Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Guru bimbingan konseling

a. Pengertian Guru Bimbingan Konseling

Menurut prayitno guru bimbingan konseling adalah seorang

pelaksana bimbingan dan konseling sekolah yang secara khusus

ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling tidak

dilaksanakan oleh semua guru atau sembarangan guru. 9

Guru bimbingan dan konseling disebut dengan “konselor

sekolah”. Konselor adalah guru yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan

konseling terhadap sejumlah peserta didik. 10

Selanjutnya menurut Andi Mapiare, guru bimbingan dan

konseling adalah suatu tunjukan kepada petugas dibidang konseling

yang memiliki sejumlah konpetensi profesional.11

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan

konseling adalah seorang tenaga pendidik atau petugas dibidang

konseling yang memiliki konpetensi professional yang bertanggung

jawab dan memiliki wewenang secara penuh dalam kegiatan

bimbingan konseling terhadap peserta didik.

9
Prayitno. Pelayanan Bimbingan dan Konseling SMU. (Jakarta: Dirjen Dikti Diknas.
1997) h. 24
10
Riswani dan Amirah diniaty. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. (Pekanbaru:
Suska Pres. 2008). h. 5
11
Andi Mapiare. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. (Jakarta: PT Grafindo Persada.
2006. h. 7

9
10

b. Tugas dan tanggung jawab guru bimbingan konseling

Guru pembimbing adalah guru yang memiliki tugas, tanggung

jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan

konseling terhadap sejumlah peserta didik.12

Dalam surat keputusan bersama mendikbud dan kepala BKAN

No.433/P/1003 dan No.25/1993 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan

fungsional guru dan angka kreditnya diatur pada pasal 1 yaitu:

1. Ayat 10 yang berbunyi penyususnan program bimbingan dan


konseling adalah membuat rencana pelayanan bimbingan dan
konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar, bimbingan karir.
2. Ayat 11 yang berbunyi pelaksanaan bimbingan dan konseling
adalah melaksanakan fungsi pelayanan pemahaman, pencegahan,
pengentasan, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar dan karir.
3. Ayat 12 yang berbunyi evaluasi pelaksanaan bimbingan dan
konseling adalah kegiatan menilai layanan bimbingan dan
konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar dan bimbingan karir, bimbingan kehidupan
berkeluarga dan bimbingan keagamaan.
4. Ayat 13 yang berbunyi analisis evaluasi pelaksanaan bimbingan
dan konseling adalah menelaah hasil evaluasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang mencangkup layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, konten, konseling
perorangan, konseling kelompok, bimbingan kelompok, mediasi,
konsultasi dan advokasi.
5. Ayat 14 yasng bebunyi tindak lanjut pelaksanaan bimbingan san
konseling adalah kegiatan menindak lanjuti hasil analisis evaluasi
tentang layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
konten, konseling perorangan, konseling kelompok, bimbingan
kelompok, mediasi, konsultasi dan advokasi serta kugiatan
pendukung.13

12
Sunaryo Kartadinata dan Ahmad Juntika Nurihsan, Profesi dan Organisasi Bimbingan
dan Konseling (materi pelatihan guru pembimbing, 2002),h,5
13
Amirah Diniaty. Evaluasi dalam Bimbingan dan Konseling. (Pekanbaru: suska Press.
2008). h. 10
11

Menurut Dewa ketut sukardi tugas guru bimbingan konseling

yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling diantaranya yaitu:

1) Memasyarakatkan kegiatan bimbingan

2) Merencanakan kegiatan bimbingan

3) Melaksanakan persiapan bimbingan

4) Melaksanakan layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang

menjadi tanggung jawabnya

5) Melaksanakan kegiatan penunjang bimbingan

6) Menilai proses dan hasil kegiatan dan layanan bimbingan

7) Menganalisis hasil penilaian

8) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian

9) Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan kepada

koordinator guru bimbingan konseling.14

c. Peran guru bimbingan konseling

Peran yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam

suatu peristiwa.15 Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan

harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus

lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan

orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

Adapun struktur peran meliputi:

1) Peran Formal (peran yang Nampak dan jelas)

Yaitu sejumlah prilaku yang bersifat homogeny. Peran

formal yaitu standar terhadap keluarga.


14
dewa ketut sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta. 20002). h. 56
15
Depdikbud. Op. Cit. h. 751
12

2) Peran Informal (tertutup)

Yaitu peran yang bersifat implicit (emosional) biasanya

tidak nampak kepermukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi

kebutuhan emosional individu dan menjaga keseimbangan dalam

keluarga.

Peran juga merupakan serangkaian prilaku yang

diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang

diberikan baik secara formal maupun informal.16

Guru bimbingan konseling memiliki peran dalam

membantu setiap masalah siswa salah satunya penerimaan diri

siswa. Dari itu guru bimbingan konseling diharapkan dapat

merespon masalah dan tingkah laku yang terjadi dalam proses

pembelajaran guna mempersiapkan diri agar:

a) Dapat menolong siswa untuk memecahkan masalah antar siswa

dan orang tuanya.

b) Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan

kemanusiaan, komunikasi dan kerjasama.

d. Macam-macam peran guru Bimbingan Konseling

Dalam bimbingan belajar guru pembimbing mempunyai peran

sangat penting. Menurut Sardiman bahwa peran guru pembimbing

adalah:

16
Sinaga. Op. Cit. h. 15
13

1) Motivator

Guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan

serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa,

menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (krativitas)

sehingga terjadi dinamika didalam proses belajar mengajar.

2) Director

Guru dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar

siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

3) Inisiator, Guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar.

4) Fasilisator, Guru akan memberikan fasilitas dan kemudahan dalam

proses pembelajaran.

5) Mediator, Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

6) Evaluator, Guru mempunyai otoritas untuk memilih perstasi anak

didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya,

sehingga dapat menentukan bagaimana anak didik berhasil atau

tidak.

7) Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar

informative, laboratorium, study lapangan, dan sumber informasi

kegiatan akademik maupun umum.

8) Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,

jadwal pelajaran dan lain-lain.17

17
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2003). h. 23
14

e. Peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan


penerimaan diri siswa
Seorang guru bimbingan konseling dalam meningkatkan

penerimaan diri siswa dapat berperan memberikan berbagai jenis

layanan bimbingan konseling seperti layanan orientasi, informasi,

penempatan dan penyaluran, konseling individual, konseling

kelompok, bimbingan kelompok, konsultasi dan mediasi. Dalam

pemberian layanan guru bimbingan konseling dituntut agar dapat

bertindak dan bersikap sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam

penerimaan diri siswa seperti:

1) Memberikan gambaran yang positif tentang diri siswa.

2) Membantu mengarahkan dengan keadaan emosi siswa.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan

penerimaan diri.

4) Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual

maupun kelompok.18

5) Mengevaluasi keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah

dilakukan.

2. Penerimaan diri (Self Acceptance)

a. Pengertian penerimaan diri

Menurut Chaplin dalam kamus lengkap psikologi, penerimaan

diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri,

kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta pengakuan akan

18
Sukardi Dewa Ketut.loc.cit. 96
15

keterbatasan-keterbatasan sendiri.19 Seseorang yang mengerti dan puas

akan dirinya mereka akan mengetahui kelebihan dan kekurangan yang

ada pada dirinya. Senada dengan itu Hurlock juga berpendapat bahwa

individu yang mau mempertimbangkan karakteristiknya mereka akan

lebih menghargai segala potensi yang dimiliki.

Germer mendefinisikan penerimaan diri sebagai kemampuan

individu untuk dapat memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa

dirinya yang sebenar-benarnya, dan hal ini tidak dapat muncul dengan

sendirinya, melainkan harus dikembangkan oleh individu.

Individu yang memiliki penerimaan diri akan memandang

kelemahan/kekurangan diri sebagai hal yang wajar dimiliki setiap

individu, karena individu yang memiliki penerimaan diri akan bisa

berpikir positif tentang dirinya bahwa setiap individu pasti memiliki

kelemahan/kekurangan dan hal tersebut tidak akan menjadi

penghambat individu untuk mengaktualisasikan dirinya .

Menurut Supratiknya dalam Akbar Heriyadi penerimaan diri

adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau

tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri.20

Santrock juga mengungkapkan individu yang mampu

menerima diri sendiri menunjukkan perilaku yang percaya diri,

19
J.P Chaplin. Kamus lengkap Psikologi. (Jakarta:Rajawali Pers.2011) . h. 451
20
Akbar heriyadi. Meningkatkan penerimaan diri (Self Acceptance) VIII melalui
Konseling Realitas di SMPN 1 Bandarbolang kabupaten pemalang, jurnal pendidikan. 2013. h. 15
16

gembira, antusias, dapat berkomunikasi dengan baik, menyesuaikan

diri dan mampu melakukan interaksi sosial dengan orang lain.21

Allport dalam Eki Vina Nurviana dkk, juga mengungkapkan

bahwa orang yang menerima dirinya adalah orang-orang yang :

1) Memiliki gambaran yang positif tentang dirinya.

Seseorang mendapatkan sisi lain dari dirinya. Tidak

berhenti pada kebiasaan dan keterbatasan serta aktivitas yang

hanya berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-

keinginan sendiri.

2) Dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan keadaan emosi.

Dasar individu yang baik adalah kesan positif terhadap

dirinya sendiri, dengan demikian seseorang akan dapat beroleransi

dengan frustasi dan kemarahan atas kekurangan dirinya dengan

baik tanpa perasaa yang tidak menyenangkn dan perasaan

bermusuhan.

3) Dapat berinteraksi dengan orang lain.

Dua hal yang menjadi kriteria hubungan interpersonal yang

hangat dengan orang lain adalah keintiman dan kasih sayang.

4) Memliiki persepsi yang realistis dan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah.

Seseorang melihat pada hal-hal yang ada pada dirinya,

bukan pada hal-hal yang mereka harapkan ada pada dirinya.

21
Endah meilinda. Jurnal: Hubungan antara penerimaan diri dan konformitas terhadap
intensi merokok pada remaja di smk istiqomah muhammadiyah 4 samarinda. h. 11
17

Berpijak pada realistis, bukan pada kebutuhan-kebutuhan dan

fantasi.

Jadi dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa penerimaan diri adalah sikap menerima dan menghargai potensi

yang ada pada dirinya secara positif baik itu kelebihan maupun

kekurangan sehingga dapat dapat menunjukkan kepercayaan dirinya

dan mampu berinteraksi dengan orang lain.

b. Karakteristik penerimaan diri

Beberapa karakteristik seseorang yang memiliki penerimaan

diri menurut Jersild yaitu:

1) Memiliki penilaian realistis terhadap potensi-potensi yang

dimilikinya.

2) Mereka juga menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri

sendiri.

3) Memiliki spontanitas dan tanggung jawab terhadap perilakunya.

4) Mereka menerima kualitas-kualitas kemanusiaan mereka tanpa

menyalahkan diri mereka terhadap keadaan-keadaan di luar kendali

mereka. 22

Selanjutnya menurut Sheere ciri-ciri seseorang yang memiliki

penerimaan diri adalah:

1) Mempunyai keyakinan akan kemampuan dalam menjalani

kehidupan. Individu yang percaya diri dan lebih memusatkan

kepastian akan kemampuan yang ada pada dirinya.

22
Akbar Heryadi. Loc. cit .18-19
18

2) Menganggap dirinya berharga dan sederajat dengan orang lain

serta merasa berguna bagi orang lain yang masing-masing

memiliki kelebihan dan kekuangan.

3) Tidak merasa menyimpang dan berbeda dengan orang lain,

sehingga mampu menyesuaikan dirinya dengan baik tanpa merasa

berbeda dengan orang lain, menyadari dan tidak merasa malu

dengan keadaan sendiri.

4) Percaya diri. Memiliki keyakinan terhadap diri sendiri akan

kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dan tidak malu terhadap

kekurangan yang dimiliki.

5) Berani memikul tanggung jawab perilakunya, setiap melakukan

perbuatan individu tersebut tidak akan lepas dari peraturan yang

ada dan bertanggung jawab atas semua yang individu lakukan.

6) Perilaku lebih berdasarkan nilai-nilai standar yang ada pada dirinya

dari pada berdasarkan oleh tekanan-tekanan dari luar dirinya

mempercayai prinsip dan standar hidupnya tanpa harus diperbudak

oleh individu-individu yang lain.

7) Menerima kritikan terhadap diri secara objektif, pujian yang

diterima atau celaan yang didapatkan dijadikan sebagai motivasi

dan merubah keadaan buruk menjadi baik.

8) Tidak menyalahkan diri akan keterbatasaan yang dimiliki ataupun

mengingkari kelebihannya mengertidan faham akan kelemahan

yang dimilikinya, tidak menyalahkan diri sendiri terhadap


19

kekurangan yang dimiliki dan tidak merasakan sombong dengan

kelebihan.

9) Tidak mengingkari dorongan hati dan emosi, individu selalu

bersikap tenang dalam menghadapi suatu masalah. Apabila

memiliki masalah akan diatasi dengan tenang.

Dari penjelasan Sheere diatas tentang karakteristik penerimaan

diri meliputi: Mempunyai keyakinan akan kemampuan dalam

menjalani kehidupan, Menganggap dirinya berharga dan sederajat

dengan orang lain, Tidak merasa menyimpang dan berbeda dengan

orang lain, Percaya diri. Berani memikul tanggung jawab prilakunya,

Prilaku lebih berdasarkan nilai-nilai standar yang ada pada dirinya,

Menerima kritikan terhadap diri secara objektif, Tidak menyalahkan

diri akan keterbatasaan yang dimiliki Tidak mengingkari dorongan hati

dan emosi.

c. Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Selain aspek adapula faktor-faktor yang berperan dalam

penerimaan diri. Hurlock mengemukakan tentang faktor-faktor yang

berperan dalam penerimaan diri yang positif sebagai berikut :23

1) Adanya pemahaman tentang diri sendiri

2) Adanya harapan yang realistik

3) Tidak adanya hambatan didalam lingkungan

4) Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan

5) Tidak adanya gangguan emosional yang berat

23
Endah meilinda.log.cit. 15
20

6) Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif

7) Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang

baik

8) Adanya prespektif diri yang luas

9) Pola asuh dimasa kecil yang baik

10) Konsep diri yang stabil

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

sepuluh faktor yang berperan dalam penerimaan diri, yaitu adanya

pemahaman tentang diri sendiri, adanya harapan yang realistik, tidak

adanya hambatan didalam lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat

yang menyenangkan, tidak adanya gangguan emosional yang berat,

pengaruh keberhasilan yang dialami, identifikasi dengan orang yang

memiliki penyesuaian diri yang baik, adanya perspektif diri yang luas,

pola asuh dimasa kecil yang baik, serta konsep diri yang stabil.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang digunakan sebagai

bandingan dalam menghindar manipulasi terhadap sebuah karya ilmiah dan

menguatkan tentang penelitian yang penulis lakukan benar-benar belum

diteliti oleh orang lain.

1. Rahmi JS, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau pada tahun 2015. Meneliti tentang peran guru

bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa.


21

Hasil penelitian menunjukkan guru bimbingan konseling dalam

meningkatkan kepercayaan diri siswa berperan sangat aktif dengan

persentase 83,23%.

Penelitian yang dilakukan Rahmi JS tersebut disatu sisi sama

dengan penelitian ini, tapi pada sisi lain berbeda. Persamaannya sama-

sama meneliti tentang peran guru bimbingan konseling. Sedangkan

perbedaannya siti meneliti tentang Peran Guru Bimbingan Konseling

dalam meningkatkan Kepercayaan diri siswa Madrasah Tsanawiyah

Negeri Bukit Raya Pekanbaru. Sedangkan penulis meneliti Peran Guru

Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan Penerimaan Diri (Self

Acceptance) Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Pekanbaru.

2. Rina Rahmita Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau pada tahun 2015. Meneliti tentang Efektifitas

layanan konseling individual dalam meningkatkan Penerimaan diri siswa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerimaan diri siswa tergolong baik

dengan hasil rata-rata nilai angket 79,95%. Adapun efektifitas layanan

konseling individual dalam meningkatkan penerimaan diri siswa di SMPN

01 Kecamatan kepenuhan kabupaten rokan Hulu belum efektif, hal ini

disebabkan dengan adanya teknik yang kurang diterapkan dalam konseling

individual oleh guru Bimbingan Konseling yaitu dalam megidentifikasi

siswa yang permasalahannya penerimaan diri. Selanjutnya factor-faktor

yang mempengaruhi penerimaan diri siswa SMPN 01 kepenuhan ini

adalah keberhasilan belajar.


22

Penelitian yang dilakukan Rina Rahmita tersebut disatu sisi sama

dengan penelitian ini, tapi pada sisi lain berbeda. Persamaannya sama-

sama meneliti tentang penerimaan diri, sedangkan perbedaannya Rina

Rahmita meneliti tentang Efektifitas layanan konseling individual dalam

meningkatkan penerimaan diri siswa dan penulis meneliti peran guru

Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan penerimaan diri siswa.

C. Konsep Operasional

Konsep operasional merupakan suatu konsep yang digunakan untuk

memberi batasan terhadap konsep teorotis. Hal ini diperlukan agar tidak

terjadi kesalahan terhadap penulisan ini.konsep-konsep ini perlu

dioperasionalkan agar mudah dan terarah:

Konsep kajian ini berkenaan dengan peran guru bimbingan dan

konseling dalam meningkatkan penerimaan diri siswa. Adapun indikator yaitu:

1. Guru bimbingan dan konseling memberikan berbagai informasi mengenai

gambaran positif tentang diri siswa.

2. Guru bimbingan konseling membantu mengarahkan emosi siswa.

3. Guru bimbingan konseling memberikan kesempatan kepada siswa

berubah dan menerima dirinya.

4. Guru bimbingan konseling mengenal dan memahami setiap siswa baik

secara individual maupun kelompok.

5. Guru bimbingan konseling mengevaluasi keberhasilan setiap langkah

kegiatan yang telah dilakukan.


23

Faktor yang mempengaruhi peran guru bimbingan konseling dalam

meningkatkan penerimaan diri siswa dapat dilihat dari indikator berikut:

1. Guru bimbingan konseling, meliputi persyaratan formal, pengalaman, sifat

dan sikap yang baik

2. Sarana dan prasarana yang yang digunakan untuk pelaksanaan bimbingan

konseling dalam meningkatkan penerimaan diri

3. Waktu yang tersedia dam pemberian layanan terhadap penerimaan diri

4. Kerjasama yang meliputi guru mata pelajaran dan guru kelas dalam

meningkatkan penerimaan diri

5. Dana tersedia sesuai untuk pelaksanaan layanan

6. Dukungan kepala sekolah

Anda mungkin juga menyukai