Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Nurhaliza

Nim : E061211122
Departemen : Ilmu Hubungan Internasional
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik B.
Dosen Pengampu : 1. Dr.Phil Sukri ,S.IP., M,Si.
2. Haryanto, S.IP., M.A.

Opini dan Pendapat Saya Mengenai Politik.

Politik di Indonesia mempunyai ciri tersendiri sebagai bentuk dari pelaksanaan


pemerintahan pluralisme yang berbeda beda agama, suku, budaya, dan bahasa. Adanya
hubungan, peraturan, kebulatan dan tujuan yang sama di Indonesia, menjadikan adanya
saling ketergantungan dalam kesuksesan sistem politik dan juga sebuah kesatuan dari
hubungan-hubungan yang dibentuk melalui totalitas dalam menjalankan kehidupan
sosialnya dalam menjalankan nilai-nilai yang telah dimiliki masyarakat Indonesia. Dengan
kata lain, dengan jelas disebutkan bahwa keberagaman yang selama ini dimiliki oleh
Indonesia menjadikan sistem politik memiliki nilai-nilai falsafah negara yang membentuk
sebuah ideologi politik yang sesuai diberlakukan di Indonesia.

Sistem politik Indonesia merupakan keseluruhan dari kegiatan dalam menjalankan roda
pemerintahan dalam ketatanegaran di negara Indonesia yang berhubungan dengan
masyarakat luas, juga dalam menentukan arah tujuan dan cita-cita negara Indonesia. Di
Indonesia sistem politik yang digunakan merupakan cerminan dari pengalaman dalam
melaksanakan sistem politik Indonesia yang pernah berlaku di Indonesia pada dimasa lalu
dengan perbaikan-perbaikan dari kekurangan yang pernah ada, agar nuansa perpolitikan
yang berlaku di Indonesia saat ini bisa lebih baik dari sebelumnya.

Sifat negara Indonesia mengandung unsur falsafah, gagasan, cita-cita, nilai-nilai, atau
wawasan yang melekat pada Indonesia. Oleh karena itu, sistem politik Indonesia
merupakan sistem khas atau politik yang bersifat keindonesiaan yang diwarnai oleh nilai-
nilai luhur Pancasila, UUD 1945, nilai-nilai proklamasi, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dapat diinterpretasikan, baik sebagai seluruh proses sejarah
dari saat berdirinya negara Indonesia sampai dewasa ini maupun hanya dalam periode
tertentu dari proses perjalanan sejarah. Dalam kenyataan sejarahnya, dapat dijumpai
perbedaan esensial sistem politik di Indonesia dari periode yang satu ke periode yang lain,
misalnya sistem politik demokrasi liberal, sistem politik demokrasi terpimpin, dan sistem
politik demokrasi Pancasila,sedangkan falsafah negara tetap tidak berubah.

Ada juga sifat-sifat dasar dari sebuah sistem politik


1. Perilaku yang memiliki tujuan bersama, objek dari berjalannya sebuah sistem
terdapat pada perilaku-perilaku masyarakat yang mempunyai tujuan sama. Sistem
diciptakan melalui nilai-nilai yang berlaku di masyarakat serta menggabungkannya
dengan kemampuan lain dari masyarakat dengan memprioritaskan tujuan yang
lebih penting demi tercapainya tujuan bersama.
2. Keterbukaan, dalam berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya, sistem harus
menampakan kinerjanya secara nyata dan terbuka. Lingkungan yang terbuka dalam
menerapkan sistem yang berlaku akan menjadikan nilai-nilai yang berkembang
dimasyarakat yang memiliki kearifan lokal mampu menerima perubahan dalam
mencapai tujuan bersama. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan pendekatan yang
situasional dan multidimensi terhadap pemecahan suatu permasalahan yang timbul
di masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat diselesaikan bersama-sama.

Ciri pokok dari sebuah sistem politik menurut Elias M Awad, yaitu:
1. mempunyai tujuan;
2. mempunyai batas (boundaries);
3. memiliki sifat terbuka dalam arti berinteraksi dengan lingkungan;
4. terdiri atas berbagai unsur atau komponen (sub system) yang saling bergantung
dan berhubungan;
5. melakukan kegiatan atau proses trasformasi atau proses mengubah masukan
menjadi keluaran (processor or transformator);
6. memiliki mekanisme kontrol dengan memanfaatkan umpan balik

Dari pemaparan diatas, sebuah sistem memiliki daya dalam membuat aturan untuk sistem
itu sendiri dalam menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dimana sistem tersebut
digunakan, sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan dimana tempat sistem itu berada
harus terbuka dalam menerima output dan input dari luar lingkungannya. Hal ini merupkan
sekumpulan unsur-unsur yang saling berkaitan antara interdependensi yang satu dengan
yang ainnya, serta mampu beradaptasi dengan kapasitas yang dimilikinya agar bisa
melakukan perubahan dengan kontrol dan kerjasama antar unsur agar tujuan dari sistem
tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Untuk mencapai tujuan bersama, sebuah sistem harus mampu menghimpun berbagai
unsur-unsur yang terdapat dalam sekumpulan sistem agar hubungan-hubungan yang ada
akan membuat suatu kebulatan dalam berjalannya sistem.

Kapasitas kekuasaan berarti kewenangan yang dimiliki sesorang untuk menguasai dan
mengendalikan masyarakat karena kewenangan dan kekuatan yang dimilikinya, kapasitas
kekuasaan ini merupakan hak dari penguasa yang dipilih melalui jalur formal sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Kekuasaan juga kapabilitas atau kemampuan
untuk memengaruhi, meyakinkan, mengendalikan, menguasai, dan memerintah orang lain.
Kapasitas demikian erat hubungannya dengan wewenang authority, right, dan force.

Kekuasaan merupakan salah satu inti dari politik. Adapun fokus utama politik adalah
keputusan. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan yang menyangkut kepentingan
keseluruhan masyarakat dan bersifat dapat dipaksakan berlakunya. Dalam membahas
struktur politik pemerintah, biasanya sistem pemerintahan juga dibahas. Sistem
pemerintahan yaitu hubungan fungsi antara lembaga-lembaga negara yang biasanya
ditetapkan juga oleh konstitusi. Klasifikasi kekuasaan dibagi menjadi dua:
1. Sistem pemerintahan parlementer (parleamentary executive, cabinet government
system);
2. sistem pemerintahan presidential (non parliamentary executive,fixed execu tive,
presidential system, chief executive system). Struktur politik tidak dapat dilepaskan
dari fungsi politik, yaitu input, with input, throughput, output conversation,
feedback”.

Di Indonesia, Undang-undang dasar tidak menyebutkan dengan tegas bahwa pembagian


kekuasaan disusun berdasarkan ajaran trias politika, namun ajaran trias politika dijadikan
dasar sebagai dasar dalam pembagian kekuasaan, hal ini digunakan agar ada keseimbangan
dengan menerapkan checks and balances dalam menyelenggarakan pemerintahan di
Indonesia dalam bentuk:
1. Kewenangan veto dimiliki oleh DPR, DPD dan presiden dalam persetujuan
pembuatan undang-undang,
2. Lembaga legislatif mengawasi dan dapat mengimpeachment terhadap presiden
dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan,
3. Mahkamah konstitusi diberikan kewenangan dalam melakukan pengujian terhadap
undang-undang,
4. Keputusan pemerintah pusat dapat diajukan gugatan oleh pemerintah daerah,
5. DPR dilibatkan dalam pengangkatan menteri.

Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan membuat undang-undang, kekuasaan eksekutif


melaksanakan undang-undang, dan kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan yang
mempunyai kewenangan untuk mengadili pelanggaran undang-undang, sementara
kekuasaan federatif merupakan kekuasaan yang meliputi segala tindakan yang ditujukan
untuk menjaga keamanan negara dalam hubungannya dengan negara lain, seperti membuat
aliansi dan sebagainya.

Nilai-nilai dalam politik yang berkaitan inilah yang akan mendasari lestarinya stabilitas
yang berkesinambungan dalam dunia politik. Untuk membentuk faktor-faktor kejiwaan
secara utuh dalam membentuk sikap politik dan kepribadian politik, tahapan ini diawali
dari tingkat pemahaman atau pengenalan tentang politik yang berlangsung melalui proses
politik secara bertahap.

Generasi muda cenderung masih fleksibel dalam menentukan sikap untuk berinteraksi
dalam politik, hal ini dipengaruhi oleh generasi tua dalam menyampaikan sosialisasi
politik. Pendidikan formal dalam mempengaruhi ideologi generasi muda merupakan
bentuk transmisi dari generasi sebelumnya dalam menyampaikan doktrin politik.
Keberhasilan penyampaian sosialisasi politik di pengaruhi oleh keadaan lingkungan sosial,
politik, ekonomi dan budaya dari masyarakat.

Memahami pengertian politik berarti kita menyadari adanya penyesuaian kegiatan politik
yang dilakukan oleh elit politik dan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman. Politik memandang manusia dalam bersikap sebagai individu yang
memiliki kepentingan yang harus dipenuhi tuntutannya oleh pemerintah, termasuk
keterlibatan dari sikap masyarakat dalam membentuk struktur politik dan kegiatan proses
poltik di pemerintahan. Bisa disimpulkan bahwa, kekuasaan dan wewenang dalam sistem
politik dipengaruhi oleh pola, sikap, dan kebiasaan masyarakat dan penguasa dalam
menjalankan sistem politi

Dengan demikian, konsep pengertian dari politik merupakan gabungan sistem dan individu
sebagai orientasi politik. Namun orientasi individu saja tidak akan mempengaruhi sistem
politik ke arah yang individualis, pandangan ini hanya melihat individu sebagai aspek
pengakuan masyarakat secara keseluruhan dalam berjalannya sistem politik yang saling
mempengaruhi antara individu (dalam hal ini masyarakat) dengan sistem. Orientasi yang
bersifat individual ini tidak berarti bahwa dalam memandang sistem politik, kita
menganggap masyarakat cenderung bergerak ke arah individualisme. Jauh dari anggapan
demikian, pandangan ini melihat aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai
pengakuan adanya fenomena dalam masyarakat yang secara keseluruhan tidak dapat
melepaskan diri dari orientasi individual, budaya politik memiliki dua komponen utama,
yaitu orientasi kognitif (cognitive orientations) dan orientasi afektif (affective orientation).

Anda mungkin juga menyukai