Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas

bukanlah asal pakai, tetapi telah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan

perumusan tujuan intruksional khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan

tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu

tujuan. Karenanya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu.

Pemakaian metode yang satu digunakan unutk mencapai tujuan yang satu,

sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan

yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang

telah dirumuskan.

Kualitas pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumberdaya

manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan

dapat dikatakan masa depan bangsa bergantung pada keberadaan pendidikan yang

berkualitas yang berlangsung di masa kini. Pendidikan yang berkualitas hanya

akan muncul dari sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu, upaya peningkatan

kualitas sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang

berkualitas demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas pula. Dengan kata lain
upaya peningkatan kualitas sekolah adalah merupakan tindakan yang tidak pernah

terhenti, kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun.

Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan yang

meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya

dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru yang

berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup, dan terampil dalam

melaksanakan tugasnya.

Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam

hal belajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan

pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat

evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran

berlangsung (Combs, 1984: 11-13). Untuk memainkan peranan dan

melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan

professional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-

siswanya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan

diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk

membantu siswa tumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing.

Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan

cakupannya, tetapi dalam konteks kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas

yang sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan
pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the stimulation of learner

(Wetherington, 1986: 131-136), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan

hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan

pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan

pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan

yang konstruktif.

Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan

bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar

mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai factor

yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat

keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan

persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus.

Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang

mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah

taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya ditinjau

kembali.

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam

rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam

perisiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan

diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi

yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan
mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan

alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang

alat-alat evaluasi.

Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek

tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama

bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana

dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut,

setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non

formal apalagi tingkat Sekolah Dasar, haruslah berpusat pada kebutuhan

perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial,

dan sebagai calon manusia seutuhnya.

Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru

senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang tidak terpaku hanya pada

salah satu metode pengajaran dalam penyampaian materi dengan tujuan agar

materi yang diajarkan dapat dengan mudah diserap peserta didik.

Khususnya dalam pembelajaran Sejarah, agar siswa dapat memahami

materi yang disampaikan guru dengan baik, maka guru dapat memilih salah satu

atau gabungan dari beberapa metode pembelajaran, guru akan memulai

membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai,

baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong

untuk melihat pengaruh gabungan metode ceramah dengan metode simulasi

terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Penerapan Gabungan

Metode Ceramah Dengan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Sejarah Pada Siswa Kelas ………………………………. Tahun

Pelajaran………”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa

permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah gabungan metode ceramah dengan metode simulasi berpengaruh

terhadap hasil belajar Sejarah siswa

……………………………………………. Tahun Pelajaran 2005/2006?

2. Bagaimanakah pengaruh gabungan metode ceramah dengan metode simulasi

terhadap motivasi belajar siswa kelas …………………………………….

Tahun Pelajaran 2005/2006?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengungkap pengaruh gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi terhadap hasil belajar Sejarah pada siswa kelas

………………………………. Tahun Pelajaran 2005/2006.


2. Untuk mengungkap gabungan metode ceramah dengan metode simulasi

terhadap motivasi belajar Sejarah pada siswa kelas

……………………………….Tahun Pelajaran 2005/2006.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

gabungan metode ceramah dengan metode simulasi dalam meningkatkan

mutu dan hasil pembelajaran Sejarah.

2. Guru-guru Sejarah perlu memanfaatkan teknik gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik

dalam hal kualitas proses maupun kualitas hasil.

3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan bagi guru dalam hal proses

pembelajaran dengan tetap berpegang pada suatu pengertian bahwa siswa

memerlukan perhatian guru.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Metode Ceramah adalah:

Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.

2. Metode simulasi adalah:

Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan,

dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang

bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih

memegang perenan sebagai orang lain


3. Motivasi belajar adalah:

Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang

setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

4. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang

meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas …………………………

TahunPelajaran 2005/2006.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun ajaran

2005/2006.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan …………………………….

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,

1996: 14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan

belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang

bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan

dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-

lain. (Soetomo, 1993: 120).

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa

belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi

tertentu.

B. Metode Ceramah

1. Pengertian

Metode ceramah terkadang disebut sebagai metode kuliah, dapat juga

disebut metode deskrsejarahi. Sesuai dengan namanya, berceramah

dipergunakan sebagai metode mengajar.


Sedangkan menurut Hasibuan dan Mudjiono (1981), metode ceramah

adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.

Jadi metode ceramah adalah metode belajar yang digunakan untuk

menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan rumusan metode belajar

mengajar. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus dalam proses

belajar kurang tepat karena dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa.

Gambaran pengajaran dengan pendekatan ceramah adalah sebagai

berikut; guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, definisi dan rumus

diberikannya, contoh-contoh soal diberikan dan dekerjakan sendiri oleh guru,

langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa.

2. Kebaikan Metode Ceramah

a. Dapat menamung kelas besar dan tiap siswa mempunyai kesempatan yang

sama untuk mendengarkan. Oleh karenanya biaya yang diperlukan lebih

murah.

b. Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut, ide atau konsep dapat

direncanakan dengan baik.

c. Guru dapat menekankan hal-hal yang penting, sehingga waktu dan energi

dapat digunakan sehemat mungkin.

d. Isi silabus dapat dilakukan menurut jadwal, karena guru tidak harus

menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.


e. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran

tidak menghambat jalanya pelajaran.

3. Kelemahan Metode Ceramah

a. Pelajaran berjalan membosankan siswa karena mereka tidak diberi

kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan.

b. Siswa menjadi pasif hanya aktif membuat catatan saja.

c. Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat berakibat siswa tidak

mampu menguasai bahan yang diajarkan.

d. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.

e. Ceramah menyebabkan sistem belajar siswa menjadi “belajar menghafal”

dan tidak mengacu pada timbulnya pengertian.

4. Peranan Siswa dalamMetode Ceramah

Walaupun dalam metode ini, seluruh kegiatan didominasi oleh guru,

siswa juga berperan dalam metode ceramah yaitu;

a. Mengadakan interpretasi terhadap keterangan guru.

b. Mendengarkan dan memperhatikan dengan baik keterangan guru.

c. Mengadakan asimilasi, apabila tidak ada interpertasi yang benar.

d. Mengadakan pencatatan yang diperlukan.

5. Peranan Guru Dalam Metode Ceramah


Dalam metode ceramah, pemeran utama adalah garu. Karena

pelaksanaan metode ceramah merupakan komunikasi satu arah, dalam arti

guru mendominasi seluruh kegiatan belajar mengajar. Berhasil tidaknya

metode ceramah tergantung sebagian besar pada guru. Oleh karena itu ada

beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru.

a. Satuan bahan pelajaran apa yang disajikan pada siswa.

b. Bagaimana menyajikan satuan bahan pelajaran tersebut.

c. Alat-alat apa yang digunakan oleh guru tersebut.

6. Sepuluh Saran Untuk Mengefektifkan Pengajaran Dengan Ceramah

Berceramah merupakan salah satu dari metode pengajaran yang paling

lama digunakan, namun apakah metode semacam ini memiliki tempat dalam

lingkungan belajar aktif? Karema terlalu sering digunakan, metode ceramah

tidak akan mengantarkan pada pembelajaran, namun ada kalanya cara ini bisa

efektif. Agar bisa efektif, guru harus terlebih dahulu membangkitkan minat,

memaksimalkan pemahaman dan pengingatan, melibatkan siswa selama

penceramahan, dan menekankan kembali apa yang telah disajikan. Berikut

adalah sejumlah pilihan untuk melakukan hal itu.

a. Membangkitkan Minat

- Paparkan kisah atau tayangan menarik: Sajikan anekdot yang relevan,

kisah fiksi, kartun, atau gambar grafis yang bisa menarik perhatian

siswa terhadap apa yang akan anda ajaran.


- Ajuan soal cerita: Ajukan soal yang nantinya akan menjadikan sajian

dalam ceramah pengajaran.

- Pertanyaan penguji: Ajukan pertanyaan kepada siswa (sekalipun

mereka baru sedikit memiliki pengetahuan tentang mata pelajaran)

atau mereka termotivasi untuk mendengarkan ceramah dalam rangka

mendapatkan jawabannya.

b. Memaksimalkan Pemahaman dan Pengingatan

- Headline/kepala berita: Susunlah kembali poin-poin utama dalam

ceramah menjadi kata-kata kunci yang berfungsi sebagai subjudul

verbal atau bantuan mengingat.

