MAKALAH
EKOLOGI LAUT LANJUTAN
NIM. 1369120004
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Bapa di sorga, karena atas
Berkat dan KasihNya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Ekologi Estuari”.
Makalah ini memuat tentang ekologi estuari yang menjelaskan apa itu estuari,
bagaimana lingkungan estuari, morfologi dan sirkulasinya, serta fungsi dari ekosistem
estuari.
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka sangat
diharapkan kritik dan saran demi makalah yang lebih baik lagi. Semoga penelitian ini
bermanfaat bagi pembaca dan juga bisa menyelesaikan SKS pada kuliah “Ekologi
Laut Lanjutan”.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II
METODE PENULISAN MAKALAH
BAB III
ISI
laut dan air tawar membuat tingkat salinitas yang dimiliki dapat berubah-
ubah atau memiliki fluktuasi tersendiri.
Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena merupakan tempat
pertemuan antara perairan laut dan perairan darat. Adanya aliran air tawar yang terus
menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang
mengangkat mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar
yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria yang melebihi
produktifitas laut lepas dan perairan air tawar. Hal ini mengakibatkan estuaria
mempunyai peran ekologis penting karena : sebagai sumber zat hara dan bahan
organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia
habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk
bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah
spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk
tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur
transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2002 dalam Zulfi, 2018).
besar, sedangkan perairan yang lebih dalam memiliki kisaran suhu yang lebih kecil..
Kondisi suhu perairan estuari pada beberapa lokasi di Indonesia bervariasi, tetapi
secara umum berkisar 24-32,5 °C. Kekeruhan dibeberapa estuari di Indonesia juga
bervariasi dapat mencapai sekitar 1-10000 NTU bergantung pada lokasi dan wilayah
tersebut (Wijasena 2003;Sulistiono dkk 2015;Baskoro, et al. 2016). Salinitas di
wilayah estuari menentukan kehidupan organisme laut/payau. Hewan-hewan yang
hidup di perairan payau (dengan salinitas 0.5- 30%0) biasanya mempunyai toleransi
terhadap kisaran salinitas yang lebih besar dibandingkan dengan organisme yang
hidup di perairan laut maupun di perairan tawar. Salinitas tertinggi bisa terjadi pada
wilayah yang lebih jauh ke arah hulu, di daerah dengan debit air tawar kurang atau
kering sarna sekali selama setahun. Kondisi salinitas pada beberapa wilayah estuari di
Indonesia bervariasi dan dapat mencapai 0-40 ‰, tergantung pada lokasi dan kondisi
pasang-surut di suatu perairan Priahartanto 2005;Sulistiono dkk 2015; Baskoro, et al.
2016). Nilai pH di suatu estuari bergantung pada letak, musim, dan kondisi pasang
surut. Nilai pH beberapa perairan estuari berkisar 6-8. Nilai yang cukup tinggi
dijumpai pada wilayah yang lebih dekat laut dan nilai yang cukup rendah dijumpai
pada wilayah yang lebih dekat sungai. Kandungan oksigen terlarut di wilayah estuari
di Indonesia bervariasi mulai dari I ppm sampai 8,6 ppm. Nilai kandungan oksigen
yang cukup tinggi biasanya dijumpai pada lokasi yang lebih dekat ke arah hulu
sungai. Kandungan nitrat, nitrit, ammonia, dan fosfat di beberapa estuari di Indonesia
bervariasi mulai dari 0-2,2 ppm (nitrat), 0-2,2 ppm (nitrit), 0-3,4 ppm (ammonia), 0-
0,3 ppm (fosfat) (Sulistiono dkk 2015 dalam Baskoro, et al. 2016).
Pengaruh debit aliran lebih dominan di bagian hulu estuari dibanding dengan di
sebelah hilir. Pada waktu banjir, debit sungai mendorong polutan (garam, sedimen
dan lain-lain) ke laut, sehingga batas intrusi air asin dan kekeruhan terdorong ke hilir.
Sedangkan pada debit kecil polutan bergerak lebih ke hulu. Selain debit sungai,
pasang surut adalah parameter lain dalam sirkulasi aliran di estuari. Pasang surut
menyebabkan gerakan periodik air dan menimbulkan debit aliran yang besar. Arus
pasang surut mempengaruhi pergeseran salinitas dan kekeruhan di sepanjang estuari,
yang bergerak ke hulu pada waktu air pasang dan ke hilir pada waktu air surut.
sedangkan pada waktu pasang purnama salinitas dan sedimen suspensi lebih
terdorong ke arah hulu dibanding pada saat pasang perbani. Aliran air laut ke estuari
disertai dengan transpor massa garam. Masuknya air asin ke estuari dikenal dengan
instrusi air asin. Jarak intrusi air asin tergantung pada karakteristik estuari, pasang
surut dan debit sungai. semakin besar tinggi pasang surut dan semakin kecil tinggi
debit sungai, semakin jauh intrusi air asin. Sebaliknya, semakin kecil tinggi pasang
surut dan semakin besar debit sungai, semakin dekat jarak intrusi air asin (Prakoso,
2016).
Kelompok yang kedua yaitu estuari yang didominasi oleh debit sungai. Pada
Gambar 2 diperlihatkan bahwasanya tipe muara ini dapat ditandai dengan adanya
debit sungai yang setiap tahunnya cukup besar sehingga debit tersebut merupakan
parameter utama pembentukan muara sungai di laut dengan gelombang relatif
kecil. Sungai tersebut membawa angkutan sedimen dari hulu cukup besar.
Sedangkan kelompok ketiga yaitu estuari yang didominasi oleh pasang surut.
Tipe muara ini ditandai dengan fluktuasi pasang surut yang cukup besar. Apabila
tinggi pasang surut cukup besar, volume air pasang yang masuk ke sungai sangat
besar. Air tersebut akan berakumulasi dengan air dari hulusungai. Pada waktu air
surut, volume air yang sangat besar tersebut mengalir keluar dalam periode waktu
tertentu yang tergantung pada tipe pasang surut. Dengan demikian, kecepatan
arus selama air surut cukup besar, yang cukup potensial untuk membentuk muara
sungai.
9
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari apa yang dibahas di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Estuari adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang berhubungan langsung
dengan laut terbuka yang sangat dipengaruhi oleh gerakan pasang-surut, di mana air
laut berrcampur dengan air tawar dari daratan.
2. Dalam suatu lingkungan estuari beberapa parameter lingkungan yang berkaitan
dengan aspek fisika-kimia yang dimaksud antara lain suhu, kedalaman, kecerahan,
kekeruhan, padatan tersuspensi total, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat, nitrit,
ammonia dan fosfat sementara parameter biologi yang dimaksud adalah keberadaan
plankton dan benthos.
3. Sirkulasi air di daerah estuari sangat dipengaruhi oleh aliran air tawar yang
bersumber dari badan sungai dan air asin yang berasal dari laut. Percampuran kedua
massa air yang terjadi di muara sungai dapat menyebabkan perubahan kondisi fisik
oseanografi di suatu perairan.
4. Morfologi estuari terbagi menjadi tiga kelompok yang bergantuk pada faktor
dominan yang mempengaruhinya yaitu estuari yang didominasi oleh gelombang laut,
debit sungai dan pasang surut.
5. Perairan estuari dimanfaatkan sebagai tempat berlindung dan tempat mencari
makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat
tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang serta
sstuari juga berfungsi sebagai pengeluaran atau pembuangan debit sungai.
12
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, M. S., Purbayanto, A., Haluan, J., Nyoman, I., Nuitja, S., Sulistiono.,
secara Berkelanjutan. Penerbit IPB Press. Kumpulan Naskah Orasi Ilmiah Guru
ikan gelodok (Famili: Gobiidae) pada muara Sungai Maro dan Kawasan
Prakoso, F. D. Studi Pola Sebaran Salinitas, Temperatur, dan Arus Perairan Estuari