Anda di halaman 1dari 118

ANALISIS BAHAYA KESELAMATAN PADA PEKERJA BAGIAN

PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT PP LONDON


SUMATERA Tbk TANJUNG MORAWA
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
LEON JONATHAN
NIM : 131000683

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS BAHAYA KESELAMATAN PADA PEKERJA BAGIAN
PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT PP LONDON
SUMATERA Tbk TANJUNG MORAWA
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
LEON JONATHAN
NIM : 131000683

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk Begerpang POM merupakan


perusahaan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit yang tidak terlepas dari
masalah yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang
diakibatkan oleh faktor manusia, lingkungan ataupun mesin/peralatan. Setiap
mesin/peralatan pasti memiliki potensi bahaya yang dapat mengancam
keselamatan pekerja hingga mengakibatkan kecelakaan kerja. Pencegahan
kecelakaan dapat dilakukan dengan menganalisis setiap bahaya yang ada di
lingkungan kerja. Salah satu metode untuk melakukan analisis bahaya adalah Job
Safety Analysis (JSA). Tehnik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan
menganalisis bahaya dalam suatu pekerjaan (job).
Job Safety Analysis (JSA) atau analisa keselamatan kerja adalah suatu
proses sederhana yang saling berhubungan dengan melibatkan empat langkah
dasar dibawah ini dalam berbagai penerapan, yakni mengklasifikasikan
kecelakaan kerja berdasarkan tempat terjadinya kecelakaan kerja (job selection),
memisahkan kecelakaan ke dalam tahap-tahap pekerjaan (job breakdown), analisis
bahaya (hazard analysis) dan mengendalikan resiko yang mungkin terjadi (hazard
control).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahaya keselamatan yang
terdapat pada stasiun loading ramp, sterilizer, clarification, kernel, dan boiler
adalah terpeleset saat menarik tali capstand, tergelincir saat menaiki tangga,
terjatuh dari ketinggian, bahaya terciprat minyak panas, bahaya terkena bunga api,
bahaya peledakan, bahaya kebakaran, dan hingga bahaya listrik.
Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen PT. PP. London Sumatera
Tbk Begerpang POM untuk menerapkan pelatihan secara rutin, peraturan serta
kebijakan bagi pekerja dalam menggunakan Alat Pelindung Diri dan tetap
melakukan pengawasan kepada pekerja yang melanggar peraturan keselamatan
kerja sehingga dapat mencegah kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada tahun-
tahun berikutnya.

Kata kunci: Analisis bahaya, Job Safety Analysis (JSA)

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk Begerpang POM is a company


which is engaged in palm oil processing which is inseparable from the problem it
deals with occupational safety and health which is caused by human factors,
Environment and machinery/equipment. Any machine/equipment it definitely has
potential danger that can threaten the safety of workers even caused work
accident. Accident prevention can be done with analyze any hazard that exist in
the work environment. One method for analyzing hazards is Job Safety Analysis
(JSA). This technique is useful for identifying and analyzing hazards in a job.
Job Safety Analysis (JSA) is a simple process they are interconnected by
involving the four basic steps below in various applications, that classify
occupational accidents based on where the accidents occured (job selection),
separate accidents into the stage of work (job breakdown), analyze the hazards
(hazard analysis) and control the risks that may occur (hazard control).
The result of this study indicate that safety hazard occur at Loading Ramp
Station, Sterilizer Station, Clarification Station, Kernel Station, and Boiler Station
is slipping when pulling the capstand wire, slipping when up the stairs, falling
from a height, dangers of hot oil splashed, danger exposed by fire sparks, danger
of explosive, danger of fire, and up to the danger of electricity.
Researchers suggest to the management of PT. PP. London Sumatera Tbk
Begerpang POM to apply regular training, regulations and policies for workers
in using safety equipment and keep monitoring workers who violate safety
regulations so as to prevent accidents that can happen in the following years.

Keywords: Hazard Analysis, Job Safety Analysis (JSA)

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ANALISIS BAHAYA KESELAMATAN PADA PEKERJA

BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT PP LONDON

SUMATERA Tbk TANJUNG MORAWA TAHUN 2017” yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, saran, masukan dan petunjuk dalam penulisan

skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Ibu Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II

yang telah banyak memberikan bimbingan saran, masukan, bahan, refrensi

dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah

banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Ibu Dr. dr. Linda Trimurni Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memperhatikan penulis selama penulis menjalani

pendidikan.

9. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu selama penulis mengikuti

pendidikan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

10. Yang tercinta orang tua penulis Dosmansius Nahampun dan Arlina Br Karo

Karo, saudara penulis Hery Syamsius Nahampun dan Oswald Agasy Nahampun

dan keluarga besar Nahampun yang selalu mengingatkan, menemani, memberi

semangat dan motivasi selama melakukan penelitian.

11. Kepada teman seperjuangan di PBL Desa Pematang Sijonam Nadia Safira, Rizky

Nanda, Monika Meutia, Dinda Dwi Khairani, Fitrie Rahmadhani, dan Grace

Kaban yang senantiasa memberi doa dan semangat.

12. Teman-teman seperjuangan di Kelas C 2013, Irvan Japardi, Julham Syahputra,

Reza Ahmad Fahmi Ginting, Findy Anwari Lubis, Makmur Siregar, dan Kamwar

Hakim yang senantiasa bersama-sama menemani penulis dalam berjuang.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13. Teman-teman seperjuangan Peminatan K3, Very Bastian, Juniman Sagala,

Cyntia Irayanti Sitorus, Anri Mario Rumapea, Asrina Tan, Desti Apriani,

Lambok Pangaribuan, Indah Atmantah, Elin Hutabarat dan semua teman-teman

peminatan K3 2013.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan

skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, November 2017

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERYANTAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 8
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 11

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......................................... 11


2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........... 11
2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................. 12
2.2 Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ..................................................................... 14
2.2.1 Potensi Bahaya yang Menimbulkan Dampak Jangka
Panjang pada Kesehatan ............................................. 15
2.2.2 Potensi Bahaya yang Mengakibatkan Risiko
Langsung Pada Keselamatan ...................................... 21
2.3 Kecelakaan Kerja ................................................................... 23
2.3.1 Penyebab Kecelakaan Kerja ....................................... 24
2.3.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ..................................... 25
2.3.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja ................................... 29
2.3.4 Pengendalian Risiko ................................................... 34
2.4 Identifikasi Bahaya................................................................. 37
2.4.1 Tujuan Identifikasi Bahaya ........................................ 39
2.4.2 Teknik Identifikasi Bahaya ........................................ 40
2.4.3 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya ....................... 42
2.4.4 Proses Identifikasi Bahaya ......................................... 44

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5 Job Safety Analysis (JSA) ...................................................... 45
2.5.1 Manfaat Job Safety Analysis (JSA) ............................ 46
2.5.2 Langkah Melakukan Job Safety Analysis (JSA) ........ 47
2.6 Kerangka Konsep ................................................................... 50

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 51

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 51


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 51
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................ 51
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................ 51
3.3 Objek Penelitian ..................................................................... 52
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................... 52
3.5.1 Data Primer ................................................................ 52
3.5.2 Data Sekunder ............................................................ 52
3.5 Instrumen Penelitian............................................................... 53
3.6 Definisi Operasonal ................................................................ 53
3.7 Analisis Data .......................................................................... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 55

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 55


4.1.1 Sejarah Perusahaan ..................................................... 55
4.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ................................... 58
4.1.3 Lokasi Perusahaan ...................................................... 58
4.1.4 Daerah Pemasaran ...................................................... 58
4.1.5 Delapan Perilaku Utama LONSUM ........................... 59
4.1.6 Tanggung Jawab Pengawasan Keselamatan Kerja
Begerpang POM ......................................................... 60
4.1.7 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Begerpang POM ......................................................... 62
4.2 Analisis Bahaya Keselamatan Kerja dengan Metode JSA
(Job Safety Analysis) di PT. PP. London Sumatera Tbk ........ 63
4.2.1 Memilih Pekerjaan untuk Dianalisis (Select The Job) 64
4.2.2 Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown) ................. 67
4.2.3 Analisisi Bahaya (Hazard Analysis) .......................... 72

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 77

5.1 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun


Penampungan Tandan Buah Segar (TBS) Sementara
(Loading Ramp) ..................................................................... 77
5.2 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun
Perebusan (Sterilizer Station) 79
5.3 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun
Klarifikasi (Clarification Station) .......................................... 80

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.4 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Kernel
(Kernel Station) ...................................................................... 81
5.5 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun
Pembakaran (Boiler Station) .................................................. 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 85

6.1 Kesimpulan .............................................................................. 85


6.2 Saran ........................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87

DAFTAR LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Didasarkan


Pada Dampak Korban.................................................................... 15

Tabel 4.1 Data Kecelakaan Kerja di PT. PP. London Sumatera Tbk
Begerpang POM Tahun 2006 ........................................................ 65

Tabel 4.2 Data Kecelakaan Kerja di PT. PP. London Sumatera Tbk
Begerpang POM Tahun 2007 ........................................................ 66

Tabel 4.3 Data Kecelakaan Kerja di PT. PP. London Sumatera Tbk
Begerpang POM Tahun 2008 ........................................................ 66

Tabel 4.4 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun


Penampungan Tandan Buah Segar (TBS) Sementara ................... 72

Tabel 4.5 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Perebusan ... 73

Tabel 4.6 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Klarifikasi ... 74

Tabel 4.7 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Kernel ......... 74

Tabel 4.8 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Pembakaran 75

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rasio Kecelakaan menurut Dupont ........................................ 39

Gambar 2.2 Proses Identifikasi Bahaya ..................................................... 44

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ................................................................... 50

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ................................................................. 94

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian ............................................................ 95

Lampiran 3. Lembar Pengamatan ................................................................. 96

Lampiran 4. Dokumentasi ............................................................................. 97

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Leon Jonathan, lahir pada tanggal 7 Mei 1995 di Jakarta.

Beragama Kristen Protestan, bertempat tinggal Cipondoh Makmur Blok D 3

Nomor 17, Kota Tangerang. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara

pasangan Ayahanda Dosmansius Nahampun dan Ibunda Arlina Br. Karo-karo.

Pendidikan formal penulis dimulai Dari pendidikan di Sekolah Dasar

Swasta SHALOM 2 BKKK Tangerang pada Tahun 2001 hingga selesai pada

tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Swasta Santa

Maria 2 Tangerang pada tahun 2007 hingga selesai pada tahun 2010, kemudian

penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Tangerang

pada tahun 2010 hingga selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis

melanjutkan pendidikan S1 pada program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selesai pada

tahun 2017.

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri kelapa sawit di Indonesia saat ini sedang meningkat karena

kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit dan inti sawit

merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber

devisa bagi negara Indonesia. Prospek cerah dari industri kelapa sawit dalam

perdagangan minyak nabati di dunia membuat Indonesia terus meningkatkan

pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit di

Indonesia banyak terdapat di Pulau Sumatera dan salah satunya adalah Provinsi

Sumatera Utara. Di Sumatera Utara sampai saat ini tercatat luas areal

perkebunan kelapa sawit sekitar 600.000 hektar dengan jumlah buruh sekitar

132.000 buruh (Fatmawaty, 2014).

Dengan kata lain, persaingan industri kelapa sawit di Indonesia yang

semakin ketat, menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber

daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi. Kualitas produk

yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan sumber daya manusia (SDM) yang

dimiliki tiap perusahaan. SDM sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari masalah-

masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya selama bekerja.

Dengan kata lain, setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

bahan serta melalui tahap-tahap proses, memiliki risiko bahaya dengan tingkat

risiko yang berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja.

Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan kerja.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan

kerja pada perusahaan. Hubungan kerja berarti kecelakaan kerja terjadi

dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Anizar,

2012). Akibat dari kecelakaan kerja pihak perusahaan akan mengalami kerugian

yang besar baik dari alat-alat kerja maupun kecenderungan pekerja untuk celaka

(accident proneness) (Anizar, 2009). Secara garis besar kejadian kecelakaan kerja

disebabkan oleh dua faktor, yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi

keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak

aman (unsafe condition) (Suma’mur, 1984).

Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja antara lain akibat sistem kerja

atau proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari

keterbatasan pekerjaannya sendiri, perilaku hidup tidak sehat, perilaku kerja

tidak aman, buruknya lingkungan kerja, kondisi pekerjaan yang tidak ergonomik,

pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi

keselamatan dan kesehatan kerja. Sebaliknya, pekerja yang terganggu

kesehatannya baik karena cedera, cacat, atau terserang penyakit dapat

mengganggu kelancaran pekerjaan, dengan demikian menurunkan

produktifitasnya, lebih lanjut juga akan melemahkan daya saingnya

(Kurniawidjaja, 2010). Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3

mencakup empat komponen kerja, yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan,

pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Setiap komponen kerja dapat

menjadi sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi

kesehatan pekerja. Kerugian kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan

cedera atau gangguan kesehatan (Kurniawidjaja, 2010).

Sering tidaknya dan parah tidaknya kecelakaan kerja tergantung dari jenis

industri dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Dalam industri memiliki peluang

yang lebih banyak untuk terjadinya sebuah kecelakaan kerja. Semakin pekerjaan

itu membutuhkan persyaratan fisik, semakin tinggi angka kecelakaan kerjanya.

Pekerja yang penuh stress dan tenaga banyak menimbulkan kecelakaan kerja.

Secara umum, industri semacam konstruksi, pertambangan, pengeboran batu

bara, pabrik cenderung memiliki frekuensi yang banyak dan parah (Winarsunu,

2008).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970

tentang “Keselamatan Kerja” bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan

perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Oleh karena itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku setiap perusahaan yang

didalamnya terdapat pekerja dan risiko terjadinya bahaya wajib untuk

memberikan perlindungan keselamatan. Prosedur identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan penentuan pengendalian risiko telah masuk dalam persyaratan

pemenuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini menjadi

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4

pertimbangan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996

tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang

sekarang sudah diperbarui menjadi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No.50 Tahun 2013 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3), yang menyebutkan pengusaha harus mempertimbangkan identifikasi

bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dalam menyusun rencana

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1

pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160

pekerja mengalami sakit akibat kerja. Muchtaruddin (2014) mengungkapkan,

hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun

2013, jumlah kasus penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus,

dan jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844

kasus.

Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan

pada tahun 2015 mencatat bahwa kasus kecelakaan kerja peserta program

Jaminan Kecelakaan Kerja tahun ini menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari

jumlah kasus di tahun 2014 yang mencapai 53.319 kasus, sementara tahun 2015

berjumlah 50.089 kasus. Namun pada awal tahun 2016 data Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengatakan angka

kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi, dimana hingga akhir 2015 telah

terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Upaya pencegahan kecelakaan

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5

kerja dapat direncanakan, dilakukan dengan dipantau dengan melakukan studi

karakteristik tentang kecelakaan agar upaya pencegahan dan

penanggulangannya dapat dipilih melalui pendekatan yang paling dekat. Analisa

tentang kecelakaan dan risikonya dilakukan atas dasar pengenalan atau

identifkasi bahaya dilingkungan kerja dan pengukuran bahaya ditempat kerja.

Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal

berbagai potensi-potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Berbagai potensi-

potensi bahaya tersebut, kita eliminasi untuk menghilangkan risiko kecelakaan

yang akan terjadi. Apabila bahaya tersebut tidak bisa dihilangkan, maka tindakan

pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan potensi bahaya

sampai risikonya dapat diterima oleh pekerja.

Berdasarkan hasil penelitian Siti Widya Nazhrah mengenai analisa bahaya

pada workshop PT. X Medan (2015), terdapat potensi bahaya pada proses

loading/unloading, disassembly, machine repair, engine repair, washing, dan

painting seperti bahaya ergonomi akibat sikap kerja yang tidak aman yang

memungkinkan pekerja terjatuh, bahaya kimia yang dapat menyebabkan

gangguan pernapasan, dan bahaya listrik yang dapat menimbulkan luka bakar

sampai kematian pada pekerja.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Nuzuliah (2014),

analisis bahaya pekerjaan bagian paper machine berdasarkan metode job safety

analysis (JSA) dalam upaya pengendalian bahaya. Hasil penelitian terdapat 3

pekerjaan pada bagian paper machine yang dinilai berbahaya yaitu

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6

penyambungan kertas putus, pembersihan head box dan pembersihan drum

dryer. Pada pekerjaan penyambungan kertas putus, risiko terbesar terdapat pada

aktivitas memasukkan lembaran kertas ke dalam gulungan pada mesin press,

dryer, dan kalender. Risiko terbesar pada pekerjaan pembersihan head box

(confined space) terdapat pada aktivitas pekerja masuk ke dalam head box

melalui manhole serta aktivitas pembersihan dinding bagian dalam dan evener

roll. Pada pekerjaan pembersihan drum dryer (confined space), risiko terbesar

terdapat pada aktivitas pembersihan patahan besi korosif dan pengurasan air

kondensasi di dalam silinder.

Berdasarkan penelitian yang terdahulu oleh Cipto (2010), analisis potensi

bahaya dengan metode job safety analysis (JSA) pada bagian produksi di PT. PP.

Lonsum Indonesia Tbk., hasilnya adalah pada Stasiun Sterilizer terlepasnya hook

dari cantolan pada lorry dan sambungan hook dengan kabel sling terjadi apabila

kurangnya perawatan pada cantolan hook maupun track lorry dalam keadaan

sangat berminyak dan kotor sehingga berat saat ditarik. Selain itu juga

diakibatkan lorry terlalu penuh sehingga menjadi lebih berat saat ditarik oleh

winch, maka dibutuhkan perawatan pada cantolan serta sambungan kabel sling

dengan hook secara rutin, kabel sling yang rusak atau putus disebabkan karena

pemeliharaan yang kurang. Pada stasiun thresser, mesin thresser pada saat

beroperasi dapat menimbulkan kebisingan yang tinggi sehingga operator

thresser harus menggunakan earplug untuk menghindari penyakit akibat kerja.

Pada stasiun kernel tingkat kebisingan stasiun kernel melebihi nilai ambang batas

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7

yaitu melebihi atau < 85 dB (A) sehingga operator kernel harus memakai earplug

untuk menghindari penyakit dan kecelakaan akibat kerja yang mungkin terjadi.

Kegiatan analisis bahaya merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

mengenali dan mengidentifikasi serta menganalisis potensi bahaya di tempat

kerja yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kegiatan

identifikasi bahaya memiliki tujuan untuk mengurangi daan meminimalisasi

risiko, agar dapat mencegah dan menganggulangi kecekalan agar tidak terjadi

lagi di masa akan datang. Pada kebanyakan operasi, bahaya-bahaya akan

dikaitkan dengan mesin-mesin dan peralatan-peralatan: pusat kegiatan,

perangkat penyaluran tenaga, sumber energi berbahaya, area bukan tempat

kerja di sekeliling mesin-mesin, pekerjaan pelayanan dan pemeliharaan, serta

pekerja-pekerja lain yang berdekatan (Rijanto, 2011).

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Begerpang POM (Palm Oil Mill) milik PT. PP.

London Sumatra Indonesia Tbk bergerak dalam bidang pengolahan Tandan Buah

Segar kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil), Palm

Kernel Oil (PKO), pakan ternak (meal) dan kompos. Proses produksi kelapa sawit

dimulai dari penerimaan bahan baku yaitu kelapa sawit dari perkebunan hingga

proses pengiriman CPO dan PKO ke Belawan untuk di ekspor ke luar negeri.

Proses pengolahan minyak pada Begerpang POM dimulai dari jembatan

timbang untuk menimbang TBS, seusai ditimbang akan di tempatkan di area

penimbunan sementara TBS (Loading Ramp Station). Pada stasiun tersebut TBS

akan disortasi lalu di masukkan ke dalam lorry dimana lorry tersebut akan

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

dimasukkan ke dalam perebusan (Sterilizer Station). Saat proses tersebut

sangatlah rentan adanya kecelakaan kerja, seperti tertimpa TBS, lantai yang licin,

dan juga tali capstand yang dapat juga membuat pekerja terjatuh. Setelah TBS

direbus maka lorry akan diarahkan menuju pembantingan (Thressing Station),

lalu buah yang sudah terlepas dari janjangannya akan dengan sendirinya masuk

pada pengepressan (Pressing). Setelah itu minyak hasil pengepressan akan

masuk ke dalam klarifikasi (Clarification Station) untuk diolah menjadi crude

palm oil (CPO), dan bagian keras yang tersisa dari hasil pengepressan akan

menuju bagian pengolahan biji (Kernel Station).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, terdapat beberapa

potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang dapat membahayakan

keselamatan pekerja misalnya lantai yang licin akibat adanya cipratan minyak

yang keluar dari mesin. Risiko yang mungkin terjadi adalah pekerja terpeleset

karena lantai yang licin apabila tidak berhati -hati. Selain itu juga terdapat para

pekerja yang melepas helm saat dalam bekerja, ini dapat membahayakan

keselamatan pekerja. Berdasarkan wawancara singkat dengan pekerja, para

pekerja juga pernah mengalami kecelakaan kerja seperti terpeleset akibat lantai

yang licin.

Melihat dari banyaknya potensi-potensi bahaya pada area pengolahan di

PKS PT.PP LONSUM dan juga pentingnya pengendalian kecelakaan kerja maka

penulis tertarik untuk menganalisis bahaya keselamatan kerja dengan metode

Job Safety Analysis (JSA) di Pabrik Kelapa Sawit PT. PP. LONSUM.

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dengan ini

peneliti ingin menganalisis potensi-potensi bahaya keselamata kerja apa saja

yang membahayakan keselamatan pekerja dengan menggunakan metode JSA.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi

bahaya keselamatan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di pabrik kelapa

sawit (PKS) Begerpang POM (Palm Oil Mill) PT. PP. London Sumatra Tbk, Tanjung

Morawa tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis bahaya keselamatan pekerja pada Loading Ramp di Pabrik

Kelapa Sawit Begerpang POM PT. PP. London Sumatra Tbk.

2. Menganalisis bahaya keselamatan pekerja pada Sterilizer Station di Pabrik

Kelapa Sawit Begerpang POM PT. PP. London Sumatra Tbk.

3. Menganalisis bahaya keselamatan pekerja pada Clarification Station di

Pabrik Kelapa Sawit Begerpang POM PT. PP. London Sumatra Tbk.

4. Menganalisis bahaya keselamatan pekerja pada Kernel Station di Pabrik

Kelapa Sawit Begerpang POM PT. PP. London Sumatra Tbk.

5. Menganalisis bahaya keselamatan pekerja pada Boiler di Pabrik Kelapa Sawit

Begerpang POM PT. PP. London Sumatra Tbk.

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

1.4 Manfaat Penelitian

Karya Akhir ini bermanfaat bagi mahasiswa, fakultas dan juga perusahaan

tempat mahasiswa melakukan penelitian. Adapun manfaat-manfaat yang

diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi mahasiswa, yakni dapat menjadi sarana pembelajaran dan pematangan

ilmu pengetahuan yang telah diterima selama menjalani perkuliahan,

khususnya dibidang keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu juga, penulis

dapat melihat dan menerapkan secara nyata suatu konsep ilmu di lapangan

kerja .

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat, yakni dapat menjadi literatur yang akan

semakin memperkaya penerapan ilmu kesehatan masyarakat pada bidan

kesehatan dan keselamatan kerja di lapangan kerja, serta menjadi bahan

literatur bagi penelitian oleh fakultas maupun mahasiswa dikemudian hari.

Dan nantinya hasil penelitian akan diberikan kepada pihak fakultas sehingga

dapat menjadi sarana pendukung peningkatan kualitas pengajaran.

3. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan

masukan kepada perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan

tentang potensi bahaya yang terdapat pada pekerjaan bagian proses produksi

kelapa sawit pada pabrik kelapa sawit (PKS) Begerpang POM (Palm Oil

Mill) PT. PP. London Sumatra Tbk, Tanjung Morawa.

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan produksi (Tarwaka, 2014).

Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab setiap orang yang berada di tempat

kerja, sehingga keselamatan kerja tersebut dapat mencegah terjadinya kecelakaan

kerja dan menghindari kerugian-kerugian seperti luka/cedera, cacat, kematian,

kerusakan peralatan/mesin dan kerusakan lingkungan.

Selain keselamatan kerja, hal yang perlu menjadi perhatian oleh suatu

badan usaha adalah kesehatan kerja. Menurut Tarwaka (2014), kesehatan kerja

adalah bagian dari ilmu kesehatan/kedokteran yang mempelajari bagaimana

melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap

penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.

Kesehatan kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan

dengan lingkugan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi didefinisikan sebagai

upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani

maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya

beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil, makmur dan

sejahtera (Tarwaka, 2014). Sedangkan secara keilmuan, Tarwaka (2014)

menjabarkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai ilmu dan penerapannya

secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculanya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, seorang pekerja sepatutnya mendapatkan perlindungan sebagai

berikut :

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. keselamatan dan kesehatan kerja,

b. moral dan kesusilaan,

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-

nilai agama.

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan

kesehatan kerja.

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja menurut Budiono (1992) seperti yang dikutip

oleh Sulistyoko (2008) adalah sebagai berikut :

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13

1. Melindungi keselamatan tenaga kerja di dalam melaksanakan tugasnya untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Melindungi keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

3. Melindungi keamanan peralatan dan sumber produksi agar selalu dapat

digunakan secara efisien.

4. Sumber produksi diperiksa dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Sedangkan tujuan kesehatan kerja menurut Budiono (1992) seperti yang

dikutip oleh Sulistyoko (2008), yaitu :

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja.

2. Mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia.

3. Agar terhindar dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh produk-produk

indistri.

Selanjutnya, Mangkunegara (2002) memaparkan tujuan dari keselamatan

dan kesehatan kerja antara lain :

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.2 Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja

adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh

pekerjaan. Pencegahan dimaksudkan untuk menghindari risiko – risiko yang

mungkin akan timbul dan memberikan dampak atau kerugian bagi perusahaan

pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Dampak yang ditimbulkan dari

kecelakaan kerja sangat beragam, yaitu pekerja mengalami luka ringan sampai

luka yang dapa membuat cacat permanen, perusahaan kehilangan jam kerja untuk

memproduksi produknya, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk

pengobatan korban kecelakaan, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pencegahan dengan mengetahui penyebab dan dampak yang ditimbulkannya.

International Labour Organization (2013) mendefinisikan potensi bahaya sebagai

sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian,

sedangkan risiko adalah kombinasi dari konsekuensi suatu kejadian yang

berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut. Risiko yang ditimbulkan

dapat berupa berbagai konsekuensi dan dapat dibagi menjadi empat kategori,

dimana setiap kategori memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda. Kategori yang

dimaksud ditunjukkan pada tabel berikut:

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15

Tabel 2.1. Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Didasarkan Pada
Dampak Korban

Kategori A KategoriB Kategori C Kategori D


Potensi Potensi bahaya Risiko terhadap Potensi bahaya
bahaya yang yang menimbulkan kesejahteraan yang
menimbulkan risiko langsung atau kesehatan menimbulkan
jangka pada keselamatan sehari-hari risiko pribadi dan
panjang pada psikologis
kesehatan
- Bahaya factor - Kebakaran - Air Minum - Pelecehan,
kimia - Listrik - Toilet dan termasuk
- Bahaya factor - Potensi bahaya fasilitas intimidasi dan
biologi mekanikal (tidak mencuci pelecehan
- Bahaya factor adanya pelindung - Ruang makan seksual
fisik mesin) atau kantin - Terinfeksi
- Cara bekerja dan - Housekeeping - P3K di tempat HIV/AIDS
bahaya factor (perawatan buruk kerja - Kekerasan
ergonomis pada peralatan) - Transportasi ditempat
- Potensi bahaya kerja
lingkungan yang - Stres
disebabkan oleh - Narkoba di
polusi pada tempat kerja
perusahaan di
masyarakat

2.2.1 Potensi Bahaya yang Menimbulkan Dampak Jangka Panjang pada


Kesehatan

Menurut International Labour Organization (2013), suatu bahaya

kesehatan akan muncul bila seseorang melakukan kontak dengan sesuatu yang

dapat menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pajanan

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16

(exposure) yang berlebihan. Potensi bahaya kesehatan yang biasa terjadi di tempat

kerja dapat berasal dari lingkungan kerja, antara lain faktor kimia, faktor fisik,

faktor biologi, dan faktor ergonomis.

1. Bahaya Faktor Kimia

Menurut International Labour Organization (2013), risiko kesehatan timbul

dari pajanan berbagai bahan kimia. Bahan kimia yang memiliki sifat

beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada

system tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk

padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan masuk ke dalam tubuh

melalui tiga cara utama, antara lain:

a. Inhalasi (menghirup) yaitu dengan bernapas melalui mulut atau

hidung, zat beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Beberapa zat

seperti fiber/serat dapat langsung melukai paru-paru, sedangkan

lainnya diserap kedalam aliran darah dan mengalir kebagian lain.

b. Pencernaan (menelan) yaitu bahan kimia dapat masuk ke dalam

tubuh jika seseorang makan makanan yang terkontaminasi,

makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di

lingkungan yang terkontaminasi.

c. Penyerapan kedalam kulit atau kontak invasive yaitu zat melewati

kulit dan masuk kepembuluh darah, biasanya melalui tangan dan

wajah. Terkadang zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau

suntikan (misalnya kecelakaan medis).

Lestari (2007) menjelaskan dampak pemajanan bahan-bahan kimia yang

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17

digunakan di industry batik terhadap kulit yaitu mengakibatkan iritasi dan

gangguan kulit lainnya dalam bentuk gata-gatal, kulit kering dan pecah-

pecah, kemerah-merahan, ulcera (luka bergelembung) eritema (kulit

bruntus-bruntus/bintik-bintik kemerahan), luka bakar kimia, dan

sebagainya. Gejala tersebut menunjukkan adanya gangguan pada kulit

yang dikenal sebagai occupational dermatitis.

