Anda di halaman 1dari 3

Di dalam kita beramal shalih, penting kiranya untuk mengetahui bagaimana dan apa amal-amal yang

bisa menyebabkan suatu amal tersebut menjadi besar pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kalau kita lihat dan perhatikan, seorang buruh atau karyawan perusahaan, ia bekerja dari jam 7 pagi
sampai jam 5 sore, mengangkat benda benda berat, bekerja tidak boleh duduk, fikiran fokus ke
mesin, begitu capeknya, tapi ternyata gajinya sehari mungkin Rp. 100.000,- sampai Rp. 150.000,-.
Sementara sang manajer atau direktur yang hanya sebatas menyuruh, melarang, menganjurkan, tak
banyak ia mengeluarkan tenaga, tapi ternyata gajinya jauh lebih besar daripada si karyawan,
hasilnya pun jauh lebih besar daripada para pekerja itu. Apa yang membedakannya? Yang
membedakan adalah ilmu. Maka dari itu seseorang yang beramal shalih pun demikian seharusnya.
Seseorang beramal dengan tanpa ilmu, yang dia inginkan adalah beramal, beramal, beramal, tanpa
berpikir bagaimana saya bisa mendapatkan pahala yang besar. Tapi orang yang berilmu, dia berpikir
bagaimana saya bisa mendapatkan sebesar-besarnya pahala dengan amal amalan yang paling
ringan.

Lalu bagaimana kiat-kiat agar kita bisa mendapatkan pahala besar dengan amal yang ringan?

1. Ikhlas Yang pertama yaitu bahwa semakin ikhlas, maka semakin besar pahalanya. Bahkan
semakin tidak ikhlas, semakin kecil pahalanya bahkan bisa jadi dia mendapatkan dosa.
Contoh misalnya ada dua orang shalat, yang satu ikhlas, hanya mengharapkan wajah Allah,
yang kedua ternyata tidak ikhlas, ingin dipuji orang dan disebut ahli ibadah. Maka yang satu
dapat pahala dan yang satu malah akan dapat dosa. Karena keikhlasan tergantung pada niat
sesorang dan seseorang akan diberikan pahala berdasarkan niat dalam hatinya.

Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:

‫الِنيَّ ُة‬ ٍ ‫ وَ رُ بَّ عَ َم ٍل َك ِب‬، ‫الِنيَّ ُة‬


ِّ ‫ير تُصَ ِغِّرُ ُه‬ ِّ ‫َِظ ُم ُه‬
ِّ ‫ير تُع‬
ٍ ‫رُ بَّ عَ َم ٍل صَ ِغ‬

“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya. Dan
berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya”

2. Sesuai dengan contoh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Yang kedua yaitu semakin amalan
tersebut sesuai dengan contoh Rasulullah, maka semakin besar pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sebuah contoh misalnya, apabila dua orang shalat qobliyah subuh. Yang satu shalat
qobliyahnya dipercepat, yang satu shalat qobliyah subuhnya diperlambat. Maka kita bertanya, mana
yang lebih utama daripada dua orang ini? Jawabnya yang dipercepat itu lebih utama. Kenapa?
Karena itu yang lebih sesuai dengan contoh dan praktek Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang
tidak memperlama qobliyah subuhnya.. subuhnya Contoh lagi, ada dua orang wanita yang satu
shalat di rumah yang satu shalat di masjid. Mungkin kalau ia pergi ke masjid lebih capek daripada
shalat di rumah. Tapi mana yang lebih besar pahalanya? Tentu yang shalat di rumah lebih utama.
Karena Rasulullah bersabda:

‫ َوبُيُوتُه َُّن خَ ْي ٌر لَه َُّن‬، ِ ‫اَل تَ ْمنَعُوا إِ َما َء هَّللا ِ َم َسا ِج َد هَّللا‬
“Jangan kalian mencegah para wanita untuk pergi ke masjid, dan rumah-rumah mereka lebih baik
buat mereka.” (HR. Muslim) Kata Rasulullah: “Rumah mereka lebih baik buat mereka.”

3. Yang lebih berat di hati Kemudian di antara kiat agar kita bisa mendapatkan pahala lebih besar,
yaitu bahwa suatu amal walaupun kecil tapi itu lebih berat di hati, itu bisa lebih besar pahalanya di
sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebuah contoh, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ِ َ‫ق ِدرْ هَ ٌم ِمائَة‬
‫ألف ِدرْ هَم‬ َ َ‫“ َسب‬Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham.” Subhanallah.
Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana bisa itu Wahai Rasulullah?” Kata Rasulullah: ‫َر ُج ٌل لَهُ َما ٌل‬
‫“ َكثِي ٌر‬Ada orang yang punya harta melimpah ruah, banyak sekali.” Kemudian dia ambil 100.000
dirham dan dia infakkan. Sementara yang satu lagi -kata Rasulullah- hartanya hanya dua dirham, lalu
dia ambil satu dirham dan ia infakkan. Maka yang satu dirham ini lebih besar pahalanya daripada
100.000 dirham. Kenapa demikian? Coba bayangkan, kalau kita punya uang satu miliar, untuk
berinfak satu juta tentu mudah sekali. Tapi kalau uang kita hanya Rp. 200.000, untuk berinfak Rp.
50.000 terkadang kita mikir-mikir. Ini menunjukkan bahwa semakin besar perjuangan kita di dalam
melakukan suatu ibadah, semakin besar pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

4. Yang lebih berkesan di hati Di antara kiat agar mendapatkan pahala yang besar yaitu ibadah yang
lebih berkesan dan mengokohkan hati, itu lebih utama. Imam Ahmad pernah ditanya tentang amal
apa yang paling utama wahai Abu Abdillah? Kata Imam Ahmad: “Coba kamu lihat, mana yang lebih
berkesan di hati kamu, maka itulah yang paling utama.” Ada orang berdzikir, yang satu baca Qur’an,
yang satu membaca “Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar“. Pada asalnya
membaca Al-Qur’an adalah dzikir yang paling utama. Tapi suatu keadaan misalnya kalau dia baca
Qur’an dia kok kurang khusyu’, tapi kalau dia membaca “Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha
Illallah, Allahu Akbar” ternyata dia lebih khusyu’, lebih mengena di hati, maka pada waktu itu,
membaca “Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar” lebih utama daripada
membaca Al-Qur’an walaupun pada asalnya membaca Al-Qur’an lebih utama daripada membaca
dzikir-dzikir tersebut.

5. Perhatikan hukum-hukumnya. Di antara kiat agar kita bisa mendapatkan pahala yang jauh lebih
besar, yaitu kita hendaknya memperhatikan hukum-hukumnya. Misalnya yang satu wajib yang satu
sunnah, jangan kita dahulukan yang sunnah sehingga akhirnya melalaikan yang wajib. Tapi
hendaknya yang wajib kita dahulukan daripada yang sunnah. Kalau ternyata bertemu dua kewajiban,
kita lihat mana yang lebih besar maslahatnya. Demikian kita beramal, supaya kita bisa mendapatkan
pahala yang lebih besar. Tertipu ya akhi, ketika ada seseorang disibukkan dengan yang sunnah lalu
dia tinggalkan yang lebih wajib dari itu. Ada seorang wanita, dia membela-bela dzikir pagi dan
petang. Tapi ia lalaikan suaminya, ia lalaikan anaknya, padahal seorang wanita lebih wajib untuk
melayani suaminya. Maka kita katakan orang ini tertipu. Kenapa demikian? Karena ia mendahulukan
yang sunnah, tapi melalaikan yang wajib. Ini perkara yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Kenapa? Karena yang wajib lebih utama disisi Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman dalam hadits Qudsi:

‫ت َعلَ ْي ِه‬ َّ َ‫ي َع ْب ِدي بِ َش ْي ٍء أَ َحبَّ إِل‬


Rُ ْ‫ي ِم َّما ا ْفت ََرض‬ َّ َ‫َّب إِل‬
َ ‫َو َما تَقَر‬
“Tidaklah seorang hamba bertaqarrub kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang
Aku wajibkan kepadanya.” (HR. Bukhari) Ingat, yang wajib harus kita lebih dahulukan daripada yang
sunnah. Maka ketika kita beramal atau dihadapkan pada dua amal, perhatikan mana yang wajib,
mana yang sunnah, supaya kita tidak tertipu.
6. Perhatikan waktu dan tempat beramal Kemudian penting untuk melihat waktu-waktu yang utama
dan tempat-tempat yang utama. Kenapa? Karena suatu amal apabila bertepatan dengan waktu yang
utama, maka pahalanya jauh lebih besar. Contoh waktu utama misalnya 10 hari pertama bulan
Dzulhijjah. Kata Rasulullah: ‫“ َما ِم ْن أَي ٍَّام ْال َع َم ُل الصَّالِ ُح فِيهَا أَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ ِم ْن هَ ِذ ِه اأْل َي َِّام‬Tidak ada hari-hari yang
amalan shalih lebih dicintai oleh Allah dari pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini.” (HR. Abu
Dawud) Maka di waktu itu, amal shalih menjadi sangat besar. Demikian pula di bulan Ramadhan,
bahkan di bulan Ramadhan pahalanya sangat besar. Demikian pula di waktu-waktu utama. Di tempat
yang utama, di Mekkah, di Madinah, jelas shalat di sana lebih dibandingkan dengan tempat-tempat
yang lainnya. Inilah saudaraku.. Kita penting di sini di dalam beramal shalih untuk memperhatikan
waktu-waktu yang utama, tempat-tempat yang utama atau keadaan-keadaan yang menjadikan
amalan tersebut lebih dicintai oleh Allah sehingga lebih besar pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

7. Apa yang paling utama dari amalan kita? Kemudian yang terakhir, yaitu kita berusaha untuk
mencari amalan yang paling utama dan yang paling utama dari amal. Contoh misalnya, ketika adzan
dikumandangkan, maka shalat lima waktu itu yang paling utama. Tapi kita berpikir, apa yang paling
utama dari shalat lima waktu? Ternyata untuk laki-laki shalat berjamaah lebih utama daripada shalat
sendirian, cari yang lebih utama. Shalat berjamaah yang paling utama yang seperti apa? Di shaf yang
pertama lebih baik daripada shaf di belakang

Anda mungkin juga menyukai