Anda di halaman 1dari 2

Harapan Dan Asa

Cindai merupakan salah satu murid yang populer di sekolahnya. Bisa dibilang Cindai ini
mahir dalam segala hal. Buktinya dia seringkali mendapatkan gelar juara dari Olimpiade Matematika
yang diikutinya, dia pun pernah menjuarai lomba dari cabang olahraga basket, aktif di berbagai
organisasi, mahir memainkan alat musik khususnya biola, dia cantik dan juga ramah pada semua
orang. Pantas saja dia tergolong murid yang populer dan banyak orang yang menyukainya.

Dari berbagai mimpi yang satu persatu telah Cindai raih, masih ada salah satu mimpi yang
masih dia perjuangkan. Yaitu bisa menjadi anggota PASKRIBAKA (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka)
yang memiliki tugas utama untuk mengibarkan bendera pusaka. Rasa cintanya terhadap tanah air
menjadikan salah satu motivasi mengapa dia ingin menjadi anggota Paskibraka. Dia merasa akan
sangat terhormat apabila dapat mengibarkan bendera pusaka itu. Dengan gigih dan bersungguh-
sungguh Cindai mempersiapkan beragai hal untuk mengikuti seleksi anggota Paskibraka. Dari mulai
menyiapkan berkas, latihan fisik, menyiapkan mental, dan tak lupa bedoa.

Tibalah hari yang ditunggu-tunggu yaitu hari penyeleksian anggota Paskibraka. Cindai
mengumpulkan berbagai berkas kepihak sekolah. Mulai dari nilai rapot, surat keterangan sehat,
surat rekomendasi dari sekolah, dll. Cindai sangat optimis bahwa dia akan lulus seleksi berkas ini.
Dan benar saja, beberapa hari kemudian pengumuman dari hasil seleksi berkas pun keluar. Cindai
sangat cemas menerima pengumuman tersebut. Alhamdulillah ternyata Cindai lolos seleksi berkas.
Cindai merasa sangat senang dan semakin semangat untuk bisa mengibarkan bendera pusaka.
Cindaipun melewati seleksi-seleksi berikutnya. Seperti tes pengetahuan dan kewarganegaraan, tes
fisik, kemudian wawancara.

Setelah melewati serangkaian seleksi yang dilaksanakan oleh pihak Paskibraka Cindai tinggal
menunggu hasil dari pengumuman penerimaan Anggota paskibraka 2019. Disetiap harinya Cindai
selalu berdoa agar dia bisa diterima menjadi anggota Paskibraka, karena hal itu merupakan salah
satu mimpi terbesar Cindai. Akhirnya tibalah hari yang ditunggu-tunggu yaitu hari pengumuman
penerimaan Anggota Paskibraka. Saat itu hari senin setelah melaksanakan upacara bendera, ada
pengumuman yang disampaiakan sendiri oleh kepala sekolah SMA Nusa Bangsa. Dengan bangga
kepala sekolah menyebutkan nama-nama yang terpilih menjadi anggota Paskibraka 2019. Salah satu
nama yang disebutkan oleh kepala sekolah adalah nama Cindai. Cindai bersorak kegirangan
mendengar pengumuman yang disampaikan oleh kepala sekolah. Teman-teman dan para
memberikan ucapan selamat kepada siswa/siswi yang berhasil lolos menjadi anggota Paskibraka.

Setelah terpilih menjadi anggota Paskibraka 2019, seluruh anggota mendapatkan pelatihan
dan pembinaan. 1 minggu 3 kali mereka mengadakan latihan untuk membuat formasi yang kompak
dan mengesankan. Cindai benar-benar tekun menjalani berbagai latihan yang ada. Target terdekat
bagi para anggota Paskibaraka adalah mengibarkan dan menurun bendera pusaka pada hari
kemerdekaan Indonesia. Para anggota paskibraka latihan dengan sangat keras dan tak mengenal
lelah demi memberikan yang terbaik bagi Bangsa Indonesia.

Namun saat 1 minggu menuju 17 Agustus, tiba-tiba terjadi hal yang begitu mengangetkan.
Sepulang latihan, Cindai mengalami tabrakan. Saat dia hendak menyebrang, tiba-tiba ada sebuah
truck yang dengan kencang menghantam tubuh kecil Cindai. Tabrakan menyebabkan kakinya
lumpuh dan keadaan nya kritis. Orang tua Cindai merasa sangat sedih, karena impian sang anak
sudah di depan mata, namun kita tak bisa berlari dari takdir. Akhirnya dengan sangat terpaksa Cindai
harus digantikan oleh anggota cadangan lainnya. Sejak kejadiaan tabrakan itu Cindai mengalami
koma hingga 5 hari. Tepat pada tanggal 17 Agustus, Cindai siuman. Dia begitu merasa sedih dan
terpukul atas kejadiaan ini. Dia merasa impian dan harapannya mengibarkan bendera pusaka sudah
sirna. Tak ada lagi harapan hidup untuk dirinya. Dia hanya bisa menangis menonton televisi saat
bendera pusaka dikibarkan. Cindai tak menyangka bahwa perjuangannya selama ini hanyalah sia-sia.

Sejak saat itu Cindai seperti kehilangan harapan. Cindai menjadi murid yang pemurung dan
penyendiri. Tak ada lagi keceriaan yang tampil di wajah Cindai. Tak ada lagi prestasi-prestasi yang
ditorehkan oleh Cindai. Kini semua pergerakannya harus dibantu oleh kursi roda. Dia tak bisa lagi
berlari. Tak bisa lagi baris berbaris. Apalagi untuk mengibarkan bendera pusaka. Hari-hari Cindai
diselimuti dengan kesedihan dan penyesalan.

Namun seiring berjalannya waktu, Cindai pun kembali bangkit. Dia memiliki harapan dan
motivasi baru dalam hidupnya. Walaupun dengan keterbatasan fisik, Cindai yakin dapat meneruskan
hidupnya dan mimpi-mimpinya dengan cara yang lain. Walaupun cita-citanya menjadi Paskibaraka
telah sirna, Cindai melakukan aksi baru dalam hidupnya. Dia menjadi relawan untuk mengajar anak-
anak jalanan. Karena Cindai tidak mau generasi bangsa Indonesia menjadi generasi yang tak berilmu.
Cindai mengajar dengan sukahati dan tanpa bayaran sepeserpun. Namun dari anak-anak jalanan itu,
Cindai banyak belajar dan bersyukur atas apa yang dia miliki saat ini.

Anda mungkin juga menyukai