Anda di halaman 1dari 5

NAMA : GALIH YULIANA PUTRI

NIM : P07124119019

PRODI : DIII KEBIDANAN

UTS KEWARGANEGARAAN

Tema : Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Milenial Sehat Bersama GERMAS Kunci Mewujudkan Indonesia Emas

Generasi muda adalah tumpuan setiap bangsa. Sebab di pundak pemudalah tersemat
berjuta asa dan masa depan bangsa. Di tangan anak-anak muda, nasib dan takdir sebuah
bangsa ditentukan.Tatkala pemudanya tumbuh menjadi manusia dewasa yang intelek, sehat,
dan berakhlak mulia, maka jayalah masa depan bangsanya. Namun ketika pembangunan
generasi muda dipandang sebelah mata, bersiaplah menjadi bangsa yang tertinggal.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki sebuah cita-cita akbar. Pada 2045
nanti, Indonesia akan berusia 100 tahun. Usia yang terbilang dewasa dalam konteks
kemerdekaan suatu bangsa. Usia yang, seharusnya, bisa mengantarkan Indonesia pada masa
keemasannya.Cita-cita mulia tersebut bukanlah sekadar isapan jempol semata. Berbagai
lembaga terkemuka dunia telah memprediksi kemajuan Nusantara dalam beberapa tahun
mendatang.

Sebagai generasi muda tentunya pada zaman sekarang menggunakan internet untuk
mempermudah melakukan aktivitas. Menggunakan internet memiliki dampak samping
nyatanya, generasi milenial memiliki kecenderungan untuk mengakses internet secara
berlebihan. Survei IDN Research Institute bertajuk Indonesia Millenial Report
2019 melaporkan 49% generasi milenial Indonesia tergolong pengguna internet “kelas berat”
(heavy user), lantaran menghabiskan 4 - 6 jam dalam sehari untuk internetan. Bahkan, sekitar
18,6% pemuda Indonesia lainnya masuk ke dalam barisan “pencandu internet” (addicted
user) karena sudi mengakses internet lebih dari 7 jam per hari.

Meskipun internet mutlak diperlukan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan,


kecanduan internet khususnya pada anak muda tidak boleh dibiarkan. Sebab ada
segudang Penyakit Tidak Menular (PTM) yang mengintai kalangan milenial dari balik layar
handphone digital. Tiga PTM yang paling umum menjangkiti kalangan pemuda akibat
keranjingan internet ialah gangguan penglihatan, nyeri punggung, dan obesitas. Bila terus-
menerus diabaikan, ketiganya dapat memicu penyakit yang lebih parah sehingga berpotensi
merenggut masa depan bangsa.

Gangguan penglihatan faktor utama yang menyebabkan terjadinya Myopia


Boom adalah gaya hidup tidak sehat. Pada era digital, anak cenderung menghabiskan waktu
dengan menonton televisi atau menatap layar ponsel terlalu lama. Selain itu, kebiasaan
melihat layar terlalu dekat juga mengakibatkan mata menjadi cepat lelah. Alhasil, kualitas
penglihatan pada anak jadi menurun, serta memperbesar risiko terjadinya rabun jauh. Kalau
sudah seperti ini, pemakaian kacamata pun tidak lagi bisa dihindari.Bukan hanya rabun jauh,
seorang anak yang terbiasa menatap layar digital secara berlebihan dapat berisiko menderita
mata malas. Lantaran daya tangkap salah satu matanya sudah menurun, anak cenderung fokus
menggunakan sebelah mata lainnya. Lama-kelamaan, mata yang jarang digunakan secara
berangsur-angsur dapat berubah menjadi mata malas.

Nyeri punggung masa kanak-kanak dan remaja adalah masa yang sangat penting bagi
pertumbuhan. Sayangnya, kebiasaan generasi milenial menggunakan gawai secara berlebihan
dapat mengganggu kesehatan, salah satunya adalah nyeri punggung.Nyeri punggung, atau
dalam dunia medis dikenal dengan nama lumbal strain, biasanya bermula dari posisi duduk
yang salah. Seorang anak yang bermain gim di ponsel tanpa disertai dengan posisi duduk
yang tepat, memiliki risiko nyeri punggung yang lebih besar. Apabila kebiasaan tersebut
terus-menerus dilakukan, maka saraf tulang belakang akan terjepit. Rasa sakit pun lantas
menjalar ke bagian tubuh lainnya seperti pinggul dan leher. Lama-kelamaan, akan terjadi
penonjolan ruas tulang belakang atau Herniasi nucleus polposus. Selain rasa sakit, posisi
duduk yang kurang tepat pada anak atau remaja juga dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan tulang belakang. Tiga di antaranya adalah lordosis (tulang bagian bawah
tumbuh melengkung ke depan), kifosis (tulang bagian atas condong ke belakang),
dan skoliosis (tulang belakang tumbuh bengkok ke samping).

Obesitas atau masalah berat badan, terjadi karena seringnya mengonsumsi makanan
tinggi kalori tanpa disertai aktivitas fisik yang memadai. Gaya hidup era digital yang serba
mudah, turut memperbesar peluang generasi milenial terkena obesitas. Hiburan dan gim yang
bisa diakses lewat gawai digital, semakin membatasi keinginan anak untuk beraktivitas di
luar rumah. Apabila perilaku ini menjadi kebiasaan, maka masalah obesitas pada generasi
milenial pun akan semakin sulit dihindari.Selain gerak yang terbatas, penderita obesitas juga
berisiko tinggi terkena komplikasi penyakit lainnya. Penumpukan lemak tubuh dapat
menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti jantung, diabetes, dan hipertensi. Depresi
dan gangguan percaya diri juga umum dijumpai pada penderita obesitas.

Meski tidak menular, ketiga jenis gangguan kesehatan di atas sesungguhnya dapat
mengancam masa depan bangsa secara perlahan. Para remaja sosok yang menjadi tumpuan
harapan bangsa seharusnya memiliki tubuh yang prima. Sebab kita tidak akan bisa
menghadapi segudang tantangan pada era digital kalau badan sering sakit-sakitan.Maka,
upaya pengendalian penyakit tidak menular mutlak diperlukan. Gaya hidup sehat, aktif, dan
positif, mesti terus dilantangkan dan dibiasakan. Agar setiap anak bangsa bisa meraih masa
depan dengan cemerlang.

Salah satunya melakukan aktivitas fisik ada alasan mengapa aktivitas fisik
ditempatkan sebagai perilaku pertama dalam GERMAS. Sebab aktivitas fisik sejatinya
merupakan kegiatan yang paling mudah dan murah untuk membiasakan pola hidup sehat.
Bisa dilakukan di mana dan kapan saja.Melakukan aktivitas fisik berarti melakukan gerakan
tubuh yang melibatkan otot rangka untuk mengeluarkan energi. Timbunan lemak akan sangat
berbahaya bila terus terperam di dalam tubuh. Obesitas, nyeri punggung, serta berbagai
penyakit PTM lainnya seperti jantung, hipertensi, dan diabetes adalah buah dari kurangnya
melakukan aktivitas fisik. Maka, GERMAS mengajak generasi milenial untuk melakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari. Di sekolah, siswa bisa melakukan berbagai
aktivitas fisik seperti berolahraga secara rutin, melakukan peregangan saat pergantian
pelajaran, bermain saat istirahat, serta banyak berjalan atau naik-turun tangga.Di rumah, anak
bisa turut membantu orangtua melakukan pekerjaan rumah, seperti mencuci piring, menyapu
halaman, berkebun, atau bermain bersama adik atau kakak. Sedangkan di dalam perjalanan,
anak bisa menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi sekaligus media
berolahraga.Selain sehat, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin juga akan memperkuat
daya tahan tubuh. Badan tetap fit dan tidak mudah terserang penyakit. Alhasil, penyakit PTM
pun dapat dicegah sedini mungkin.

Mengkonsumsi sayur dan buah merupakan sumber serat, vitamin, mineral, serta
berbagai senyawa lain yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Kebiasaan mengonsumsi
sayur dan buah dapat menurunkan risiko PTM bagi kalangan milenial, seperti obesitas dan
gangguan penglihatan.Serat alami yang dikandung sayur dan buah dapat memperlancar
pencernaan dan mencegah konstipasi. Buang air besar menjadi teratur, sehingga dapat
menjaga berat badan tubuh agar tetap ideal dan mencegah terjadinya kegemukan.Kandungan
vitamin A dan C pada sayur dan buah juga dapat meningkatkan kualitas penglihatan mata.
Untuk membiasakan anak makan sayur dan buah, GERMAS mengajak orangtua untuk
memanfaatkan sayur dan buah lokal yang tersedia di pasar tradisional terdekat. Selain murah
dan mudah didapat, memanfaatkan produk lokal juga turut membantu meningkatkan ekonomi
masyarakat.Agar manfaat mengonsumsi sayur dan buah semakin optimal, imbangi pula
dengan minum air putih yang cukup. Membatasi makanan yang mengandung gula, garam,
dan minyak juga sangat baik bagi kesehatan tubuh.Memeriksa kesehatan secara berkala tidak
semua penyakit menimbulkan gejala pada awal fasenya. Oleh karena itu, GERMAS
mengajak masyarakat untuk senantiasa memeriksa kesehatan secara berkala. Tujuannya agar
kita dapat mengetahui kondisi kesehatan secara baik dan benar.

Menyadari bahwa risiko PTM semakin tinggi dan dapat menyerang siapa saja,
termasuk generasi muda, Pemerintah melalui Kemenkes telah mencanangkan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sejak 2016. GERMAS merupakan suatu tindakan
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen
bangsa, dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup.Dengan GERMAS, Pemerintah berharap masyarakat bisa berperilaku sehat,
sehingga produktivitas pun akan meningkat. Pada akhirnya, angka penderita PTM akan
berkurang dan biaya kesehatan semakin menurun.

Bukti keseriusan Pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui


GERMAS adalah dikeluarkannya Instruksi Presiden No.1 Tahun 2017. Beleid ini
mewajibkan setiap perangkat negara seperti Menteri, Lembaga Negara, BPJS Kesehatan,
serta Kepala Daerah untuk turut mendukung GERMAS melalui kewenangannya masing-
masing.Berbagai tantangan pada era digital harus dihadapi dengan persiapan yang matang.
Selain wawasan, anak bangsa juga perlu diajari cara menjaga kesehatan. Supaya potensi yang
dimiliki bisa tumbuh subur dan tidak layu sebelum berkembang.

Risiko PTM memang akan terus menghantui generasi milenial dalam meraih masa depan.
Akan tetapi, setiap elemen bangsa, baik Pemerintah maupun masyarakat, mesti turun tangan
bahu-membahu dalam rangka menekan angka pesakitan. Bila tidak, asa menjadi bangsa maju
yang akan dipertaruhkan. Dalam 26 tahun mendatang, Indonesia akan memasuki usia
keemasan. Masa yang diprediksi akan membawa Nusantara menjadi macan dunia.

Namun demikian, mewujudkan hal tersebut bukanlah seperti menunggu durian runtuh
semata. Indonesia Emas harus dipersiapkan dengan gigih dan diperjuangkan secara gagah.Di
bidang kesehatan, GERMAS adalah solusi mewujudkan Indonesia Emas. Dengan tiga
perilaku GERMAS, pencegahan PTM seharusnya dapat dilakukan secara lebih optimal.
Asalkan, seperti esensi GERMAS itu sendiri, praktiknya mesti dilakukan secara bersama-
sama dan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Mari kita dukung dan aplikasikan
GERMAS mulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebab kalau bukan kita, siapa lagi?

Anda mungkin juga menyukai