Anda di halaman 1dari 14

KONSULTASI GIZI

GIZI MASYARAKAT,GIZI KLINIK DAN GIZI INSTITUSI

Disusun Oleh :

IRA SUSANTI

(P01031219127)

Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

4C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN AJARAN 2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................2

KATA PENGANTAR.............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

1.3 Tujuan.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 GIZI MASYARAKAT........................................................................................6

2.1.1 Permasalahan Gizi Masyarakat.................................................................6


2.1.2 Solusi dari Permasalahan Gizi Masyarakat..............................................8

2.2 GIZI KLINIK.....................................................................................................9

2.2.1 Permasalahan Gizi Klink............................................................................9


2.2.2 Solusi dari Permasalahan Gizi Klinik.......................................................10

2.3 GIZI INSTITUSI............................................................................................10

2.3.1 Permasalahan Gizi Institusi.....................................................................11


2.3.2 Solusi dari Permasalahan Gizi Institusi...................................................11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..................................................................................................13

3.2. Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah TEORI KONSULTASI GIZI
dengan judul “Gizi Masyarakat, Gizi Klinik dan Gizi Institusi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

, Maret 2021

IRA SUSANTI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh


banyak faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan pendekatan medis
maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2013), prevalensi gizi buruk di Indonesia tahun 2007
(5,4%), tahun 2010 (4,9%), dan tahun 2013 (5,7%), sedangkan target Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2014 sebesar 3,6%. Jadi prevalensi gizi buruk di
indonesia masih di bawah target.

Dilihat dari segi sifatnya ilmu gizi dibedakan menjadi dua yaitu gizi yang
berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan
perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi
kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya
masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yaitu cabang ilmu
kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi
kesehatan masyarakat atau gizi masyarakat (community nutrition). Kedua cabang
ilmu gizi ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan dengan
masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat
kekurangan atau kelebihan gizi. Oleh sebab itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih
menitik beratkan pada kuratif daripada preventif dan promotifnya.
Sedangkan gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok
masyarakat, oleh karena itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada
pencegahan (preventif) dan peningkatan (promotif). Oleh karena sifat kedua
keilmuan ini berbeda, maka akan menyebabkan perbedaan jenis profesi yang
menangani kedua pokok masalah tersebut. Gizi klinik berurusan dengan masalah
klinis pada individu yang mengalami gangguan gizi, maka profesi kedokteranlah
yang lebih tepat untuk menanganinya. Sebaliknya gizi masyarakat yang berurusan
gangguan gizi pada masyarakat, dimana masyarakat mempunyai aspek yang sangat
luas, maka penanganannya harus secara multisektor dan multidisiplin. Profesi dokter
saja belum cukup untuk menangani masalah gizi masyarakat.
Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita
saja, karena apabila setelah mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh
karena itu, terapi penderita gangguan gizi masyarakat tidak saja ditujukan kepada
penderitanya saja, tetapi seluruh masyarakt tersebut.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan
aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial budaya, pendidikan,
kependudukan dan sebagainya. Oleh karena itu, penanganan atau perbaikan gizi
sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan kepada gangguan gizi atau kesehatan
saja, melainkan juga kearah bidang-bidang yang lain.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai
apa yang terjadi dalam tubuh sesorang, yang seharusnya ditanggulangi secara
individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus
diperhatikan secara individual. (DEPKES, 2005)

4
Asuhan gizi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara optimal
dan salah satunya berupa pemberian makanan pada pasien rawat inap, untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait
untuk melaksanakan urutan kegiatan, yang dikelompokkan menjadi lima kegiatan,
yaitu : membuat diagnosis masalah gizi, menentukan kebutuhan terapi gizi, memilih
dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral, enteral dan parenteral)
sesuai kebutuhan, melaksanakan pemberian makanan, evaluasi/pengkajian gizi dan
pemantauan. (DEPKES, 2005)

Penyelenggaraan makanan institusi merupakan rangkaian kegiatan mulai dari


perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, anggaran belanja,
pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan
makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Tujuan
penyelenggaraan makanan institusi yaitu untuk menyediakan makanan yang
berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, dan dapat diterima oleh konsumen guna
mencapai status gizi yang optimal (Kemenkes, 2013).

