Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. A DENGAN BRONKITIS SUSP COVID

Tugas Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktek Klinik

Departemen Gawat Darurat

OLEH :

PUPUT TRI W

NIM : 2020611053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

I. DEFINISI
 Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan
tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah,
2020).
 Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari
tiga minggu (Samer Qarah, 2020).
 Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan
dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
 Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang
minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut
pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal
Bedah 2, 1998, hal : 490).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit
jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Macam-macam Bronchitis
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.
 Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam
waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan
sembuh total tanpa masalah yang lain.
 Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang
dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini
juga berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama
berbulan-bulan hingga tahunan.

II. ETIOLOGI
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan
resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang
dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).

2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena
polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga
menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme
lain seperti Mycoplasma pneumonia.

4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5%
pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1
antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh
neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).

5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri
banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur
dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.

6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita
bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan
kerusakan paru bertambah.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
a.  Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.
b.  Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkhus.
c.  Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.

III. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul
kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus
merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas.
Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau
mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling
sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya
respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil
dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih
memungkinkan tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
b) Mukus lebih kental
c) Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan
mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary
defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada
pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami
kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus
akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah)
sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial
meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan
mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan
kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi
bronkhus besar, namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas
terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan
ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan
ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan
ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum
yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami
reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan
CHF (Congestive Heart Failure).
IV. TANDA DAN GEJALA
Gejalanya berupa:
 Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat,
timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik
dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi,
umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi
tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid,
sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau
yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada
saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak ( celluler debris ).
 Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau
mukopuruen dan kental.
 Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda
– tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat
infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya
obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya

 sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan


 sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)

 bengek

 lelah

 pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

 wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

 pipi tampak kemerahan

 sakit kepala

 gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler,
lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk
biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi
1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak
akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi
demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas
terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah
batuk. Bisa terjadi pneumonia.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Sinar x dadaDapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma,
peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
 Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,
memperkirakan derajat disfungsi.
 TLC                 : Meningkat.
 Volume residu : Meningkat.
 FEV1/FVC     : Rasio volume meningkat.
 GDA               : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
 Bronchogram Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran
duktus mukosa.
 Sputum            : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
 EKG                : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF

VI. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a) Bronchitis kronik
b) Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi
berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini
sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
c) Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.
Umumnya `pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d) Efusi pleura atau empisema
e) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada
bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f) Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis )
, cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi
haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
g) Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h) Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan
vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi
gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia.
Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,.
Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i) Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat
da luas
j) Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik
dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan
pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa
diberikan
aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi)
dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa
diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin
diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan
antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka
dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu
dilakukan penggantian antibiotik.
a. Pengelolaan umum
b. Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis,  meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
 Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
 Mencegah / menghentikan rokok
 Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
b)      Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai
berikut :
 Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai
drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural
dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip
drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan
bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus
disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan
tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung jari.
 Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-
obat mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
 Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah
penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi
tidak berkelanjutan.
b. Pengelolaan khusus.
   Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus
( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya
digunakan Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic
antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara
empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada
setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki
akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa
antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau
menjadi mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan
dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi
aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan
bronkoskop. Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien.
Keperluannya antara lain:
 Menentukan dari mana asal secret
 Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
 Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.
  Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau
mebahayakan pasien.
  Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV
1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
  Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
  Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari
berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan
walau sulit diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
  Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih
kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat
antipiretik.
   Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.
1. Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang tidak
berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu
dipertimbangkan untuk operasi
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau haemaptoe
dari daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan
operasi.
2. Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan
koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.
3. Syarat-ayarat operasi.
-   Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
-    Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel
-    Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis
kronik.
4. Cara operasi.
-      Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra
indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk
operasi. Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.
-         Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan gawat
darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi
syarat-syarat dan tidak terdapat kontra indikasi operasi.
o   Persiapan operasi :
 Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan
broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
 Scanning dan USG
 Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien
Memperbaiki keadaan umum pasien.
DEFINISI COVID-19

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan


tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan
serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus,
betacoronavirus, deltacoronavirus, dan gamma coronavirus. Coronavirus bersifat
sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan
mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56°C selama 30 menit, eter,
alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan
kloroform (PDPI, 2020).

Etiologi

Dalam laporan awal, analisis genom virus lengkap mengungkapkan bahwa


virus tersebut berbagi identitas urutan 88% dengan dua coronavirus akut yang
mirip kelelawar (SARS) yang diturunkan kelelawar. Ada empat protein struktural
utama yang dikodekan oleh genom koronaviral pada amplop, salah satunya adalah
spike protein (S) yang berikatan dengan reseptor enzim pengonversi angiotensin 2
(ACE2) dan memediasi fusi selanjutnya antara pembungkus sel dan sel inang
untuk membantu entri virus ke dalam sel inang. Pada 11 Februari 2020,
Kelompok Studi Coronavirus (CSG) dari Komite Internasional tentang
Taksonomi Virus akhirnya menetapkannya sebagai sindrom pernafasan akut berat
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) berdasarkan filogeni, taksonomi, dan praktik yang
sudah mapan. Segera kemudian, WHO menyebut penyakit yang disebabkan oleh
coronavirus ini sebagai Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19). Berdasarkan
data saat ini, tampaknya COVID-19 mungkin awalnya dihosting oleh kelelawar,
dan mungkin telah ditransmisikan ke manusia melalui trenggiling atau hewan liar
lainnya yang dijual di pasar makanan laut Huanan tetapi penyebaran selanjutnya
melalui transmisi manusia ke manusia (Chen et al, 2020).

SARS-CoV-2 adalah virus RNA untai positif dengan penampilan seperti


mahkota di bawah mikroskop elektron (corona adalah istilah Latin untuk mahkota)
karena adanya tonjolan glikoprotein pada pembungkus sel. Subfamili
Orthocoronavirinae dari keluarga Coronaviridae (orde Nidovirales) digolongkan
ke dalam empat gen CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV), Betacoronavirus
(betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV), dan Gammacoronavirus (deltaCoV).
Selanjutnya, genus betaCoV membelah menjadi lima sub-genera atau garis
keturunan. Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan
tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya, spesies burung
tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs. Anggota keluarga
besar virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan, enterik, hati, dan
neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta, sapi, kucing, dan
kelelawar. Sampai saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang mampu menginfeksi

manusia telah diidentifikasi. Beberapa HCoV diidentifikasi pada pertengahan


1960-an, sementara yang lain hanya terdeteksi pada milenium baru. Secara umum,
perkiraan menunjukkan bahwa 2% dari populasi adalah pembawa CoV yang sehat
dan bahwa virus ini bertanggung jawab atas sekitar 5% hingga 10% dari infeksi
pernapasan akut. CoV manusia pada umumnya: HCoV-OC43, dan HCoV-HKU1
(betaCoVs dari garis keturunan HCoV-229E, dan HCoV-NL63 (alphaCoVs).
Mereka dapat menyebabkan pilek dan infeksi pernafasan atas yang sembuh sendiri
pada individu yang imunokompeten. Pada subjek yang mengalami gangguan
kekebalan dan orang tua, infeksi saluran pernapasan bagian bawah dapat
terjadi.CoV manusia lainnya: SARS-CoV, SARS-CoV-2, dan MERS-CoV
(betaCoVs dari garis keturunan B dan C, masing-masing). Ini menyebabkan
epidemi dengan tingkat keparahan klinis bervariasi dengan manifestasi pernapasan
dan ekstra-pernapasan. Mengenai SARS-CoV, MERS-CoV, angka kematian
masing-masing hingga 10% dan 35%.(Cascella et al, 2020)

Latar Belakang

Keperawatan adalah pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,


berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, dan spiritual komprehenshif yang ditujukan kepada
individu, kelompok, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, dan kurangnya kemauan menuju
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Dokumentasi merupakan aspek penting dari
praktek keperawatan. Sistem dokumentasi yang ideal harus memberikan informasi yang
komprehensif, menunjukkan hasil dan standar pasien (Olfah & Ghofur, 2016). Menurut
Häyrinena (2010), asuhan keperawatan merupakan hal sangat penting bagi seorang perawat.

Kemampuan memberikan pelayanan yang baik serta kemudian dapat secara efektif
mengkomunikasikan tentang perawatan pasien tergantung pada seberapa baik kualitas
informasi yang diberikan serta dokumentasi yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh semua
profesional kesehatan dan antar bidang pelayanan kesehatan. Dokumentasi didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan
tentang bukti bagi individu yang berwenang. Pendokumentasian menjadi media komunikasi
yang efektif antara profesi dalam satu tim pelayanan kesehatan. Pendokumentasian asuhan
keperawatan bukan hanya sekedar menuliskan sesuatu dalam lembar dokumentasi, tetapi
sebelum di dokumentasikan harus dianalisis apa yang akan di dokumentasikan (Tembilahan,
2019). Dokumentasi merupakan bagian penting dari proses berpikir kritis untuk perawat.
Setiap institusi pelayanan kesehatan menekankan pelaksanaan dokumentasi. Dikatakan
bahwa, “jika tidak didokumentasikan, berarti tidak dilakukan". Proses keperawatan adalah
suatu proses ilmiah. Dalam penelitian ilmiah, semua hal didokumentasikan. Dalam
dokumentasi ini, penelitian bisa melihat ke belakang untuk melihat apakah hasilnya karena
intervensi dan apakah intervensi atau tidak berhasil atau harus diubah. Proses dokumentasi
membantu perawat mencapai tujuan yang sama (Olfah & Ghofur, 2016).
Sebagai garda terdepan pada era Covid 19, menurut Liu, 2020 dalam The Lancet
Global Health , 20 , 1-9, perawat mempunyai peran dalam asesmen, meminimalkan
komplikasi dengan melaksanakan monitoring ketat, melaksanakan manajemen jalan napas,
melakukan perubahan posisi, melakukan edukasi dan kolaborasi dalam pemberian obat.
Perawat juga akan membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, termasuk
pemberian carian dan nutrisi, pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB/BAK) dan juga
kebersihan diri. Dari mulai skrining, tindakan kegawatdaruratan, perawatan isolasi, sampai
penanganan kasus kritis yang dilaksanakan secara berkolaborasi oleh tim kesehatan
merupakan tugas dari perawat.

Dokumentasi dibutuhkan untuk keamanan pasien dan menjaga catatannya untuk tetap
jelas, akurat, dan komprehensif menjadi bermanfaat bagi perawat dalam pekerjaan sehari-
hari. Hal ini didukung pula oleh pendapat Wang, Hailey, dan Yu (2011) yang menyatakan
bahwa kualitas dokumentasi keperawatan menunjukkan pemberian perawatan yang baik
melalui komunikasi yang efektif di antara perawat dan dengan pemberi perawatan yang lain
seperti keluarga pasien. Bjorvell (2002) menyatakan dari hasil FGD perawat bahwa cara
menuliskan dokumentasi keperawatan membuat mereka menjadi berpikir kritis dan berpikir
dengan cara yang berbeda terkait pelayanan yang diberikan kepada pasiennya (Noorkasiani,
2015).

Prinsip dokumentasi keperawatan menjelasakan tentang peraturan dan persyaratan untuk


melaksanakan dokumentasi keperawatan. Untuk membantu perawat memahami dan
menerapkan standar praktik pelayanan keperawatan, ada baikya mengetetahui tentang prinsip
pendokumentasian dalam keperawatan. Prinsip pendokumentasian dalam pelayanan
keperawatan adalah memberikan informasi tentang:
a) Mencerminkan sudut pandang klien terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat,
mengidentifikasi kualitas pemberi asuhan dan catatan pelaksanaan asuhan
keperawatan termasuk hasil kesehatan klien saat ini.
b) Mempromosikan kesinambungan pelayanan keperawatan melalui komunikasi antar
profesi.
c) Mampu menunjukkan komitmen perawat untuk memberikan perawatan yang aman,
kompeten dan etis.
d) Menunjukkan bahwa perawat telah menerapkan pengetahuan keperawatan,
keterampilan dan penilaian yang diperlukan oleh standar profesional dan etika,
perundang-undangan yang relevan sesuai kebijakan rumah sakit.
Ketika akan menuliskan dokumentasi yang efektif perawat harus mengikuti
kaidahkaidah
sebagai berikut:
a. Simplicity: menggunakan kata-kata dasar, sederhana dan mudah dipahami.
b. Conservatism: pendokumentasian kesimpulan diagnosa kepera-watan harus akurat,
didasarkan informasi yang terkumpul.
c. Ptience: Pergunakan waktu yang cukup untuk mengetahui apa yang terjadi pada pasien dan
apa yang dilakukan pasien.
d. Irrefutability: pendokumentasian yang jelas dan obyektif.

1. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan

Dokumentasi pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil


pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat
data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan pasien.
Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah
dan mendukung pada identifikasi masalah-masalah pasien. Masalah-masalah ini
dengan menggunakan data penkajian sebagai dasar formulasi yang dinyatakan sebagai
diagnosa keperawatan (Dinarti & Mulyanti, 2017)

Adapun Pada pasien yang dicurigai COVID-19 (memiliki 3 gejala utama


demam, batuk dan sesak) perlu dilakukan pengkajian:
 Riwayat perjalanan: Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci riwayat
perjalanan pasien saat ditemukan pasien demam dan penyakit pernapasan akut.
 Pemeriksaan fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk dan sesak napas dan telah
melakukan perjalanan ke Negara atau Daerah yang telah ditemukan COVID-19 perlu
dilakukan isolasi kurang lebih 14 hari.

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,


atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosis medis sebab
dalam mengumpulkan data-data saat melakukan pengkajian keperawatan yang
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit
dalam diagnosa medis (Dinarti & Mulyanti, 2017).
Hasil pengkajian dan respon yang diberikan pasien, paling banyak diagnosis
keperawatan yang diangkat pada COVID-19 adalah
 Infeksi berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen akibat paparan
COVID-19
 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
 Pola napas tidak efektif terkait dengan adanya sesak napas
 Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui
Tujuan dan kriteria hasil
 Cegah penyebaran infeksi
 Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya
 Kontrol suhu tubuh
 Frekuensi napas kembali normal
 Kecemasan menurun

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada tahap ini perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Perencanaan keperawatan adalah suatu
rangkaian kegiatan penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya,
perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada
pasien/klien berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Mulyanti,

2017). Berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
COVID-19
 Monitor vital sign: Pantau suhu pasien; infeksi biasanya dimulai dengan suhu tinggi;
monitor juga status pernapasan pasien karena sesak napas adalah gejala umum covid-
19. Perlu juga untuk dipantau saturasi oksigen pasien karena sesak napas berhubungan
dengan kejadian hipoksia
 Maintain respiratory isolation: Simpan tisu di samping tempat tidur pasien; buang
sekret dengan benar; menginstruksikan pasien untuk menutup mulut saat batuk atau
bersin (menggunakan masker) dan menyarankan pengujung (siapa saja yang
memasuki ruang perawatan) tetap menggunakan masker atau batasi/hindari kontak
langsung pasien dengan pengunjung.
 Terapkan hand hygiene: Ajari pasien dan orang yang telah kontak dengan pasien cuci
tangan pakai sabun dengan benar
 Manage hyperthermi: Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi untuk
mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme
 Edukasi: Berikan informasi tentang penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses
penyakit, komplikasi, dan perlindungan dari virus.

4. EVALUASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017). Tujuan keperawatan dapat dipenuhi
jika dibuktikan dengan:
 Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi
 Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan penatalaksanaanya
 Suhu tubuh pasien kembali normal
 Pernapasan pasien normal
 Kecemasan pasien berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,  alih
bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor; Monica Ester, Edisi
3. EGC: Jakarta.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit FKUI: Jakarta.

Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.


ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Tanggal masuk IGD : 3-8-2021 Jam : 10.40 wib


Tanggal Pengkajian : 3-8-2021 Jam : 10.45 wib

I. BIODATA
Identitas Pasien
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 47 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : sma
5. Pekerjaan : Swasta
6. Alamat : Jln. dieng
7. Tanggal Masuk RS : 3-08-2021
8. Diagnosa Medis : Bronkitis+susp covid 19
9. No. Registrasi : 0846700
10. Dokter : dokter dalam

Identitas Penanggung Jawab


1. Nama : Ny. T
2. Umur : 35 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : IRT
5. Alamat : Jl dieng
6. Hubungan dgn Klien : Istri

II. HASIL TRIAGE :


III. PRIMARY SURVEY
1. Airway :
Jalan nafas paten, lidah tidak jatuh kebelakang , tidak adanya benda asing pada jalan napas seperti darah,
sekret yang tertahan. Tidak nampak edema pada bagian mulut

2. Breathing :

Pola nafas efektif, Respiratory Rate 32x/menit, pola nafas tidak teratur, tidak ada bunyi nafas tambahan,
adanya retraksi dada, saturasi oksigen 92%

3. Circulation :

Heart rate 80x/menit, tekanan darah 130/90mmhg, kekuatan nadi di bagian distal cedera teraba ,
capillary refill time <2 detik, akral hangat, suhu tubuh 36,8 C, warna kulit sawo matang,

4. Disability :
GCS 456, ada retraksi pupil

5. Exposure :

Pasien tidak ada kelainan dan kondisi lingkungan sekitar baik.


IV. SECONDARY SURVEY
1. Full Set of Vital Sign
Tanda – tanda vital :
a. Tekanan Darah: 130/90 mmhg
b. Nadi
- Frekuensi : 80 x/menit
- Irama : reguler
- Kekuatan/isi : kuat
c. Respirasi
- Frekuensi : 20x/menit
- Irama : stabil
0
d. Suhu : 36,8 C
Keadaan/penampilan umum: baik
Kesadaran : compos mentis
2. Five Intervention:
a. Pemasangan EKG/Bed Side Monitor : (tidak), hasil :
b. Pemasangan NGT : (tidak), hasil :
c. Pemasangan Folley Chateter : (tidak), hasil :
d. Pengambilan darah untuk cek lab/pemeriksaan radiologi bila
curiga fraktur : (tidak), hasil:
e. Pemasangan pulse oximetry : (ya), hasil: 92%

3. Head to Toe
a. Kepala :
 Bentuk kepala : normal atau berbentuk oval
 Kulit kepala : kulit nampak bersih dan tdk ada lesi atau luka
 Rambut : pertumbuhan merata
1) Muka : tidak ada abrasi atau luka
2) Mata : simetris antara kanan dan kiri
3) Palbebra : normal
4) Konjungtiva : warna merah
5) Sclera : warna putih
6) Pupil : isokor
7) Diameter ka/ki : sama
8) Reflek terhadap cahaya : ada reflek cahaya
9) Penggunaan alat Bantu penglihatan : tidak ada
10) Hidung : tdk ada lesi dan tdk ada pernafsan cuping hidung
11) Mulut : bentuk normal dan tdk ada tanda tanda dehidrasi
12) Gigi : warna putih, pertumbuhan merata
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

13) Telinga : simetris antara kanan dan kiri, pendengaran baik


b. Leher :
Tidak da deviasi trakea. Bentuk normal, tidak ada pembesaran vena jugularis,
tdk ada pembesaran, kelenjar getah bning tdk teraba.
c. Dada :
 Paru-paru :
Inspeksi : pergerakan dada sama, simtris
Palpasi : getaran sama
Perkusi : terdengar suara sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : ada ronchi
 Jantung :
Inspeksi : tidak ada ictus cordis
Palpasi : tiak ada pembesaran, batas normal
Perkusi : takril fremintus sama antara kanan kiri
Auskultasi : tidak ada suara tambahan, S1 dan S2 normal
d. Abdomen :
 Inspeksi : bentuk abdomen buncit, tidak tampak acites, warna kulit sawo
matang
 Auskultasi : bising usus 12 kali/ menit
 Perkusi : suara tympani
 Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
e. Genetalia : tidak terkaji
f. Rektum : tidak nyeri saat bab dan bentuk normal, tdk ada benjolan
g. Ekstremitas :
 Atas :
Kekuatan Otot ka/ki : kanan 5 kiri tidak bisa diangkat, terasa nyeri

ROM ka/ki : tidak bisa diangkat dan terasa nyeri

Capilary Refill Time : kanan <2 detik kiri < 2 detik

Perubahan bentuk tulang : mengalami deformitas, adanya fraktur di bagian 1/3


distal lengan kiri
 Bawah :
Kekuatan Otot ka/ki : kanan 5 kiri 5

ROM ka/ki : rom baik


Perubahan bentuk tulang : tidak perubahan bentuk tulang
Capilary Refill Time : kanan <2 detik kiri < 2 detik
V.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:
Pasien mengatakan didalam keluarganya bapak ataupun ibu tidak memiliki riwayat darah
tinggi, DM ataupun sesak.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Pemeriksaan laboratorium

Nilai Nilai normal


Hematologi

Darah lengkap
Leukosit (WBC) 31,24 3,70-10,1
Limfosit% L 10,7 % 18,0-48,3
Basofit % H 1,8 % 0,00-1,70
RDW L 9,84 % 11,5-14,5
PLT H 369 103/UL 155-366
KIMIA KLINIK
FAAL GINJAL
BUN H 24 mg/dl 7,8-20,23
Kreatinin H 1,700 mg/dl 06-1,0
ELEKTROLIT
Kalium (K) L, 3,44 mmol/L 3,5-5
GULA DARAH
Gula darahsewktu H 227 mg/dl <200

Pemeriksaan Swab Antigen covid 19 Reaktif

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

I. ANALISA DATA

Nama Pasien : _Tn. A_______________________________________


Umur : __47 tahun______________________________________
No. Register : __XXXXXX______________________________________

Data penunjang Etiologi Masalah keperawatan


DS : Pasien mengatakan batuk Perubahan cuaca, polusi udara Ketidakefektifan bersihan
↓ jalan nafas
DO : Efek sebagian zat iritan
GCS : 4-5-6 ↓
Keadaan umum Kerja silia dan kemampuan pagosit
TD : 120/80 mmhg, menurun
S :36,8 C, ↓
Nadi : 100x/m, Hipertropi kelenjar mucus dari
trakeobronkial dan peningkatan
RR 30 x/m, SPO2 90-93,
sekusi sel goblet

1. Bentuk dada normal chest Peradangan bronkus dan bronkiolus
2. Irama tidak teratur (rusaknya bronkiolus kecil)
3. Retraksi otot bantu (+) ↓
4. Perkusi thorax Sonor Penyempitansaluran bronkus oleh
5. Ronchi dilobus kiri bawah substansi mukopurulen
6. Batuk (+) ↓
7. Sputum berwarna kuning Penumpukan sekret
8. Nasal kanul 4 lpm ↓
bersihan jalan nafas tidak efektif

DS : pasien mengatakan sesak Perubahan cuaca, polusi udara Gangguan pertukaran gas

DO : Efek sebagian zat iritan
GCS : 4-5-6 ↓
Keadaan umum Kerja silia dan kemampuan pagosit
TD : 120/80 mmhg, menurun
S :36,8 C, ↓
Nadi : 100x/m, Hipertropi kelenjar mucus dari
trakeobronkial dan peningkatan
RR 30 x/m, SPO2 90-93,
sekusi sel goblet

1. Bentuk dada normal chest Peradangan bronkus dan bronkiolus
2. Irama tidak teratur (rusaknya bronkiolus kecil)
3. Retraksi otot bantu (+) ↓
4. Perkusi thorax Sonor Penyempitansaluran bronkus oleh
5. Ronchi dilobus kiri bawah substansi mukopurulen
6. Batuk (+) ↓
7. Sputum berwarna kuning Penumpukan sekret
8. Nasal kanul 4 lpm ↓
Obstruksi brunkus

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI


Obtruksi jalannafas oleh secret

Saluran pernafasan lebih cepat dan
lebih banyak tertutup

Gangguan suplai O2 dan kerusakan
dinding alveoli

Gangguan pertukaran gas

DS : Perubahan cuaca, polusi udara Ketidak seimbangan nutrisi


 pasien mengatakan lemes dan ↓ kurang dari kebutuhan tubuh
batuk untuk mengeluarkan Efek sebagian zat iritan
dahak ↓
 Pasien mengatakannafsu makan Kerja silia dan kemampuan pagosit
menurun menurun

 Pasien mengatakan hanya
Hipertropi kelenjar mucus dari
mampumenghabiskan 5 suap
trakeobronkial dan peningkatan
Do : sekusi sel goblet
 nampak gelisah, retraksi dada, ↓
batuk Peningkatan produksi spuntum
 pasien menghabiskan ½ porsi ↓
Anoreksia

Kebutuhan nutrisi kurang
darikebutuhan

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


BERDASARKAN PRIORITAS

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 03-12-2020 03-12-2020

2 Gangguan pertukaran gas


03-12-2020 03-12-2020

3 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 03-12-2020 04-12-2020


tubuh

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

III. PERENCANAAN

No.
Diagnosa SLKI Intervensi SIKI
Dx
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Pola nafas Manajemen jalan nafas
Ekspektasi : membaik Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor bunyi nafas tambahan ( wheezing, ronchikring mengi)
selama 2x6 jam,inspirasi dan ekspirasi - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
membaik dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Frekuensi napas membaik - Pertahankan kepatenan jln nafas dengan head-tilt dan chint lift
- Kedalaman napas membaik - Posisikan semi fowler atau fowler
- Ekskursi dada membaik - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Pernafasan cuping hidung menurun - Berikan oksigenasi bila perlu
- Diameter thorak anterior-posterior Edukasi
meningkat - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, bila tidakada kontraindikasi
- Ventilasi semenit - Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, jika perlu

2 Gangguan pertukaran gas Gangguan pertukaran gas Pemantauan respirasi


Ekspektasi : meningkat Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor frekuensi, irama upaya dan kedalaman nafas
selama 2x12 jam, oksigen pada membrane - Monitor pola nafas
alveolus kapiler dalam batas normal dengan - Monitor kemampuan batuk efektif
kriteria hasil : - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Dyspnea menurun - Monitor saturasi oksigen
- PO2 membaik - Monitor hasil X-Ray thorax
- Pola nafas membaik Terapeutik
- Warna kulit membaik - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan prosedur dan tujuan pemantauan

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu


3 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari status nutrisi Pemantauan nutrisi
kebutuhan tubuh Ekspektasi : membaik Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Identifikasi faktor yang menghambat asupan gizi
selama 2x24 jam kebutuhan asupan nutrisi - Identifikasi pola makan
memenuhi kebutuhan metabolism dengan - Monitor asupan oral
kriteria hasil : - Monitor hasil lab
- Porsi makanan yang dihabiskan Terapeutik
meningkat - Ukur antropometrik komposisi tubuh (IMT, BB, pengukuran pinggang)
- Pengetahuan standart tentang - Atur interval pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
asupan nutrisi yang tepat - Dokumentasi hasil pemantauan
- IMT membaik Edukasi
- Frekuensi makan membaik - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Nafsu makan membaik - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
- Membrane mukosa membaik

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Diagnosa Keperawatan No 1 : Pola nafas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x6 jam,inspirasi dan ekspirasi
membaik
Kriteria Hasil :
SLKI (Kode) : L.01004
No. Indikator 1 2 3 4 5
1 - Ventilasi semenit √
- Diameter thorax anterior-posterior √
- Pernafasan cuping hidung √

- Frekuensi nafas

- Kedalaman nafas √
- Ekskursi dada

Keterangan Penilaian :
1 : i Menurun/meningkat/membaik dak sesuai
2 : g Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk tidak sesuai
3 : a Sedang ang tidak sesuai
4 : a Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik ng tidak sesuai
5 : e Meningkat/menurun/membaik uai

Diagnosa Keperawatan No 2 : gangguan pertukaran gas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x12 jam, oksigen pada membrane
alveolus kapiler dalam batas normal
Kriteria Hasil :
SLKI (Kode) : L.01003
No. Indikator 1 2 3 4 5
2 - Dyspnea √
- PO2 √
- Pola nafas √
- Warna kulit √

Keterangan Penilaian :
1 : i meningkat/memburuk dak sesuai
2 : g Cukup meningkat/cukup memburuk tidak sesuai
3 : a Sedang ang tidak sesuai
4 : a cukup menurun/cukup membaik ng tidak sesuai
5 : e menurun/membaik

Diagnosa Keperawatan No 2 : status nutrisi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan asupan nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolism
Kriteria Hasil :
SLKI (Kode) : L.03030

No. Indikator 1 2 3 4 5
2 - Porsi makanan yang dihabiskan meningkat √
- Pengetahuan standart tentang asupan nutrisi yang tepat √
- IMT membaik √
- Frekuensi makan membaik √
- Nafsu makan membaik √
- Membrane mukosa membaik √

Keterangan Penilaian :
1 : i Menurun/meningkat/memburuk dak sesuai
2 : g Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk tidak sesuai
3 : a Sedang ang tidak sesuai
4 : a Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik ng tidak sesuai
5 : e Meningkat/menurun/membaik
IV. IMPLEMENTASI

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Nama Klien : Tn. A Tanggal Pengkajian : 03/8/2021


No Reg : XXXXXX Diagnosa Medis : Bronkitis+susp Covid

No. Dx. TTD & Nama


Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Kep. Terang
03/12/ 1 10:00 Observasi
2020 - Monitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas
tambahan ( wheezing,
ronchikring mengi)
- Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jln
nafas dengan head-tilt dan
chint lift
- Posisikan semi fowler atau
fowler
- Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
- Berikan oksigenasi bila perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, bila tidakada
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, jika perlu

03/12/ 1 10:00 Observasi


2020 - Monitor frekuensi, irama
upaya dan kedalaman nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor kemampuan batuk
efektif
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor hasil X-Ray thorax
Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan prosedur dan tujuan
pemantauan

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

03/12/ 1 10:00 Observasi


2020 - Identifikasi faktor yang
menghambat asupan gizi
- Identifikasi pola makan
- Monitor asupan oral
- Monitor hasil lab
Terapeutik
- Ukur antropometrik
komposisi tubuh (IMT, BB,
pengukuran pinggang)
- Atur interval pemantauan
sesuai dengan kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

V. EVALUASI

Hari/Tanggal
No. Dx Kep Evaluasi TTD
Jam
03/12/2020 1 DS : Pasien mengatakan sesak dan batuk

DO : nampak gelisah, retraksi dada, batuk


Terpasang canul 4 lt/menit,
td : 120/80 mmhg,
S :36,8 C,
Nadi : 100x/m,
RR 30 x/m,
SPO2 90-93, GCS 456,
akral dingin basah
Terdengar ronchi pada dada kanan,

A : masalah belum teratasi

P:
Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan ( wheezing, ronchikring mengi)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Berikan oksigenasi bila perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, bila tidakada
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, jika perlu

03/12/2020 2 DS : pasien mengatakan sesak

DO : nampak gelisah berkurang, retraksi dada,


Terpasang canul 4 lt/menit, td : 120/80 mmhg, S :36,8 C, Nadi : 100x/m,
RR 30 x/m, SPO2 90-93, GCS 456
Terdengar ronchi pada dada kanan

A : masalah belum teratasi

P:
Observasi
- Monitor frekuensi, irama upaya dan kedalaman nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
03/12/2020 3 DS :
 pasien mengatakan lemes dan batuk untuk mengeluarkan dahak

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

 pasien mengatakan makan 5 suap sendok

Do :
 nampak gelisah , retraksi dada, batuk, akral dingin
 porsi makan ½ porsi

A : masalah belum teratasi

P:

Observasi
- Identifikasi pola makan
- Monitor asupan oral
Terapeutik
- Ukur antropometrik komposisi tubuh (IMT, BB, pengukuran
pinggang)
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Anda mungkin juga menyukai