Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASMA BRONKHIALE DERAJAT SEDANG EPISODIK


SERING

Oleh:

Geofany Magdalena S 4151191405


Ayu Trilaksani 4151191406
Syifa Shafira Maulida Rahma 4151191414
Vina Puspitasari H 4151191436
Fenny Noor Aida 4151191438
M Dani Permana 4151191446
Damarjati Nugroho 4151191451
Farras Eka Nugraha 4151191458
Eva Fajwah mahira 4151191484
Lia Lestari 4151191494
Fahira Firdaus 4151191499

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
MAKALAH
ASMA BRONKHIALE

I. ANAMNESIS

A. KETERANGAN UMUM

Nama Pasien : Anak X


Jenis Kelamin :L
Tempat/Tanggal Lahir : usia 8 tahun
Alamat : Jl. Cimahi No. 12

AYAH : Nama : Tn. Y


Umur :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Penghasilan : Rp. -
Alamat : Idem

IBU : Nama : Ny. R


Umur :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Penghasilan : Rp. -
Alamat : Idem

B. KELUHAN UTAMA :
keluhan sesak nafas (Asma Bronkhial, Benda Asing, Pneumonia)

C. ANAMNESIS KHUSUS
Sesak nafas dirasakan sejak jam 5 tadi pagi, sesak disertai dengan mengi. Pasien tidak
mengeluh batuk yang terus menerus. Keluhan ini dicetuskan saat ibu pasien sedang
membersihkan kamar dan asap. Keluhan sesak kadang dirasakan saat malam hari. Keluhan
sesak dan mengi ini bukan pertama kali melainkan sudah mengalami sejak usia 5 tahun.
Dalam satu tahun pasien mengalami sesak dan mengi sebanyak 5-6 kali. Pasien memiliki
riwayat alergi debu dan asap. Jika pasien sesak pasien dibawa ke puskesmas lalu diberikan
nebulizer sesak tidak membaik. Keluhan serupa ada di keluarganya yaitu ayahnya. Riwayat
ayah merokok

D. ANAMNESIS UMUM
Lingkunagn rumah. Pekerjaan orang tua pasien. Riwayat genetik. Riwayat ekonomi. Riwayat
pendidikan.

E. ANAMNESIS TAMBAHAN :
Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat perkembangan tidk ditanyakan karena pasien sudah
besar (dalam batas normal). Riwayat persalinan tidak ditanyakan karena tidak berhubungan.
1. RIWAYAT IMUNISASI (Tulis tanggal/umur imunisasi)

NAMA DASAR ULANGAN


BCG 1
POLIO 0 2 3 4 18
DPT 2 3 4 18 5 tahun
CAMPAK 9 18 6 tahun
HEPATITIS B 0 2 3&4

2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : Asma
Ibu : Sehat
Saudara : tidak ada
Orang yang serumah : ayah yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien

3. PERKEMBANGAN
Berbalik : bisa Bicara 1 kata : bisa
Duduk tanpa bantuan : bisa Bicara 1 kalimat : bisa
Duduk tanpa pegangan : bisa Membaca : bisa
Berjalan 1 tangan dipegang : bisa Menulis : bisa
Berjalan tanpa dipegang : bisa Sekolah : sudah
Lain-lain : bisa
4. GIGI GELIGI :
- Pertama : Gigi Susu : V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
- Sekarang : Gigi Tetap : 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
87654321 12345678

5. MAKANAN
ASI ekslusif sampai 6 bulan dan selanutnya menggunakan MPASI (bubur susu)
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS KUALITAS

0 – 6 Bulan ASI eksklusif On demand


4 – 6 Bulan ASI eksklusif On demand
6 – 10 Bulan ASI MPASI Makan 3x
sehari, ASI on
demand
10 – 12 Bulan ASI MPASI Makan 3x
sehari, asi on
demand
12 Bulan - Sekarang Makanan dan minum Makan 3x
biasa sehari

6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI (Beri tanda V pada yang dialami)

Campak Diare Bengek/ASMA


Batuk Rejan Demam Tifoid Eksim
TBC Kuning Kaligata/ALERGI
Difteri Cacing Sakit Tenggorokan
Tetanus Kejang …………………….

II. PEMERIKSAAN FISIS

1. PENGUKURAN
Umur : 8 tahun
Berat Badan : 38 Kg
Panjang Tinggi Badan: (sesuai usia)

Status Gizi : gizi baik

TANDA VITAL
Laju Napas : 42x / menit.
Tekanan Darah : 110/70
Suhu :36,8o C
Laju Nadi :90x / menit

KEADAAN UMUM (kesan umum dari pemeriksaan)

Keadaan sakit : sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Sesak : PCH, positif Retraksi, positif pada suprasternal
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Edema : tidak ada
Dehidrasi : tidak ada
Anemi : tidak ada
Kejang : tidak ada
Letak paksa (posisi) tubuh : -

2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Rambut: TAK
Kuku : TAK
Kulit : TAK
Kelenjar Getah Bening : TAK
2. Kepala : normosefal
Mata : TAK
Pupil : TAK
THT : TAK
Hidung: PCH +/+
Telinga:TAK
Tenggorokan : TAK
Tonsil : TAK
Farings : TAK
Bibir : tidak ada sianosis
Mulut : mukosa basah
Gusi : TAK
Gigi : normal
Langit-langit: intak, dan normal
Lidah : lidah bersih

3. Leher : DBN
Tekanan Vena : DBN
Kaku Kuduk : tidak ada
Kelenjar Getah Bening : DBN
Lain-lain :
4. Dada
a. Dinding Dada/Paru

Depan
1. Inspeksi : bentuk dan gerak simetris, retraksi suprasternal
positif, ekspirasi memanjang

2. Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri menurun karena


penurunan densitas jaringan paru

3. Perkusi : hipersonor kanan dan kiri

4. Auskultasi: terdapat wheezing saat ekspirasi

Belakang :
1. Inspeksi : bentuk dada dan gerak simetris, retraksi
suprasternal positif, eksiprasi memanjang

2. Palpasi : vokal fremitus kanan dan kirin menurun

3. Perkusi : hipersonor kanan dan kiri

4. Auskultasi: terdapat wheezing saat ekspirasi

d. Jantung
1. Inspeksi : ictus kordis terlihat pada ics IV

2. Palpasi : ictus kordis teraba

3. Perkusi : Dalam batas normal


4. Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni reguler, bunyi
jantung tambahan tidak ada

c. Perut
1. Inspeksi : datar

2. Palpasi : soepel

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba

3. Perkusi : tympani

4. Auskultasi: bising usus positif

Genitalia
Jenis Kelamin : laki-laki

Kelainan : tidak ada kelainan

Maturitas Seks : normal

Anggota Gerak
 Atas : akral hangat, CRT < 2 detik
Sendi : TAK
Otot : TAK
 Bawah :akral hangat, CRT < 2 detik
Sendi : TAK
Otot : TAK

Susunan Saraf
 Refleks : Refleks cahaya (pupil) : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks okulosefalik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks kornea : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Rangsang Meningen : Kaku Kuduk : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bruzkinsky I/II/III : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kernig : Tidak dilakukan pemeriksaan
Laseque : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Saraf Otak : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Motorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Vegetatif : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Refleks Fisiologis : APR : Tidak dilakukan pemeriksaan
KPR : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Refleks Patologis : Babinsky : Tidak dilakukan pemeriksaan
Chaddock : Tidak dilakukan pemeriksaan
Gordon : Tidak dilakukan pemeriksaan
Oppenheim : Tidak dilakukan pemeriksaan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Khusus
Skin prick test : untuk mengetahui alergen yang dapat mencetuskan anak menjadi alergi

IV. RESUME
Sesak nafas dirasakan sejak tadi malam, sesak disertai dengan mengi (Asma bronkhiale
menyingkirkan pneumonia). Pasien tidak mengeluh batuk yang terus menerus (gejala khas
pada asma tapi tidak selalu ada). Keluhan ini dicetuskan saat ibu pasien sedang
membersihkan kamar (asma biasanya dicetuskan karena ada riwayat alergi). Keluhan sesak
kadang dirasakan pada malam hari(biasanya asma sesaknya nokturnal). Keluhan sesak dan
mengi ini bukan pertama kali melainkan sudah mengalami sejak usia 5 tahun (khas pada
asma karena keluhan sesak yang berulang). Dalam satu tahun pasien mengalami sesak dan
mengi sebanyak 5-6 kali (episodik sering). Pasien memiliki riwayat alergi debu dan asap
(faktor pencetus). Jika pasien sesak pasien dibawa ke puskesmas lalu diberikan nebulizer
tetapi sesak tidak berkurang. Keluhan serupa ada di keluarganya yaitu ayahnya (faktor
genetik). Tidak ada riwayat tersedak atau memasukan benda asing ke saluran pernafasan
( menyikirkan diagnosis akibat benda asing). Riwayat imunisasi lengkap, riwayat ASI
eksklusif tidak ditanyakan karena tidak ada hubungannya. Riwayat keluarga pada ayah
merokok (faktor risiko).

V. DIAGNOSIS
asma bronkhial dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik serta untuk lebih pasti
dapat menggunakan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis inti untuk menengakkan diagnosis asma :


1. Faktor resiko : alergi debu
2. Riwayat keluarga +
3. Riwayat alergi +
4. Frekuensi sesak dalam satu tahun : 5-6 x/tahun
5. Sejak usia berapa keluhan dirasakan : usia 5 tahun (kronik)
6. Ada batuk persisten :
7. Biasanya memberat dimalam hari
Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital : respirasi meningkat
2. Kepala :
Hidung : terdapt PCH +/+
3. Thorax :
Ekspirasi memenjang, Vokal resonance menurun karena adanya penurunan densitas jaringan
paru, terdapat wheezing saat ekspirasi.
Pada pasien tidak terdpat batuk persisten, atau sesak memberat di malam hari.

Pemeriksaan khusus :
- skin pricktest untuk mengetahui alergi lain selain debu dan berfungsi sebagai pencegahan
Diagnosis Kerja : Asma bronkhial derajat sedang episodik sering

VII. Terapi
Nonfarmakologi :
Oksigenasi

Farmakologi :
1. 1 ampul salbutamol dilarutkan dalam 4 cc NaCl 0,9% dinebulisasai 1-2 x saja pada
episodik jarang. Diberikan sampai habis nebunya, jika masih sesak boleh diberikan lagi.
Setelah diberikan pengobatan lakukan observasi yaitu frekuensi pernafasan dan
wheezingnya (memeriksa wheezing menggunakan stetoskop). Jika wheezing sudah
menghilang artinya spasme otot bronkhial sudah tidak ada.
2. Jika terjadi status asmatikus (pemberian nebu tidak berhasil sebanyak 3-4x). Maka beri
aminofilin 5 mg/kgbb/hari dengan infus glukosa 5%.
3. Jika episodik sering maka beri kontroler yaitu kortikosteroid inhalasi jangan
menggunakan IV karena dosis yang dibutuhkan hanya sedikit
Indikasi kontroler inhalasi karena dalam 1 tahun 5-6 kalijika dalah setahun Cuma 2 kali
maka stop pemberian kontroler inhalasi
Jangan diberikan sistemik karena dosis yang dibutuhkan hanya sedik jika diberikan steroid
sistemik maka aka nada eso:moon face

VIII. Prognosis

QAV : ad bonam
QAF : ad bonam
QAS : dubia ad bonam (karena asma tidak akan sembuh hanya mampu di kontrol saja)
Karena episodik jarang dan derjat ringan serta efek salbutamol sangat baik untuk meredakan
spasme otot

IX. Komplikasi
Asidosis respiratorik
PPOK : ini paling utama karena komplikasi jangka panjangnya

X. Pencegahan :
- Menghindari faktor pencetus
- Jangan merokok karena merokok mempengaruhi saluran pernafasan
PEMBAHASAN
DEFINISI
UKK-Respirologi-IDAI (Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia) membuat definisi yang identik dengan definisi Konsensus Internasional,
tapi dengan tambahan kriteria yang lebih terarah : “Asma adalah mengi berulang
dan/atau batuk persisten, dengan karakteristik sebagai berikut : timbul secara episodik,
cenderung nocturnal, musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat asma atau atopi-
lain pada pasien dan/atau keluarganya.”
Epidemiologi
Kejadian asma di seluruh dunia meningkat meskipun penatalaksana- an asma
mengalami kemajuan yang cukup signifikan. International Study of Asthma and
Allergies in Childhood (ISAAC) mendapatkan hasil penelitian angka kejadian current
wheeze (wheezing dalam satu tahun terakhir) pada anak di 97 negara bervariasi
sebesar 0,8–37,6%, diagnosis asma didapatkan pada 13,1% anak. Kejadian asma ini
berhubungan erat dengan kejadian dermatitis atopik dan rino- konjungtivitis alergika,
dan penyakit alergi lain. Anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak
perempuan (14:10%)
ETIOLOGI
1. Alergi
2. Aktivitas fisik
3. Alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga).
4. Paparan zat di udara, misalnya asap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
5. Faktor kondisi cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang didukung
kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, dan perubahan suhu yang drastis.
6. Kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu.
7. Pekerjaan tertentu, seperti tukang kayu, tukang las, atau pekerja pabrik tekstil.
8. Stres.
9. Emosi yang berlebihan (kesedihan yang berlarut-larut, marah berlebihan, dan tertawa
terbahak-bahak).
10. Aktivitas fisik (misalnya olahraga).
11. Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid (aspirin, naproxen,
dan ibuprofen) dan obat penghambat beta (biasanya diberikan pada penderita gangguan
jantung atau hipertensi).
12. Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang digunakan
sebagai pengawet), misalnya selai, udang, makanan olahan, makanan siap saji, minuman
kemasan sari buah, bir, dan wine.
13. Alergi makanan (misalnya kacang-kacangan).
14. Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam lambung kembali naik
ke kerongkongan sehngga mengiritasi saluran cerna bagian atas
FAKTOR RESIKO
- Umur
- Gender
- Ras
- Sosio-ekonomi
- lingkungan
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat sesak napas, mengi, batuk, dan dada terasa tertekan yang bersifat episodik
sesudah terpapar alergen dan berkaitan dengan musim, serta adanya riwayat asma atau
atopi pada anggota keluarga
Gejala tersebut dapa dipicu oleh: asap, uap, bau yang menyengat, serbuk bunga,
maupun aktivitas fisik, yang memburuk pada saat malam hari dan berespons terhadap
terapi asma
Beberapa pertanyaan yang dapat membantu diagnosis asma adalah apakah anak
mengalami mengiatau mengi berulang, batuk malam hari, batuk atau mengi sesudah
beraktivitas, mengi/batuk/ rasa dada tertekan/sesak sesudah terpapar alergen
udara/polutan, menderita pilek perlu waktu >10 hr untuk sembuh, dan apakah gejala
membaik sesudah pemberian obat antiasma?
Pemeriksaan Fisik
Pada anak asma, pemeriksaan fisis harus meliputi penilaian status nutrisi dan tumbuh
kembangnya. Pada keadaan tidak eksaserbasi, maka mungkin tidak ditemukan
kelainan, kadang-kadang ditemukan suara lendir ataupun crackles yang berubah
seiring perubahan posisi atau batuk. Dapat pula ditemukan wheezing atau
pemanjangan ekspirasi ketika penderita diminta melakukan ekspirasi yang kuat
Mengi, hiperinflasi dada, sianosis, takikardia, kesulitan untuk berbicara, retraksi
dinding dada umumnya ditemukan pada periode serangan akut dan bergantung pada
derajat serangan/ eksaserbasi. Beberapa parameter penting untuk menentukan derajat
eksaserbasi adalah posisi badan (nyaman pada posisi terlentang, lebih nyaman posisi
duduk, duduk sambil mem- bungkuk), cara bicara (kalimat, kalimat terpotong, kata),
kesadaran (mungkin gelisah, gelisah, kesadaran ↓), penggunaan otot pernapasan
(ringan tidak ada, sedang dan berat ada, paradoksik pada ancaman henti napas), nadi
(<100, 100–120, >120, bradikardia), dan wheezing (ringan pada akhir ekspirasi, jelas,
tidak terdengar). Dalam keadaan eksaserbasi dapat digunakan penilaian singkat derajat
eksaserbasinya:
1. Eksaserbasi ringan
Penderita dapat berbicara dengan kalimat yang utuh, intensitas wheezing ringan
sampai sedang (hanya terdengar pada akhir ekspirasi), tidak ada pemakaian otot
pernapasan tambahan, saturasi O2 >95%
2. Eksaserbasi sedang
Bicara dengan kalimat terpotong, wheezing terdengar keras (pada seluruh fase
ekspirasi), ada penggunaan otot pernapasan tambahan, saturasi O2 90–95%
3. Eksaserbasi berat
Bicara sepatah demi sepatah kata, intensitas wheezing keras (pada seluruh fase
ekspirasi dan inspirasi), penggunaan otot bantu napas jelas, saturasi O 2 <90%
4. Ancaman henti napas
Tidak dapat bicara, kesadaran ↓, wheezing tidak ada, gerakan napas paradoksikal,
saturasi O2 <90%, bradikardia
Klasifikasi Asma
Penyakit asma bisa berlangsung dengan adanya eksaserbasi tapi juga tanpa eksaserbasi.
Gangguan kehidupan dan kematian akibat asma dapat terjadi kaena eksaserbasi. Dengan
demikian eksaserbasi harus dicegah/dikendalikan, dan apabila sudah terlanjur terjadi harus
segera diredakan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, disesuaikan dengan strategi
penanganan asma, para pakar membagi asma atas dasar 2 macam tujuan penanganan/jenis
obat yang harus digunakan :

1. Klasifikasi berat ringannya eksaserbasi


GINA (Global Inisiative for Asma) membaginya menjadi :
Eksaserbasi ringan
Eksaserbasi sedang
Eksaserbasi berat
Eksaserbasi terancam gagal nafas (respiratory arrest imminent)
Dasar dari klasifikasi ini ialah berat ringannya sesak nafas, kemampuan bicara, tingkat
kesadaran, frekuensi nafas, retraksi otot-otot pernafasan, kerasnya wheezing, frekuensi nadi,
ada tidaknya “pulsus paradoksus”, APE setelah diberi “inhaled beta-2 agonist” I (>80% ; 60-
80% ; <60% dari personal best), kadar Pa O2 serta Pa CO2 dan saturasi oksigen (SaO2).
2. Klasifikasi berat ringannya penyakit
Penyakit asma dibagi atas dasar frekuensi gejala/tanda, gangguan terhadap aktivitas/tidur,
pemakaian obat reliever dan nilai APE beberapa bulan/tahun sebelumnya.
Klasifikasi edisi 2006 dan sebelumnya :
Asma intermittent (jarang)
Asma persistent ringan <5
Asma persistent sedang 5-10
Asma persistent berat >10
Klasifikasi edisi 2008 dan sesudahnya :
Asma terkendali
Asma setengah terkendali
Asma tidak terkendali
Karakteristik Controlled Partly Controlled Uncontrolled
1. Gejala Sering - > 2x/minggu
2. Keterbatasan Aktivitas - +/-
3. Gejala Malam - +/- > 3x +
4. Butuh Reliever - > 2x/minggu
5. PEFR/FEV1 Normal < 80% PB*
6. Eksaserbasi - > 1x/tahun
PATOGENESIS
Pencegahan
 Menghindari faktor pencetus seperti Tungau Debu Rumah (TDR)
 Olahraga aerobik secara teratur seperti berolahraga, renang, jalan kaki
 Penanganan stress secara tepat
 Menjaga kebersihan dari lingkungan

Komplikasi

 Hipoksemia
 PPOK
 Sianosis
 Asidosis respiratorik
 Atelektasis
 Bronkiektasis
 Gagal napas

Epidemiologi
 National Health Interview Survey di Amerika Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 6,5
juta orang menderita salah satu bentuk asma
 Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2000
menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian didunia,
asma 0,3%
 Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia terdapat 300 juta
orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta
orang
 Pada umumnya asma diderita usia muda, berdasarkan riskesdas 2013 terlihat bahwa umur 25-
34 tahun mempunyai prevalensi asma tertinggi yaitu sebesar 5,7% dan umur <1 tahun
memiliki prevalensi asma terendah sebesar 1,5%
 Prevalensi kejadian anak laki-laki lebih besar dibandingkan pada anak perempuan

2.9 Prognosis dan BHP


Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai