Anda di halaman 1dari 16

“EKOLOGI ESTUARI”

MAKALAH
EKOLOGI LAUT LANJUTAN

Arom Sianly Imapuly

NIM. 1369120004

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KELAUTAN


PASCASARJANA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Bapa di sorga, karena atas
Berkat dan KasihNya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Ekologi Estuari”.
Makalah ini memuat tentang ekologi estuari yang menjelaskan apa itu estuari,
bagaimana lingkungan estuari, morfologi dan sirkulasinya, serta fungsi dari ekosistem
estuari.
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka sangat
diharapkan kritik dan saran demi makalah yang lebih baik lagi. Semoga penelitian ini
bermanfaat bagi pembaca dan juga bisa menyelesaikan SKS pada kuliah “Ekologi
Laut Lanjutan”.

Ambon, 11 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................... i


Kata Pengantar ......................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................... iii
Daftar Gambar ......................................................................... iv
BAB I
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ......................................................................... 2
BAB II
2.1. Pengumpulan data dan
......................................................................... 3
Informasi
2.2. Pengolahan Data dan
......................................................................... 3
Informasi
2.3. Analisis Pustaka ......................................................................... 3
BAB III
3.1. Pengertian Estuari ......................................................................... 4
3.2. Lingkungan Estuari ......................................................................... 5
3.3. Sirkulasi Estuari ......................................................................... 6
3.4. Morfologi Estuari ......................................................................... 7
3.5. Fungsi Ekosistem Estuari ......................................................................... 8
BAB IV Penutup
Kesimpulan ......................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 12
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1. Estuari didominasi oleh Gelombang Laut 8
2. Estuari didominasi oleh Debit Sungai 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Estuari merupakan salah satu daerah yang unik, karena terletak diantara daerah
kontinen dan laut (Mitra dan Zaman, 2016 dalam Maturbongs et al. 201). Sebagian
besar ekosistem estuari memiliki sistem variabel yang didominasi dan dipengaruhi
oleh proses fisik, menghasilkan pertukaran besar antara bahan biotik dan abiotik,
termasuk air, garam, nutrisi, sedimen, dan organisme, dengan ekosistem yang ada
disekitarnya (Day et al., 2013 dalam Maturbongs et al. 2017). Oleh karena itu
ekosistem estuaria mempunyai fungsi ekonomi dan fungsi ekologis.
Ekologi estuaria adalah daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara
air sungai dan air laut, oleh karena itu komponen estuari dikenal
sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatk
an oleh kegiatan manusia maupun proses-proses alamiah. Lingkungan estuari
umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-
pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Jenis perairan
estuary memiliki variasi inggi, apabila ditinjau dari beberapa faktor yaitu faktor
kimia, fisika, dan biologi sehingga membentuk suatu ekosistem yang sangat kompleks
(Zulvi, 2018).
Karakter lingkungan estuary dipengaruhi oleh karakter sungai yang
membentuknya, yaitu banyaknya air tawar dan sedimentasi yang dibawanya, serta
dipengaruhi pula oleh karakter lautan, yaitu pasang surut, pola gelombang, kadar
garam, serta arus laut. Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu
sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkut
mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang dapat
menunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria yang melebihi produktifitas laut
lepas den perairan air tawar (Zulvi, 2018). Oleh karena itu, lingkungan wilayah
estuarimenjadi paling produktif, sehingga menjadi sangat menarik untuk dikaji. Oleh 
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai ekologi estuary
yang meliputi karakter lingkungan, sirkulasi estuary, serta fungsi dari estuari itu
sendiri.
2

1.2. Tujuan dan Manfaat


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui Pengertian Ekologi Estuari.
2. Mengetahui lingkungan Estuari
3. Mengetahui Sirkulasi Estuari.
4. Mengetahui Morfologi Estuari
5. Mengetahui Fungsi Ekosistem Estuari.
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
keunikan dari ekologi perairan estuari.
3

BAB II
METODE PENULISAN MAKALAH

2.1. Pengumpulan data dan Informasi


Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber - sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunkana yaitu data dari e-
journal, skripsi, makalah, kumpulan naskah orasi ilmiah dan beberapa pustaka yang
relefan. Adapun teknik pengumpulan data yaitu :
1. Sumber pustaka yang diinginkan dicari sebagai penambahan wawasan untuk
penulis berupa informasi mengenai estuari.
2. Pustaka tersebut kemudian dikembangkan menjadi satu kesatuan materi sehingga
diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.
3. Pustaka yang didapatkan harus meruapakan informasi terbaru dari 5 tahun terakhi
dan di sini penulis mengambil dari tahun 2015.

2.2.. Pengolahan Data dan Informasi


Data yang telah diperoleh kemudian diolah dalam suatu metode deskriptif
berdasarkan data sekunder yang telah didapatkan.

2.3. Analisis Pustaka


Aspek - aspek yang dianalisis adalah ekologi estuari yang memiliki
karakterstik fisik yang unik untuk ditinjau.
4

BAB III
ISI

3.1. Pengertian Estuari


Menurut Moyle and Cech (1988) dalam Baskoro et al. (2016), estuari adalah
suatu badan air pantai setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut
terbuka yang sangat dipengaruhi oleh gerakan pasang-surut, di mana air laut
berrcampur dengan air tawar dari daratan. Esruari dapat dianggap sebagai zona
transisi, atau ekotone antara perairan air tawar dan perairan laut dan berperan
sebagai daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik yairu air tawar dan laut.
Wilayah tersebut dicirikan oleh f1uktuasi salinitas yang terus-menerus karena
adanya pencampuran air tawar dan laut. Kondisi ini memberikan pengaruh pada
ikan yang harus mampu rnelakukan osrnoregulasi.
Kombinansi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000
dalam Karepesina, 2018) antara lain :
1) . Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang surut yang
berlawan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi,
percampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya serta membawa pengaruh
besar pada biotanya.
2) Percampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun air
laut.
3) Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan
komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan
sekitarnya.
4) Tingkat kadar garam di daerah estuari tergantung pada pasang-surut air
laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainya, serta topografi
daerah estuari tersebut.
Perairan estuari meliputi muara sungai dari delta-delta besar, hutan mengrove
dekat estuari dan hamparan lumpur dan pasir yang luas. Wilayah ini juga
dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat dinamis, karena selalu terjadi
proses dan perubahan baik lingkungan fisik maupun biologis. Sehingga
estuari memiliki sifat yang unik akibat adanya percampuran antara massar air
5

laut dan air tawar membuat tingkat salinitas yang dimiliki dapat berubah-
ubah atau memiliki fluktuasi tersendiri.
Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena merupakan tempat
pertemuan antara perairan laut dan perairan darat. Adanya aliran air tawar yang terus
menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang
mengangkat mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar
yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria yang melebihi
produktifitas laut lepas dan perairan air tawar. Hal ini mengakibatkan estuaria
mempunyai peran ekologis penting karena : sebagai sumber zat hara dan bahan
organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia
habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk
bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah
spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk
tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur
transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2002 dalam Zulfi, 2018).

3.2. Lingkungan Estuari


Kondisi lingkungan wi layah estuari mencakup berbagai hal yang berkaitan aspek
fisika, kimia, ataupun biologi perairan estuari. Beberapa parameter lingkungan yang
berkaitan dengan aspek fisika-kimia yang dimaksud antara lain suhu, kedalaman,
kecerahan, kekeruhan, padatan tersuspensi total, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat,
nitrit, ammonia dan fosfat. Sementara parameter biologi yang dimaksud adalah
keberadaan plankton dan benthos dalam suatu perairan estuari yang mencakup
kelimpahan/kepadatan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi. Kecepatan
arus bervariasi bergantung pada lokasi dan kondisi pasang dan surut suatu perairan.
Kecepatan arus pada beberapa wilayah estuari bervariasi berkisar 0,02- 0.92 m/detik.
Padatan tersuspensi total di beberapa wilayah estuari juga bervariasi berkisar 0- 2300-
an mg/l (Edy 2003 ;Sulistiono dkk 2015; Baskoro, et al. 2016).
Suhu memiliki perbedaan yang besar di perairan estuari. Meningkatnya suhu
perairan akan mengakibatkan konsentrasi oksigen di perairan tersebut menurun.
Kondisi tersebut selanjutnya akan memengaruhi kehidupan biota perairan. Suhu juga
bervariasi secara vertikal. Bagian permukaan perairan mempunyai kisaran yang lebih
6

besar, sedangkan perairan yang lebih dalam memiliki kisaran suhu yang lebih kecil..
Kondisi suhu perairan estuari pada beberapa lokasi di Indonesia bervariasi, tetapi
secara umum berkisar 24-32,5 °C. Kekeruhan dibeberapa estuari di Indonesia juga
bervariasi dapat mencapai sekitar 1-10000 NTU bergantung pada lokasi dan wilayah
tersebut (Wijasena 2003;Sulistiono dkk 2015;Baskoro, et al. 2016). Salinitas di
wilayah estuari menentukan kehidupan organisme laut/payau. Hewan-hewan yang
hidup di perairan payau (dengan salinitas 0.5- 30%0) biasanya mempunyai toleransi
terhadap kisaran salinitas yang lebih besar dibandingkan dengan organisme yang
hidup di perairan laut maupun di perairan tawar. Salinitas tertinggi bisa terjadi pada
wilayah yang lebih jauh ke arah hulu, di daerah dengan debit air tawar kurang atau
kering sarna sekali selama setahun. Kondisi salinitas pada beberapa wilayah estuari di
Indonesia bervariasi dan dapat mencapai 0-40 ‰, tergantung pada lokasi dan kondisi
pasang-surut di suatu perairan Priahartanto 2005;Sulistiono dkk 2015; Baskoro, et al.
2016). Nilai pH di suatu estuari bergantung pada letak, musim, dan kondisi pasang
surut. Nilai pH beberapa perairan estuari berkisar 6-8. Nilai yang cukup tinggi
dijumpai pada wilayah yang lebih dekat laut dan nilai yang cukup rendah dijumpai
pada wilayah yang lebih dekat sungai. Kandungan oksigen terlarut di wilayah estuari
di Indonesia bervariasi mulai dari I ppm sampai 8,6 ppm. Nilai kandungan oksigen
yang cukup tinggi biasanya dijumpai pada lokasi yang lebih dekat ke arah hulu
sungai. Kandungan nitrat, nitrit, ammonia, dan fosfat di beberapa estuari di Indonesia
bervariasi mulai dari 0-2,2 ppm (nitrat), 0-2,2 ppm (nitrit), 0-3,4 ppm (ammonia), 0-
0,3 ppm (fosfat) (Sulistiono dkk 2015 dalam Baskoro, et al. 2016).

3.3. Sirkulasi Estuari


Sirkulasi air di daerah estuari sangat dipengaruhi oleh aliran air tawar yang
bersumber dari badan sungai dan air asin yang berasal dari laut. Percampuran kedua
massa air yang terjadi di muara sungai dapat menyebabkan perubahan kondisi fisik
oseanografi di suatu perairan. Salah satunya yaitu adanya fluktuasi salinitas yang
bersamaan dengan suhu akan mempengaruhi sirkulasi massar air (Robert,
2005;Hadikusumah, 2008 ;Karepesina, 2018). Sirkulasi aliran di estuari dipengaruhi
oleh sifat-sifat morfologi estuari, pasang surut dan debit aliran dari hulu. Debit sungai
adalah salah satu dari parameter penting dalam sirkulasi di estuari. Debit sungai
tergantung pada karakteristik hidrologi dan daerah aliran sungai. Pada umumnya debit
sungai jauh lebih kecil dari pada debit yang ditimbulkan oleh pengaruh pasang surut.
7

Pengaruh debit aliran lebih dominan di bagian hulu estuari dibanding dengan di
sebelah hilir. Pada waktu banjir, debit sungai mendorong polutan (garam, sedimen
dan lain-lain) ke laut, sehingga batas intrusi air asin dan kekeruhan terdorong ke hilir.
Sedangkan pada debit kecil polutan bergerak lebih ke hulu. Selain debit sungai,
pasang surut adalah parameter lain dalam sirkulasi aliran di estuari. Pasang surut
menyebabkan gerakan periodik air dan menimbulkan debit aliran yang besar. Arus
pasang surut mempengaruhi pergeseran salinitas dan kekeruhan di sepanjang estuari,
yang bergerak ke hulu pada waktu air pasang dan ke hilir pada waktu air surut.
sedangkan pada waktu pasang purnama salinitas dan sedimen suspensi lebih
terdorong ke arah hulu dibanding pada saat pasang perbani. Aliran air laut ke estuari
disertai dengan transpor massa garam. Masuknya air asin ke estuari dikenal dengan
instrusi air asin. Jarak intrusi air asin tergantung pada karakteristik estuari, pasang
surut dan debit sungai. semakin besar tinggi pasang surut dan semakin kecil tinggi
debit sungai, semakin jauh intrusi air asin. Sebaliknya, semakin kecil tinggi pasang
surut dan semakin besar debit sungai, semakin dekat jarak intrusi air asin (Prakoso,
2016).

3.4. Morfologi Estuari


Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang tergantung pada
faktor dominan yang mempengaruhinya. Di suatu muara, ketiga faktor tersebut
bekerja secara simultan, tetapi biasanya salah satunya mempunyai pengaruh lebih
dominan dari yang lainnya. Kelompok pertama yaitu estuari yang didominasi
oleh gelombang laut. Tipe estuari ini ditandai dengan angkutan sedimen
menyusur pantai yang setiap tahunnya cukup besar. Seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 1, tipe ini biasanya muara tertutup oleh lidah pasir dengan pola
sedimentasi. Gelombang besar pada pantai berpasir dapat menimbulkan angkutan
sedimen, baik dalam arah tegak lurus maupun sejajar atau sepanjang pantai. Dari
kedua jenis transpor tersebut, transpor sedimen sepanjang pantai adalah yang
paling dominan. Angkutan sedimen tersebut dapat bergerak masuk ke muara
sungai dan karena di daerah tersebut kondisi gelombang sudah tenang, maka
sedimen akan mengendap. Semakin besar gelombang, semakin besar angkutan
sedimen (Prakoso, 2016).
8

Gambar 1. Estuari Didominasi Gelombang Laut (Triatmodjo, 1999 dalam Prakoso,


2016)

Kelompok yang kedua yaitu estuari yang didominasi oleh debit sungai. Pada
Gambar 2 diperlihatkan bahwasanya tipe muara ini dapat ditandai dengan adanya
debit sungai yang setiap tahunnya cukup besar sehingga debit tersebut merupakan
parameter utama pembentukan muara sungai di laut dengan gelombang relatif
kecil. Sungai tersebut membawa angkutan sedimen dari hulu cukup besar.
Sedangkan kelompok ketiga yaitu estuari yang didominasi oleh pasang surut.
Tipe muara ini ditandai dengan fluktuasi pasang surut yang cukup besar. Apabila
tinggi pasang surut cukup besar, volume air pasang yang masuk ke sungai sangat
besar. Air tersebut akan berakumulasi dengan air dari hulusungai. Pada waktu air
surut, volume air yang sangat besar tersebut mengalir keluar dalam periode waktu
tertentu yang tergantung pada tipe pasang surut. Dengan demikian, kecepatan
arus selama air surut cukup besar, yang cukup potensial untuk membentuk muara
sungai.
9

Gambar 2. Estuari Didominasi Debit Sungai (Triatmodjo, 1999 dalam Prakoso,2016)

3.5. Fungsi Ekosistem Estuari


Perairan estuari selain dimanfaatkan sebagai tempat berlindung dan tempat
mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau
tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan
udang. Estuari juga berfungsi sebagai pengeluaran atau pembuangan debit sungai,
terutama pada waktu banjir, ke laut. Karena letaknya yang berada di ujung hilir, maka
tampang aliran di muara adalah lebih besar dibanding pada tampang sungai di sebelah
hulu. Permasalahan yang sering dijumpai adalah banyaknya endapan di muara sungai
sehingga tampang alirannya kecil, yang dapat mengganggu pembuangan debit sungai
ke laut. Ketidaklancaran pembuangan tersebut dapat mengakibatkan banjir di daerah
sebelah hulu muara. Selain itu estuari mempunya nilai ekonomis yang penting karena
dapat berfungsi sebagai alur penghubung antara laut dan daerah yang cukup dalam di
daratan. Pengaruh pasang surut yang masuk ke estuari dapat menyebabkan kenaikan
muka air, baik pada waktu air pasang maupung air surut. Selama periode pasang air
dari laut dan dari sungai masuk ke estuari dan terakumulasi dalam jumlah sangat
besar dan pada periode surut volume air tersebut akan kembali kelaut, sehingga
karena besarnya volume air yang dialirkan ke laut maka kedalaman aliran akan cukup
besar. Selain itu kecepatan arus juga besar yang dapat mengerosi dasar estuari
sehingga dapat mempertahankan kedalaman aliran. Kondisi ini memungkinkan
10

digunakannya estuari untuk alur pelayaran menuju ke daerah pedalaman. Dengan


demikian keberadaan estuari akan mempercepat perkembangan daerah yang ada di
sekitarnya, karena memungkinkan dibukanya pelabuhan-pelabuhan di daerah tersebut
(Prakoso, 2016).
11

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari apa yang dibahas di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Estuari adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang berhubungan langsung
dengan laut terbuka yang sangat dipengaruhi oleh gerakan pasang-surut, di mana air
laut berrcampur dengan air tawar dari daratan.
2. Dalam suatu lingkungan estuari beberapa parameter lingkungan yang berkaitan
dengan aspek fisika-kimia yang dimaksud antara lain suhu, kedalaman, kecerahan,
kekeruhan, padatan tersuspensi total, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat, nitrit,
ammonia dan fosfat sementara parameter biologi yang dimaksud adalah keberadaan
plankton dan benthos.
3. Sirkulasi air di daerah estuari sangat dipengaruhi oleh aliran air tawar yang
bersumber dari badan sungai dan air asin yang berasal dari laut. Percampuran kedua
massa air yang terjadi di muara sungai dapat menyebabkan perubahan kondisi fisik
oseanografi di suatu perairan.
4. Morfologi estuari terbagi menjadi tiga kelompok yang bergantuk pada faktor
dominan yang mempengaruhinya yaitu estuari yang didominasi oleh gelombang laut,
debit sungai dan pasang surut.
5. Perairan estuari dimanfaatkan sebagai tempat berlindung dan tempat mencari
makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat
tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang serta
sstuari juga berfungsi sebagai pengeluaran atau pembuangan debit sungai.
12

DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, M. S., Purbayanto, A., Haluan, J., Nyoman, I., Nuitja, S., Sulistiono.,

Affandi, R., Sumantadinata, K., Zairin Muh., Pasaribu, F. H., Hardjito,L.,

Nurjana, Jaya, I. 2016. Teknologi Pengembangan Perikanan dan Kelautan

untuk Memperkuat Ketahanan Pangan serta Memacu Perekonomian Nasional

secara Berkelanjutan. Penerbit IPB Press. Kumpulan Naskah Orasi Ilmiah Guru

Besar ITB: Kola Bogor-Indonesia

Karespina, S.B. 2018. Perubahan Struktur Komunitas MakrobentosPada Perairan

Estuari Bili-Bili Berdasarkan Gradien Salinitas di Keluarahan Tellumpanua,

Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Skripsi: Universitas Hasanuddin.

Maturbongs, M. R., Elvina, S. Sunarni S., deFretes D. 2017. Studi keanekaragaman

ikan gelodok (Famili: Gobiidae) pada muara Sungai Maro dan Kawasan

Mangrove Pantai Kembapi, Merauke. Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir

dan Perikanan: Volume 7, Number 2, Page 177-186,

Prakoso, F. D. Studi Pola Sebaran Salinitas, Temperatur, dan Arus Perairan Estuari

Sungai Wonokromo Surabaya. Tesis: ITB

Anda mungkin juga menyukai