Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1 Perhitungan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) Di Gedung Teknik

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

Besar energi yang digunakan sutau bangunan gedung perluas area yang

dikondisikan dalam satu bulan atau satu tahun. Area yang dikondisikan adalah

area yang diatur temperature ruangannya sedemikian rupa sehingga memenuhi

standar kenyamanan dengan udara sejuk disuplai dari sistem tata udara gedung.

4.1.1 Hasil perhitungan IKE dengan menggunakan dari alat ukur PQA

 Konsumsi Energi bulan September

= 4889,422 kWh/bulan

 IKE per bulan terhadap luas bangunan

, /
= ,
= 0,793 kWh/m2/bulan

4.1.2 Hasil perhitungan IKE dengan menggunakan rekening listrik pada

bulan september 2016

 Konsumsi Energi bulan September

= 3092 kWh/bulan

 Konsumsi Energi dibagi luas bangunan

/
= . ,
= 0,501 kWh/m2/bulan

46
47

4.1.3 Perhitungan IKE dalam keadaan hari libur dari hasil pengukuran PQA

 Konsumsi Energi bulan September

= 2591,703 kWh/bulan

 IKE per bulan terhadap luas bangunan

. , /
= . ,
= 0,42 kWh/m2/bulan

Tabel 4.1 Tabel Perbandingan Intensitas Konsumsi Energi hasil pengukuran

Pengukuran IKE PQA Pengukuran IKE rekening Pengukuran IKE hari

Listrik libur

0,793 kWh/m2/bulan 0,501 kWh/m2/bulan 0,42 kWh/m2/bulan

IKE
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4 IKE
0.3
0.2
0.1
0
IKE PQA IKE rekening Listrik IKE hari libur

Grafik 4.1 Perbandingan IKE hasil PQA, rekening listrik dan hari libur

Berdasarkan perhitungan IKE di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro pada bulan September 2016

didapatkan hasil:
48

1. Pengukuran IKE PQA sebesar 0,793 kWh/m2/bulan

2. Pengukuran IKE rekening Listrik sebesar 0,501 kWh/m2/bulan

3. Pengukuran IKE hari libur sebesar 0,42 kWh/m2/bulan

Nilai ini sangat efisien didalam Kriteria IKE Bangunan Gedung Ber-AC

Menurut Permen ESDM No.13 tahun 2012 yaitu sebesar (IKE < 8,5)[3].

4.2 Karakteristik Listrik di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

4.2.1 Fluktuasi Tegangan

Tegangan lebih pada sistem akan mengakibatkan arus listrik yang

mengalir menjadi besar, mempercepat kemunduran isolasi (deteriorationo

finsulation) sehingga menyebabkan kenaikan rugi-rugi daya dan operasi,

memperpendek umur kerja peralatan.

Fluktuasi Tegangan
235
230
225 R
V

220
215
210 S
0:50:00
1:50:00
2:50:00
3:50:00
4:50:00
5:50:00
6:50:00
7:50:00
8:50:00
10:50:00
11:50:00
12:50:00
13:50:00
14:50:00
15:50:00
16:50:00
17:50:00
18:50:00
19:50:00
20:50:00
21:50:00
22:50:00
23:50:00

Grafik 4.2 Hasil Pengukuran Fluktuasi Tegangan Outgoing Trafo

Fluktuasi tegangan merupakan perubahan tegangan maksimum dan

minimum. Besarnya tegangan sangat mempengaruhi operasi dari suatu peralatan,


49

apabila tegangan disuplai keperalatan melebihi tegangan nominalnya akan terjadi

beberapa kerugian diantaranya adalah timbulnya arus yang melebihi nominalnya,

selain akan memperburuk operasi peralatan juga dapat memperpendek life time

peralatan tersebut.

Berdasarkan hasil pengukuran pada grafik 4.2 yang dilakukan di Gedung

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro pada

tanggal 13-14 September 2016 (jam 10.50-08.50) di outgoing trafo didapatkan

hasil tegangan rata-rata fasa R 225.6 Volt, fasa S sebesar 227.5 V, fasa T sebesar

226.0 Volt. Data hasil pada tabel 4.2 pengukuran memberi gambaran bahwa

besarnya fluktuasi tegangan 220.0 volt – 230.9 volt Batas minimun toleransi -10%

dan batas maksimum toleransi +5% [5], dari tegangan nominal PLN yaitu 220

Volt. Batas toleransi tegangan tersebut adalah :

Batas toleransi -10 % = 220 volt - (220 x 10 %)

(Batas Min) = 198 volt

Batas toleransi +5 % = 220 volt + (220 x 5%)

(Batas Max) = 231 volt

Berdasarkan perhitungan toleransi tegangan maka fluktuasi tegangan di

Gedung Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

masih dalam batas tegangan yang diijinkan.


50

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Tegangan

Tegangan R S T
(Volt)
Min 220.0 221.5 220.7
Rata-rata 225.6 227.5 226.0
Max 229.0 230.9 229.0

Pengaruh Fluktuasi Tegangan seperti tegangan lebih (over voltage),

tegangan turun (drop voltage) dan tegangan getar (flicker voltage) adalah

mengakibatkan arus listrik yang mengalir menjadi besar dan mempercepat

kemunduran isolasi (deterioration of insulation) sehingga menyebabkan kenaikan

rugi-rugi daya dan operasi, memperpendek umur kerja peralatan dan yang lebih

fatal akan terbakarnya peralatan tersebut.

4.2.2 Frekuensi

Frekuensi dengan satuan hertz (Hz) merupakan salah satu parameter untuk

mengetahui keandalan kualitas listrik suatu sistem kelistrikan. Frekuensi yaitu

jumlah siklus arus bolak-balik (Alternating Curren,AC) per detik.


51

Frekuensi Hz
50.2
50
Hz

49.8
49.6

0:50:00
1:50:00
2:50:00
3:50:00
4:50:00
5:50:00
6:50:00
7:50:00
8:50:00
10:50:00
11:50:00
12:50:00
13:50:00
14:50:00
15:50:00
16:50:00
17:50:00
18:50:00
19:50:00
20:50:00
21:50:00
22:50:00
23:50:00
Grafik 4.3 Pengukuran Frekuensi di Outgoing Trafo

Berdasarkan hasil pengukuran pada grafik 4.3 yang dilakukan di Gedung

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro pada

tanggal 13-14 September 2016 (jam 10.50-08.50) di outgoing trafo didapatkan

hasil, frekuensi rata-rata sebesar 49.97 Hz. Data hasil pengukuran pada tabel 4.3

memberi gambaran bahwa besarnya frekuensi tegangan sebesar 49.82 Hz - 50.16

Hz, Berarti frekuensi di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan

Kota Universitas Diponegoro masih diijinkan. Standar frekuensi Indonesia

menggunakan 50 Hz. Batas toleransi minimun - 0,5 Hz (49,5 Hz) dan batas

maksimum toleransi +1 Hz (51Hz) .

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Frekuensi

Frekuensi Hz
Min 49.82
Rata-rata 49.97
Max 50.16
52

Pasokan energi dengan frekuensi yang berkualitas baik akan menghindari

peralatan konsumen dari kerusakan dan ketika terjadi keadaan dimana frekuensi <

50 Hz dapat dilakukan dengan cara menambahkan jumlah total energi yang

disuplai ke sistem melalui cara menambah unit pembangkit yang bekerja.

4.2.3 Arus Listrik

Arus listrik adalah mengalirnya elektron secara terus menerus dan

berkesinambungan pada konduktor akibat perbedaan jumlah elektron dibeberapa

lokasi yang jumlah elektronnya tidak sama.

Fluktuasi Arus
200
150 R
Arus

100
50 S
0
T
0:50:00
1:50:00
2:50:00
3:50:00
4:50:00
5:50:00
6:50:00
7:50:00
8:50:00
10:50:00
11:50:00
12:50:00
13:50:00
14:50:00
15:50:00
16:50:00
17:50:00
18:50:00
19:50:00
20:50:00
21:50:00
22:50:00
23:50:00

Grafik 4.4 Hasil Pengukuran Arus Outgoing Trafo

Berdasarkan hasil pengukuran pada grafik 4.4 yang dilakukan di Gedung

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro pada

tanggal 13-14 September 2016 (jam 10.50-08.50) di outgoing trafo didapatkan

hasil, arus rata – rata fasa R sebesar 66,70 Ampere, fasa S sebesar 35,87 Ampere,

fasa T sebesar 25,66 Ampere, dan N sebesar 47,95 Ampere. Data hasil pada tabel
53

4.4 pengukuran memberi gambaran bahwa besarnya fluktuasi arus sebesar 10,30

Ampere – 157,5 Ampere.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Arus


Arus R S T N
(Ampere)
Min 10.30 18.20 14.00 16.20
Rata-rata 66.70 35.87 25.66 47.95
Max 157.5 77.80 61.60 119.9

4.2.4 Total Harmonic Distortion (THD)

Total Harmonic Distortion (THD) merupakan nilai prosentase antara total

komponen harmonisa dengan komponen fundamentalnya. Semakin besar

prosentase THD ini menyebabkan semakin besarnya risiko kerusakan peralatan

akibat harmonisa yang terjadi pada arus maupun tegangan.

Gambar 4.1 Gelombang THD arus dan THD tegangan

Arus harmonik merupakan gelombang distorsi yang merusak bentuk

gelombang fundamental (sinusoidal) arus, bentuk gelombang arus menjadi tidak

sinusoidal murni. Penyebab utama timbulnya harmonik adalah peralatan yang

bersifat non-linier, seperti komputer, peralatan elektronik, robotics (sistem


54

kontrol), ballast lampu elektronik, variable speed drives, frequency inverters,

UPS (Uninterruptable Power Supply), DC drives, battery chargers. Arus

harmonik ini akan menyebabkan beberapa kerugian pada operasi peralatan

diantaranya overheating, netral overloading, penurunan life time peralatan dan

peningkatan konsumsi kWh. Standar untuk bentuk gelombang arus tidak

sinusoidal dengan distorsi total harmonisa arus (THDI) tidak boleh melebihi batas

15% dan distorsi total harmonisa tegangan (THDV) tidak boleh melebihi batas

5% (Standar IEEE No. 519-1992) [4].

Grafik 4.5 hasil pengukuran THD di sisi outgoing trafo Gedung Teknik Arsitektur

dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Tegangan Harmonik
1.5
1
U1 THD
%

0.5
0 U2 THD
0:10:00
1:30:00
2:50:00
4:10:00
5:30:00
6:50:00
8:10:00
11:00:00
12:10:00
13:30:00
14:50:00
16:10:00
17:30:00
18:50:00
20:10:00
21:30:00
22:50:00

U3 THD

Grafik 4.5 Hasil Pengukuran THD Tegangan

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Gedung Arsitektur dan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro pada bulan September

2016 di outgoing trafo didapatkan hasil, tegangan harmonik rata – rata fasa R

sebesar 0,6977 %, fasa S sebesar 0,6714 %, fasa T sebesar 0,7083 %.

Data hasil pengukuran pada tabel 4.5 memberi gambaran bahwa besarnya

fluktuasi tegangan harmonik sebesar 0,5– 1 %. Nilai ini masih standar yaitu THD
55

sebesar 5%[4], maka dapat disimpulkan bahwa THD tegangan di Gedung

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro masih

dalam batas yang diijinkan.

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran THD Tegangan

THD (%) R S T

Min 0.5 0.5 0.5

Rata-rata 0.6977 0.6714 0.7083

Max 1 0.9 1

Arus Harmonik
20
15 A1 THD
10 A2 THD
%

5
0 A3 THD
0:50:00
2:00:00
3:10:00
4:20:00
5:30:00
6:40:00
7:50:00
10:50:00
12:00:00
13:10:00
14:20:00
15:30:00
16:40:00
17:50:00
19:00:00
20:10:00
21:20:00
22:30:00
23:40:00

Grafik 4.6 Hasil Pengukuran Arus Harmonik

Berdasarkan hasil pengukuran pada grafik 4.6 yang dilakukan di Gedung

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro pada bulan

September 2016 di outgoing trafo didapatkan hasil, arus harmonik rata – rata fasa

R sebesar 6.063 %, fasa S sebesar 10.87 %, fasa T sebesar 10.72 %.

Data hasil pengukuran pada tabel 4.6 memberi gambaran bahwa besarnya

fluktuasi arus harmonik sebesar 4,7 – 14,6 %. THD arus rata – rata di Gedung
56

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro masih

dalam batas kondisi yang diijinkan, karena bernilai kurang dari 15 % [4], tetapi

pada fasa S perlu lebih diperhatikan lebih lanjut, besar THD maksimal di fasa S

sebesar 15,4 %, sudah mencapai ambang batas nilai standar yaitu 15%. Perlu

adanya perhatian khusus apabila dibiarkan dapat mengakibatkan terjadinya

penambahan rugi daya akibat arus harmonisa. Arus harmonisa ini dapat dikurangi

dengan cara memasang filter diinstalasi listrik.

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Arus Harmonik

THD (%) R S T
Min 4.7 7.3 6.5
Rata-rata 6.063 10.87 10.72
Max 10.6 15.4 14.6

4.2.5 Power Factor (Faktor Daya)

Power Factor merupakan pergeseran fasa antara tegangan dan arus, faktor

daya yang rendah dapat menimbulkan efek-efek merugikan, seperti memperbesar

rugi-rugi saluran, pemborosan kapasitas sistem (VA), mengurangi efisiensi

sistem (W).
57

Faktor Daya
1.2
1
0.8
Pf

0.6 R
0.4
S
0.2
0 T

0:50:00
1:50:00
2:50:00
3:50:00
4:50:00
5:50:00
6:50:00
7:50:00
8:50:00
10:50:00
11:50:00
12:50:00
13:50:00
14:50:00
15:50:00
16:50:00
17:50:00
18:50:00
19:50:00
20:50:00
21:50:00
22:50:00
23:50:00
Grafik 4.7 Hasil Pengukuran Faktor Daya

Berdasarkan hasil pengukuran pada grafik 4.7 yang dilakukan di Gedung

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro pada

tanggal 13-14 September 2016 (jam 10.50-08.50) di outgoing trafo didapatkan

hasil tegangan rata-rata fasa R 0,9014, fasa S sebesar 0,9459, fasa T sebesar 0,8946.

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil pengukuran memberikan gambaran bahwa besarnya

fasa R 0,636 - 0,988, fasa S 0,895 - 0,989, fasa T 0,778 - 0,957.

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Faktor Daya

Faktor R S T
daya
Minimum 0,636 0,895 0,778
Rata-rata 0,9014 0,9459 0,8368
Maximum 0,988 0,989 0,957

Nilai batas minimum faktor daya dari PLN yaitu 0,85 tertinggal dalam

tagihan tenaga listrik [12]. Dapat dikatakan bahwa faktor daya di Gedung Teknik

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro masih


58

diijinkan. Perawatan faktor daya yang baik, diharapkan dapat mengurangi rugi–

rugi daya pada instalasi listrik serta dapat meningkatkan kualitas daya di Gedung

Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Dengan pemasangan capasitor bank dapat memperbaiki tegangan jaringan dan

untuk menyuplai daya reaktif ke beban yang berfungsi untuk memperbaiki nilai

faktor daya dari sistem.

4.3 Konsumsi Energi Di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

4.3.1 Perhitungan kebutuhan kapasitas Pencahayaan pada Gedung Teknik

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

Sistem pencahayaan di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro menggunakan jenis lampu TL, SL, dan

LED, dapat dilihat pada lampiran B halaman 6-13. (Tabel 4.8 Sistem pencahayan

di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas

Diponegoro).
59

Tabel 4.9 Total kebutuhan energi untuk sistem pencahayaan di Gedung Teknik

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

Total daya lampu terpasang 22,615 kWatt

Pencahayaan lampu per hari 177,32 kWh/hari

Pencahayaan lampu per bulan 3.901,04 kWh/bulan

Biaya untuk pencahayaan per bulan Rp. 4.335.381,79

(Rp)

Berdasarkan tabel 4.9 data yang diperoleh dari pengukuran, total daya yang

dibutuhkan untuk sistem pencahayaan di Gedung Teknik Arsitektur dan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro adalah sebesar 22.165

kWatt.

Pencahayaan lampu perhari = 22.165 kWatt x 8 (perhari)

= 177,32 kWh/hari

Pencahayaan lampu perbulan = 177,32 kWh x 22 hari (perbulan)

= 3.901,04 kWh/bulan

Perhitungan daya maksimum lumen per meter persegi untuk masing–

masing ruangan di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Diponegoro dapat dicari dengan menggunakan persamaan 4.1.

( )
W/m2 = ( )
…………………………..4.1
60

1. Contoh perhitungan diambil dari Perencanaan Wilayah dan Kota

ruangan Universitas Diponegoro A.302 IT

 Fakultas Perencanaan Wilayah dan Kota ruangan A.302 IT

Daya Terpasang = 54 Watt

Luas Ruangan = 7 m2

= 7,71 w/m2

 Hasil perhitungan kebutuhan pencahayaan setiap w/m2 untuk Ruang

A.302 IT Gedung A Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota dengan

ukuran adalah sebesar 7,71 w/m. Standar daya pencahayaan

maksimum w/m2 untuk Ruang Kantor adalah sebesar 15 w/m [11].

Pencahayaan Ruang A.302 IT memenuhi kebutuhan kapasitas

pencahayaan, berdasarkan perhitungan tidak melebihi standar daya

pencahayaan maksimum ruangan.

2. Contoh perhitungan yang tidak sesuai diambil dari Ruang Mushola

atau Ruang Santai Gedung B Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Diponegoro.

 Ruang Mushola

Daya Terpasang = 126 watt

Luas Ruangan = 35 m2

= 3,6 w/m2

Hasil perhitungan kebutuhan pencahayaan setiap w/m2 untuk Ruang Mushola

atau tempat santai Gedung B Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota dengan
61

ukuran adalah sebesar 3,6 w/m2. Standar daya pencahayaan maksimum

w/m2 untuk Ruang Santai adalah sebesar 1 w/m2 [11]


. Pencahayaan Ruang

Mushola melebihi kebutuhan kapasitas pencahayaan, berdasarkan perhitungan

melebihi standar daya pencahayaan maksimum ruangan.

3. Hasil perhitungan keseluruhan untuk masing–masing ruangan di Gedung

Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas

Diponegoro dapat dilihat pada lampiran C halaman 14-18 (Tabel 4.10

Daya Pencahayaan Maksimum di Gedung Teknik Arsitektur dan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro).

4.3.2 Perhitungan kebutuhan kapasitas AC pada Gedung Teknik

Arsitektur Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

Parameter yang digunakan untuk menghitung kebutuhan AC yaitu [10] :

 1 meter = 3,28 kaki

 P = Panjang ruangan

 L = Lebar ruangan

 T = Tinggi ruangan

 I = Jika lantai dasar Nilai = 10

Jika lantai atas Nilai = 18

 E = Arah penempatan AC

 Utara = 16

 Selatan = 18

 Timur = 17

 Barat = 20
62

Perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :

( , ) ( , ) ( , )
= …………………....4.2

1. Contoh perhitungan yang sesuai kebutuhan diambil dari Gedung

Arsitektur Universitas Diponegoro Gedung A lantai 1 dan arah

penempatan Ac menghadap ke timur.

 Ruang Tata Usaha

( , ) ( , ) ( , , )
= 20.996 BTU/h

Hasil perhitungan diambil dari kebutuhan kapasitas AC pada Ruang Tata

Usaha dengan ukuran ruangan 60 m2 sebesar 20.996 BTU/h ,AC yang tersedia

pada Ruang Tata Usaha sebesar 2 PK (± 1800) maka AC yang tersedia pada

Ruang Tata Usaha mencukupi kebutuhan kapasitas AC untuk ruang tersebut.

Hasil perhitungan AC untuk masing–masing ruangan di Gedung Teknik

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro,

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D halaman 19-21 (Tabel 4.11 hasil

kebutuhan kapasitas AC di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro).

2. Contoh perhitungan yang tidak sesuai diambil dari Ruang A.1013

Administrasi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas

Diponegoro Gedung A lantai 1 dan arah penempatan Ac menghadap arah

ke timur.

 Ruang A.1013
( , ) ( , ) ( , , )
= 4.199 BTU/h
63

Hasil perhitungan kebutuhan kapasitas Ac pada Ruang Administrasi

Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Gedung A lantai 1 dengan ukuran

ruangan 12 m2 sebesar 4.199 BTU/h. AC yang tersedia pada Ruang

Administrasi sebesar 2 PK (± 18.000) maka AC yang tersedia pada Ruang

Administrasi terlalu boros untuk kebutuhan kapasitas AC ruang tersebut.

Hasil perhitungan AC untuk Ruang Administrasi seharusnya cukup

menggunakan kapasitas AC PK (± 5.000).

3. Hasil perhitungan AC untuk masing–masing ruangan di Gedung Teknik

Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro,

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D halaman 19-21 (Tabel 4.11

Hasil kebutuhan kapasitas AC di Gedung Arsitektur dan Perencanaan

Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro).

4.4 Peluang Penghematan Energi Di Gedung Teknik Arsitektur dan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

4.4.1 Penghematan Medium / High Cost

Penghematan medium / high cost adalah peluang penghematan energi yang

membutuhkan biaya investasi besar, karena biasanya berhubungan dengan

pembongkaran jaringan listrik eksisting atau pembangunan instalasi listrik

tambahan.

Pelaksanaan peluang penghematan energi medium/high cost dibutuhkan

analisis ekonomi karena pada peluang jenis ini membutuhkan biaya investasi

besar untuk penghematan energi dalam jangka waktu yang panjang. penghematan

medium / high cost dapat menghemat energi 15- 30%[2].


64

Sebelum melaksanakan investasi untuk peluang penghematan medium / high

cost, maka dibutuhkan analisis biaya untuk pelaksanaan investasi tersebut. Hal ini

perlu dilaksanakan agar pihak Fakultas Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro dapat mengetahui bahwa investasi

yang diberikan dapat dikembalikan setelah beberapa lama, disebut juga dengan

pay back periode. Perhitungan pay back periode dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 4.3.

( )
Pay back periode = (
……..4.3
)

Berikut analisis payback periode untuk investasi penghematan yang dapat

dilakukan di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Diponegoro.

4.4.1.1 Pencahayaan

Sistem pencahayaan di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro menggunakan lampu TL, SL dan Led,

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F halaman 23-27 (Tabel 4.12

Penggunaan lampu eksisting dengan penggunaan lampu yang telah diganti

menggunakan lampu Led). Agar lebih menghemat energi maka dapat dilakukan

penggantian lampu eksisting dengan menggunakan lampu Led. Lampu Led

menyerap daya yang lebih kecil daripada lampu konvensional. Berikut

perhitungan penggantian lampu eksisting dengan menggunakan lampu Led di

Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas

Diponegoro.
65

 Perhitungan Biaya Lampu Eksisting

1.Ruangan dengan estimasi waktu 8 jam

 TL 36 W

Total Lampu = 402

Total kWH = = 14,472 kW

 SL 18 W

Total Lampu = 389

Total kWH = = 7,002 kW

 SL 11 W

Total Lampu = 21

Total kWH = = 0,231 kW

 TL 18 W

Total Lampu = 20

Total kWH = = 0,36 kW

 Led 10 W

Total Lampu = 10

Total kWH = = 0,1 kW

 Total biaya estimasi 8 jam

(14,472 kW+7,002 kW+0,231 kW+0,36 kW+0,1 kW) x 8 jam x TDL

Bulan September Rp. 1.111,34

= 22,165 kW x 8 jam x Rp.1.111,34


66

= Rp. 197.062,80

 Total biaya per Bulan

Total biaya per Bulan = total biaya x 22 hari (1 bulan)

= Rp. 197.062,8088 x 22

= Rp.4.335.381,79

Jadi biaya yang di butuhkan untuk sektor penerangan pada Gedung

Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas

Diponegoro dengan menggunakan lampu yang telah terpasang atau

eksisting setiap bulannya adalah sebesar Rp. 4.335.381,79

 Perhitungan Biaya Dengan Mengganti Lampu Eksisting Menggunakan

LED

1. Ruangan dengan estimasi waktu 8 jam

a. Led 13 W

Total lampu = 402

Total kWh = = 5,226 kW

b. Led 7 W

Total lampu = 389

Total kWh = = 2,723 kW


67

c. Led 3 W

Total lampu = 21

Total kWh = = 0,063 kW

d. Led 7 W

Total lampu = 20

Total kWh = = 0,14 kW

e. Led 10 W

Total lampu = 10

Total kWh = = 0,1 kW

 Total biaya estimasi waktu 8 jam

(5,226 kW+2,723 kW+0,063 kW+0,14 kW+0,1 kW) x 8 jam x TDL Bulan

September Rp. 1.111,34

= 8,252 kW x 8 jam x Rp. 1.111,34

= Rp. 73.366,22

 Total biaya per Bulan

Total biaya per Bulan = total biaya x 22 hari (1 bulan)

= Rp. 73.366,22144x 22 hari


68

= Rp. 1.614.056,87

Jadi biaya yang di butuhkan untuk sektor penerangan pada Arsitektur dan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro dengan

menggunakan lampu LED yang sesuai dengan titik lampu eksisting setiap

bulannya adalah sebesar Rp. 1.614.056,87

Tabel 4.13 Perbandingan lumen lampu Eksiting dengan lampu Led

Eksiting Led

Jenis Lampu Lumen Jenis Lampu Lumen

TL 36 1.720 TL 18 1.980

TL 18 940 TL 10 1.000

TL 15 700 TL 7 600

SL 18 570 Bulb 7 600

SL 24 1.300 Bulb 13 1.400

SL 11 240 Bulb 3 250

SL 35 1.500 Bulb 13 1.400

SL 8 195 Bulb 3 250

SL 23 1.100 Bulb 10 1.000

Bulb 3 Led 250 Bulb 3 250


69

Perhitungan jumlah titik lampu dapat menggunakan persamaan 4.4

1 lux = 1 lumen/m2

Lux = ……………………………………………………4.4

 Perhitungan Ruang B.206 Studio Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

gedung B

 Eksiting TL 36 w

Lumen = 1.720

Luas = 138 m2
.
=

= 12 lux = 12 lumen/m2

= /

= 20 titik lampu

 Led TL 18 w

Lumen = 1.980

Luas = 138 m2
.
=

= 14 lux = 14 lumen/m2

= /

= 17 titik lampu
70

Tabel 4.14 Perbandingan konvensional TL 36 w dengan Led TL 18 w[11]

Ruang B.206 Studio Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota gedung B

Eksiting Led

Jenis lampu = TL 36 W Jenis lampu = TL 18 W

Lumen = 1.720 Lumen = 1.980

Lux = 250 Lux = 250

Luas ruangan = 138 m2 Luas ruangan = 138 m2

20 titik lampu 17 titik lampu

36 w x 20 titik lampu = 720 Watt 18 w x 17 titik lampu = 306 Watt


720 w : 138 m2 = 5 w/m2 306 w : 138 m2 = 2 w/m2

Rekomendasi tingkat penerangan ruang dalam bangunan menurut Badan

Standar Nasional (PUIL 2000) No.75 Tahun 2002 SNI-04-0225-2000[11] tingkat

penerangan ruang dalam bangunan untuk ruang Pembelajaran adalah sebesar 250

Lux dan daya pencahayaan maksimumnya adalah 15 w/m2 . Ruang B.206 Studio

Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota gedung B adalah 138 m2 jumlah lampu 20

titik dan jenis lampu yang terpasang pada ruangan tersebut adalah eksiting

konvensional TL 36 W memiliki Lumen 1.720 dan Lux 250 serta daya

pencahayaannya adalah sebesar 5 w/m2. Beban pencahayaan menggunakan TL

36 W membutuhkan konsumsi energi yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk

menghemat biaya konsumsi energi maka TL 36 W diganti dengan Led TL 18 W

yang memiliki Lumen 1.980 dan Luxnya sebesar 250, Sehingga dengan ruangan
71

seluas 138 m2 cukup menggunakan 17 titik lampu dengan daya pencahayaan

maksimumnya adalah sebesar 2 w/m2.

Tabel 4.15 Penggantian Lampu Eksisting Dengan Lampu Led

Eksisting LED Jumlah Daya Eksisting Daya LED

Jenis Daya Jenis Daya (watt) (watt)

(watt) (watt)

TL 36 36 TL 18 18 402 14.472 5.226

SL 18 18 Bulb 7 7 389 7.002 2.723

SL 11 11 Bulbl 3 3 21 231 63

TL 18 18 TL 10 10 20 360 200

LED 10 10 Bulbl 10 10 10 100 100

Jumlah 22.165 8.252

Tabel 4.16 Perbandingan Efisiensi lampu Eksiting dengan lampu Led

Lampu Eksisting Penggantian lampu


eksisting dengan LED
Kebutuhan 22,165 kW x 8 jam 8,252 kW x 8 jam
konsumsi = 177,32 kWh/hari = 66,016 kWh/hari
per Hari (kWh)
Biaya Rp.4.335.381,7936 Rp. 1.614.056,87168
per Bulan (Rp)

, /
Total kWh = , /
x 100% = 37,229 % atau 111,304 kWh

. . ,
Biaya = . . ,
x 100% = 37,229 % atau Rp.2.721.324,92

Lama penggunaan lampu yang bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi


72

di Gedung Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

didapatkan besarnya energi dibutuhkan untuk lampu eksisting sebesar 177,32

kWh/hari. Energi dibutuhkan untuk lampu LED sebesar 66,016 kWh/hari.

 Penghematan

 Konsumsi Energi Lampu Eksiting - Konsumsi Energi Lampu Led

= 177,32 kWh/hari - 66,016 kWh/hari

= 111,306 kWh/hari

Penghematan/ hari = 111,306 kWh/hari

Lama hari pembelajaran dalam 1 bulan adalah 22 hari, maka penghematan energi

yang dapat dilakukan selama 1 bulan adalah :

Penghematan/ bulan = 111,306 kWh/hari x 22 hari

= 2.448,688 kWh/bulan

Besar penghematan pembayaran rekening listrik yang dapat dilakukan dalam satu

bulan adalah :

Penghematan (Rp) = Total kWh x TDL Bulan September

= 2.448,688 kWh/bulan x 1.111,34

` = Rp. 2.721.324,921

Besar investasi yang dibutuhkan untuk penggantian lampu eksisting dengan

lampu LED dapat dilihat pada tabel 4.17. Estimasi harga berdasarkan[7].
73

Tabel 4.17 Investasi penggantian lampu Eksisting dengan menggunakan

lampu Led

LED Jumlah Harga (Rp) Investasi (Rp)

Jenis Daya

(watt)

TL 18 18 402 105.000 42.210.000

TL 7 7 389 65.000 25.285.000

Bulb 3 3 21 35.000 735.000

Bulb 7 7 20 65.000 1.300.000

Bulb 10 10 10 85.000 850.000

Total 70.380.000

Berdasarkan tabel 4.17 dapat terlihat bahwa biaya investasi yang dibutuhkan

untuk penggantian lampu eksisting dengan lampu LED sebesar Rp 70.380.000

Pay back periode investasi penggantian lampu LED tersebut adalah :