Upaya agar kebutuhan zat gizi seseorang dapat diperoleh secara optimal adalah
dengan diadakannya penyelenggaraan makanan yang dikelola dengan menerapkan
disiplin-disiplin ilmu seperti ilmu gizi, manajemen, dietetika serta dilakukan dengan
menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas karena tujuan dari penyelenggaraan
makanan adalah menghasilkan makanan yang berkualitas baik dan sesuai dengan
kebutuhan (Mukrie, 1990).

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian,masalah dan penanganan gizi masyarakat
2. Pengertian, masalah dan penanganan gizi klinik
3. Pengertian, masalah dan penanganan gizi institusi

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian, masalah serta penanganan pada gizi masyarakat
2. Mengetahui pengertian, masalah serta penanganan pada gizi klinik
3. Mengetahui pengertian, masalah serta penanganan pada gizi institusi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GIZI MASYARAKAT

Terkait erat dengan ”gisi kesehatan masyarakat” adalah ”kesehatan gizi


masyarakat,” yang mengacu pada cabang populasi terfokus kesehatan masyarakat
yang memantau diet, status gizi dan kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan
memberikan peran kepemimpinan dalam menerapkan publik kesehatan prinsip-
prinsip untuk kegiatan yang mengarah pada promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pengembangan kebijakan dan perubahan lingkungan. Definisi Gizi
kesehatan masyarakat merupakan penyulingan kompetensi untuk gizi kesehatan
masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin nasional dan internasional
dilapangan. Gizi istilah dalam kesehatan masyarakat mengacu pada gizi sebagai
komponen dari cabang kesehatan masyarakat , ”gizi dan kesehatan masyarakat”
berkonotasi koeksistensi gizi dan kesehatan masyarakat, dan gizi masyarakat
mengacu pada cabang kesehatan masyarakat yang berfokus pada promosi
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat dengan menyediakan layanan
berkualitas dan program-program berbasis masyarakat yang disesuaikan dengan
kebutuhan yang unik dari komunitas yang berbeda dan populasi. Gizi masyarakat
meliputi program promosi kesehatan, inisiatif kebijakan dan legislatif, pencegahan
primer dan sekunder, dan kesehatan di seluruh rentang hidup.

2.1.1 Permasalahan Gizi Masyarakat

UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro (lihat skema.)


sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam
kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:

1. Penyebab langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.


Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi
juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit,
pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak
memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan
mudah terserang penyakit.

2. Penyebab tidak langsung

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga


diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

6
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap
anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga
yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan


ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan,
makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka
akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.

3. Pokok masalah di masyarakat

Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber


daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak
langsung.

4. Akar masalah

Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan


sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan
kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang
menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya
kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang
tidak memadai. Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro.
Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau
ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro
bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK)
adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR).

Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor


atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan
pada anak usia sekolah. Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana
dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau
berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh di bawah
standar disebut Gizi Buruk. Bila gizi buruk disertai dengan tandatanda klinis seperti ;
wajah sangat kurus, muka seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut
Marasmus, dan bila ada bengkak terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab
disebut Kwashiorkor. Marasmus dan Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor
dikenal di masyarakat sebagai “busung lapar”. Gizi mikro (khususnya Kurang
Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Yodium). Seperti contoh
gizi buruk. Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi
tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta

7
makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Itu ditandai dengan
status gizi sangat kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan hasil pemeriksaan klinis
menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmickwashiorkor.

Ada beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena busung lapar
(gizi buruk) yaitu :

1) Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan. Bila
perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standar WHO-
NCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut terkena busung lapar (Gizi
Buruk).
2) Dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) bila tidak
sesuai dengan standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.

2.1.2 Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat

Menurut Hadi (2005), solusi yang bisa kita lakukan adalah berperan bersama-
sama. Peran Pemerintah dan Wakil Rakyat (DPRD/DPR). Kabupaten 18 Kota
daerah membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat, misalnya kebijakan yang
mempunyai filosofi yang baik “menolong bayi dan keluarga miskin agar tidak
kekurangan gizi dengan memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI. Peran
perguruan tinggi juga sangat penting dalam memberikan kritik maupun saran bagi
pemerintah agar supaya pembangunan kesehatan tidak menyimpang dan tuntutan
masalah yang riil berada di tengah-tengah masyarakat, mengambil peranan dalam
mendefinisikan ulang kompetensi ahli gizi Indonesia dan memformulasikannya
dalam bentuk kurikulum pendidikan tinggi yang dapat memenuhi tuntutan zaman.

