berkeringat. Pasien memiliki riwayat konsumsi obat alergi
dan riwayat alergi makanan yaitu mie dan telur.
Pada status dermatologis, terdapat papul eritematosa dan pustul <0,5 cm
pada area wajah dan thorax anterior-posterior dan tampak sirkumskrip.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Erupsi Akneiformis

VII. DIAGNOSIS BANDING

Acne vulgaris

Acne venenata

5
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Histopatologi

IX. PENATALAKSANAAN
1. Nonmedikamentosa :
 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
 Hentikan konsumsi obat anti alergi
2. Medikamentosa :
Topical:
Retinoic acid 0.05% cream (dipakai pada malam hari)
Sistemik:
Eritromisin 4x250 mg/hari

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Quo ad Cosmetikam : dubia

XI. PEMBAHASAN
Seorang wanita datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan adanya bintik-bintik merah pada bagian wajah dan punggung.
Awalnya bintik-bintik merah tersebut muncul ±1 tahun yang lalu pada bagian
punggung. Kadang-kadang menimbulkan rasa gatal terutama pada saat
berkeringat. Sedangkan bintik-bintik merah diwajah muncul ±5 bulan yang
lalu. Riwayat konsumsi obat-obatan tertentu seperti obat alergi. Riwayat

6
penggunaan krim wajah yang sudah 3 tahun digunakan dan telah dihentikan ±
2 bulan yang lalu. Riwayat pengobatan, pasien pernah berobat di puskesmas ±
1 bulan, namun tidak mengetahui pengobatan yang diberikan. Tidak ada
anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama seperti pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal.
Pada status dermatologis, terdapat papul eritematosa dan pustul <0,5 cm pada
area wajah dan thorax anterior-posterior dan tampak sirkumskrip.

Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa


rekasi peradangan folikular dengan manifestasi klinik papulapustular,
komedo, kista atau nodul yang menyerupai akne vulgaris.1
Erupsi akneiformis bisa timbul disebabkan oleh :
 Reaksi daripada obat-obatan – penyebab paling terbanyak (contohnya
kortikosteroid, ACTH, INH, yodida dan bromide, Phenobarbital, vitamin
B2,B6 dan B12, definil hidantoin, trimetadion,tetrasiklin, lithium, pil
kontrasepsi, kina, rifampisin.
 Infeksi
 Ketidakseimbangan hormonal atau metabolit
 Kelainan genetik1
Mekanisme patogenesis terjadinya erupsi akneiformis belum diketahui
secara pasti. Erupsi akneiformis terjadi melalui mekanisme non imunologis
yang dapat disebabkan karena dosis yang berlebihan, akumulasi obat atau
karena efek farmakologi yang tidak diinginkan. Andrew J.M dalam
bahasannya tentang Cutaneous Drug Eruption menyatakan bahwa mekanisme
non imunologis merupakan suatu reaksi pseudo-allergic yang menyerupai
reaksi alergi, tetapi tidak bersifat antibody-dependent. Ada satu atau lebih
mekanisme yang terlibat dalam reaksi tersebut, yaitu: pelepasan mediator sel
mast dengan cara langsung, aktivasi langsung dari sistem komplemen, atau
pengaruh langsung pada metabolisme enzim asam arachidonat sel. Selain itu

7
adanya efek sekunder yang merupakan bagian dari efek farmakologis obat,
juga dapat menimbulkan manifestasi di jaringan kulit. 2,3

Gambaran Klinis
 Erupsi akneiformis timbul secara akut atau subakut
 Tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne saja namun di seluruh
tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea.
 Manifestasi klinis tampak papul dan pustule monomorfik atau
oligomorfik pada mulanya tanpa komedo.
 Komedo dapat terjadi sekunder kemudian setelah sistem sebum ikut
terganggu
 Dapat disertai deman atau malaise.
 Umumnya tidak disertai gatal.2
Berbeda dengan akne, erupsi akneformis dapat timbul secara akut,
subakut, dan kronis. Tempat terjadinya tidak hanya terjadi di tempat
predileksi akne saja, namun dapat terjadi di seluruh bagian tubuh yang
mempunyai folikel pilosebasea. Tempat tersering pada dada, punggung bagian
atas dan lengan.3,4
Gambaran klinis berupa papul yang eritematous, pustul, monomorfik atau
oligomorfik, biasanya tanpa komedo, komedo dapat terjadi kemudian setelah
sistem sebum ikut terganggu. Dapat disertai demam, malaise, dan umumnya
tidak terasa gatal. Umur penderita bervariasi, mulai dari remaja sampai orang
tua dan pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pemakaian obat.3
Erupsi akneformis secara klinis mempunyai karakteristik tersendiri
seperti erupsi akneformis akibat steroid (akne steroid), erupsi akneformis
akibat paparan senyawa halogen (chloracne), dan erupsi akneformis akibat
antibiotik. Akne steroid memberi gambaran papulopustul, monomorfik,
tempat predileksi di daerah dada, ekstremitas, sedikit pada daerah wajah, dan

8
timbul setelah penggunaan kortikosteroid topikal atau sistemik. Chloracne
berupa komedo yang polimorf dan kista, sering ditemukan pada pekerja
industri dan biasanya lebih berat daripada akne steroid. Erupsi akneformis
akibat antibiotik biasanya bersifat akut, erupsi pustular generalisata, demam
disertai lekositosis, dan tanpa komedo.3
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak
spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea dengan
massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti
dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan
darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.5
Penghentian konsumsi obat-obat penyebab dapat menghentikan
bertambahnya erupsi dan secara perlahan menghilangkan erupsi yang ada.
Pengobatan topical dengan obat yang bersifat iritan misalnya sulfur,
resorsinol atau asam vitamin A mempercepat menghilangkan erupsi kulit.1
Apabila penghentian pemakaian obat tidak bisa dilakukan, maka
pemberian obat-obatan yang digunakan untuk mengobati akne, baik secara
sistemik maupun topikal dapat memberikan hasil yang cukup baik.1
Prognosis Erupsi akneiformis merupakan penyakit yang dapat sembuh
apabila penyebab induksi obat bisa dihentikan. Apabila hal tersebut tidak
mungkin dilaksanakan kerana vital maka pengobatan topikal maupun
sistemik akan memberikan hasil yang cukup baik. 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Monaldi, SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketujuh. Badan Penerbit
FKUI; Jakarta: 2015.
2. Layton AM. Disorders of the Sebaceous Gland in Rook’s Textbook of
Dermatology. 8th ed. WileyBlackwell. Singapore. 2010.

9
3. James DW, Timothy GB, Dirk ME. Diseases of The Skin Clinical Dermatology
11th ed. Saunders Elsevier. 2011.
4. Daili SS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia,
Sebuah Panduan Bergambar. Penerbit : PT Medical Multimedia Indonesia.
Jakarta Pusat. 2005 Hal 90-3
5. Zaenglaein AL, Graber EM, Thiboutout DM, Fitzpatrick;s Dermatology In
General Medicine. 8th ed. McGraw-Hill 2012: Hal 1264-87.

10

Anda mungkin juga menyukai