Lestari (2007) juga menambahkan bahwa di dalam pigment warna yang

digunakan di industri batik terdapat berbagai jenis logam berat termasuk

aluminium, Cu, Zn, timbal, magnesium, serta senyawa lain seperti iron

oxide, silikat dan lain-lain. Bahan–bahan kimia tersebut bersifat

karsinogen, sehingga dapat menimbulkan :

a. Iritasi dan gangguan kulit lainnya dalam bentuk gatal–gatal, kulit

kering dan pecah–pecah, kemerah–merahan, koreng yang tidak

sembuh– sembuh.

b. Iritasi dan peradangan pada saluran pernapasan dengan gejala batuk,

pilek, sesak napas, demam.

c. Iritasi mata dengan gejala mata kemerah– merahan, pedih,berair.

2. Bahaya Faktor Fisik

International Labour Organization (2013) memaparkan bahwa factor fisik

adalah factor di dalam tempat kerja yang bersifat fisik antara lain kebisingan,

penerangan, getaran, iklim kerja (suhu), gelombang mikro, dan sinar

ultraviolet. Berikut adalah penjelasan dari faktor-faktor fisik tersebut.

a. Kebisingan yaitu semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18

dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras,

berlebihan atau berkepanjangan dapat merusak jaringan saraf sensitive

ditelinga, sehingga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran

sementara atau permanen. Hal tersebut sering diabaikan sebagai masalah

kesehatan, namun hal itu adalah salah satu bahaya fisik utama. Batas

pajanan terhadap kebisingan adalah 85 dB selama 8 jam sehari.

b. Penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan

pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan

kualitas dan produktivitas. Jika penerangan kurang sesuai, pekerja

terpaksa membungkuk dan mencoba untuk memfokuskan penglihatan

mereka sehingga tidak nyaman dan dapat menyebabkan masalah pada

punggung dan mata pada jangka panjang, serta memperlambat pekerjaan

mereka.

c. Getaran adalah gerakan bolak-balik yang cepat (reciprocating), memantul

keatas dan kebawah atau kebelakang dan kedepan. Gerakan tersebut

terjadi secara teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari

kedudukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh negative terhadap semua

atau sebagian anggota tubuh. Misalnya, memegang peralatan yang

bergetar sering mempengaruhi tangan dan lengan pengguna,

menyebabkan kerusakan pada pembuluh daran dan sirkulasi di tangan.

d. Suhu di tempat kerja yang berada diatas atau dibawah batas normal akan

memperlambat pekerjaan. Hal ini adalah respon alami dan fisiologis dan

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19

merupakan salah satu alasan mengapa sangat penting untuk

mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban di tempat

kerja.

Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah

banyak serta memperlebar pembuluh darah sehingga panas akan terbawa

keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan

mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah

sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh (Harien, 2010).

Putri (2013) menjelaskan bahwa apabila tubuh terpapar suhu diatas batas

normal, maka secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya

dengan maksimal. Bila usaha tersebut tidak berhasil maka akan timbul

efek yang membahayakan. Paparan suhu panas terhadap tubuh akan

menyebabkan gejala heat stress seperti pusing, kaku/kram otot, lelah,

mual/muntah (Siregar, 2008).

e. Gelombang mikro digunakan antara lain untuk gelombang radio, televisi,

radar, dan telepon. Panjang gelombang mikro antara 1 mm sampai 300

cm. Radiasi gelombang mikro yang pendek <1 cm yang diserap oleh

permukaan kulit dapat menyebabkan kulit seperti terbakar. Sedangkan

gelombang mikro yang lebih panjang >1cm dapat menembus jaringan

yang lebih dalam.

f. Radiasi ultraviolet berasal dari sinar matahari, las listrik, laboratorium

yang menggunakan lampu penghasil sinar ultraviolet. Radiasi ini dapat

berdampak pada kulit dan mata.

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20

3. Bahaya Faktor Biologi

Penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya, seperti penyakit yang

disebabkan oleh virus, bakteri, maupun jamur. Misalnya penyakit kuku sering

di derita oleh para pekerja yang tempat kerjanya lembab dan basah atau bila

mereka terlalu banyak merendam tangan atau kaki di air seperti pencuci.

Penyakit factor biologis ini dapat menular dari satu pekerja ke pekerja lainnya,

sehingga diperlukan pencegahan seperti imunisasi dengan pemberian

vaksinasi atau suntikan (ILO, 2013).

4. Bahaya Faktor Ergonomi dan Pengaturan Kerja

Ergonomi adalah studi tentang hubungan antara pekerjaan dan tubuh manusia,

yaitu mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan kebutuhan

pekerja, bukan mengharapkan pekerja yang menyesuaikan diri. Desain

ergonomis yang efektif menyediakan workstation, peralatan dan perlengkapan

yang nyaman dan efisien bagi pekerja untuk digunakan. Cara kerja harus

diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot,

kelelahan yang berlebihan atau gangguan kesehatan lain.

Menurut ILO (2013), risiko potensi bahaya ergonomi akan meningkat :

a. Dengan tugas monoton, berulang atau kecepatan tinggi

b. Dengan postur tidak netral atau canggung

c. Bila terdapat pendukung yang kurang sesuai

d. Bila kurang istirahat yang cukup

2.2.2 Potensi Bahaya yang Mengakibatkan Risiko Langsung pada


Keselamatan

Oleh ILO (2013), mengkategorikan sebagai hal yang berkaitan dengan

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21

masalah atau kejadian yang memiliki potensi menyebabkan cedera dengan segera.

Cedera tersebut biasanya disebabkan oleh kecelakaan kerja. Adapun faktor-faktor

yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan, antara lain:

1. Faktor manusia : tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk

mengontrol cara kerja yang dilakukan.

2. Faktor material : risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak terduga

untuk zat yang sangat beracun seperti asam.

3. Faktor peralatan : peralatan jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap

kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan.

4. Faktor lingkungan : lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja, seperti

suhu, kelembaban, kebisingan, udara, dan kualitas pencahayaan.

5. Faktor proses : ini termasuk risiko yang timbul dari proses produksi dan

produk samping seperti panas, kebisingan, debu, uap, dan asap.

Potensi bahaya yang mengakibatkan risiko langsung pada keselamatan

meliputi potensi bahaya listrik, kebakaran, dan mekanikal (peralatan/permesinan

produksi) yang akan djelaskan sebagai berikut:

1. Keselamatan Listrik

Listrik adalah energy yang dibangkitkan oleh sumber energy biasanya

generator dan dapat mengalir dari satu titik ke titik lain melalui konduktor

dalam rangkaian tertutup (ILO, 2013). Potensi bahaya karena listrik antara

lain :

a. Bahaya kejut listrik

b. Panas yang ditimbulkan oleh energi listrik

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22

c. Medan listrik

Sedangkan dampak yang terjadi jika arus kejut listrik mengenai tubuh adalah

sebagai berikut:

a. Menghentikan fungsi jantung dan menghambat pernafasan

b. Panas yang ditimbulkan oleh arus dapat menyebabkan kulit atau tubuh

terbakar, khususnya pada titik dimana arus masuk ketubuh

c. Beberapa kasus dapat menimbulkan pendarahan, atau kesulitan bernafas

dan gangguan saraf

d. Gerakan spontan akibat terkena arus listrik dapat menyebabkan cedera

lain seperti jatuh atau tersandung benda lain

Kecelakaan listrik disebabkan oleh kombinasi tiga faktor,yaitu :

a. Peralatan/instalasi yang tidak aman

b. Tempat kerja berada di lingkungan yang tidak aman

c. Praktik kerja yang tidak aman

2. Kebakaran

Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada jiwa,

peralatan produksi, proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja.

Khususnya pada kejadian kebakaran yang besar dapat melumpuhkan bahkan

menghentikan proses usaha, sehingga ini memberikan kerugian yang sangat

besar.

3. Keselamatan Kerja pada Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam bekerja dapat berupa mesin-mesin produksi

maupun alat penunjang lain untuk pemeliharaan mesin produksi, seperti palu,

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23

tang, gunting, pahat, kikir, bortangan, gerinda tangan, dan sebagainya.

Peralatan tersebut dapat menjadi sumber bahaya jika dalam pemakaiannya

tidak sesuai dengan prosedur yang benar. Selain itu, terdapat juga sumber-

sumber bahaya lain, seperti:

a. Bahan yang tidak baik

b. Konstruksi bahan yang tidak tepat

c. Penggunaan alat yang tidak tepat

d. Alat perlengkapan yang telah rusak atau aus

e. Tata cara penggunaan yang salah

f. Tanpa menggunakan alat pelindung diri

g. Pekerja yang tidak terampil atau tidak terlatih

2.3 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,

harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses

kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2014). Unsur-unsur

kecelakaan kerja menurut Tarwaka (2014) adalah sebagai berikut :

1. Tidak terduga, karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur

kesengajaan dan perencanaan.

2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan

selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.

3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya

menyebabkan gangguan proses kerja.

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24

Oleh Tarwaka (2014), pelaksanaan kecelakaan kerja di industri dibagi

menjadi dua kategori utama, yaitu :

1. Kecelakaan industri (industrial accident) merupakan suatu kecelakaan yang

terjadi di tempat kerja karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali.

2. Kecelakaan di dalam perjalanan (community accident) merupakan kecelakaan

yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan hubungan kerja.

2.3.1 Penyebab Kecelakaan Kerja

Anizar (2012) menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan ada dua faktor,

yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan).

1. Unsafe Action

Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti berikut:

a. Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja, yaitu

1) Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah

2) Cacat fiski

3) Cacat sementara

4) Kepekaan panca indra terhadap sesuatu

b. Kurang pendidikan

1) Kurang pengalaman

2) Salah mengerti terhadap suatu perintah

3) Kurang terampil

4) Salah mengartikan SOP (Standard Operating Procedure) sehingga

mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja

c. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25

d. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya

e. Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura

f. Mengangkut beban yang berlebihan

g. Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja

2. Unsafe Condition

Unsafe Condition dapat disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut :

a. Peralatan yang sudah tidak layak dipakai

b. Ada api di tempat bahaya

c. Pengamanan gedung yang kurang standar

d. Terpapar bising

e. Terpapar radiasi

f. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan

g. Sistem pekerjaan yang berlebihan

h. Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya

2.3.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja dapat

diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, jenis cedera atau

luka, dan lokasi tubuh yang terluka.

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

a. Terjatuh

b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja

c. Tersandung benda atau objek

d. Terbentur benda

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26

e. Terjepit antara dua benda

f. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

g. Pengaruh suhu tinggi

h. Tekanan arus listrik

i. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

2. Klasifikasi menurut penyebab

a. Mesin

1) Pembangkit tenafa, terkecuali motor-motor listrik

2) Mesin penyalur (transmisi)

3) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam

4) Mesin-mesin pengolah kayu

5) Mesin-mesin pertanian

6) Mesin-mesin pertambangan

7) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut

b. Alat angkut dan alat angkat

1) Mesin angkat dan peralatannya

2) Alat angkutan di atas rel

3) Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api

4) Alat angkutan udara

5) Alat angkutan air

6) Alat-alat angkutan lain

c. Peralatan lain

1) Bejana bertekanan

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27

2) Dapur pembakar dan pemanas

3) Instalasi pendingin

4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat

listrik (tangan)

5) Alat-alat listrik (tangan)

6) Alat-alat kerja dan perlengkapaannya kecuali alat-alat listrik

7) Tangga

8) Perancah (steger)

9) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

1) Bahan peledak

2) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak

3) Benda-benda melayang

4) Radiasi

5) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan

tersebut

e. Lingkungan kerja

1) Di luar bangunan

2) Di dalam bangunan

3) Di bawah tanah

3. Klasifikasi menurut jenis cedera atau luka

a. Patah tulang

b. Dislokasi/keseleo

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28

c. Regang otot/urat

d. Memar dan luka dalam yang lain

e. Amputasi

f. Luka-luka lain

g. Luka dipermukaan

h. Gegar dan remuk

i. Luka bakar

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut)

k. Akibat cuaca, dan lain-lain

l. Mati lemas

m. Pengaruh arus listrik

n. Pengaruh radiasi

o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya

p. Lain-lain

4. Klasifikasi menurut lokasi tubuh yang terluka

a. Kepala

b. Leher

c. Badan

d. Anggota atas

e. Anggota bawah

f. Banyak tempat

g. Kelainan umum

h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29

2.3.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Tarwaka (2014) menyatakan bahwa pencegahan kecelakaan kerja adalah

upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa

yang salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat

disusun suatu rencana pencegahan dengan program K3. Untuk membuat program

tersebut terdapat beberapa tahapan yang harus dipahami dan dilalui, yaitu :

1. Identifikasi masalah dan kondisi tidak aman. Kesadaran akan adanya potensi

bahaya di suatu tempat kerja merupakan langkah pertama dan utama di dalam

upaya mencegah kecelakaan secara selektif dan efisien. Identifikasi masalah

yang dimaksud meliputi :

a. Pengenalan jenis pekerjaan yang mengandung terjadinya kecelakaan.

b. Pengenalan komponen peralatan dan bahan-bahan berbahaya yang

digunakan dalam proses kerja.

c. Lokasi pelaksanaan pekerjaan.

d. Sifat dan kondisi tenaga kerja yang menangani

e. Perhatian manajemen terhadap kecelakaan.

f. Sarana dan peralatan pencegahan dan pengendalian yang tersedia, dan

sebagainya.

2. Model kecelakaan yang menunjukkan bagaimana suatu kecelakaan dapat

terjadi. Untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan, dikenal sebagai model

kecelakaan seperti :

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30

a. Model kecelakaan baisa yang secara sederhana menggambarkan

kemungkinan sebab terjadinya kecelakaan, misalnya hadirnyaseseorang

di suatu tempat yang mengandung potensi bahaya.

b. Model analisa pohon kesalahan (Fault Tree Analysis) yaitu suatu metode

untuk mengidentifikasi suatu kombinasi antara kegagaln peralatan dan

kesalahan manusia, dengan memakai prosebdur “Top-Down” yang

dimulai dari kejadian kecelakaan.

c. Model analisa pohon kejadian (Event Tree Analysis) yaitu suatu teknik

untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi kecelakaan yang

mungkin terjadi sebagai akibat kegagalan atau gangguan atau biasa

disebut dengan awal mula kejadian.

d. Model Hazops (Hazard and Operability Study) yaitu suatu metode yang

digunakan untuk mengetahui, mengenal, dan mengidentifikasi semua

potensi bahaya yang terdapat dalam suatu pelaksanaan operasi suatu

proses produksi.

3. Penyelidikan kecelakaan (analisa kecelakaan) yaitu suatu upaya yang

dilakukan untuk secara lebih teliti mengetahui sebab-sebab dan proses

terjadinya kecelakaan.

4. Azas-azas pencegahan kecelakaan kerja yaitu prinsip-prinsip tentang sebab

kecelakaan yang harus dikenal dan diketahui untuk menentukan sebab-sebab

terjadinya suatu kecelakaan, dimana dikenal 3 azas,yaitu:

a. Azas rumit (kompleks) yaitu adanya beberapa sebab yang mandiri atau

tidak berhubungan satu dengan yang lain yang bila digabungkan akan

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31

menyebabkan suatu kecelakaan.

b. Azas arti (penting) yaitu factor penyebab utama (paling penting) dalam

terjadinya suatu kecelakaan.

c. Azas urutan yaitu rangkaian dari berbagai sebab yang menyebabkan

terjadinya kecelakaan.