Menurut Azwar (2004). Solusi yang bisa dilakukan adalah :

1) Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan
penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk
menderita masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak terkait
perlu memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu
juga sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak
kepada perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta
target yang ditetapkan di bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan
seluruh sektor terkait.
2) Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan
peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat
diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat,
sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
3) Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best practice’
(efektif dan efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan
mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti: target yang spesifik
tetapi membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya pemberian

8
Yodium pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat 19
mencegah cacat permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang
dilahirkan. Pada keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui
pembiayaan publik.
4) Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat
dan evidence basedalam menentukan kebijakannya. Diperlukan sistem
informasi yang baik, tepat waktu dan akurat. Disamping pelaksanaan
monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi melalui kaidah-
kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
5) Mengembangkan kemampuan (capacity building) dalam upaya
penanggulangan masalah gizi, baik kemampuan teknis maupun kemampuan
manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor yang berperan untuk
pembangunan sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan beberapa
aspek yang saling mendukung sehingga terjadi integrasi yang saling sinergi,
misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan diintegrasikan dalam suatu
kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
6) Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk
melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui kemitraan
dengan swasta, LSM dan masyarakat

2.2 GIZI KLINIK

Ilmu gizi klinik adalah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara
makanan dan kandungan nutrisi didalamnya dengan kesehatan dan penyakit-
penyakit terkait gizi serta kondisi medis tertentu. Mulai dari penyakit akut maupun
kronis, serta kondisi degeneratif yang biasanya disebabkan oleh proses penuaan.
Ilmu gizi klinik dalam medis digunakan dalam aspek pencegahan, penyembuhan,
dan pencegahan komplikasi berlanjut dari suatu penyakit.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 26 Tahun


2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi, tenaga gizi
adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan gizi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam profesi tenaga gizi, ada ahli gizi ada pula dietisien.

2.2.1 PERMASALAHAN GIZI KLINIK

Kondisi kesehatan apa saja yang bisa ditangani oleh ahli gizi klinis, yakni:

 Diabetes
 Kanker
 Malnutrisi
 Gizi buruk 
 Obesitas
 Penyakit autoimun
 Gangguan sistem pencernaan
 Penyakit jantung
 Tekanan darah tinggi
 Kolesterol tinggi

9
 Penyakit ginjal dan hati

2.2.2 SOLUSI PERMASALAHAN GIZI KLINIK

Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang
menderita gangguan kesehatan akibat kelebihan atau kekurangan gizi. Oleh sebab
itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih menitikberatkan pada kuratif daripada preventif
dan promotifnya.

Solusi dari permasalahan gizi klinik adalah untuk memeriksa kondisi tubuh
dan melihat penyakit-penyakit serta gejala-gejala yang berhubungan dengan
makanan dan kandungan nutrisi didalamnya. Dengan diadakannya pemeriksaan
terhadap kondisi tubuh melalui pemeriksaan klinis maka gizi klinis dapat di atasi dan
dicegah dengan mudah, itulah solusi yang didapatkan dari permasalahan gizi klinis.

2.4 GIZI INSTITUSI

Menurut Mukrie (1990), klasifikasi pelayanan gizi institusi dapat dibagi


menjadi:

 Pelayanan gizi industri (tenaga kerja)


Tujuan penyediaan makanan bagi tenaga kerja ini adalah untuk
mencapai produktivitas yang maksimal dari tiap pekerja, sehingga akan ikut
membantu produktivitas dari industri sendiri.
 Pelayanan gizi instiusi sosial (panti sosial)
Penyediaan makanan yang dilakukan oleh pemerintah atau badan-
badan swasta yang berdasarkan azaz sosial dan bantuan, seperti panti
asuhan, panti jompo, panti cacat, dan lembaga lain.
 Pelayanan gizi institusi asrama
Pelayanan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat
golongan tertentu yang tinggal di asrama, misal mahasiswa, ABRI, dan
sebagainya.
 Pelayanan gizi institusi sekolah
Pelayanan gizi yang diperkirakan memberikan pemenuhan kebutuhan
gizi bagi anak sekolah selama berada dalam lingkup sekolah, misalnya anak
TK, SD, dan sebagainya.
 Pelayanan gizi institusi rumah sakit
Pelayanan gizi yang berada dalam rumah sakit, dimana bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat selama mendapatkan perawatan.
 Pelayanan gizi institusi komersial
Pelayanan gizi yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan dari
suatu penyelenggaraan makanan yang dipersiapkan untuk melayani

10
kebutuhan masyarakat yang makan di luar rumah dengan
mempertimbangkan aspek pelayanan dan kebutuhan konsumen , misalnya
restoran, kantin, kafe, catering, dan sebagainya
 Pelayanan gizi institusi khusus seperti LP, asrama haji.
Bentuk atau macam pelayanan gizi bagi kelompok khusus ini adalah
pelayanan gizi yang diberikan bagi masyarakat seperti pusat pelatihan atlet,
pusat pelatihan olimpiade, asrama haji, dan sebagainya.
 Pelayanan gizi transportasi
Pelayanan gizi yang berada dalam suatu tempat transportasi yang
berupa penyelenggaraan makanan. Tujuan dari adanya pelayan gizi adalah
untuk mencakupi kebutuhan gizi dari masing-masing individu yang sedang
menggunakan alat transportasi, misalnya kereta api, pesawat, dan
sebagainya.
Menurut sifatnya penyelenggaraan makanan kelompok dapat dibedakan
sebagai berikut :
 Penyelenggaraan makanan yang bersifat komersial
Pada penyelenggaraan makanan yang bersifat komersial,
penyelenggaraan makanan bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Usaha
jasa boga, kantin, kafetaria serta warung makan tergolong penyelenggaraan
makanan yang bersifat komersial.
 Penyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial
Penyelenggaraan yang bersifat non komersial tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan. Penyelenggaraan untuk orang sakit, penghuni 8
asrama, panti asuhan, barak militer, pengungsi dan narapidana tergolong
penyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial. (Moehyi, 1992)

2.3.1 PERMASALAHAN GIZI INSTITUSI

Permasalahan gizi institusi berfokus pada gizi suatu perusahaan baik


perusahaan makanan maupun perusahaan lainnya dalam bidang gizi bahkan
perusahaan yang mementingkan nilai gizi para karyawannya.

2.3.2 SOLUSI PERMASALAHAN GIZI INSTITUSI

Solusi dari permasalahan gizi institusi adalah bahwa ahli gizi yang bekerja
pada sebuah perusahaan harus memenuhi gizi pada produk yang diciptakan atau
pada karyawan yang bekerja disana, jadi ahli gizi harus berfokus pada hal-hal
tersebut. Jika ahli gizi berhasil dalam memperbaikii gizi karyawan dan membangun
gizi yang baik pada produk yang diciptakan maka permasalahan gizi pada institusi
dapat terselesaikan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang
menderita gangguan kesehatan akibat kelebihan atau kekurangan gizi. Oleh sebab
itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih menitikberatkan pada kuratif daripada preventif

12
dan promotifnya. Sedangkan gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada
kelompok masyarakat, oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan
pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi) sedangkan gizi institusi
merupakan program dari DIETINDO untuk memberikan pelayanan pada perusahaan
yang menginginkan pendampingan oleh Ahli Gizi kepada para karyawan.

3.2 SARAN

Saran dari makalah ini adalah bahwa setiap ahli gizi memiliki tugas yang
berbeda-beda tergantung dimana ahli gizi itu ditempatkan atau dimana ahli gizi itu
bekerja. Jadi sebagai mahasiswa gizi haruslah mengetahui perbedaan dari gizi
masyarakat, gizi klinik dan gizi institusi agar dapat memahami serta dapat nyaman
bekerja sesuai dengan kamampuan yang dimiliki agar pekerjaan yang dilakukan pun
dapat maksimal serta masalah gizi yang terjadi di indonesia dapat berkurang bahkan
dapat terberantas.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsgd.ac.id/20833/1/gizi%20pdfmasyarakat.pdf

https://campus.quipper.com/careers/ahli-gizi-nutritionist

https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/4035673/solusi-permasalahan-gizi-
di-indonesia

http://fkm.unmul.ac.id/index.php/pages/post/Gizi.Kesehatan.Masyarakat

13
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048525/pendidikan/ILMU+GIZI-
GIZI+MASYARAKAT.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai