Anda di halaman 1dari 3

Satu Pengetahuan

“B erikan aku satu pengetahuan!” ujar seorang Gadis Berambut Panjang. Di


hadapannya, berdiri tegak sesosok Jin Lampu yang baru saja membolehkan sang
Gadis untuk mengajukan 3 buah permohonan.

“Yang benar saja?” protes Jin Lampu. “Dirimu kuberi kesempatan untuk memiliki apa
pun di dunia ini. Harta, emas, kecantikan, rumah mewah, apa pun itu! Tapi dirimu malah
memilih satu pengetahuan?”

“Kabulkan saja permohonanku!”

Tak bisa membantah, Jin Lampu pun menuruti permintaan Gadis Berambut Panjang.
“Satu pengetahuan: Naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menyertakan tempat dan
tanggal di akhir teks. Bertuliskan ‘Djakarta, 17-8-05’, tahun 05 yang dimaksud adalah 2605,
tahun yang digunakan kalender Jepang berdasarkan naik tahtanya Kaisar Jimmu pada 660 SM.
Itu berarti, kalender Jepang memiliki hitungan 660 tahun lebih cepat ketimbang kalender
Masehi.”

“Berikan aku satu pengetahuan!” seru Gadis Berambut Panjang. “Apakah naskah itu
tidak diubah dan terus menggunakan tahun 05?”

“Wahai Gadis Muda. Kalau diriku menjawab pertanyaan itu, nanti permohonanmu
tinggal tersisa satu lagi,” cakap Jin Lampu.

“Kabulkan saja permohonanku!”

“Baiklah. Satu pengetahuan: Naskah proklamasi yang asli ditulis dengan pena oleh
Presiden Soekarno. Kemudian, naskah itu diketik ulang oleh Sayuti Melik dengan 5 buah
perubahan. Perubahan itu mencakup: kata ‘Proklamasi’ menjadi ‘P R O K L A M A S I’, kata
‘Hal2’ menjadi ‘Hal-hal’, kata ‘tempoh’ menjadi ‘tempo’, kata ‘17-08-05’ menjadi ‘hari 17
boelan 8 tahoen 05’, dan kata ‘Wakil2 bangsa Indonesia’ menjadi ‘Atas nama bangsa
Indonesia’. Pada akhirnya, naskah proklamasi tetap menggunakan tahun 2605 bukan 1945.
Barulah saat pembacaan proklamasi direkam menjadi klip suara, Presiden Soekarno merubah
teks tersebut dari tahun 05 menjadi 1945.”

“Berikan aku satu pengetahuan!” seru Gadis Berambut Panjang, “Apakah klip suara
Presiden Soekarno yang sering kita dengar merupakan rekaman asli dari dokumentasi
Kemerdekaan Indonesia?”
“Wahai Gadis Muda. Kalau diriku menjawab pertanyaan itu, nanti permohonanmu
habis dan dirimu tak bisa lagi memohon,” cakap Jin Lampu.

“Kabulkan saja permohonanku!”

“Baiklah. Satu pengetahuan: Saat Proklamasi Kemerdekaan, dokumentasi yang


tersimpan hanyalah berupa foto. Tidak ada video, dan tidak ada rekaman suara. Klip Presiden
Soekarno yang sering kita dengar, bukan berasal dari Peristiwa Kemerdekaan Indonesia.
Melainkan dari Studio Radio Republik Indonesia, tahun 1951. Itu berarti, rekaman suaranya
baru ada 6 tahun setelah Peristiwa Kemerdekaan.”

“Berikan aku satu pengetahuan!” seru Gadis Berambut Panjang.

“Permohonanmu sudah habis, Gadis Muda. Diriku hanya bisa mengabulkan 3 saja.”
terang Jin Lampu.

Mengabaikan ucapan Jin Lampu, Gadis Berambut Panjang tetap lanjut bicara, “Apakah
ada hal lain yang belum aku ketahui tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?”

Jin Lampu menatap sang Gadis beberapa saat. Ia menghela napas panjang, lantas
bertanya padanya, “Wahai Gadis Muda. Diriku bisa saja memberimu apa pun. Harta, emas,
kecantikan, rumah mewah, apa pun itu. Kenapa dirimu malah memohon untuk diberi
pengetahuan? Apa yang bisa dirimu dapatkan dari pengetahuan itu?”

“Segalanya,” jawab sang Gadis. “dengan pengetahuan, aku bisa mendapatkan apa pun
yang aku mau. Harta, emas, kecantikan, rumah mewah, apa pun itu.”

Jin Lampu tergelitik. Baru kali ini ia mendapatkan klien semacam gadis kecil tersebut.
“Baiklah,” turut sang Jin, “satu pengetahuan: Setelah Sayuti Melik mengetik teks proklamasi,
naskah asli tulisan tangan Soekarno dibiarkan tergeletak di atas meja. Bahkan, kertas itu sempat
masuk tong sampah. Seorang wartawan bernama Diah memungut kertas tersebut,
menyimpannya sebagai koleksi pribadi selama 47 tahun. 1992, barulah Diah menyerahkan
kertas pusaka tersebut kepada Presiden Soeharto, lantas dimasukkan pada Arsip Nasional
Republik Indonesia hingga saat ini.”

“Berikan aku satu pengetahuan!” seru Gadis Berambut Panjang. “Apa ada lagi yang
belum diriku ketahui tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?”

“Baiklah,” jawab Jin Lampu, “satu pengetahuan: Setelah Soekarno mengumumkan


Indonesia merdeka, kabar tersebut disiarkan lewat radio berkali-kali. Jepang pun
mendengarnya. Merasa tidak terima, mereka mendatangi kantor radio dan mendesak untuk
menghentikan penyebaran berita kemerdekaan.

Pemancar sinyal disegel, para pegawai radio dilarang bekerja. Berita kemerdekaan
Indonesia dinyatakan sebagai hoaks oleh tentara Jepang. Namun, para Pemuda tidak menyerah.
Jusuf Ronodipuro bangkit bersama kawan-kawannnya, mendirikan pemancar sinyal yang baru
di Menteng. Berita kemerdekaan pun tersebar. Media pers, surat selebaran, dan koran harian
turut meramaikan berita tersebut. Meski Belanda dan PBB sekalipun belum mengakuinya,
Indonesia sudah benar-benar merdeka.”

“Beri aku satu pengetahuan!”

“Dirimu sudah mendapat cukup banyak pengetahuan hari ini, Gadis Muda,” cakap sang
Jin. “Diriku akan kembali esok hari, dan akan kuberi lebih banyak lagi pengetahuan untuk
setiap harinya.”

“Janji?” mohon Gadis Berambut Panjang.

“Janji.”

•••

Anda mungkin juga menyukai