LP FR - Servical Rs
LP FR - Servical Rs
FRAKTUR SERVICAL
Oleh :
Qibtiyatul Hasanah
Nim.20020070
2021
1.1 PENGERTIAN
1.2 ETIOLOGI
a. Lesi C1-C4
Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma
masih berfungsi. Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis
dan tidak ada gerakan (baik secara fisik maupun fungsional0 di bawah
transeksi spinal tersebut. Kehilangan sensori pada tingkat C1 malalui C3
meliputi daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah. Kehilangan
sensori diilustrasikan oleh diagfragma dermatom tubuh.
Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau C3 membutuhkan
perhatian penuh karena ketergantungan pada semua aktivitas kebutuhan
sehari-hari seperti makan, mandi, dan berpakaian. quadriplegia pada C4
biasanya juga memerlukan ventilator mekanis tetapi mengkn dapat
dilepaskan dari ventilator secara. intermiten. pasien biasnya tergantung
pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari meskipun
dia mungkin dapat makan sendiri dengan alat khsus.
b. Lesi C5
Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi
diafragma rusak sekunder terhadap edema pascatrauma akut. paralisis
intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi pernapasan.
Ekstremitas atas mengalami rotasi ke arah luar sebagai akibat kerusakan
pada otot supraspinosus. Bahu dapat di angkat karena tidak ada kerja
penghambat levator skapula dan otot trapezius. setelah fase akut, refleks di
bawah lesi menjadi berlebihan. Sensasi ada pada daerah leher dan
triagular anterior dari daerah lengan atas.
c. Lesi C6
Pada lesi segmen C6 distres pernafasan dapat terjadi karena paralisis
intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik,
dengan lengan abduksi dan lengan bawah fleksi. Ini karena aktivitasd tak
terhambat dari deltoid, bisep dan otot brakhioradialis.
d. Lesi C7
Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesori
untuk mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Ekstremitas atas
mengambil posis yang sama seperti pada lesi C6. Fleksi jari tangan
biasnya berlebihan ketika kerja refleks kembali.
1.4 PATOFISIOLOGI
1.5 PATHWAY
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X spinal
Menentukan loksi dan jenis cedera tulang (fraktur, disloksi) untuk
kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.
b. CT scan
Menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi gangguan struktural.
c. MRI
Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi.
d. Mielografi
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor
patologisnya tidak jelas atau di curigai adanya oklusi pada ruang
subarakhnoid medulla spinalis.
e. Foto rontgen torak
Memperlihatkan keadaan paru (contohnya: perubahan pada diagfragma,
anterlektasis).
f. GDA
Menunjukkan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.
1.8 KOMPLIKASI
1.9 PENATALAKSANAAN
a. Pengkajian
Data Umum
1. Identitas Pasien Meliputi: nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal
MRS, diagnosa medis, ruangan, golongan darah, dan sumber
informasi.
2. Identitas Penanggung Jawab Meliputi: nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, dan hubungan
dengan pasien
Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
3. Riwayat Penyakit
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami ( Riwayat perawatan, Riwayat operasi,
Riwayat pengobatan ).
2. Kecelakaan yang pernah dialami
3. Riwayat Alergi
b. Diagnose keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
ditandai dengan dispnea (sesak nafas)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai
dengan mengeluh nyeri
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan
ekstermitas
c. Intervensi
Diagnosa
No Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 Manajemen jalan nafas
Efektif b.d dengan jam diharapkan pola nafas klien efektif .
sindrom Observasi
hipoventilasi kriteriahasil: Pola nafas (L.01004) - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
(D.0005) nafas)
Kriteria Hasil s.a s.t - Monitor bunyi nafas tambahan
Dyspnea 5
Frekuensi nafas 5 Terapeutik
- Posisikan semi-fowler atau fowler
Keterangan : - Berikan minum hangat
1 = meningkat - Berikan oksigen , jika perlu
2 = cukup meningkat
3 = sedang Edukasi
4 = cukup menurun - Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
5 = menurun kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian brongkodilator,
ekspektoran, molitik, jika perlu
2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 Manajemen Nyeri
jam diharapkan tidak terjadi gangguan pertukaran gas
agen pencedera
Observasi
fisik Kriteria hasil: Tingkat Nyeri (L.08066) - Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, nyeri
- Identifikasi skala nyeri
(D0077) - Identifikasifaktor yang memperberat dan
Kriteria Hasil s.a s.t memperingan nyeri
Keluhan nyeri 5
Meringis 5 Terapeutik
Frekuensi nadi 5 - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
Pola napas 5 rasa nyeri (mis. Kompres hangat/dingin)
Tekanan darah 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
Keterangan : Edukasi
1 = meningkat - Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
2 = cukup meningkat nyeri
3 = sedang
4 = cukup menurun Kolaborasi
5 = menurun - Kolaborasi pemberian analgesik
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta
Milby AH, Halpern CH, Guo W, Stein SC. Prevalence of cervical spinal injury in
trauma. Neurosurg Focus. 2008;25(5):E1–10.
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Persyarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Ning GZ, Yu TQ, Feng SQ, Zhow XH, Ban DX, Liu Y, dkk. Epidemiology of
traumatic spinal cord injury in Tianjin, China. Spinal Cord. 2011;49(3):386–
90.
Patel Pradip R. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga. 2007
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Saanin, Syaiful. 2009. Cedera Sistema Saraf Pusat Traumatika Dan Nontraumatika.
PDF Jurnal. Diakses tanggal 3 Agustus 2015.