. .
Payback periode = . . ,
= 25 bulan = 2 tahun 1 bulan ……..4.5

Perhitungan 4.6 terlihat bahwa biaya investasi untuk penggantian lampu

eksisting dengan lampu LED dapat terjadi setelah 25 bulan (2 tahun 1 bulan)

pemasangan lampu LED sebagai pengganti lampu eksisting. Besarnya pay back
[7]
periode bernilai lebih kecil daripada umur lampu LED 20 tahun , maka dapat

disimpulkan bahwa investasi penggantian lampu eksiting dengan LED ini layak

dilaksanakan.
74

4.4.2.1 Pendingin Udara

AC yang digunakan di Gedung Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan

Kota Universitas Diponegoro adalah AC dengan Freon R-22, agar dapat

menghemat energi maka dapat dilakukan dengan mengganti refigerant pada AC

dengan menggunakan refrigerant Musicool MC-22. Refigerant Musicool MC-22

AC dapat menghemat energi hingga 20% [2].

Besar Investasi Penggantian AC jika menggunakan Refigerant Musicool

MC-22 dapat dilihat pada tabel 4.18. Estimasi harga berdasarkan[8].

Tabel 4.18 Investasi Penggantian AC menggunakan Refigerant Musicool MC-22

No Kapasitas AC Harga Musicool Jumlah Investasi

( Rp) Ac (Rp)

1 ½ 240.000 2 480.000

2 1 495.000 5 2.475.000

3 1,5 495.000 41 20.295.000

4 2 495.000 67 33.165.000

5 2,5 495.000 8 3.960.000

6 5 750.000 3 2.550.000

Jumlah 62.925.000

 AC eksisting di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan

Kota Universitas Diponegoro, saat menggunakan refrigerant R-22

Daya AC keseluruhan = (1/2pk x 2)+(1pk x 5)+(1,5pk x 41)+

(2pk x 67) + (2,5 pk x 8)+(5pk x 3)


75

= 1 + 5 + 61,5 + 134 + 20 + 15

= 236,5 pk = 176,429 kWatt

Penggunaan Ac perhari (8 jam) = 176,429 kWatt x 8 jam

= 1.411,432 kWh/ hari

Penggunaan Ac perbulan (22 hari) = 1.411,432 kWh/ hari x 22 hari

= 31.051,504 kWh/ bulan (22hari)

 AC eksisting di Gedung Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan

Kota Universitas Diponegoro, sesudah menggunakan refigerant Musicool

MC-22

Daya AC keseluruhan = (1/2pk x 2)+(1pk x 5)+(1,5pk x 41)+

(2pk x 67) + (2,5 pk x 8)+(5pk x 3)

= 1 + 5 + 61,5 + 134 + 20 + 15

= 236,5 pk = 176,429 kWatt

Penggunaan Ac perhari (8 jam) = 176,429 kWatt x 8 jam

= 1.411,432 kWh/ hari x 20%

= 282,286 kWh/ hari

Penggunaan Ac perbulan (22 hari) = 1.411,432 kWh/ hari x 22 hari

= 31.051,504 kWh/ bulan x 20%

= 6.210,300 kWh/ hari

Lama penggunaan Ac yang bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi di Gedung

Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

didapatkan konsumsi energi yang dibutuhkan untuk Ac tanpa refigerant Musicool

MC-22 sebesar 1.411,432 kWh/ hari. Konsumsi energi yang dibutuhkan untuk
76

Ac refigerant Musicool MC-22 sebesar 282,286 kWh/ hari.

 Penghematan

 Ac dengan refrigerant R-22 - Ac refigerant Musicool MC-22

= 1.411,432 kWh/ hari - 282,286 kWh/ hari

= 1.129,145 kWh/ hari

Penghematan/ hari = 1.129,145 kWh/ hari

Lama hari pembelajaran dalam 1 bulan adalah 22 hari, maka penghematan energi

yang dapat dilakukan selama 1 bulan adalah :

Penghematan/ bulan = 1.129,145 kWh/ hari x 22 hari

= 24.841,203 kWh/perbulan

Besar penghematan pembayaran rekening listrik yang dapat dilakukan dalam satu

bulan adalah :

Penghematan (Rp) = Total kWh x TDL Bulan september

= 24.841,203 kWh x Rp 1.111,34

= Rp 27.607.022,764

Pay back periode akan terlaksana pada :

. .
Pay back = . . ,
= 2,2 bulan ……………………….4.6

Perhitungan 4.6 terlihat bahwa biaya investasi untuk AC dari refrigerant Freon R-

22 diganti dengan refrigerant musicool MC-22 terjadi setelah 2,2 bulan

pemasangan refrigerant musicool MC-22 sebagai pengganti refrigerant Freon R-

22. Dapat disimpulkan bahwa investasi dengan refrigerant musicool MC-22 ini

layak dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai