BAB II
Seorang anak yang sah adalah anak yang dianggap lahir dari perkawinan yang sah
Sesuai dengan pasal di atas maka dapat diketahui bahwa yang termasuk anak sah
adalah setiap anak yang lahir dan tumbuh sepanjang perkawinan dimana dia akan
Ketentuan ini sangat luas pengertiannya, karena seorang anak yang lahir dari
seorang isteri dengan orang lain dapat dikatakan sebagai anak sah.
10
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Jakarta : Intermasa, 1994), hal 48.
16
anak itu, baik karena perpisahan maupun sebagai akibat sesuatu kebetulan,
berada dalam ketakmungkinan yang nyata, untuk mengadakan hubungan
dengan isteinya.
Dengan menunjuk pada ketakmampuan yang nyata, suami tak dapat
mengingkari, bahwa anak itu adalah anaknya.”
Berhubungan dengan hal tersebut, Undang-undang menetapkan suatu
tenggang kandungan yang lama, yaitu 300 hari dan tenggang kandungan yang
paling pendek , yaitu 180 hari. Seorang anak yang lahir 300 hari setelah
sahnya anak apabila anak tersebut dilahirkan sebelum lewat 180 hari sejak hari
perkawinan orang tuanya, maka ayahnya berhak menyangkal sahnya anak itu,
kecuali :
dilangsungkan.
2. Jika ia hadir pada waktu dibuatnya surat kelahiran dan surat tersebut turut
menerima dan mengetahui anak yang lahir itu sebagai anaknya sendiri.
Jikalau seorang anak dilahirkan sebelum lewat 180 hari setelah hari
pernikahan orang tuanya, maka ayahnya berhak menyangkal sahnya anak itu,
pernikahan dilangsungkan atau ia hadir pada waktu dibuatnya surat kelahiran dan
11
Ibid, hal. 48.
17
surat kelahiran ini turut ditandatangani olehnya. Dalam kedua hal tersebut si ayah
dianggap telah menerima dan mengakui anak yang lahir itu sebagai anaknya
apakah anak itu masih hidup atau telah meninggal, meskipun sudah barang tentu
Apabila istri dituduh berzinah dengan lelaki lain dan kelahiran anak
bahwa istrinya telah berzina dengan lelaki lain dalam waktu 180 dan 300 hari
Suami juga dapat menyangkal sahnya anak apabila anak itu dilahirkan
300 hari setelah adanya keputusan perpisahan meja dan tempat tidur ; kecuali
bahwa sejak 300 hari sampai dengan 180 hari sebelum lahirnya anak tersebut,
diterangkan dalam Pasal 256 sampai dengan Pasal 260 KUHPerdata, yang secara
gugatan melalui hakim dalam waktu satu bulan apabila ia berdiam di tempat
2 Apabila suami tidak hadir atau tidak berada ditempat ketika anak dilahirkan,
4 Semua akta yang dibuat di luar hakim yang berisi penyangkalan tentang
sahnya anak, harus diikuti dengan gugatan dimuka hakim dalam waktu 2
(dua) bulan ; dan apabila dalam jangka waktu tersebut suami meninggal
dunia, maka gugatan dapat dilanjutkan oleh ahli waris dalam waktu 2(dua)
5 Tuntutan yang diajukan oleh suami menjadi gugur, apabila para ahli waris
257 BW).
seseorang yang istimewa yang akan mewakili anak yang disangkal itu, yang
anak itu masih hidup atau telah meninggal, meskipun sudah barang tentu seorang
diberikan oleh Pegawai Pencatatan Sipil. Jika tidak mungkin didapatkan surat
kelahiran, hakim dapat memakai bukti-bukti lain asal saja keadaan yang nampak
keluar, menunjukkan adanya hubungan seperti antara anak dengan orang tuanya.14
Berdasarkan pasal tersebut ada kemungkinan seorang anak tidak mempunyai ibu
dan tidak mempunyai ayah, dalam arti antara si anak dengan ibunya dan ayahnya
tidak mempunyai hubungan hukum dan anak luar kawin hanya dapat mempunyai
hubungan hukum dengan orang yang mengakuinya, misalnya ibu dari anak
tersebut maka anak tersebut mempunyai hubungan hukum dengan ibunya saja.
Perdata Barat juga mengenal anak luar kawin, yang dapat dibagi lagi menjadi 3
(tiga), yaitu :
1. Anak Alam, adalah seorang anak yang lahir di luar perkawinan karena
hubungan biologis antara seorang pria dan seorang wanita yang belum kawin
13
Ibid, hal. 48-49
14
Ibid, hal. 49
20
2. Anak Zina, adalah seorang anak yang lahir di luar perkawinan dan kedua
orang tuanya tidak dapat melakukan perkawinan karena salah satunya masih
3. Anak Sumbang, yaitu seorang anak yang lahir di luar perkawinan dan kedua
mendapatkan dispensasi dari Presiden sesuai dengan Pasal 283 Jo Pasal 273
KUHPerdata.
dilahirkan di luar perkawinan baru ada apabila si ibu mengakui anak itu sebagai
anaknya dan pengakuan demikian itu harus ia lakukan dengan cara tertentu yaitu
menurut Pasal 281 B.W., yaitu dalam akta kelahiran si anak atau dalam akta
perkawinan si ibu dengan seorang lelaki atau bapak biologis di muka pegawai
anak-anak yang dilahirkan dari perbuatan zina (“overspel”) atau yang dilahirkan
dari hubungan dua orang yang dilarang kawin satu sama lain.15
Pengesahan
merelakan hubungan hukum antara anak dengan orang tuanya yang mengakuinya.
luar perkawinan saja belum terjadi suatu hubungan keluarga antara anak dengan
kekeluargaan dengan akibatnya (terutama hak mewaris) antara anak dengan orang
tua yang mengakuinya. Tetapi suatu hubungan kekeluargaan antara anak dengan
Pengakuan ini biasanya dilakukan oleh ibu pada saat anak itu
didaftarkan di Kantor Catatan Sipil, yang juga dicantumkan dalam akta kelahiran.
Selain pada saat didaftarkan, pengakuan juga dapat dilakukan dengan akta otentik
yang dibuat, kemudian oleh Pegawai Catatan Sipil atau Notaris pengakuan juga
dapat dilakukan pada saat perkawinan kedua orang tuanya yang membawa akibat
seorang laki-laki atau bapak melakukan pengakuan anak, namun pengakuan itu
hanya bisa dilakukan dengan persetujuan ibu. Pasal 284 KUHPerdata menyatakan
16
Ibid. hal. 50
22
bahwa suatu pengakuan terhadap anak luar kawin, selama hidup ibunya, tidak
akan diterima jika si ibu tidak menyetujui. Pasal 278 KUHPidana pun mengatur
tentang ancaman pidana bagi orang yang mengakui anak luar kawin yang bukan
anaknya. Hal sebaliknya dengan si ibu, si ibu dapat melakukan pengakuan tanpa
persetujuan dari ayah terlebih dahulu, seorang ayah yang hendak melakukan
pengakuan harus telah mencapai usia 18 tahun dan pengakuan itu dilakukan
batas umur seperti diterangkan dalam pasal 282 B.W., hal ini dilakukan karena
melahirkan dapatlah dikatakan telah dewasa. Selain itu juga untuk melindungi
kepentingan si anak sendiri, jangan sampai anak tersebut tidak dapat diakui oleh
pengakuan anak pada saat atau setelah perkawinan dilangsungkan. Seperti yang
diterapkan dalam Pasal 273, yang menyatakan bahwa anak yang dilahirkan di luar
kawin,-- selain karena perzinahan atau dosa darah--, dianggap sebagai anak sah,
apabila bapak dan ibunya itu kemudian menikah, dan sebelum perkawinan
Pengakuan anak luar kawin bisa dilakukan bilamana anak luar kawin
yang dimaksud adalah akibat adanya hubungan seorang laki-laki dan perempuan
a) Kedua pihak masih lajang (tidak dalam ikatan perkawinanan yang sah).
c) Kedua pihak sudah melakukan perkawinan, tetapi lalai mengakui anak luar
dilakukan.
a. Oleh anak yang belum dewasa, atau belum mencapai usia 19 tahun; (catatan :
d. Terhadap anak yang dilahirkan akibat hubungan antara pihak yang masih
dispensasi dari Presiden. (Anak sumbang adalah anak yang lahir dari
hubungan antara dua orang yang dilarang menikah satu sama lain)
perzinahan maupun hubungan sumbang, tidak dapat diakui kecuali terhadap yang
terakhir ada dispensasi dari Presiden, menurut Pasal 285 KUHPerdata pengakuan
kawin, yang diperoleh sebelum kawin dari perempuan atau laki-laki lain daripada
suami atau isterinya, tidak boleh membawa kerugian baik bagi suami atau istreri,
maupun bagi anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan mereka. Dan jika
24
seorang anak, jika anak laki-lak tersebut telah melanggar Ps. 285, 286, 287, 288,
294 dan Ps. 332 KUHPerdata, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 287
KUHPerdata, pengakuan yang dilakukan ibu maupun ayah dan tuntutan oleh
belum lahir. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 2 KUHPerdata, yang
Dengan demikian, sebelum anak yang diakui tersebut lahir, maka bisa
terjadi hubungan hukum kekeluargaan antara ayah dengan anak, sebagai akibat
adanya pengakuan secara parental terhadap anak yang belum lahir tersebut.
Biasanya pengakuan sebelum lahir ini diterapkan pada peristiwa khusus yang
17
Ibid,, hal 2.
18
Ibid,, hal 2.
25
hubungan hukum kekeluargaan serta semua akibat hukum yang berkaitan dengan
b) Kartu Keluarga;
d) Surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak terikat perkawinan dan
mengesahkannya.
a) Kedua orang tua anak tesebut melakukan perkawinan secara sah dan
maka hal tersebut dapat juga dilakukan pada waktu perkawinan berlangsung
b) Jika orang tuanya sebelumnya atau pada waktu berlangsung perkawinan telah
c) Pengesahan Presiden dapat diberikan kepada anak luar kawin yang telah
Presiden berlaku sejak tanggal surat pengesahan diberikan oleh Presiden. Dan
d) Hal ini juga dapat dilakukan apabila si ibu telah meninggal dunia atau jika
e) Dengan cara yang sama dan menurut ketentuan yang sama, anak-anak yang
telah meninggal dunia dan meninggalkan keturunan boleh juga disahkan demi
Pengesahan anak luar kawin, baik yang dilakukan dengan perkawinan kedua
perkawinan.
27
pengertian anak sah diatur dalam Pasal 42 yang mengatakan bahwa anak sah
“anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”
Anak sah adalah anak yang lahir dari atau sebagai akibat dari perkawinan, sedang
anak tidak sah adalah anak yang dilahirkan diluar perkawinan. Sering anak
suatu jangka waktu kehamilan yang menjadi dasar ukuran kelahiran sebagai anak
yang sah. Seolah-olah undang-undang ini menganggap setiap anak yang lahir dari
suatu ikatan perkawinan yang sah dengan sendirinya dianggap anak sah dari
berzinah dan anak tersebut dilahirkan sebagai akibat zinah (Pasal 44 UU No.1
20
Martiman Projohamidjojo, Tanya Jawab UU Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaan (Jakarta :
Pradnya Paramita, 1991) hal.37.
28
perselisihan antara si suami dan si isteri tentang anak yang dilahirkan atau
dikandung oleh si isteri, yang menurut si suami bukan anaknya si suami.21 Li’an
tidak dapat diputuskan oleh pengadilan agama akan tetapi yang berwenang ialah
pengadilan negeri dan pengadilan negeri akan memutus menurut hukum adat atau
hukum negara.22
jalan, yakni:
diatur dalam Pasal 43 (1) UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
dimaksudkan Pasal 281 B.W, dimana dalam pasal tersebut disebutkan bahwa:
21
Ibid, hal 43
22
Ibid., hal 43
23
Ibid., hal 43
29
“Pengakuan terhadap seorang anak luar kawin, apabila yang demikian itu
tidak telah dilakukan dalam akta kelahiran si anak atau pada waktu
perkawinan berlangsung, dapat dilakukan dengan tiap-tiap akta otentik.
Pengakuan yang demikian dapat juga dilakukan dengan akta yang dibuat oleh
Pegawai Catatan Sipil dan dibukukan dalam register kelahiran menurut hari
penanggalannya. Pengakuan ini harus dicatat dalam jihad akta kelahiran.
Jika pengakuan itu dilakukan dengan akta otentik lain, maka masing-masing
yang berkepentingan berhak menuntut pencatatan pengakuan itu dalam jihat
akta kelahiran si anak.
Namun bagaimana tak bolehlah sesuatu kelalaian mencatatkan pengakuan itu
dipersalahkan kepada anak yang diakui, untuk dipertengkarkan kedudukan
yang diperolehnya.”
pengakuan si ibu lewat akta kelahiran si anak, atau pada akta perkawinannya atau
secara akta otentik tersebut tidak lagi diperlukan, hal ini merupakan suatu
dengan ibunya
hubungan hukum anak sah dan anak tidak sah terhadap orang tuanya adalah :
“Hubungan hukum itu ialah hubungan yang ditur oleh hukum, yang mempunyai 2
(dua) segi yakni : pada satu segi ia merupakan hak dan pada segi pihak lain
sah), mempunyai hubungan hukum atau hubungan keperdataan terhadap ayah dan
ibunya. Anak luar nikah (anak tidak sah) tidak mempunyai hubungan hu kum atau
hukum atau keperdataan dengan ibunya yang melahirkan, akan tetapi menurut
undang-undang aneh sekali, agar ada hubungan keperdataan antara anak yang
dilahirkan di luar perkawinan dan ibunya, maka ibu harus mengakui anaknya.
Tanpa pengakuan, maka tidak ada hubungan keperdataan antara anak dan ibunya,
yang berarti bahwa menurut undang-undang anak itu tidak mempunyai ibu dan
Peraturan yang aneh itu bertentangan dengan logika ini berasal dari
sejak tahun 1947. Di Indonesia, karena kitab Hukum Perdata Eropa tidak
dianggap sebagai undang-undang dan ketentuan itu hanya berlaku jika benar-
benar merupakan hukum hidup, maka Pasal 280 KUHPerdata sekedar mengenai
kawin hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Artinya, si anak tidak mempunyai hubungan hukum terhadap ayahnya, baik yang
24
Ibid., hal 37-38.
31
mereka yang tunduk kepada hukum perdata, atas persetujuan ibu , seorang bapak
Undang No.1 tahun 1974 Tentang Perkawinan tidak diatur sehingga dalam
Pengakuan anak merupakan pengakuan yang dilakukan oleh bapak atas anak yang
yang pada intinya menyatakan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan tidak
hubungan perdata yang baru seorang ayah dapat melakukan pengakuan anak.
dilihat adanya persamaan antar Undang-Undang No.1 tahun 1974 dengan konsep
Hukum Islam, persamaannya adalah seorang anak luar kawin secara langsung
artinya anak memperoleh kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan anak
25
Tim Lbh-Apik, “Pengakuan Anak Luar Kawin”, http://www.lbh-apik.or.id/fac-39.htm,diakses
Tanggal 30 Juli 2001,hal .1.
32
di luar perkawinan yang tidak diakui dan apabila anak diakui oleh bapaknya, si
memang tidak mengenal istilah pengakuan dan pengesahan anak luar kawin,
anak luar kawin masih mengacu pada pasal-pasal di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (BW) yaitu diatur dalam pasal 281 sampai dengan 286.