Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19)

PSIKOLOGI DAN PENDIDIKAN


(Penulis : Muhammad Farell Varian)
Dewasa ini seluruh masyarakat yang ada di Dunia khususnya di Indonesia
sedang berada di masa yang sangat meresahkan karena adanya wabah Corona
Virus Disease (COVID’19) yang saat ini menjadi sebuah pandemi. Pencegahan
COVID’19 kini di laksakan oleh seluruh Dunia termasuk Indonesia, hal tersebut
di harapkan guna untuk mencegah penyebaran dan menahan melonjaknya pasien
yang dinyataka positif karena hingga saat inipun pemerintah belum menemukan
obat maupun vaksinnya.
Pandemi COVID_19 merupakan penyakit yang menular disebabkan oleh
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-COV-2) virus ini
menyerang sisem pernapasan manusia. Corona virus dapat menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan manusia, infeksi pada paru-paru
hingga kematian. Salah satu jenis virus corona dan penyakit ini menjadi
pandemi saat ini. Gejala yang muncul bisa berupa gejala flu, demam, batuk,
pilek, tenggorokan kering. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan
peneumonia, gagal ginjal, sindrom penrapasan akut hingga kematian (WHO,
Materi komunikasi resiko COVID19 untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2020). Infeksi virus ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
percikan ludah (droplet) yang keluar dari mulut penderita COVID-19 berupa
batuk maupun bersin.virus ini dapat menyerang siapa saja akan tetapi orang
berusia lanjut dan orang yang memiliki kondisi medis lebih rentan terhadap
COVID-19, saat ini obat dan vaksin belum ditemukan secara pasti maka yang
dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menekan penyebaran virus, hal ini
dapat menurunkan resiko peningkatan penyebaran virus tersebut. untuk
mencegah penyebarannya dapat dilakukan hdengan cara sebagai berikut: (1)
cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, (2) hindari menyentuh wajah,
mata, hidung sebelum mencuci tangan (3) Gunakan masker jika keluar rumah
(4) terapkan Pshysical Distancing, jaga jarak minimal 1,5 meter dan hindari
kerumunan (5) meningkatkan daya tahan tubuh, dengan cara hidup sehat. Sering
berolahraga, mengkonsumsi makanan bergizi serta istirahat yang cukup (6) tidak
keluar rumah jika tidak dalam kondisi sangat penting.
Di Indonesia penyebaran virus corona relatif cepat, diketahui hingga per 02
Juni 2020 jumlah orang yang positif terkena virus corona mencapai 27.549.
kemudian untuk pasien sembuh mencapai 7.935 dan pasien meninggal sebanyak
1.663. Semakin hari banyak informasi yang menyebar lewat media tentang
COVID-19, dari banyaknya informasi yang menyebar menyebabkan masyakarat
menjadi cemas dan menimbulkan respon negatif terutama informasi yang
menjelaskan COVID-19 menyebabkan kematian membuat individu semakin
merasa cemas yang sangat berlebihan, dari kecemasan individu tersebut dapat
menyebabkan gangguan fungsi emosional seperti neurotisma, ketakutan,
depresi, kecemasan yang berlebih,dan gangguan psikosomatis (Gina, dkk,
2017). Psikosomatis berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa
dan soma yang berarti badan (Atkinason, 1999). Sedangkan menurut Kartini
Kartono mendefinisikan psikosomatis adalah sebuah bentuk dari berbagai
penyakit fisik yang ditimbulkan oleh konflik psikis dan kecemasan kronis.
Merujuk dari definisi yang sudah dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa psikosomatis merupakan penyakit fisik yang disebabkan oleh tekanan
psikologis yang dapat berasal dari stressor atau sumber stress seperti lingkungan
sosial. Hal ini juga sangat di rasakan oleh peserta didik yang sudah merasakan
kejenuhan dan kebosanan dengan situasi saat ini, jenuh dan bosan
mengakibatkan akalnya tidak dapat bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan
dalam memproses informasi-informasi yang di dapatkan atau pengalaman baru.
Situasi saat ini sangat berpengaruh terhadap kesulitan belajar peserta didik juga
mempengaruhi gangguan kesehatan mental dan keadaan psikis siswa dimana
dengan situasi yang menuntut siswa untuk waspada dengan lingkungan mereka.
Kondisi ini menimbulkan gangguan seperti cemas, panic, dan ketakutan yang
berlebihan. Sugesti yang dibangun dalam pikiran sangat berpengaruh terhadap
kondisi fisik dan psikis pada situasi saat ini.
Dampak akibat lonjakan kasus positif corona tidak hanya dirasakan oleh
dunia perekonomian saja, akan tetapi dunia pendidikan pun ikut merasakannya.
Banyak negara yang menutup sekolah yang terlokalisasi. UNESCO
memperkirakan kurang lebih 473.933.356 pelajar berpotensi beresiko
(pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas) dan 77.938-904 pelajar
berpotensi berisiko dalam pendidikan pergurian tinggi. Seperti yang kita ketahui
bahwa tujuan dari pendidikan adalah adanya perubahan pada sistem kognitif,
afektif dan psikomotorik seseorang atau kelompok dan usaha untuk
mendewasakan manusia melalui pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan
merupakan proses interaksi dan pelatihan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih, antara guru dengan murid dimana hal ersebut dapat menghasilkan
oerubahan sikap maupun tingkah laku kearah yang lebih baik. Produktifitas dan
efesiensi pembelajran bisa dinilai dengan keseluruhan proses perencanaan,
penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan
pendidikan secara efektif dan efesien (Mulyasari, 2003: 104). Akan tetapi
dengan adanya peraturan pemerintah untuk menutup sekolah dan dianjurkan
untuk belajar dari rumah saja selama pandemi COVID-19 mengakibatkan
peserta didik tidak dapat berinteraksi dengan teman-temannya, juga guru-
gurunya. Sebenarnya kemampuan kognitif dan keterampilan sosial dapat
dibangun peserta didik dengan keluarganya. Akan menjadi masalah jika
interaksi antara peserta didik dengan orang tua tidak terjadi bahkan orang tua
tidak faham dengan materi belajar anak atau teknologi yang dijadikan sebagai
sarana belajar dari rumah tidak memadai seperti kendala signal buruk sehingga
peserta didik enggan untuk belajar dan menimbulkan demotivasi belajar.
Kondisi demikian akan sangat mengganggu peserta didik dalam pencapaian
tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis. Peserta didik yang
harus tertunda pembelajarnya akibat pembelajaran daring yang tidak optimal
serta dibebankan dengan tugas yang begitu banyak sangat memungkinkan akan
mengalami trauma psikologis yang akan mejadikan mereka demotivasi dalam
belajar sehigga pembelajaran kurang efektif. Tugas sekolah yang sangat banyak,
kondisi lingkungan dan media pembelajaran yang saat ini tidak seperti kondisi
normal sebelumnya memaksa peserta didik untuk mampu beradaptasi mulai dari
awal lagi. Terlebih ketakutan yang disebabkan oleh virus. Gangguan
psikosomatik ini dapat menurunkan daya konsentrasi dan daya ingat pada
peserta didik yang tentunya sangat dibutuhkan dalam melakukan pembelajaran
baik disekolah maupun dirumah.

DAFTAR PUSTAKA

Zulva, T. N. I. (2020). Covid-19 Dan Kecenderungan Psikosomatis. J. Chem. Inf. Model, 1- 4.

Nurkholis, N. (2020). Dampak Pandemi Novel-Corona Virus Disiase (Covid-19) Terhadap


Psikologi Dan Pendidikan Serta Kebijakan Pemerintah. Jurnal PGSD, 6(1), 39-49.

Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C. C., Wijayanti, L. M., & Putri, R. S. (2020).
Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di
Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1-12.

Anda mungkin juga menyukai