5. Perencanaan dan pelaksanaan. Upaya pencegahan kecelakaan kerja harus

segera dilakukan setelah melalui tahapan-tahapan identifikasi masalah,

penentuan model dan metode analisa kecelakaan serta pemahaman asas

manfaat pencegahan kecelakaan.

Upaya pencegahan yang baik menurut Tarwaka (2014) adalah yang

memperhatikan aspek-aspek seperti berikut:

1. Desain pabrik, yang memperhatikan:

a. Pengaturan dan pembagian area pabrik yang cukup aman dan

memberikan keleluasaan bila terjadi kecelakaan.

b. Dinding pemisah antara ruangan atau bangunan yang dapat menjamin dan

menghambat menjalarnya suatu kondisi yang berbahaya.

c. Penyediaan alat pengaman yang sesuai dan cukup pada setiap peralatan,

serta pada lokasi yang tepat, misalnya pemasangan hydrant untuk

penanggulangan kebakaran, dans ebagainya.

2. Desain komponen dan peralatan pabrik yang sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan. Komponen dan peralatan pabrik yang perlu mendapat perhatian

antara lain adanya :

a. Beban statik

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32

b. Beban dinamik

c. Tekananinternal dan eksternal

d. Ekspektasimasa hidup peralatan pabrik

e. Beban berhubungan dengan perubahan suhu dan pengaruh dari luari

ndustri, dan sebagainya.

3. Peralatan yang mengandung potensi bahaya perlu dibuatkan pengaman

peralatan yang harus memenuhi persyaratan, antara lain :

a. Harus memberikan perlindungan yang positif, dimana tenaga kerja

dicegah agar tidak bersentuhan secara langsung pada bagian

peralatan/mesin yang berbahaya, apabila pengaman tidak bekerja maka

mesin dapat mati dengan sendirinya atau penggunaan system penguncian

otomatis.

b. Mencegah semua jangkauan ke daerah berbahaya saat mesin beroperasi.

c. Tidak menyebabkan operator kurang nyaman atau kurang leluasa saat

bekerja, sehingga pengaman disingkirkan oleh tenaga kerja.

d. Tidak mengganggu proses produksi itu sendiri.

e. Pengaman harus dapat beroperasi secara otomatis atau hanya dengan

upaya minimum.

f. Harus sesuai dengan pekerjaan dan mesin yang diberi pengaman.

g. Harus menjadi bagian yang terpadu dengan mesin dan tidak menjadi

beban tambahan.

h. Memberikan keleluasaan dalam pemeriksaan, perbaikan, dan perawatan

tanpa harus menyingkirkan pengamannya.

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33

i. Harus mampu melindungi terhadap kemungkinan operasional yang tidak

terduga dan bukan hanya perlindungan terhadap bahaya normal.

4. Pengoperasian dan pengendalian. Sistem pengoperasian suatu proses produksi

memerlukan system pengendalian proses agar tetap aman dalam batas-batas

yang telah ditentukan. Sistem pengendalian yang digunakan meliputi:

a. Pengendalian secara manual.

b. Pengendalian secara otomatis.

c. Sistem pengendalian“automatic shut down”.

d. Sistem alarm otomatis maupun manual.

5. Sistem keselamatan.

6. Pencegahan kesalahan manusia dan organisasi. Upaya ini meliputi :

a. Pekerjaan yang sesuai dan mudah dikerjakan.

b. Tanda-tanda atau simbol-simbol yang jelas dan nyata dalam penampilan

panel pengendali.

c. Peralatan komunikasi yang benar serta pelatihan yang sesuai dengan jenis

pekerjaan.

7. Pemeliharaan dan monitoring yang teratur oleh tenaga kerja yang terlatih dan

berpengalaman akan menciptakan sistem keselamatan kerja yang baik.

8. Pengawasan terhadap komponen pabrik perlu dilakukan secara teratur dan

terus menerus untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai

dengan apa yang telah direncanakan.

9. Mengurangi akibat yang terjadi yang dapat dilakukan dengan suatu konsep

perencanaan dan penyediaan sarana untuk upaya K3,yang meliputi :

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34

a. Penyediaan tenaga terlatih untuk penanggulangan keadaan darurat.

b. Penyediaan system alarm yang langsung berhubungan dengan pusat-pusat

penanggulangan keadaan darurat.

c. Penyediaan anti-doteuntuk menghadapi suatu keadaan terlepasnya bahan-

bahan kimia beracun.

10. Pelatihan kepada semua pihak yang terlibat dalam proses produksi.

11. Sistem pelaporan yang relevan serta standar dan perbaikan lingkungan kerja.

2.3.4 Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko adalah suatu upaya control terhadap potensi risiko

yang ada sehingga bahaya tersebut dapat dikurangi atau diminimalkan sampai

batas yang dapat diterima (Hughes & Ferrett, 2007). Pengendalian risiko meliputi:

1. Eliminasi

Eliminasi merupakan cara yang paling baik dan efektif dalam menghindari

bahaya yang tinggi. Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya

menghilangkan bahaya dengan meninggalkan aktivitas atau proses karena

risiko yang telalu tinggi.

2. Substitusi

Substitusi adalah suatu pengendalian yang dilakukan dengan menggantikan

bahan, zat, atau peralatan yang berbahaya dengan bahan, zat, atau peralatan

yang lebih aman. Misalnya penggunaan cat berbasis air lebih aman daripada

pengunaan cat berbasis minyak.

3. Mengubah metode kerja

Beberapa kasus memungkinkan dilakukan perubahan metode kerja sehingga

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35

paparan bahan berbahaya dapat dikurangi.

4. Mengurangi waktu paparan

Hal ini melibatkan pengurangan waktu selama hari kerja dimana pada hari

kerja tersebut pekerja terpapar bahaya. Untuk mengurangi waktu paparan

dapat dilakukan dengan memberikan pekerja suatu pekerjaan lain atau

member pekerja waktu istirahat. Hal ini hanya cocok untuk pengendalian

bahaya kesehatan, misalnya kebisingan, tampilan layar,dan zat berbahaya.

5. Teknik pengendalian

Hal ini menggambarkan pengendalian risiko dengan cara rekayasa desain dari

pada bergantung pada tindakan pencegahan dari pekerja. Ada beberapa cara

untuk mencapai pengendalian ini, yaitu

a. Pengendalian risiko pada sumbernya

b. Mengendalikan paparan risiko dengan cara :

1) Mengisolasi peralatan dengan penggunaan pagar, rintangan, atau

penjaga

2) Mengisolasi setiap bahaya listrik atau temperatur

3) Menyaring setiap asap atau gas berbahaya

6. Housekeeping

Housekeeping adalah cara yang sangat murah dan efektif untuk mengontrol

risiko. Cara ini melibatkan penjagaan tempat kerja yang bersih dan rapi setiap

saat dan memelihara system penyimpanan untuk zat berbahaya dan benda

berpotensi bahaya lainnya. Risiko yang paling mungkin dipengaruhi oleh

Housekeeping adalah api, tergelincir, tersandungdan jatuh.

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36

7. Sistem kerja yang aman

Sebuah system kerja menggambarkan metode yang aman untuk melakukan

kegiatan kerja. Jika risikonya tinggi atau medium, detail system seharusnya

ada secara tertulis dan harus dikomunikasikan kepada pekerja secara resmi

pada kegiatan pelatihan. Sistem dengan risiko kegiatan rendah dapat

disampaikan secara lisan. Harus ada laporan bahwa pekerja telah dilatih atau

diinstruksi dalam system kerja yang aman dan pekerja memahami serta akan

mematuhinya.

8. Pelatihan dan informasi

Pelatihan harus dilakukan agar pekerja dapat bekerja sesuai dengan instruksi

yang diberikan. Informasi dapat diberikan melalui benda-benda visual seperti

tanda, poster, SOP, dan sebagainya.

9. Alat pelindung diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) hanya digunakan sebagai pilihan terakhir karena

adanya keterbatasan APD, seperti

a. Hanya melindungi orang yang menggunakannya, tidak melindungi orang

lain disekitarnya

b. Bergantung pada orang yang memakainya sepanjang waktu

c. Harus digunakan dengan benar

d. Harus diganti apabila tidak dapat lagi memberikan perlindungan

Manfaat dari APD antara lain:

a. Memberikan perlindungan segera untuk mengijinkan sebuah pekerjaan

dilanjutkan sementara pengendalian teknis ditempatkan.

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37

b. Dalam keadaan darurat dapat menjadi cara yang paling praktis untuk

mempengaruhi penyelamatan atau mematikan keadaan berbahaya di

pabrik.

c. Dapat digunakan untuk menjalankan pekerjaan diarea yang terbatas

dimana alternatif-alternatif lain tidak dapat dilakukan.

2.4 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis

untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya

merupakan landasan manajemen risiko untuk menjawab pertanyaan apa potensi

bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/perusahaan dan bagaimana

terjadinya (Ramli, 2010).

Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus

yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari

bahaya-bahaya. Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap

langkahnya:

1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka,

dengan suatu objek?

2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?

3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat

terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?

4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau

memelintir?

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38

5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan? Contohnya,

apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi?

Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin sesuai

dengan kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan teridentifikasi.

Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko

yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu

pekerja-pekerja dapat membantu menidentifikasi risiko-risiko berdasarkan

pengalaman mereka.

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko

adalah melakukan penlaian setiap laporan survei dan/atau inspeksi K3 atau

lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang

mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:

1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.

2. Laporan kecelakaan/insiden dari area umum di lokasi kerja.

3. Laporan pengamatan kerja.

4. Peraturan kerja khusus di lokasi.

5. Kebutuhan alat pelindung diri.

6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.

2.4.1 Tujuan Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya merupakan landasan dari

program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi bahaya

memberikan berbagai manfaat antara lain:

a. Mengurangi peluang kecelakaan

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39

Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan

melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu

kecelakaan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat

ditekan.

Gambar 2.1 Rasio Kecelakaan menurut Dupont

Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah:

1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000

yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau

kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan

berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.

Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyea

kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan

dapat diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi

seluruh sumber bahaya di tempat kerja.

b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan

pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40

sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi

perusahaan.

c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan

dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas

penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya

akan leih efektif.

d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam

perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan

demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang

akan dilakukan (Ramli, 2010).

2.4.2 Teknik Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah suatu teknik

komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau

sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat

diklasifikasikan atas:

1. Metoda pasif

2. Metoda semi proaktif

3. Metoda aktif

a. Teknik pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara

langsung. Cara ini ersifat primitif dan terlamat, karena langkah pencegahan

diambil setelah kecelakaan terjadi.

b. Teknik semi proaktif

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak

perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;

a) tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak

kejadian kecelakaan.

b) tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain

untuk diambil sebagai pelajaran.

c) kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,

walaupun menimpa pihak lain.

Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan

penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak

terulang kembali.

c. Teknik Proaktif

Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau

mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak

yang merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan;

1) Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan

kecelakaan atau cedera.

2) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena

dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

3) Meningkatkan kesadaran (awareness) semua pekerja setelah mengetahui

dan mengenal bahaya di tempat kerja.

4) Mencegah pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42

Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya

yang bersifat proaktif antara lain:

1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3

2. Hazops (Hazard and Operability Study)

3. Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis-JSA)

4. Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis-TRA)

2.4.3 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya

Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat

menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa

pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain:

1) Sistematis dan terstruktur

2) Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum

pernah dikenal sebelumnya.

3) Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan.

4) Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.

Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi

antara lain:

1. Manusia

2. Peralatan

3. Proses

4. Sistem dan Prosedur

a. Manusia

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43

Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat

melakukan aktivitasnya masing-masing.,

b. Peralatan

Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan

lainnya dapat menjadi sumer bahaya bagi manusia yang menggunakannya.

c. Material

Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil

produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan

karakteristik masing-masing.

d. Proses

Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis

atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat

menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.

e. Sistem dan Prosedur

Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat

mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contohnya seorang pekerja

yang bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan

kelelahan yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman,

misalnya menurunnya konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya

kecelakaan.

2.4.4 Proses Identifikasi Bahaya

Secara garis besar tahapan identifikasi bahaya adalah merinci bahaya-

bahaya yang ada sampai level detail dan kemudian menetukan signifikansinya

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44

(potensi) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap

masalah-masalah yang ada.

Gambar 2.2 Proses Identifikasi Bahaya

Tahapan identifikasi bahaya diawali dengan menyusun daftar kejadian-

kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan terjadi kecelakaan

maupun gangguan kesehatan.

2.5 Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk

menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya

disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah

terjadinya kecelakaan.Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah

penganalisaan aktivitas kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan

pencegahan yang memadai ditempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45

sistematis identifikasi potensi bahaya di tempat kerja sebagai langkah untuk

mengendalikan risiko yang terjadi disuatu lingkungan kerja.

Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan

menemukan bahaya yang:

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain

permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.

3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat

gambaran yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan.

Badan analisa keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam

mencegah kecelakaan kerja yaitu dengan melakukan pengenalan terhadap bahaya,

melakukan evaluasi dan pengendalian risiko (Cipto, 2010).

2.5.1 Manfaat Job Safety Analysis (JSA)

Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan

melindungi produktivitas pekerja manfaatnya adalah:

1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.

2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam

metodekerja.

4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan

produktivitas.

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46

5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk

petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia.

6. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur

kerjaefisien.

Teknologi keamanan sistem adalah suatu segmen yang dibentuk dengan

baik dan dikenal secara formal dari teknisi sistem modern. Sebagian besar dari

metodologinya dikembangkan untuk membantu mencegah terjadinya kecelakaan

dalam sistem-sistem yang disponsori atau dikontrol pemerintah Amerika Serikat.

Dianjurkan agar langkah pertama dalam identifikasi bahaya sistematis adalah

mempersiapkan sebuah daftar dari tipe-tipe kecelakaan yang terjadi untuk produk,

peralatan, sistem, atau daerah operasi yang diteliti. Setelah semua bahaya telah

diidentifikasikan dari masing-masing tahap pekerjaan, pada tahap berikutnya yaitu

mencari solusi pengembangan terhadap desain untuk pemisahan atau sebaliknya

pengawasan atau kontrol terhadap desain untuk mengetahui hubungan tiap bahaya

dengan tahapan suatu pekerjaan. Solusi yang biasa digunakan untuk mengontrol

bahaya adalah berikut:

1. Merubah lingkungan fisik pekerjaan.

2. Mengurangi frekuensi pekerjaan pada pekerjaan yang berbahaya.

3. Menggunakan pakaian pelindung/alat pelindung.

4. Melakukan prosedur kerja yang baik.

Analisa keselamatan kerja (JSA) biasanya dikembangkan dengan

mengamati pekerja-pekerja yang berpengalaman dalam melaksanakan

pekerjaannya dan atau dengan mendiskusikan metode kerja dengan mereka.

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47

Observasi dan diskusi ini digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah

dasar dari sebuah pekerjaan yang spesifik dan untuk mempersiapkan suatu daftar

bahaya. Kontrol bahaya ini meliputi pelaksanaan prosedur keamanan kerja,

penghilangan sumber-sumber tenaga kerja dan bahan-bahan yang berbahaya serta

penggunaan pakaian dan perlengkapan pengaman dan lain-lain. Penurunan tingkat

bahaya dan solusi-solusi yang digunakan seharusnya dibicarakan dengan para

pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut. Semakin pekerja dilibatkan dan

diizinkan untuk memberi kontribusi maka semakin sukses dan efektiflah JSA

tersebut. Metode pelaksanaan yang efisien pada analisa keselamatan kerja adalah

melalui observasi langsung pada performa kerja. Dalam banyak hal observasi

langsung mungkin tidak praktis, seperti pada pekerjaan baru dan hal lain yang

jarang dikerjakan. Pada kondisi seperti ini JSA dapat dibuat melalui diskusi

dengan orang yang menggeluti pekerjaan tersebut (Cipto, 2010).

2.5.2 Langkah melakukan Job Safety Analysis (JSA)

Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job

Safety Analysis (JSA) adalah sebagai berikut:

1. Memilih pekerjaan (job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas

danharus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan

dianalisa, hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi kecelakaan.

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan

prioritas utama dalam JSA.

47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48

b. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam

JSA.

c. Kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan

namun mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

a. Pekerjaan baru

Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh

ditundahingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e. Mendekati Bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas

JSA.Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu

berubah menjadi kecelakaan.

2. Menguraikan Pekerjaan (job breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-

tahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari

tahap awal sampai akhir.

Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi seperti:

a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat

menimbulkan langkah yang tidak penting.

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-

langkah dasar tindak dapat dibedakan.

3. Analisis bahaya (hazard analysis)

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam

keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua

potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi

dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan

indentifikasi bahaya diantaranya:

a. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja?

b. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

c. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas, terjepit,

terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.

e. Apakah pekerja berpotensi terperangkap, tertanam, tertimbun dan potensi

membahayakan pekerja lainnya.

4. Pengendalian bahaya (hazard control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan

pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat

mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan

dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien. Dalam mengendalikan bahaya,

intervensi yang paling efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan menerapkan

hirarki kontrol. Tahapan hirarki control yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Primary control: Mencakup pengendalian pertama dengan fokus intervensi

pada alat dan mesin dengan upaya rekayasa.

2. Secondary control: Mencakup pengendalian administrasi dengan cara

membatasi paparan terhadap risiko tertentu.

49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50

3. Tertiari control: Pengendalian yang dilakukan dengan mengajarkan praktek

kerja yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam suatu

pekerjaan tertentu dengan sistematis.

4. APD: Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir dalam upaya

penanggulangan yang ditujukan kepada pekerja dengan memberikan alat

pelindung diri terhadap potensi bahaya tertentu.

2.6 Kerangka Konsep


1. Stasiun penampungan
TBS sementara (Loading
Ramp)

2. Stasiun Perebusan
Analisis Bahaya
(Sterilizer Station)
Job Safety Analysis
3. Stasiun Klarifikasi
(JSA) Instrumen (Clarification Station)

4. Stasiun Kernel
(Kernel Station)

5. Stasiun Pembakaran
(Boiler)

Gambar 2.3 Kerangka konsep

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu

menggambarkan hasil analisis bahaya terhadap keselamatan pekerja pada suatu

proses kerja dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis) di proses

pengolahan kelapa sawit di pabrik kelapa sawit (PKS) Begerpang POM (Palm Oil

Mill) PT. PP. London Sumatra, Tbk. Studi deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pabrik kelapa sawit (PKS) Begerpang POM (Palm

Oil Mill) PT. PP. London Sumatra Tbk, Kelurahan Batu Lokong, Kecamatan Galang,

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 14 September 2017 hingga 28

September 2017.

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52

3.3 Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah pada bagian pengolahan Pabrik Kelapa Sawit

Begerpang POM PT. PP. London Sumatra yang terdiri dari proses (loading ramp)

yaitu stasiun penampungan TBS sementara, (sterilizer station) yaitu stasiun

perebusan, (clarification station) yaitu stasiun klarifikasi, (kernel station) yaitu

stasiun kernel, dan (boiler station) yaitu stasiun pembakaran.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data Primer diperoleh dari pengamatan pada proses kerja dan

dokumentasi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data-data dan studi literatur terkait analisis

bahaya dengan metode JSA (Job Safety Analysis), serta dokumen perusahaan PT.

PP. London Sumatera Tbk Begerpang POM berupa:

a. Data kecelakaan kerja tahun 2006 - 2008.

b. Data proses kerja pada stasiun penampungan Tandan Buah Segar (TBS)

sementara (loading ramp), stasiun perebusan (sterilizer station), stasiun

klarifikasi (clarification station), stasiun kernel (kernel station), dan stasiun

pembakaran (boiler station) di PT. PP. London Sumatera Tbk Bgerpang POM.

c. Data kebijakan manajemen terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja.

3.5 Instrumen Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Instrumen yang digunakan adalah teknik JSA (Job Safety Analysis) yang

diaplikasikan pada stasiun penampungan Tandan Buah Segar (TBS) sementara

(loading ramp), stasiun perebusan (sterilizer station), stasiun klarifikasi

(clarification station), stasiun kernel (kernel station), dan stasiun pembakaran

(boiler station).

3.6 Definisi Operasional

1. Stasiun Penampungan Tandan Buah Segar (TBS) Sementara merupakan

tempat menampung TBS yang kemudian dimasukkan kedalam lori, lalu

pekerja menarik lori yang terisi TBS dengan capstand menuju perebusan.

2. Stasiun Perebusan merupakan stasiun merebus TBS kurang lebih 90 menit

perebusan, lalu pekerja menarik keluar lori yang sudah direbus dengan

capstand dan memindahkannya menuju tippler untuk dituang ke fruit bunch

conveyor.

3. Stasiun klarifikasi merupakan stasiun tempat pekerja mengoperasikan semua

mesin klarifikasi untuk penyaringan minyak hingga menjadi CPO (Crude

Palm Oil).

4. Stasiun kernel merupakan stasiun tempat pekerja mengoperasikan semua

mesin kernel untuk membersihkan biji dari serat dan cangkang hingga

menjadi PKO (Palm Kernel Oil).

5. Stasiun pembakaran merupakan stasiun tempat pekerja mengoperasikan

mesin boiler untuk menjadikan energi listrik bagi pabrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

6. JSA (Job Safety Analysis) adalah suatu teknik yang digunakan untuk

menganalisa bahaya yang terdapat dalam setiap proses kerja di PT. PP.

London Sumatera Tbk Begerpang POM.

3.7 Analisis Data

Dalam penelitan ini peneliti hanya akan menganalisis potensi-potensi

bahaya terhadap keselamatan pada pekerja. Analisis data dilakukan untuk melihat

bahaya-bahaya keselamatan yang ada dengan cara memilih pekerjaan (job

selection) dengan bahaya keselamatan yang buruk mempunyai prioritas dan harus

dianalisa terlebih dulu, menguraikan Pekerjaan (job breakdown) berdasarkan

tahapan-tahapan pekerjaannya, menganalisis bahaya keselamatan dan menentukan

pengendalian, kemudian dideskripsikan dan disajikan dalam bentuk narasi yang

telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk diawal berdirinya merupakan

perusahaan asing yang bergerak di bidang perkebunan. Perusahaan ini didirikan

oleh Group Harrissons and Crossfield dari Inggris pada tahun 1906 dengan nama

Harrissons and Crossfield Plc (H & C). Perusahaan ini merupakan bekas hak

Concessie berdasarkan perjanjian Zelfbes Turn tanah Jawa dengan beberapa

perusahaaan Rubber Company Ltd yang disahkan dengan ketetapan Residen

Sumatera Timur, dalam kerangka konversi Undang-undang Pokok Agraria (UU

No. 5 tahun 1906). Hak Concessie tersebut dikonversikan menjadi Undang-

undang Hak Guna Usaha (UU HGU) yang ditegaskan dalam surat Menteri

Agraria 1 Maret 1962 No. Ka.13/7/1962.

Berdasarkan Ketetapan Presiden Republik Indonesia No. 6 tahun 1964,

perusahaan ini berada dalam pengawasan pemerintah dengan nama PT. PP.

Dwikora I dan II (1964-1968). Dalam suatu perjanjian pemerintah RI dengan

Harrissons and Crossfield Plc. Sejumlah anak perusahaan perkebunan tersebut

oleh pemerintah RI dikembalikan kepada pemiliknya semula dan diganti namanya

menjadi Hak Guna Usaha (HGU) selama 30 tahun. PT. PP. London Sumatra

Indonesia Tbk didirikan dengan akte notaris Raden Kadiman di Jakarta tanggal 18

Desember 1962 dan akte pembaharuan tanggal 9 September 1963.

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56

Pada bulan November 1994, perusahaan ini dibeli oleh sebuah perusahaan

Indonesia bernama PT.Pan London Sumatra Plantation (PPLS) senilai US$ 273

juta. PPLS dimiliki oleh Anry Pribadi dari Group Napan dan Ibrahim Risyad dari

Risjadson. Tak lama kemudian, 25% saham Lonsum dialihkan kepada Happy

Cheer Limited (HCL), 75% lainnya tetap dipegang oleh oleh PPLS.

PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk (Lonsum) memiliki sebelas

perkebunan (kelapa sawit dan karet) di Sumatera Selatan, satu perkebunan karet di

Sulawesi Selatan, satu perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur dan dua

perkebunan (coklat, kopi dan teh) di Jawa. Pada akhir tahun 1997, Lonsum

mengelola perkebunan perkebunan seluas 45.477 hektar di Sumatera Utara, Jawa

dan Sulawesi. Program ekspansi Lonsum berawal pada tahun 1994 dan

direncanakan untuk memperluas perkebunannya sebanyak 113.750 hektar di

Sulawesi dan Kalimantan. Lonsum juga sedang mengembangkan perkebunan

seluas 36.371 di Sumatera Selatan dan Sulawesi. Luas total perkebunannya pada

tahun 2000 diproyeksikan sebesar 205.000 hektar.

Lonsum yang aktifitasnya mencakup perkebunan kelapa sawit, karet, kopi

dan teh adalah salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di Indonesia. Pada

bulan Desember 2000, Lonsum telah melakukan penanaman kelapa sawit seluas

39.163 hektar, karet seluas 15.879 hektar, dengan 17 pabrik dan sejumlah

kawasan yang masih mungkin untuk pembangunan.

Dalam menjalankan usahannya, Lonsum mendirikan beberapa pabrik dan

kebun (estate) yang disebar di beberapa wilayah Indonesia terutama di pulau

Sumatera. Di bawah ini adalah pabrik-pabrik yang telah berdiri :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

1. Sumatera Utara, antara lain :

- TOM ( Turangi Oil Mill ) dengan kapasitas 45 ton/jam

- Begerpang POM ( Palm Oil Mill ) dengan kapasitas 50 ton/jam

- Dolok Palm Oil Mill dengan kapasitas 45 ton/jam

- Gunung Melayu POM dengan kapasitas 30 ton/jam

- Sei Rumbia dengan pabrik karet

2. Sumatera Selatan, antara lain :

- Sei Lakitan POM dengan kapasitas 60 ton/jam

- Belani Elok POM dengan kapasitas 60 ton/jam

- Artha Kencana POM dengan kapasitas 15 ton/jam

- Tirta Agung POM dengan kapasitas 45 ton/jam

- Gunung Bais POM dengan kapasitas 5 ton/jam

- Cengal Crumb Rubber Factory

3. Diluar dari daerah Sumatera ada beberapa, diantaranya :

- Salah satu Pabrik Kertasari (Jawa Barat) dengan komoditi teh

- Trebasala (Jawa Timur) dengan komoditi kopi dan coklat

- Palangisang (Sulawesi Selatan) dengan komoditi karet

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk

yang terdapat di Pulau Sumatera adalah Begerpang POM (Palm Oil Mill) yang

terletak di Begerpang, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Pabrik ini

didirikan pada tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tanggal 9 Juli 2003 dengan

kapasitas produksi 45 ton/jam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Begerpang POM mengolah buah kelapa sawit dari Tandan Buah Segar (TBS)

menjadi minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti biji sawit atau Palm

Kernel. Pada awal bulan juli 2006, pabrik menambah hasil produksi yang

dipasarkan yaitu Palm Kernel Oil (PKO) yang bahannya berasal dari inti biji

sawit.

4.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Begerpang POM (Palm Oil Mill) milik PT.

PP. London Sumatra Indonesia Tbk bergerak dalam bidang pengolahan Tandan

Buah Segar kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil),

Palm Kernel Oil (PKO), pakan ternak (meal) dan kompos. Produk yang dihasilkan

oleh pabrik kelapa sawit Begerpang POM dipasarkan ke dalam negeri dan

sebagian diekspor ke luar negeri.

4.1.3 Lokasi Perusahaan

Pabrik Kelapa Sawit Begerpang Palm Oil Mill PT.PP.London Sumatra

Indonesia Tbk terletak di Begerpang, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli

Serdang.

4.1.4 Daerah Pemasaran

Produk yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit Begerpang POM akan di

kirim ke tempat penampungan sementara di daerah Belawan yang menampung

seluruh produk dari PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk di daerah Sumatera

Utara untuk selanjutnya dipasarkan keluar negeri seperti Jepang, Australia,

Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Korea, Brazil, Vietnam, Singapura, dan lain-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

lain. Sedangkan untuk produksi berupa kompos, langsung digunakan untuk pupuk

di Begerpang Estate.

4.1.5 Delapan Perilaku Utama LONSUM

1. Strive to Excel

a. Proactive = Proaktif dengan mengambil inisiatif tindakan tanpa

menunggu instruksi timbulnya masalah

b. Creative and Innovative = Kreatif dan Inovatif dengan menghasilkan

gagasan-gagasan baru dan memberi nilai tambah

c. Contribute Positively = Memberikan Kontribusi Postif dengan selalu

menunjukkan minat dan upaya yang sungguh-sungguh dalam mencari

solusi terbaik untuk kepentingan perusahaan

d. Improve Continually = Melakukan Perbaikan Terus-menerus dengan

tidak pernah puas diri pada hasil yang sudah dicapai saat ini, selalu

mencari kemungkinan-kemungkinan perbaikan/peningkatan kinerja

2. Integrity

a. Act With Honesty = Bertindak Jujur dengan menunjukkan sikap terbuka

dalam berhubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, sesuai

dengan standar etika bisnis yang berlaku

b. Discipline and Consistent = Disiplin dan Konsisten dengan selalu

mematuhi aturan, tatalaksana organisasi dan bisnis yang berlaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

3. Mutual Respect

a. Responsible = Bertanggung Jawab atas peran dan tugas dengan

menunjukkan komitmen dan upaya untuk menjalankan fungsi peran dan

menyelesaikan pekerjaan secara tuntas dengan sebaik-baiknya

b. Care and Respect = Peduli dan Respek terhadap orang lain serta

lingkungan sekitar dengan berupaya memahami dan mempertimbangkan

kepentingan, menghargai perbedaan, mengakui kelebihan/kinerja pihak-

pihak lain dan selalu menjaga kelestarian lingkungan.

4.1.6 Tanggung Jawab Pengawasan Keselamatan Kerja Begerpang POM

Dalam rangka terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien

maka LONSUM Begerpang POM menetapkan tanggung jawab pengawasan K3

sebagai berikut :

1. Manajer dan seluruh asisten terkait

Bertanggung jawab dalam memastikan bahwa pengawasan K3 dilaksanakan

dengan baik sesuai dengan peraturan perundangan dan ketentuan perusahaan.

Sesuai dengan hasil identifikasi sumber bahaya dan tingkat risiko bahaya

dalam melaksanakan pekerjaan, untuk pengendaliannya agar dilaksanakan

pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan

aman dan nyaman serta efisien.

2. Mandor terkait

a. Melaksanakan pengawasan kepada setiap karyawan/i dan orang lain

dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan tingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

resiko tugas dengan mengacu pada standart operasional prosedur dan

instruksi kerja yang telah ditetapkan agar terhindar dari bahaya yang ada.

b. Menghentikan pekerjaan yang sedang dilaksanakan apabila dinilai

menimbulkan resiko bahaya.

c. Berupaya menciptakan kondisi lingkungan kerja, mesin/peralatan, bahan,

proses, dan pelaksanaan pekerjaan dalam kondisi aman, nyaman dan

efisien.

d. Menjamin bahwa pekerjaan yang beresiko tinggi dapat dilaksanakan

setelah mendapat Izin Kerja Khusus dan diawasi guna menghindari

kemungkinan terjadinya bahaya yang muncul.

3. Karyawan/i dan orang lain yang melaksanakan pekerjaan di Perusahaan

a. Memenuhi ketentuan perundangan dan ketentuan perusahaan.

b. Setiap melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan SOP dan Instruksi

Kerja yang telah ditetapkan.

c. Menciptakan tempat kerja, penggunaan peralatan dan bekerja dengan

cara kerja yang aman serta menggunakan alat pelindung diri (APD).

d. Melaporkan kepada atasan jika terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan

bahaya.

PT PP London Sumatera Begerpang POM juga telah memiliki atau

membentuk P2K3. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

ialah suatu badan yang dibentuk di suatu perusahaan untuk membantu

melaksanakan dan menangani usaha-usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) yang keanggotaannya terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

4.1.7 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Begerpang POM

Begerpang POM sebagai salah satu pabrik yang berada dibawah naungan

PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk, sesuai dengan amanat UU No 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan diperkuat dengan Peraturan

Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3 yang merupakan

sistem manajemen yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, serta

dengan dikeluarkannya Sertifikat SMK3 untuk yang kedua kalinya oleh

Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.149 Tahun

2013. Adalah bukti penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di Begerpang POM dan adanya Surat Keputusan Direksi No:

001/DIR/IX/2014 Tetang Pedoman Kebijakan Managemen Berkelanjutan. Maka

dengan ini menyatakan berkomitmen untuk lebih giat lagi dalam meningkatkan

dan melaksanakan undang-undang, peraturan dan persyaratan K3.

Mengingat ruang kerja di pabrik cukup luas dan kompleks maka

kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.

Untuk itu komitmen ini disusun dengan tujuan agar para tenaga kerja dapat

terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sehingga dengan

demikian diharapkan produktifitas kerja semakin lebih meningkat.

Atas dasar hal diatas maka Manager pabrik beserta Staff bersama-sama

dengan Karyawan/i Begerpang Palm Oil Mill dengan ini menyatakan komitmen

melaksanakan hal-hal yang menyangkut aspek K3 sebagai berikut :

1. Kami seluruh personil Begerpang POM baik dari unsur pimpinan maupun

seluruh tenaga kerja yang ada di dalamnya siap sedia mensukseskan program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

perusahaan untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 sebagai manajemen

yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.

2. Melalui Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

senantiasa memantau segala aspek yang dapat menimbulkan terjadinya

kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada tahun 2017 sehingga

terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan efisien untuk

mendorong produktivitas, dan tercapainya target zero accident dan zero

incident.

3. Dengan budaya K3 lebih meningkat lagi kualitas hidup Karyawan/i menuju

masyarakat yang selamat, sehat, dan produktif.

4. Menjadikan K3 sebagai bagian dari budaya kerja, sehingga dapat mencegah

kasus pencemaran, kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tidak ada

terinfeksi HIV/AIDS.

Demikianlah Kebijakan ini dibuat agar terlaksana dengan baik.

4.2 Analisis Bahaya Keselamatan Kerja dengan Metode JSA (Job Safety
Analysis) di PT. PP. London Sumatera Tbk Begerpang POM

Analisis bahaya keselamatan kerja dengan metode JSA (Job Safety

Analysis) menurut Occupational Health and Safety (OSH, 2013) adalah sebagai

berikut:

1. Memilih pekerjaan (Job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan

harus dianalisa terlebih dulu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

2. Menguraikan pekerjaan ( Job breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-tahapan

pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari

tahap awal sampai akhir.

3. Analisis bahaya (Hazard analysis)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam

keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua

potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi

dapat ditanggulangi.

4. Pengendalian bahaya (Hazard control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan

pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat

mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga

pekerjaan dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien.

4.2.1 Memilih Pekerjaan untuk Dianalisis (Job Selection)

Pekerjaan yang dipilih menjadi objek penelitian berdasarkan data

kecelakaan kerja pada Tahun 2006 - 2008 dan yang memiliki tingkat bahaya

keselamatan yang tinggi menurut peneliti, yaitu :

1. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Penampungan TBS Sementara

(Loading Ramp).

2. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Perebusan (Sterilizer Station).

3. Aktivitas Kerja Operatot pada Stasiun Klarifikasi (Clarification Station).

4. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Kernel (Kernel Station).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

5. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Pembakaran (Boiler).

Tabel 4.1 Data Kecelakaan Kerja di PT. PP. London Sumatera Tbk
Begerpang POM Tahun 2006

No Tanggal Tempat Luka Sumber Sebab Kecelakaan


Kecelakaan Kecelakaan Pada Kecelakaan
1. 18 Februari Workshop Jari manis Terpukul Martil Kurangnya
2006 tangan perhatian pekerja
kanan sewaktu
menggunakan
martil
2. 18 Februari Workshop Ibu jari Terpukul Martil Kurangnya
2006 tangan kiri perhatian pekerja
sewaktu
menggunakan
martil
3. 6 Maret 2006 Stasiun Kepala Terhantuk besi Operator tidak
Thresser bagian atas thresser memakai safety
helmet (APD)
4. 8 Juni 2006 Stasiun Boiler Mata kiri Kemasukkan serat Operator tidak
Fiber memakai kacamata
pelindung (APD)
yang disediakan
5. 9 Juni 2006 Stasiun Telapak Tertusuk serabut Tertusuk peralatan
Sterillizer tangan atas kabel sling kerja yang rusak
karena kurangnya
pemeliharaan
6. 21 Juni 2006 Loading Ramp Bagian Tersambar (Near Operator
pipi dan miss) hand drill menggunakan
leher loading ramp peralatan kerja yang
berbahaya dan
kurangnya
pemeliharaan
7. 12 Juli 2006 Stasiun Kepala Terhantuk Fruit Operator Terpeleset
Sterillizer bagian atas cages akibat lantai yang
licin
8. 21 Juli 2006 Stasiun Boiler Tangan Terkena percikan Tidak memakai
sebelah api boiler kacamata pelindung
kiri (APD)
9. 21 Juli 2006 Stasiun Kaki kiri Terkena air panas Operator terjatuh
Klarifikasi dari hot water akibat posisi kerja
tank yang tidak aman
dengan keadaan
lantai yang licin
10. 20 Agustus Stasiun Bagian Tersiram oil Kurangnya
2006 Pressing wajah condensate pengawasan
operator saat
bekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Tabel 4.2 Data kecelakaan kerja di PT. PP. London Sumatera Tbk
Begerpang POM Tahun 2007

No Tanggal Tempat Luka Sumber Sebab Kecelakaan


Kecelakaan Kecelakaan Pada Kecelakaan
1. 1 April 2007 Stasiun Kernel Kaki kanan Terjepit Cake Operator tidak
(Pengolahan Breaker Conveyor memakai alat bantu
Biji) (CBC) untuk
memindahkan cake,
tetapi memakai kaki
2. 7 April 2007 Stasiun Alis mata Tersambar kabel Tertusuk peralatan
Sterillizer sling kerja yang rusak
karena kurangnya
pemeliharaan
3. 15 September Stasiun Dada Tersambar Hook Operator tersambar
2007 Sterillizer kanan kabel sling hook yang terlepas
bagian dari kabel sling
dalam pada saat
penarikkan lorry

Tabel 4.3 Data kecelakaan kerja di PT. PP. London Sumatera Tbk
Begerpang POM Tahun 2008

No Tanggal Tempat Luka Sumber Sebab Kecelakaan


Kecelakaan Kecelakaan Pada Kecelakaan
1. 15 Januari Stasiun Water Jari tengah Terjepit dan Operator tidak
2008 Treatment tangan terpotong Sand menggunakan alat
kanan Cyclone bantu tetapi
memakai tangan
untuk
membersihkan sand
cyclone sehingga
saat pintu sand
cyclone tertutup,
jari operator terjepit
dan terpotong
2. 15 Juli 2008 Jalan Kebun Patah Terjatuh dari Sepeda motor
tulang sepeda motor terjatuh karena
pada kaki jalan yang licin
kanan akibat hujan pada
saat perjalanan
menuju tempat
kerja
3. 12 Agustus Stasiun Ibu Jari Terjepit pintu Kurangnya
2008 Thresser Thressing perhatian operator
pada saat menutup
pintu thressing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

4.2.2 Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown)

a. Aktvitas Kerja pada Stasiun Penampungan TBS Sementara (Loading Ramp

Station).

Loading ramp merupakan tempat penampungan TBS untuk

beberapa saat sambil menunggu waktu untuk menuju bagian awal dari

pengolahan. Tahap penerimaan buah ini harus secepat mungkin untuk

meminimalkan kemungkinan terjadi proses degradasi perubahan minyak.

Pada Stasiun Loading Ramp terdapat perron sebagai tempat penyimpanan

sementara TBS yang akan diolah dan lantai sortasi yang digunakan untuk

sortasi. Pada loading ramp terdapat 20 peron yang digunakan untuk

mengeluarkan buah menuju lori. Masing – masing peron memiliki kapasitas

penyimpanan sebesar 15 ton. Sehingga unit loading ramp secara keseluruhan

memiliki kapasitas total sebesar 300 ton.

Loading ramp merupakan bangunan dengan kemiringan 30o yang

terbuat dari plat baja. Loading ramp sendiri dilengkapi dengan pintu – pintu

hidrolik yang digerakkan dengan mesin hidrolik sehingga memudahkan

pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Jumlah tenaga kerja

pada loading ramp sebanyak 3 orang dimana masing-masing memiliki tugas :

1. 1 orang bertugas membuka pintu hidrolik untuk memasukkan ke dalam

masing-masing lori.

2. 1 orang bertugas mengoperasikan pengangkut lori (transfer carriage)

untuk memindahkan lori yang telah diisi TBS menuju jalur ke stasiun

perebusan (sterilizer station).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

3. 1 orang bertugas mengoperasikan alat penarik lori (capstand) untuk

menarik lori menuju pengangkut lori (transfer carriage) lalu menuju

stasiun perebusan (sterilizer station).

Langkah – langkah kerja sebagai berikut :

1. Pekerja mengoperasikan mesin untuk membuka ramp supaya buah dapat

masuk kedalam lori.

2. Pekerja memasukkan buah yang terjatuh apabila buah keluar dari lori.

3. Pekerja menarik tali capstand menuju transfer carriage.

4. Pekerja memindahkan lori dengan transfer carriage menuju jalur

sterilizer.

5. Pekerja menarik tali capstand menuju sterilizer.

6. Pekerja membersihkan wilayah kerja (berondolan yang terjatuh dari lori,

berondolan yang masuk ke wilayah transfer carriage.

b. Aktivitas Kerja pada Stasiun Perebusan (Sterilizer Station).

Sterilizer merupakan proses (perebusan) buah yang menggunakan

steam. Proses sterilisasi dilakukan dalam suatu tabung sterilizer berbentuk

silinder. Pada stasiun ini terdapat dua unit sterilizer dengan kapasitas masing

– masing sterilizer sebesar 5 lori. Setiap lori memiliki kapasitas 10 ton TBS.

Jumlah tenaga kerja pada Stasiun Perebusan sebanyak 3 orang dimana

masing-masing memiliki tugas :

1. 1 orang bertugas membuka pintu rebusan untuk memasukkan lori yang

telah diisi TBS, sesudah siap direbus maka lori dikeluarkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

2. 1 orang bertugas mengoperasikan pengangkut lori (transfer carriage)

untuk memindahkan lori yang sudah di rebus menuju jalur penuangan

buah (tippler) yang sudah direbus.

3. 1 orang bertugas mengoperasikan alat penarik lori (capstand) untuk

menarik lori yang sudah direbus menuju pengangkut lori (transfer

carriage) lalu menuju penuangan buah (tippler).

Langkah – langkah kerja sebagai berikut :

1. Pekerja naik untuk mengoperasikan mesin sterilizer yang berada pada

ruang panel.

2. Pekerja mengoperasikan sterilizer.

3. Pekerja membuka pintu sterilizer.

4. Pekerja menarik tali capstand menuju transfer carriage.

5. Pekerja memindahkan lori dengan transfer carriage menuju jalur tippler.

6. Pekerja menarik tali capstand menuju tippler.

c. Aktivitas Kerja pada Stasiun Klarifikasi (Clarification Station).

Stasiun klarifikasi yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan

untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran.

Seperti padatan, lumpur dan air. Jumlah tenaga kerja pada stasiun klarifikasi

(clarification station) sebanyak 2 orang dimana masing-masing memiliki

tugas :

1. 1 orang mempersiapkan semua mesin (machinery) di stasiun klarifikasi

(clarification station) sebelum memulai pengoperasian pabrik (start

milling).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

2. 1 orang mengoperasikan semua mesin (machinery) di Stasiun klarifikasi

(clarification station).

Langkah – langkah kerja sebagai berikut :

1. Pekerja mengoperasikan semua mesin (Vibrating Screen, DCO Pump

and Tank, Clariffier Tank, Sludge Tank and Pump, dan Pure Oil Tank).

2. Pekerja membersihkan wilayah kerja.

d. Aktivitas Kerja pada Stasiun Kernel (Kernel Station).

Stasiun Kernel yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan

untuk melakukan pemisahan biji (nut) dari serat-serat (fibre) yang masih

melekat dan juga pemisahan dari cangkang (shell). Jumlah tenaga kerja pada

stasiun kernel (kernel station) sebanyak 2 orang dimana masing-masing

memiliki tugas :

1. 1 orang mempersiapkan semua mesin (machinery) di stasiun kernel

(kernel station) sebelum memulai pengoperasian pabrik (start milling).

2. 1 orang mengoperasikan semua mesin (machinery) di stasiun kernel

(kernel station).

Langkah – langkah kerja sebagai berikut :

1. Pekerja mengoperasikan semua mesin (Nut Polishing Drum, Nut

Conveyor, Kernel Elevator, Bulking Silo, dan Ripple Mill).

2. Pekerja membersihkan wilayah kerja.

e. Aktivitas Kerja pada Stasiun Pembakaran (Boiler Station).

Boiler adalah bejana tertutup dimana didalamnya terjadi proses

pembakaran / pemanasan air sehingga menjadi uap panas atau steam. Uap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

panas yang telah dihasilkan tersebut kemudian dialirkan ke mesin turbin uap

untuk digunakan sebagai pembangkit tenaga maupun dalam proses produksi.

Jumlah tenaga kerja pada stasiun pembakaran (boiler station) sebanyak 3

orang dimana masing-masing memiliki tugas :

1. 1 orang mempersiapkan semua mesin (machinery) di stasiun pembakaran

(boiler station) sebelum memulai pengoperasian pabrik (start milling)

dan mengoperasikan semua mesin (machinery) di stasiun pembakaran

(boiler station).

2. 2 orang memasukkan bahan bakar untuk boiler sesuai kebutuhan dan

membersihkan areal boiler sebelum memulai pengoperasian pabrik (start

milling).

Langkah – langkah kerja sebagai berikut :

1. Pekerja mengoperasikan semua mesin (Boiler, Conveyor/Fan, dan Fire

Up).

2. Pekerja membersihkan boiler sebelum start milling.

3. Pekerja mengisi bahan bakar dengan shell.

4. Pekerja membersihkan wilayah kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

4.2.3 Analisis Bahaya (Hazard Analysis)

a. Aktvitas Kerja pada Stasiun Penampungan TBS Sementara (Loading Ramp

Station).

Berikut analisis bahaya yang didapatkan pada loading ramp station

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun


Penampungan Tandan Buah Segar (TBS) Sementara

Analisis Bahaya
No Urutan Langkah- langkah Kondisi Aktual
Keselamatan Kerja
Pekerja mengoperasikan  Pekerja berada di  Pekerja dapat terjatuh
mesin untuk membuka Ramp ketinggian dalam dari wilayah
1
supaya buah dapat masuk menjalankan mesin kerjanya.
kedalam lori
Pekerja memasukkan buah  Pekerja melakukan saat  Pekerja dapat
2 yang terjatuh apabila buah lori sedang diisi buah tertimpa buah TBS
keluar dari lori saat pengisian
 Pekerja menarik tali  Tali capstand dapat
capstand melukai tangan
Pekerja menarik tali capstand pekerja apabila tidak
3 menuju transfer carriage dirawat/diganti
 Pekerja bekerja di daerah  Terpeleset saat
yang permukaan lantainya menarik tali capstand
penuh dengan oli
 Pada saat mengoperasikan  Pekerja dapat terjatuh
alat, pekerja berada di dari wilayah kerjanya
ketinggian dalam
menjalankan mesin
 Pekerja berada di transfer  Pekerja dapat terjepit
Pekerja memindahkan lori
carriage yang bergerak saat mengoperasikan
4 dengan transfer carriage
transfer carriage
menuju jalur sterilizer
 Pekerja mengoperasikan  Pekerja dapat
alat yang penuh dengan tersetrum saat
kabel-kabel mengoperasikan
mesin transfer
carriage
 Pekerja menarik tali  Tali capstand dapat
capstand melukai tangan
pekerja apabila tidak
Pekerja menarik tali capstand
5 dirawat/diganti
menuju sterilizer
 Pekerja bekerja di daerah  Terpeleset saat
yang permukaan lantainya menarik tali capstand
penuh dengan oli
 Pekerja bekerja di daerah  Pekerja dapat
Pekerja membersihkan
6 yang permukaan lantainya terpeleset saat
wilayah kerja
penuh dengan oli membersihkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

b. Aktvitas Kerja pada Stasiun Perebusan (Sterilizer Station).

Berikut analisis bahaya yang didapatkan pada sterilizer station

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Perebusan

Analisis Bahaya
No Urutan Langkah- langkah Kondisi Aktual
Keselamatan Kerja
 Pekerja berada di  Pekerja dapat terjatuh
ketinggian dalam dari wilayah kerjanya
menjalankan mesin
 Pada saat menaiki tangga,  Pekerja dapat
terdapat banyak pipa-pipa terbentur di bagian
Pekerja naik untuk
besi yang melintang, kepala.
mengoperasikan mesin
1 sehingga pekerja harus
sterilizer yang berada pada
cukup merunduk untuk
ruang panel
melewatinya
 Pekerja mengoperasikan  Pekerja dapat
alat yang penuh dengan tersetrum listrik saat
kabel-kabel mengoperasikan
mesin
 Sistem steam pada  Sterilizer memiliki
Sterilizer memiliki suhu potensi meledak
Pekerja mengoperasikan yang sangat tinggi
2 sterilizer  Sterilizer menggunakan  Pekerja dapat terkena
sistem steam yang dimana luka bakar
dapat membuat cipratan
saat sterilizer beroperasi
Pekerja membuka pintu  Pada saat membuka pintu  Pekerja dapat
3 sterilizer sterilizer, banyak uap tersembur uap panas
panas yang keluar
 Pekerja menarik tali  Tali capstand dapat
capstand melukai tangan
Pekerja menarik tali capstand pekerja apabila tidak
4 menuju transfer carriage dirawat/diganti
 Pekerja bekerja di wilayah  Terpeleset saat
di permukaan lantai yang menarik tali capstand
penuh oli
 Pekerja berada di  Pekerja dapat terjatuh
ketinggian dalam dari wilayah kerjanya
menjalankan mesin
 Pekerja berada di transfer  Pekerja dapat terjepit
Pekerja memindahkan lori carriage yang bergerak saat mengoperasikan
5 dengan transfer carriage transfer carriage
menuju jalur tippler  Pekerja mengoperasikan  Pekerja dapat
alat yang penuh dengan tersetrum saat
kabel-kabel mengoperasikan
mesin transfer
carriage

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

6 Pekerja menarik tali capstand  Pekerja menarik tali  Tali capstand dapat
menuju tippler capstand melukai tangan
pekerja apabila tidak
dirawat/diganti
 Pekerja bekerja di daerah  Terpeleset saat
yang permukaan lantainya menarik tali capstand
penuh dengan oli

c. Aktvitas Kerja pada Stasiun Klarifikasi (Clarification Station).

Berikut analisis bahaya yang didapatkan pada clarification station

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Klarifikasi

Analisis Bahaya
No Urutan Langkah- langkah Kondisi Aktual
Keselamatan Kerja
 Pekerjabisa berada di  Pekerja dapat
ketinggian dalam terjatuh/terpeleset
menjalankan mesin dari wilayah kerjanya
 Pada saat mesin Vibrating  Pekerja dapat terkena
Pekerja Mengoperasikan semua
Screen beroperasi, minyak percikan minyak
mesin (Vibrating Screen, DCO
dapat terciprat kluar dan panas
1 pump and tank, Clariffier Tank,
terjatuh di lantai
Sludge tank and Pump, dan
Pure Oil Tank)  Pekerja mengoperasikan
alat yang penuh dengan  Pekerja dapat
kabel-kabel tersetrum listrik saat
mengoperasikan
mesin
 Pekerja melakukan  Pekerja dapat
pembersihan di wilayah terjatuh/terpeleset
wilayah ketinggian dari wilayah kerjanya
Pekerja membersihkan wilayah  Pada saat pembersihan  Pekerja dapat terkena
2 kerja lantai, mesin Vibrating percikan minyak
Screen tetap beroperasi, panas
sehingga minyak dapat
terciprat kluar dan terjatuh
di lantai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

d. Aktvitas Kerja pada Stasiun Kernel (Kernel Station).

Berikut analisis bahaya yang didapatkan pada kernel station dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Kernel

Analisis Bahaya
No Urutan Langkah- langkah Kondisi Aktual
Keselamatan Kerja
 Mesin conveyor tidak  Pekerja dapat terjatuh
memiliki tutup, sehingga lalu terjepit saat pada
mesin beroperasi dalam salah satu conveyor
kondisi terbuka
 Pekerja sering menaiki  Pekerja tergelicir dari
tangga yang licin dalam tangga
bekerja
 Mesin Bulking Silo  Pada bulking silo
menggunakan sistem terdapat bahaya
Pekerja Mengoperasikan semua
steam sehingga dapat kebakaran
mesin (Nut Polishing Drum,
1 menghasilkan suhu yang
Nut Conveyor, Kernel Elevator,
tinggi
Bulking Silo, dan Ripple Mill)
 Pekerja mengoperasikan  Pekerja dapat
alat yang penuh dengan tersetrum listrik saat
kabel-kabel mengoperasikan
 Pada saat menaiki tangga, mesin
terdapat banyak pipa-pipa  Pekerja dapat
besi yang melintang, terbentur pada bagian
sehingga pekerja harus kepala
cukup merunduk untuk
melewatinya
 Pekerja bekerja di wilayah  Pekerja dapat
di permukaan lantai yang terjatuh/terpeleset
penuh minyak dari wilayah kerjanya
 Pekerja sering menaiki  Pekerja dapat
tangga dalam bekerja, tergelincir dari
dimana tangga dalam tangga
Pekerja membersihkan wilayah
kondisi licin kerena
2 kerja
minyak
 Pada saat menaiki tangga,  Pekerja dapat
terdapat banyak pipa-pipa terbentur pada bagian
besi yang melintang, kepala
sehingga pekerja harus
cukup merunduk untuk
melewatinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

e. Aktvitas Kerja pada Stasiun Pembakaran (Boiler Station).

Berikut analisis bahaya yang didapatkan pada boiler station dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Pembakaran

Analisis Bahaya
No Urutan langkah- langkah Kondisi Aktual
Keselamatan Kerja
 Pada saat pemanasan  Pekerja dapat terkena
mesin (fire up), boiler luka bakar saat boiler
menghasilkan bunga- sedang fire up
bunga api
 Pekerja menaiki tangga  Pekerja tergelicir dari
saat bekerja untuk tangga
mengoperasikan mesin
Pekerja Mengoperasikan semua
 Mesin Boiler  Pada boiler terdapat
1 mesin (Boiler, Conveyor/Fan,
menggunakan sistem potensi bahaya
dan Fire Up)
steam yang dimana dapat kebakaran dan
menghasilkan suhu yang ledakan
sangat tinggi
 Pekerja mengoperasikan  Pekerja dapat
alat yang penuh dengan tersetrum listrik saat
kabel-kabel mengoperasikan
mesin
 Pada saat menaiki tangga,  Pekerja dapat
terdapat banyak pipa-pipa terbentur pada bagian
Pekerja membersihkan boiler
besi yang melintang, kepala
2 sebelum start milling
sehingga pekerja harus
cukup merunduk untuk
melewatinya
 Saat mengisi bahan bakar  Pekerja dapat terkena
Pekerja mengisi bahan bakar
3 dengan shell, mesin boiler percikan api
dengan shell
dalam kondisi beroperasi
 Pekerja dalam melakukan  Pekerja dapat terkena
Pekerja membersihkan wilayah pembersihan dalam luka bakar saat boiler
4
kerja kondisi boiler sedang sedang fire up
beroperasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Penampungan


Tandan Buah Segar (TBS) Sementara (Loading Ramp)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Job Safety

Analysis (JSA) pada stasiun penampungan Tandan Buah Segar (TBS) sementara,

telah dilakukan analisis bahaya dan pengendalian didalam prosedur kerja yaitu

sebagai berikut :

1. Setelah TBS sudah sampai pada stasiun, maka pintu ramp akan dibuka dan

secara otomatis buah akan jatuh dengan sendirinya karena kemiringan 30°,

dan akan berjalan melalui conveyor yang megarah ke dalam lori untuk diisi.

Pekerja yang menjalankan mesin tidak menggunakan APD dengan lengkap

dengan alasan ruangan yang panas sehingga tidak nyaman, lalu wilayah kerja

ini berada pada ketinggian yang memungkinkan pekerja dapat jatuh apabila

tidak hati-hati.

2. Buah yang terjatuh ke dalam lori akan diawasi pekerja, apabila terdapat buah

yang jatuh keluar dari lori, maka akan dikutip pekerja dan dikembalikan ke

dalam lori. Menurut hasil penelitian Asrina (2017), pada saat mengutip,

pekerja sangat rentan akan tertimpa buah sehingga bisa terbentur pada bagian

kepala apabila tidak menggunakan safety helmet. Lori yang sudah terisi penuh

akan ditarik dengan tali capstand dan diarahkan menuju transfer carriage.

3. Pekerja memasang tali capstand dan menarik dengan mesin capstand menuju

transfer carriage. Pada saat menarik tali capstand pekerja juga rentan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

terpeleset diakibatkan lantai yang licin karena banyak oli di sekitar wilayah

kerja dan memiliki potensi melukai tengan pekerja apabila tidak dilakukan

penggantian dan perawatan secara rutin pada tali capstand. Tali capstand

yang rusak dapat membuat sisinya menjadi tajam. Pada wilayah kerja juga

memiliki permukaan lantai yang licin dan tidak merata akan meningkatkan

kemungkinan terpeleset dan terjatuh karena terjadinya retakan tiba- tiba yang

tidak dapat diperkirakan (Tarwaka, 2010).

4. Setelah dari transfer carriage, pekerja akan menarik lori menuju sterilizer

dengan tali capstand. Saat mengoperasikan transfer carriage, pekerja akan

berada diatasnya dan transfer carriage akan bergerak lalu menuju jalur ke

sterilizer, pada saat ini pekerja sangat rentan terjepit diantara transfer

carriage apabila tidak berhati-hati.

5. Lori yang sudah pada jalur sterilizer, akan kembali ditarik dengan tali

capstand oleh pekerja menuju sterilizer. Pada saat menarik tetap memiliki

potensi yang sama yaitu dapat melukai tangan pekerja, apabila tali capstand

tidak dirawat dan diganti secara berkala.

6. Saat mesin sterilizer sudah penuh dengan lori yang terisi, maka pekerja akan

melakukan pembersihan wilayah kerja, salah satunya mengambil berondolan

buah yang terjatuh. Pada saat ini pekerja memiliki potensi terpeleset apabila

tidak berhati-hati saat melintasi jalur lori. Jalur lori akan tetap dalam kondisi

licin dikarenakan oli pada setiap jalurnya.,

Secara keseluruhan pada stasiun penampungan Tandan Buah Segar (TBS)

sementara sudah terdapat banyak rambu-rambu K3 yang diapasang sekitar area

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

kerja seperti peringatan „dilarang melintas saat beroperasi‟ dan juga terdapatnya

APAR khusus untuk stasiun ini meskipun masih terdapat pekerja yang tidak

lengkap dalam penggunaan APD.

5.2 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Perebusan


(Sterilizer Station)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Job Safety

Analysis (JSA) pada stasiun perebusan, telah dilakukan analisis bahaya dan

pengendalian didalam prosedur kerja yaitu sebagai berikut:

1. Lori yang sudah diarahkan menuju perebusan, akan dimasukkan ke dalam

perebusan. Pintu sterilizer akan dibuka dan lori pun ditarik kembali dengan

capstand. Setelah sebanyak 5 lori masuk ke dalam sterilizer, maka buah akan

direbus sekitar 90 menit lamanya. Pada saat perebusan pekerja juga rentan

untuk terkena cipratan dari steam uap yang dihasilkan sterilizer. Ruang mesin

yang berada tepat diatas sterilizer juga memiliki potensi bahaya untuk

tergelincir pada tangga saat pekerja menaikinya. Ruang mesin juga berpotensi

mengalami kerusakan sistem kelistrikan, sehingga juga dapat mengakibatkan

pekerja tersetrum listrik apabila tidak dilakukan perawatan rutin. Sterilizer

memilki potensi bahaya untuk meledak dan membahayakan pekerja.

2. Buah yang siap direbus, akan ditarik kembali dengan capstand lalu diarahkan

ke tansfer carriage untuk dipindahkan menuju jalur tippler. Sesuai dengan

hasil penelitian Cipto (2010), pekerja juga memiliki potensi bahaya terpeleset

dan tertusuk serabut benang tali saat menarik tali capstand, lalu pada saat

mengoperasikan transfer carriage, pekerja memiliki potensi bahaya untuk

terjatuh dan terjepit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

3. Lori yang sudah diarahkan, akan masuk ke tippler lalu lori tersebut akan

berputar 180° secara perlahan, sehingga isi/buah yang sudah direbus akan

jatuh ke dalam conveyor dan diarahkan menuju Stasiun Pembantingan. Pada

wilayah kerja bagian ini, pekerja memiliki potensi bahaya untuk terjatuh ke

dalam conveyor dan dapat tersetrum listrik apabila mesin kurang perawatan

saat mengoperasikannya.

Pada Stasiun Perebusan ini, sudah banyak rambu-rambu K3 yang

dipasang di wilayah kerja, seperti rambu peringatan untuk bahaya terjatuh dan

bahaya peringatan untuk tidak menyentuh sterilizer saat beroperasi. Pekerja pada

stasiun ini juga telah menggunakan APD secara lengkap.

5.3 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Klarifikasi


(Clarification Station)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Job Safety

Analysis (JSA) pada stasiun klarifikasi, telah dilakukan analisis bahaya dan

pengendalian didalam prosedur kerja yaitu sebagai berikut:

Pada stasiun ini pekerja lebih banyak memantau mesin yang telah

dioperasikan, stasiun ini berfungsi untuk menyaring minyak yang kotor (Serat, air,

tanah, pasir). Secara singkat proses pada stasiun ini bermula dari minyak yang

didapat dari hasil press akan menuju stasiun klarifikasi untuk disaring supaya

terpisahkan antara minyak mentah dengan limbah. Pertama-tama minyak yang

masih kotor akan masuk sand trap tank untuk memisahkan pasir, sesudah itu

menuju vibrating screen untuk memisahkan ampas padat, dan akan ditampung

dan didistibusikan ke oil clarifier tank untuk kembali lebih disaring hingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

terpisah sepenuhnya dari ampas dan benda padat lainnya. Minyak mentah yang

siap dijual akan ditampung ke dalam oil shore tank.

Pada area wilayah kerja ini, minyak yang sedang disaring akan

mengeluarkan uap panas yang juga dapat membahayakan pekerja, dan menurut

hasil penelitian Fatmawaty (2014) pada area stasiun klarifikasi bahwa adanya

cipratan-cipratan minyak yang keluar sehingga membuat lantai menjadi licin dan

membuat pekerja rentan untuk terpeleset. Pekerja pada stasiun ini akan sering

membersihkan wilayah kerja dari minyak yang terciprat keluar, dan juga stasiun

ini juga memiliki potensi peledakan dari tangki-tangki penampungan minyak

karena steam yang tinggi dan tangki yang panas memiliki potensi bahaya

keselamatan apabila tersentuh pekerja yang tidak menggunakan APD.

Pembersihan yang dilakukan pekerja sangat memiliki potensi untuk terpeleset

baik saat menaiki tangga dan juga saat di daerah permukaan lantai yang licin.

Pada stasiun ini cukup banyak dalam mengoperasikan mesin-mesin, sehingga

akan menjadi rentan terhadap pekerja untuk terkena bahaya kelistrikan, apabila

pekerja tidak melakukan pelaporan untuk perawatan secara rutin. Pada stasiun ini

juga telah memiliki APAR khusus, dan juga adanya pemasangan rambu-rambu

K3.

5.4 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Kernel (Kernel


Station)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Job Safety

Analysis (JSA) pada stasiun kernel, telah dilakukan analisis bahaya dan

pengendalian didalam prosedur kerja yaitu sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Secara singkat stasiun ini berfungsi untuk memisahkan Kernel dari serat

(fiber) dan juga cangkang (shell), sehingga serat dan cangkang yang terpisah

dapat digunakan untuk pembakaran sehingga menjadi pembangkit energi dalam

pabrik. Secara singkat proses stasiun ini bermula dari buah hasil press akan

menuju stasiun kernel dengan terlebih dahulu menuju depericarper yang

berfungsi untuk memsisahkan biji dari serat-serat lalu menuju nut cracking untuk

dipecahkan biji tersebut sehingga terpisah antara kernel dengan cangkang.

Cangkang tersebut akan otomatis keluar dan ditampung untuk pembakaran

(boiler). Lalu kernel tersebut akan menuju proses kernel drying untuk membuat

kernel dalam kondisi kering dan siap dijual.

Pada area wilayah kerja stasiun ini, pekerja akan lebih banyak bekerja

untuk membersihkan wilayah kerja dengan memasukkan serat dan cangkang yang

telah terpisah ke dalam conveyor yang menuju boiler. Menurut hasil penelitian

Cipto (2010), pekerja pada stasiun kernel juga mempunyai potensi bahaya

tergelicir saat melakukan pengawasan. Pada conveyor tidak terdapat penutup

diatasnya, sehingga mesin selalu beroperasi dalam keadaan terbuka, hal tersebut

sangat rentan untuk terjadinya kecelakaan apabila pekerja tidak berhati-hati pada

saat bekerja. Pada kernel dryer silo memiliki potensi bahaya peledakan karena

menggunakan sistem steam untuk pengeringan kernel, lalu para pekerja stasiun ini

tidak sepenuhnya menggunakan APD secara lengkap. APD adalah suatu alat yang

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya

menngisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja

(Kemenakertrans, 2012). Pada stasiun ini juga terdapat APAR khusus untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

wilayah stasiun dan rambu-rambu K3 di wilayah kerja yang memiliki potensi

bahaya.

5.5 Analisis Bahaya Keselamatan Pekerja pada Stasiun Pembakaran (Boiler


Station)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Job Safety

Analysis (JSA) pada stasiun pembakaran, telah dilakukan analisis bahaya dan

pengendalian didalam prosedur kerja yaitu sebagai berikut:

Secara singkat stasiun ini berfungsi untuk sumber energi pada seluruh

mesin. Sumber energi ini menggunakan sistem steam sehingga juga memiliki

potensi bahaya peledakan dan kebakaran. Pekerja pada wilayah ini memiliki tugas

untuk memantau kondisi air dan pembakaran supaya seimbang dan memiliki tugas

untuk membersihkan boiler dari sisa pembakaran sebelum memulai pembakaran

(start milling), lalu memasukkan cangkang dan serat untuk membantu

pembakaran.

Pada saat pembakaran/fire up, boiler akan ditutup dikarenakan percik api

dapat terbang keluar sehingga membahayakan pekerja saat bekerja, begitu juga

hasil penelitian yang dilakukan Marsella (2017) bahwa pada stasiun boiler

memiliki potensi bahaya yaitu terkena panas, terbakar, dan melepuh. Pekerja akan

memantau kondisi air dalam boiler sehingga wilayah kerja pada boiler cukup

rentan terdapat bahaya kelistrikan apabila tidak dirawat secara rutin.

Pada saat pembersihan, pekerja akan melakukan pembersihan dalam

kondisi mesin boiler beroperasi, sehingga juga memiliki potensi bahaya terkena

percikan bunga api terhadap pekerja, apabila tidak hati-hati. Para pekerja saat

melakukan tugas tidak mengenakan APD secara lengkap, sesuai dengan penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Naik (2017), kurangnya kepedulian dalam penggunaan APD secara lengkap

dikarenakan kurangnya pengawasan oleh supervisor. Pada stasiun ini juga

terdapat rambu-rambu K3 di wilayah kerja yang berbahaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian tentang “Analisis

Bahaya Keselamatan Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PT. PP.

London Sumatera Tbk Tanjung Morawa Tahun 2017” adalah sebagai berikut :

A. Stasiun penampungan Tandan Buah Segar (TBS) sementara (Loading ramp)

Terdapat potensi bahaya keselamatan yaitu terjatuh, tertimpa buah, tertusuk

tali capstand, dan tersetrum.

B. Stasiun perebusan (Sterilier station)

Terdapat potensi bahaya keselamatan yaitu terjatuh, terbentur, tersetrum,

peledakan, kebakaran, tersembur uap panas, tertusuk tali capstand, terpeleset

saat pekerja menarik tali capstand.

C. Stasiun klarifikasi (Clarification station)

Terdapat potensi bahaya keselamatan yaitu terjatuh, terpeleset, terkena

percikan minyak panas.

D. Stasiun kernel (Kernel station)

Terdapat potensi bahaya keselamatan yaitu terjepit, tergelincir, terbentur pada

bagian kepala, adanya kebakaran dan tersetrum saat pekerja mengoperasikan

semua mesin pada stasiun kernel.

E. Stasiun pembakaran (Boiler station)

85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86

Terapat potensi bahaya keselamatan yaitu terkena percikan bunga api saat fire

up, tergelincir di tangga, adanya kebakaran dan peledakan, terbentur pada

bagian kepala, dan tersetrum listrik saat pekerja mengoperasikan semua

mesin pada stasiun pembakaran.

6.2 Saran

Adapun penambahan saran untuk PT. PP. London Sumatera Tbk

Begerpang POM sebagai berikut :

1. Perusahaan harus menerapkan pelatihan secara rutin, peraturan serta

kebijakan bagi para pekerja dalam penggunaan APD sehingga mengurangi

bahaya keselamatan pada pekerja.

2. Perusahaan harus memperhatikan penggantian dan perbaikan peralatan mesin

secara berkala seperti tali capstand yang mudah rusak.

3. Perusahaan harus lebih mengawasi kepada para pekerja yang melanggar

peraturan keselamatan kerja dalam penggunaan APD dan selalu

memperingatkan pekerja untuk lebih berhati-hati selama bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Cipto, R.M Tri. 2010. “Analisis Potensi Bahaya Dengan Menggunakan


Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Bagian Produksi Di PT. PP.
Lonsum Indonesia Tbk” . Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Estianto, A.A.V. 2016. “Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode Hazard


Identification And Risk Assessment (HIRA) Dan Hazard And
Operability Study (HAZOP) (Studi Kasus: Batik Merah Manis
Laweyan”. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Hasahatan, N. 2017. “Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku


Tidak Aman pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PTPN IV Kebun
Bah Jambi Tahun 2017”. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Hijriani, J. 2015. “Penerapan Manajemen Risiko Pada Pabrik Kelapa Sawit


(PKS) PTPN IV Unit Usaha Pabatu Tahun 2015”. Skripsi. Medan :
Universitas Sumatera Utara.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. 1 Orang Pekerja Di dunia


Meninggal Setiap 15 Detik Karena Kecelakaan Kerja.
http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-
dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html: Diakses
Tanggal 20 Februari 2017.

Mallapiang, M., Samosir I.A. 2014. “Analisis Potensi Bahaya dan


Pengendaliannya Dengan Metode HIRAC (Studi Kasus: Industri
Kelapa Sawit PT. Manakarra Unggul Lestari (PT.Mul) Pada Stasiun
Digester dan Presser, Clarifier, Nut dan Kernel, Mamuju, Sulawesi
Barat)”. Skripsi. Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.

Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nazhrah, S.W. 2015. “Analisis Bahaya Pada Pekerja Bagian Workshop PT. X
Medan Tahun 2015”. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No.50 Tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Pujiono, B.N., Tama, I.P., Efranto, R.Y. 2015. “Analisis Potensi Bahaya Serta
Rekomendasi Perbaikan dengan Metode Hazard and Operability
Study (HAZOP) melalui perangkingan OHS Risk Assessment ans
Control (Studi Kasus: Area PM-1 PT. Ekamas Fortuna)”. Skripsi.
Malang : Universitas Brawijaya.

Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3


OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS


18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Ridley, J. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga.


Jakarta: Erlangga.

Rijanto, B. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Salindeho, M.A., Kawatu, P.A.T. 2017. “Analisis Potensi Bahaya Pada


Pekerjaan Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA)
Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit PT Sinergi Perkebunan
Nusantara Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah”.
Skripsi. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

Suma‟mur, P.K. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.


Jakarta: CV Haji Masagung.

Suma‟mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).


Jakarta : CV. Sagung Seto.

Tan, A. 2017. “Analisis Bahaya pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah


Segar (TBS), Stasiun Thresher (Penebahan), dan Stasiun Water
Treatment di PTPN III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi Tahun
2017”. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta. Harapan Press.

Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri: Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan


Aplikasi di Tempat Kerja. Edisi II Cetakan Ke-2. Surakarta: Harapan
KSO ADHI WIKA.

Undang- Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Varun, K., Kartikeyan, A. 2014. Job Safety Analysis and Hazop for Fasteners
Industry. International Journal of Scientific Engineering and
Technology Research. ISSN 2319-8885 Vol. 03, Issue. 07. May 2014.
https://www.ijsetr.com/uploads/234165IJSETR1100-218.pdf: Diakses
Tanggal 17 April 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Lampiran 3. Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN POTENSI BAHAYA KESELAMATAN


METODE JOB SAFETY ANALYSIS
N Lokasi Urutan Kondisi Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
o Penelitian Langkah Aktual Listrik Kebakaran Peledakan Mekanik
Langkah
Pekerjaan
1 LOADING
RAMP

2 STERILIZ
ER
STATION

3 CLARIFIC
ATION

4 KERNEL

5 BOILER

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Lampiran 4. Dokumentasi

Gambar 1: Pekerja Membuka Pintu Ramp

Gambar 2 : Pekerja mengutip TBS yang Terjatuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Gambar 3 : Pekerja menarik Lori Menuju Sterilizer

Gambar 4 : Pekerja membersihkan Area Kerja Sterilizer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

Gambar 5 : Pekerja menuangkan TBS Melalui Tippler

Gambar 6 : Wilayah Kerja Stasiun Klarifikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

Gambar 7 : Mesin Kontrol Stasiun Klarifikasi

Gambar 8 : Pekerja mengeruk Shell untuk Boiler

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

Gambar 9 : Wet Kernel Conveyor

Gambar 10 : Pekerja membersihkan Boiler Sebelum Start Milling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Gambar 11 : Pekerja mengawasi Mesin Kontrol Boiler

Gambar 12 : Boiler Saat Fire Up

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Gambar 13 : Peringatan Tidak Merokok dan pelarangan melintas saat sedang


beroperasi di Stasiun Loading Ramp

Gambar 14 : Peringatan bahaya terjatuh dekat Transfer Carriage di Stasiun


Sterilizer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

Gambar 15 : Peringatan daerah rawan terbentur kepala di Stasiun Kernel

Gambar 16 : Peringatan bahaya tergelincir pada tangga di Stsiun Sterilizer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

Gambar 17 : Peringatan larangan melintas dan larangan tidak menggunakan APD


safety shoes pada daerah kerja Stasiun Clarification

Gambar 18 : Peringatan untuk memastikan kondisi aman sebelum start milling


dan memastikan kondisi mesin mati pada saat perbaikan pada Stasiun Boiler

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Gambar 19 : Diagram penanggulangan keadaan darurat apabila terjadi peledakan


atau kebakaran Begerpang POM

Gambar 20 : Peta Jalur Evakuasi dan daerah yang memiliki potensi bahaya
kebakaran dan ledakan pada Begerpang POM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai