PENDAHULUAN
Listrik, dan menyiapkan tamatan menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk
Keberhasilan pembelajaran oleh guru dapat dilihat dari hasil evaluasi para
sarana prasarana yang ada di sekolah. Bila hasil evaluasi siswa memuaskan,
maka model pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut berhasil. Tetapi
bila hasil evaluasi yang ada tidak memenuhi standar yang telah ditentukan, maka
model pembelajaran yang digunakan guru tersebut tidak cocok digunakan untuk
terdapat mata pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik. Seorang siswa dikatakan lulus
Ketuntasan Minimal (KKM) 75. Jika mendapatkan nilai kurang dari 75 siswa
tersebut harus mengikuti ujian remedial (perbaikan), jika masih juga mendapatkan
nilai kurang dari 75, siswa dinyatakan tidak lulus (tidak naik kelas). Kriteria
ketuntasan untuk satu kelas (ketuntasan belajar klasikal) adalah 85% dari seluruh
pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik di kelas X TIPTL SMK YKTB 1 Bogor
berikut :
pengukuran besaran listrik rendah. Dari 29 siswa kelas X TIPTL yang mendapat
nilai ≥ KKM 75 sebanyak 10 orang (34,5 %), dan yang mendapat nilai ˂ KKM 75
sebanyak 19 orang (65,5 %). Siswa yang mencapai nilai ≥ KKM 75 masih kurang
dari 85%. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran belum dapat
tercapai.
Memperhatikan sebesar 65,5 % siswa belum mencapai KKM perlu diambil
suatu tindakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar dan pemahaman
suswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Cooperative Learning merupakan
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,
B . Rumusan Masalah
berbasis masalah?
C . Tujuan Penelitian
D . Kegunaan Penelitian
1. Memberi kesempatan pada siswa untuk dapat lebih aktif, kreatif dan dapat
pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian
Pembelajaran berbasis masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.
interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari
suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan
yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja
memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, siswa lebih
diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru
PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi
belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkansiswa
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari
penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di
kelas, memunculkan masalah dari siswa, peralatan yang mungkin diperlukan, dan
efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris,
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan
diantaranya adalah :
masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi siswa. Permasalahan
yang dihadapi siswa dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang
sederhana.
masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat
dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a. Guru bertujuan agar siswa tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
d. Guru menginginkan agar siswa dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari
b. Menganalisis masalah. Langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan
rumusan kesimpulan.
kegiatan kelompok :
mengandung konflik hingga siswa jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal
ini guru meminta pendapat siswa tentang masalah yang sedang dikaji.
dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus
dicapai siswa adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang
kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus
penyelesaian masalah.
Tahap-1
atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
Tahap-3
Tahap-4
Tahap-5
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup
dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating
scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini
dapat digunakan untuk mengukur potensi siswa untuk mengatasi masalah maupun untuk
mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru,
lakukan.
pengetahuan baru.
menerus belajar.
masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada
tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang
Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat
menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang
ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
aktivitas belajar. Kemampuan diperoleh tergantung pada apa yang dipelajari siswa. Oleh
Menurut Benyamin S. Bloom hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan hasil
belajar yang berupa kemampuan dan kemahiran intelektual. Benyamin S. Bloom juga
sendiri dari sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari
yang telah diberikan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain
situasi baru dan konkret. Hal ini berupa aturan, metode, konsep, prinsip- prinsip,
dalil, dan teori. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru apabila tetap
rangka membentuk struktur yang baru. Berpikir sintetis adalah berpikir divergen,
dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll. Dalam penilaian
mengalami aktivitas belajar. Aktivitas belajar akan terjadi pada siswa apabila
terdapat interaksi antara situasi dan stimulus dengan isi memori, sehingga
perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus
3. Pada penelitian ini, aktivitas belajar yang akan dicapai antara lain:
mengalami sendiri;
4. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis;
kehidupan di masyarakat.
F. Hipotesis Tindakan
18
19
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
2015Juli 2015 sejak persiapan pembuatan silabus, RPP, perangkat KBM, kisi-
kisi soal dan soal, sampai bulan September 2015 tahap analisis dan
pengolahan data.
2. Tempat Penelitian
3. Subjek Penelitian
4. Objek Penelitian
Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) yang diharapkan mampu meningkatkan hasil
B. Metode Penelitian
kolaboratif antara guru mata pelajaran Dasar Pengukuran Listrik dan guru yang
kolaborasi (kerja sama) antara guru, kepala sekolah, siswa dan peneliti dalam
akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Kerja sama antara guru dengan
akhir. Peran guru pada penelitian ini adalah sebagai pelaksana pembelajaran,
dari empat tahap kegiatan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
27
28
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
diantaranya:
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah guru melaksanakan rencana
disusun. Tetapi rencana pembelajaran ini bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi
c. Pengamatan
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh satu orang guru produktif SMK
YKTB 1. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati segala aktivitas yang terjadi
d. Refleksi
rancangan tindakan. Dalam hal ini, guru mengatakan kepada peneliti tentang hal-
hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagaimana yang belum. Dengan
2. Siklus Kedua
Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua dirancang dengan mengacu pada
dengan harapan tidak terulang pada siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua
pada siklus lanjutan ini merupakan langkah penting untuk menentukan apakah
memperoleh data dari seluruh dokumen yang ada. Metode dokumentasi yang
diamati bukan benda hidup tetapi benda mati berupa catatan, buku, dan
hasil pekerjaan siswa yang dapat memberi informasi data serta foto-foto
kegiatan pembelajaran.
perkembangan dari setiap siklus. Tes tertulis pada penelitian ini digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa dan dilakukan di tiap akhir siklus.
E. Instrumen Penelitian
dilihat pada lampiran halaman 73. Dan untuk kisi-kisi uji coba soal instrumen
2. Siswa mampu mengetahui cara 24, 26, 32, 52, 54, 58, 59,
menggunakan alat ukur listrik 36, 41, 42 57 60
sesuai prosedur
1. Validitas Instrumen
Data valid yaitu data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan. Agar
memperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus valid.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium,
dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik
yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dengan simpangan kasar
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
= jumlah perkalian x dengan y
= kuadrat dari x
= kuadrat dari y
moment dengan taraf signifikan 5%. Jika rhitung > rtabel, maka butir soal yang diuji
valid.
yang tidak valid sebanyak 20 yaitu soal nomor 1, 2, 6, 9, 12, 14, 20, 22, 25, 27,
34, 36, 37, 38, 40, 48, 51, 52, 54, dan 55.
34
2. Realibilitas
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap. Jadi realibilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil.
Teknik yang digunakan untuk mengetahui realibilitas soal pilihan ganda yaitu
Keterangan:
= realibitas tes secara keseluruhan
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( )
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
= banyaknya item
= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang berjumlah 60 soal pilihan ganda
diperoleh nilai realibilitas soal sebesar 0,878, maka dapat disimpulkan bahwa
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks
35
Menurut Suharsimi (2007: 208) rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks
Keterangan:
= indeks kesukaran untuk setiap butir soal
= banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
= banyaknya siswa yang mengikuti tes
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin
sukar soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah
soal tersebut. Menurut Suharsimi (2007: 210) ketentuan indeks kesukaran soal
sebagai berikut:
Hasil analisis indeks kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh 17 soal
mudah. Rekapitulasi hasil analisis indeks kesukaran soal dapat dilihat pada tabel
3.3.
4. Daya Pembeda
rendah. Sama halnya indeks kesukaran soal, indeks daya pembeda berkisar antara
0,00 sampai dengan 1,00. Bedanya indeks kesukaran soal tidak mengenal tanda
negatif (-), sedangkan indeks daya pembeda ada tanda negatif. Tanda negatif pada
indeks daya pembeda digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas
tes.
Soal dikatakan baik jika soal dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai
pembeda adalah:
Keterangan:
= jumlah peserta tes
= banyaknya peserta tes kelompok atas
= banyaknya peserta tes kelompok bawah
= banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
= banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
(P sebagai indeks kesukaran)
= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Menurut Suharsimi (2007: 218) klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
D : 0,00 – 0,20 : jelek
D : 0,20 – 0,40 : cukup
D : 0,40 – 0,70 : baik
D : 0,70 – 1,00 : baik sekali
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai
D negatif sebaiknya dibuang saja.
37
Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.4.
Keterangan:
= Persentase pencapaian semua aspek
= Jumlah skor perolehan untuk semua aspek
= Jumlah skor total
Menurut Sudjana (2009: 133) kriteria penilaian aktivitas guru dapat dilihat
berikut:
Keterangan:
= Persentase pencapaian semua aspek
= Jumlah skor perolehan untuk semua aspek
= Jumlah skor total
Hasil belajar siswa diperoleh melalui postes yang diadakan pada akhir
tiap siklus, kemudian hasil postes tersebut dianalisis. Menurut Suharsimi (2006:
Kriteria:
≥ 74 = memenuhi KKM
< 74 = belum memenuhi KKM
nilai median, nilai rata-rata, standar deviasi dan ketuntasan belajar klasikal hasil
Keterangan:
Mo = modus
b = batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = panjang kelas interval
b1 = frekuensi pada kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat
sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval berikutnya
menggunakan persamaan:
Keterangan:
Md = median
b = batas bawah, dimana median akan terletak
n = banyaknya data
p = panjang kelas interval
F = jumlah semua frekuensisebelum kelas median
F = frekuensi kelas median
40
Keterangan:
menggunakan persamaan:
Keterangan:
= nilai ketuntasan belajar klasikal
= jumlah siswa tuntas belajar dengan nilai ≥74
= jumlah total siswa
Kriteria:
≥ 85% = berhasil
< 85% = belum berhasil
41
Analisis tiap butir soal digunakan untuk menganalisis soal postes itu efektif
atau tidak. Soal dapat dikatakan efektif apabila soal tersebut dapat terjawab benar
oleh siswa. Untuk mengetahui efektif atau tidak, hal ini dapat dilakukan dengan
menghitung jawaban benar dari siswa pada tiap butir soal. Kemudian dari tiap
pembelajaran.
H. Indikator Keberhasilan
dari seluruh siswa mendapatkan nilai KKM ≥ 75 dan rata-rata hasil belajar
siswa KKM ≥ 75. Hal ini mengacu pada KKM yang digunakan di SMK