- Contoh dan analogi: Berikan gambaran nyata tentang gagasan dalam

perencanaan dan, jika memungkinkan, buatlah perbandingan antara

materi dengan pengetahuan dan pengalaman yang siswa miliki.

- Cadangan visual: Gunakan grafik lipat, transparansi, buku pegangan

dan peragan yang memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa

yang guru katakan.

c. Melibatkan Siswa Perceramahan

- Tantangan kecil: Lakukan interupsi ceramah secara berkala dan

tantanglah siswa untuk memberikan contoh tentang konsep-konsep

yang telah disajikan selama ini atau untuk menjawab pertanyaan kuis

ringan.
- Latihan yang memperjelas: Selama menyajikan materi selingilah

dengan kegiatan yang memperjelas hal-hal yang disampaikan.

d. Memperkuat Apa yang Telah Disampaikan

- Soal penerangan: Ajukan masalah atau pertanyaan untuk dipecahkan

oleh siswa berdasarkan informasi yang disampaikan selama

pengajaran.

- Tinjauan siswa: Perintahkan siswa untuk meninjau tes dari

penyampaian pelajaran kepada sesama siswa, atau berilah mereka tes

penilaian diri.

C. Simulasi

Dalam pengajaran modern teknik ini telah banyak dilaksanakan, sehingga

siswa bisa berperan seperti orang-orang atau dalam keadaan yang dikehendaki.

Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang

dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam

tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih

memegang peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam

bentuk pelaksanaan ialah: peer-teancing, sosiodrama, psikodrama, simulasi game

dan role prlaying.

Contohnya: siswa melatih mengajar di depan kelas, berperan sebagai buru.

Dalam pengajaran konpeksi, siswa berperan sebagai manager, penggunting


bahan, penjahit, mereka sedang memerankan sekelompok orang yang mengelola

konpeksi pakaian.

Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena:

- Menyenangkan siswa.

- Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa.

- Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang

sebenarnya.

- Mengurangi hal-hal yang verbalistis atau abstrak.

- Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam.

- Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang memberi kemungkinan

timbulnya keutuhan dan kegotong-royongan serta kekeluargaan yang sehat.

- Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban/ kurang cakap.

- Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.

- Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat abilitas yang berbeda-beda.

Walaupun teknik ini baik dan memiliki keunggulan, tetapi masih juga

mempunyai kelemahan ialah:

- Efektivitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh riset.

- Terlalu mahal biayanya.

- Banyak orang meragukan hasilnya karena sering tidak diikutsertakannya

elemen-elemen yang penting.

- Menghendaki pengelompokan yang fleksibel, perlu ruang dan gedung.


- Menghendaki banyak imajinasi dari guru maupun siswa.

- Menumbuhkan hubungan informasi antara guru dan siswa yang melebihi

batas.

- Sering mendapat kritik dari orang tua karena dianggap permainan saja.

Bila guru mampu mengurangi kelemahan-kelemahan itu, maka

pelaksanaan teknik simulasi akan berhasil sekali.

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan

kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2000: 114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi

sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam

belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan

mateti itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

1. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2000: 115), motivasi instrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.


2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas

yang pokok.

3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas

dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah

motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam

dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga

dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau

belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya

agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2000: 117), motivasi ekstrinsik adalah

kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.


Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam

menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:

1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara

siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki

hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang

lain.

2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan

belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada

siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha

untuk mencapai TIK tersebut.

3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.

Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang

bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu

perbuatan.

4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,

kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan

akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya

banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan

usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.

5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang

besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar

dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam

kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.

Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan

lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai

yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi

siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi

yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang

dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan

lain sebagainya.

E. Hasil Belajar Sejarah

Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur

hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar

dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atu memaknai

sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka

hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pebelajar.

Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi

belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar

dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar

dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu

sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda

secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas

jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan

sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek,

misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.

Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai

berikut: Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah

pelajaran tertentu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang memberikan

penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga

atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (1978:

143) mengatakan bahwa “hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok

yang secara langsung dapat diukur”.


Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi

menjadi tiga macam, yaitu:

a. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau

kecakapan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di

dalamnya ketermpilan menggunakan alat.

b. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu

pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.

c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

F. Materi Sejarah

Pada saat ini sedikit perhatian yang ditujukan pada pembelajaran Sejarah

dengan mengembangkan model-model yang sistematis. Pembelajaran dengan

ceramah dan Tanya jawab merupakan strategi yang paling sering digunakan

dalam pembelajaran Sejarah. Guru mendominasi pembicaraan dan buku-buku

konvensional masih merupakan sumber belajar yang primer. Dengan cara yang

seperti ini tidak mengherankan kalau siswa cenderung secara umum apatis

terhadap gejala sosial. Karena yang ditemukan dalam pembelajaran Sejarah hanya

fakta-fakta dan bukan ide-ide (Armento: 1986) sebagai mana dikutip Karwono

(1993: 61).

Sebagian besar penelitian tentang pembelajaran Sejarah telah mengkaji

hubungan antara teknik-teknik pembelajaran dan pengaruhnya terhadap hasil

belajar siswa. Penelitian banyak dilakukan untuk menjelaskan hubungan-


hubungan yang stabil antara fenomena-fenomena pembelajaran yang dipilih.

Penelitian pada variabel pembelajaran cenderung untuk menggambarkan

perhatian umum di bidang teknik penyelidikan inovatif dan reflektif. Topik-topik

yang lain menggambarkan refleksi sifat dari pembelajaran Sejarah dan kurangnya

konsensus pada definisi yang jelas dari tujuan Sejarah. Perilaku siswa dianggap

sebagai hasil pembelajaran.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan

penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)

penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial

eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian

tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru

secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,

dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran

peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,

sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data

yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

………………………………..

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September semester ganjil 2005/2006.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas

……………………………pada pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:

3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan.


Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya

adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Putar
an 1

Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi Putar
an 3
Tindakan/
Observasi

Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi

Tindakan/
Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil

atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model gabungan

ceramah dan simulasi.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.


4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil kegiatan pemberian tugas.

4. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep SEJARAH pada

pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi. Tes formatif ini diberikan setiap

akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif).

Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian

penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan

reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang

baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-

langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini

dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

N  XY    X   Y 
rxy 
N  X 2
  X 
2
N  Y 2
 Y 
2
 (Suharsimi Arikunto,

2001: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal


ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus

belah dua sebagai berikut:

2r1 / 21 / 2
r11  (Suharsimi Arikunto, 2001: 93)
(1  r1 / 21 / 2 )

Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar

dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf

kesukaran adalah:

B
P (Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Js

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar


- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

B A BB
D   PA  PB (Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
JA JB

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

BA
PA   Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
JA

BB
PB   Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir

soal sebagai berikut:


- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan kegiatan belajar mengajar dengan gabungan metode

ceramah dengan metode simulasi, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif


Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X 
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari

atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

observasi berupa pengamatan pengelolaan gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.


Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang

betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkan gabungan metode ceramah dengan metode simulasi.

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian

berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan

dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes

yang dilakukan meliputi:

1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes

sehingga dapat digunakan sebagai Instrumen dalam penelitian ini. Dari

perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari

validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid


1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 2, 3, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,
27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 46 31, 32, 33, 34, 35, 40, 45

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r 11 sebesar 0, 739. Harga


ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 25)

dengan r (95%) = 0,396. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah

memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.

Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:

- 21 soal mudah

- 15 soal sedang

- 10 soal sukar

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal

dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek

sebanyak 15 soal, berkriteria cukup 22 soal, berkriteria baik 8 soal, dan yang

berkriteria tidak baik 1 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan

telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya

pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-

alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar

observasi pengolaan gabungan metode ceramah dengan metode simulasi.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 6 September 2005 di kelas ……….. dengan jumlah siswa 25

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data

hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai beriku.

Table 2. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 70 √ 14 80 √
2 60 √ 15 70 √
3 70 √ 16 40 √
4 80 √ 17 80 √
5 80 √ 18 60 √
6 70 √ 19 50 √
7 70 √ 20 80 √
8 50 √ 21 60 √
9 70 √ 22 80 √
10 60 √ 23 70 √
11 70 √ 24 70 √
12 90 √ 25 80 √
13 60 √ jumlah 820 8 4
Jumlah 900 9 4
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2500
Jumlah Skor Tercapai 1720
Rata-Rata Skor Tercapai 68,80

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 17

Jumlah siswa yang belum tuntas :8

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 68,80
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 17
3 Persentase ketuntasan belajar 68,00

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

penerapan gabungan metode ceramah dengan metode simulasi diperoleh

nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 68,80 dan ketuntasan belajar

mencapai 68,00% atau ada 17 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal

siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

hanya sebesar 68,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih
merasa asing dan bingung dengan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran

2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada

siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan

informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bisa lebih antusias.

2. Siklus II
a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 13 September 2005 di Kelas …….. dengan

jumlah siswa 25 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut.

Table 4. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus II

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 100 √ 14 80 √
2 60 √ 15 80 √
3 80 √ 16 60 √
4 70 √ 17 80 √
5 90 √ 18 70 √
6 70 √ 19 60 √
7 70 √ 20 100 √
8 60 √ 21 60 √
9 70 √ 22 90 √
10 80 √ 23 70 √
11 70 √ 24 80 √
12 90 √ 25 80 √
13 70 √ jumlah 910 9 3
Jumlah 980 11 2
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2500
Jumlah Skor Tercapai 1890
Rata-Rata Skor Tercapai 75,60

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 20

Jumlah siswa yang belum tuntas :5

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata tes formatif 75,60
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20
3 Persentase ketuntasan belajar 80,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 75,60 dan ketuntasan belajar mencapai 80,00% atau ada 20 siswa

dari 25 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena siswa-siswa telah mulai terbiasa dengan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru, disamping itu peningkatan ini

karena guru mengimformasikan bahwa setiap akhir dari proses belajar

mengajar akan diadakan tes, sehingga siswa sudah siap sebelumnya.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih

termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut

dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 20 September 2005 di Kelas………. dengan

jumlah siswa 25 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut.
Table 6. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus III

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 90 √ 14 90 √
2 70 √ 15 80 √
3 70 √ 16 80 √
4 70 √ 17 70 √
5 80 √ 18 80 √
6 70 √ 19 60 √
7 80 √ 20 100 √
8 80 √ 21 80 √
9 70 √ 22 80 √
10 90 √ 23 70 √
11 70 √ 24 80 √
12 90 √ 25 80 √
13 70 √ jumlah 950 11 1
Jumlah 1000 13 -
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2500
Jumlah Skor Tercapai 1950
Rata-Rata Skor Tercapai 78,00

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 24

Jumlah siswa yang belum tuntas :1

Klasikal : Tuntas

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III


1 Nilai rata-rata tes formatif 78,00
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 24
3 Persentase ketuntasan belajar 96,00

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 78,00 dan dari 25 siswa yang telah tuntas sebanyak 24 siswa dan

1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 96,00% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan dari kemampuan guru dalam proses belajar

mengajar, sehingga siswa mudah menguasai materi yang diperlajari.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan penerapan gabungan metode ceramah dengan metode simulasi.

Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.


3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta

hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan

dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang

perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan

proses belajar mengajar selanjutnya penerapan gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa penerapan gabungan

metode ceramah dengan metode simulasi memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru

(ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing
68,00%, 80,00%, dan 96,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar dengan menerapkan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini

berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Sejarah dengan menerapkan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama siswa,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara

siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat

dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah penerapan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul

di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan


kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya

jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menerapkan gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa


yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap

siklus, yaitu siklus I (68,00%), siklus II (80,00%), siklus III (96,00%).

2. Penerapan gabungan metode ceramah dengan metode simulasi mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang

ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa

tertarik dan berminat dengan penerapan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

3. Penerapan penerapan gabungan metode ceramah dengan metode simulasi

efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Sejarah

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar Sejarah lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal

bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan penerapan gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus

mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan

dengan gabungan metode ceramah dengan metode simulasi proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.


2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode yang berbeda, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan

baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di …………………………………… tahun pelajaran 2005/2006.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Wayan. 1980. Beberapa Metode Statistik Untuk Keperluan Penelitian


Pendidikan. Malang: Swadaya.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:


Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan


LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi. Banjarmasin.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi


Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.


Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.

Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.


Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.

Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
PENERAPAN GABUNGAN METODE CERAMAH DENGAN
METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATAKAN PRESTASI
BELAJAR SEJARAH
PADA SISWA KELAS ………………………………………….
TAHUN 2005/2006

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

………………………………….

NIP: ……………………………

DINAS PENDIDIKAN KAB. ……………………….


……………………………………………………………………………
……………
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Setelah membaca dan mencermati karya tulis ilmiah yang merupakan ulasan hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan .
………………………………………………. hasil karya dari:

Nama : …………………………
NIP : ……………………………..
Unit Kerja : . …………………………………..
Judul : Penerapan Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode

Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Pada

Siswa Kelas ………. .…………………………………….

Tahun Pelajaran 2005/2006

Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka Kredit


Kenaikan Pangkat dalam jabatan fungsional guru.

Mengetahui
Ketua PGRI Kepala . ………………..
Kab. ……………. Kec. ………….Kab. …………

………………………………. …………………………………
NPA:………………….. NIP:
……………………….
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka
kredit kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya tulis ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan .………………………Kec. ………….. Kab. …………………..

Pada Hari : ……………………

Tanggal : ……………………

Pustakawan Kepala

. ……………Kec. ……………… .………….. Kec. ………….

Kab. ……………… Kab. ………………..

………………………. ………………………………….
NIP:………………… NIP: …………………..

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan

karya ilmiah dengan judul “Penerapan Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode

Simulasi Untuk Meningkatakan Prestasi Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas

………….. ……………….. Kec. ……………… Kab. ……………Tahun

2005/2006”, penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di

perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan

karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam

rangka pembinaan karya ilmiah remaja.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya

kepada:

1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan ………………….

2. Yth. Ketua PD II PGRI …………………

3. Yth. Rekan-rekan Guru . ……………………………….

4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk

itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis

harapkan.

Penulis

ABSTRAK
……………….., 2005. Penerapan Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode
Simulasi Untuk Meningkatakan Prestasi Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas
…………. SDN …………… Kec. …………… Kab. ……………. Tahun
2005/2006

Kata kunci: belajar sejarah, metode ceramah, metode simulasi

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka
melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam perisiapan
itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode
mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena
itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus
memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes
dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Apakah
gabungan metode ceramah dengan metode simulasi berpengaruh terhadap hasil
belajar Sejarah? (b) Bagaimanakah pengaruh gabungan metode ceramah dengan
metode simulasi terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh
gabungan metode ceramah dengan metode simulasi terhadap hasil belajar Sejarah. (b)
Untuk mengungkap gabungan metode ceramah dengan metode simulasi terhadap
motivasi belajar Sejarah.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ……….. .
…………………. Kec. …………….. Kab. ……………….. Data yang diperoleh
berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,00%), siklus II (80,00%),
siklus III (96,00%).
Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan gabungan metode ceramah
dengan metode simulasi dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi
belajar Siswa . ………………… Kec……………….. Kab. ……………………, serta
model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran
Sejarah.

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
Abstrak ............................................................................................................. v
Daftar Isi .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 5

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................... 6

F. Batasan Masalah ................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Definisi Pembelajaran ........................................................ 8

B. Metode Ceramah ................................................................ 8

C. Metode Simulasi ............................................................... 13

D. Motivasi Belajar ................................................................. 15

E. Hasil Belajar Sejarah ........................................................ 19

F. Materi Sejarah .................................................................... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ............................. 22

B. Rancangan Penelitian ........................................................ 23


C. Instrumen Penelitian ........................................................ 24

D. Metode Pengumpulan Data ................................................ 28

E. Teknik Analisis Data ....................................................... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Item Butir Soal .................................................... 30

B. Analisi Data Penelitian Persiklus ...................................... 32

C. Pembahasan ....................................................................... 41

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 43

B. Saran .................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 45

Anda mungkin juga menyukai