Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO

ACARA: BENTANG ALAM VULKANIK

Disusun oleh :

Ahmad Aji Setia Praja


21100110120002

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN


GEOLOGI FOTO
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
MARET 2011

0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui teknik dan metode interpretasi peta topografi bentang alam
vulkanik,
2. Mengetahui ciri khas morfologi bentang alam vulkanik beserta aspek
lingkungan yang menyertainya, meliputi pola pengaliran dan
pengaruhnyaterhadap aktivitas manusia.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum adalah:
1. Mampu menjelaskan dan melakukan interpretasi peta topografi bentang
alam vulkanikdengan teknik dan metode yang benar,
3. Mampu menjelaskan dan membedakan ciri khasmorfologi bentang alam
vulkanik dengan bentang alam yang lain beserta aspek lingkungan yang
menyertainya, meliputi pola pengaliran dan hubungannya dengan
aktivitas manusia.

1
BAB II
MORFOMETRI

4.1. Satuan Daerah Berbukit Sangat Terjal


∆ h=5 ×12,5=62,5
1
IK = ×25000=12,5
2000

 d 1=0,5× 25000 cm=125 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 % = 50%
d 125

 d 2=0,4 ×25000 cm=100 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 % = 62,5%
d 100

 d 3=0,6 ×25000 cm=150 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=41,67 %
d 150

 d 4 =0,3 ×25000 cm=75 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=83,30 %
d 75

 d 5=0,5× 25000 cm = 125 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=50 %
d 125

50+62,5+41,67+ 83,3+50
 d rata−rata= %=57,50 %
5

Beda tinggi: 2060m-1622,5m = 437,5 m


Termasuk daerah berbukit sangat terjal (van Zuidam, 1983)

2
4.2. Satuan Daerah Berbukit Terjal
∆ h=5 ×12,5=62,5
1
IK = ×25000=12,5
2000

 d 1=0,8× 25000 cm=200 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=31,25 %
d 200

 d 2=0,7× 25000 cm=175 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=35,71 %
d 175

 d 3=0,9× 25000 cm=225 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=27,78 %
d 225

 d 4 =0,7 ×25000 cm=175 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=35,71 %
d 175

 d 5=0,7 ×25000 cm=175 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=35,71 %
d 175

31,25+35,71+ 27,78+35,71+ 35,71


 d rata−rata= %=33,23 %
5

Beda tinggi: 1610 m-1297,5 = 312,5 m


Termasuk daerah berbukit terjal (van Zuidam, 1983)

3
4.3. Satuan Daerah Berbukit Bergelombang
∆ h=5 ×12,5=62,5
1
IK = ×25000=12,5
2000

 d 1=1,7 × 25000 cm=425 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %= 14,71%
d 425

 d 2=1,3 × 25000 cm=325 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=19,23 %
d 325

 d 3=1,3 × 25000 cm=325 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=19,23 %
d 325

 d 4 =1,8 ×25000 cm=450 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=13,89 %
d 450

 d 5=1,5 × 25000 cm=375 m


∆h 62,5
% kelerengan = × 100 %= ×100 %=16,67 %
d 375

14,71+19,23+ 19,23+ 13,89+ 16,67


 d rata−rata= m=16,75 %
5

Beda tinggi: 1099 m- 916m= 183 m


Termasuk daerah berbukit bergelombang (van Zuidam)

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.2. Kondisi Geomorfologi Umum


Pada praktikum laboratorium dilakukan delineasi pada berbagai
bentang alam yang ada, meliputi bentang alam vulkanik, meliputi satuan
berkontur sangat rapat, rapat, dan renggang.
Bentang alam vulkanik dalam peta topografi ditandai dengan adanya
kontur yang menunjukkan relief ketinggian.Kontur lebih rapat menunjukkan
bentang alam struktural yang lebih nampak/kompleks dibandingkan daerah
dengan kontur renggang.Pendelineasian dimaksudkan untuk memisahkan dan
membedakan secara relatif kedua variasi kelerengan.
Pola pengaliran di bentang alam vulkanik menunjukkan bahwa aliran
air dalam wujud sungai terplotkan secara teratur membentuk pola pengaliran
radial, yaitu pola pengaliran yang arah-arah pengalirannya menyebar ke
segala arah dari suatu pusat. Umumnya berkembang pada daerah dengan
struktur kubah stadia muda, pada kerucut gunungapi, dan pada bukit-bukit
yang berbentuk kerucut. Hal ini dikarenakan sifat dari air yang mengalir dari
tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan morfologi gunung
itupun sendiri memusat pada satu ketinggian.
Gunung Ungaran sebagai objek praktikum merupakan sebuah gunung
berapi yang terletak di wilayah Jawa Tengah.Sebagai sebuah gunung dengan
aktivitas vulkanik akibat tumbukan lempeng benua dan samudera, maka
pembentukan bentang alamnya sangat dikontrol oleh aktivitas vulkanisme,
terutama saat erupsi terjadi.Oleh karena itu, litologi pada bentang alam
vulkanik, terutama di bagian puncak didominasi oleh batuan beku sebagai
hasil pembekuan magma.
Perubahan bentuk bentang alam di bentang alam vulkanik semacam
ini sangat dinamis dan terlihat paling mencolok di bagian puncak yang relatif
dekat dengan kawah sebagai pintu erupsi.Oleh karena itu, dalam peta

5
topografi kontur yang paling rapat dan dinamis terletak di bagian puncak
gunung dan sekitarnya.

6.1. Kontur Sangat Rapat


Deliniasi bentang alam vulkanik mencakup daerah dengan kelerengan
yang sangat tinggi, ditunjukkan dengan kontur sangat rapat, semakin landai
lereng atau bentang alamnya, maka semakin renggang jarak
antarkontur.Pewarnaan menggunakan warna dengan kepekatan paling tinggi
(warna merah tua dan tebal, tingkat gradasi paling tinggi).
Pada peta masing-masing satuan kerapatan kontur dibuat 5 sayatan
sebagai sampel, menghubungkan 5 kontur yang berutan. Setelah dihitung
morfometrinya, satuan berkontur sangat rapat menunjukkan kelerengan
sebesar 57,5%, dalam klasifikasi Van Zuidam termasuk ke dalam satuan
daerah berbukit sangat terjal dengan beda tinggi: 2060m-1622,5m= 437,5m.
(Van Zuidam, 1983)
Pada peta topografi, satuan berkontur sangat rapat ini menunjukkan
wilayah puncak gunung, ditandai dengan kelerengan yang paling tinggi
dibandingkan daerah di sekitarnya. Hal ini disebabkan bentang alam vulkanik
tergolong tipe bentang alam dimana proses konstruktif lebih aktif dan
dominan daripada proses destruktif, dan bagian puncak gunung merupakan
bagian yang paling aktif karena merupakan titik output aktivitas tenaga
endogen. Proses konstruktif meliputi tenaga endogen yang membentuk
pegunungan,sedangkan proses destruktif meliputi proses erosi dan pelapukan.
Litologi pada bentang alam vulkanik, terutama di bagian puncak ini
didominasi oleh batuan beku sebagai hasil pembekuan magma.
Hasil profil sayatan eksagrasi menunjukkan bahwa di daerah puncak
reliefnya terlihat paling dinamis dan terjal.Hal ini turut dipengaruhi oleh ke-
beradaan Gunung Botak (2060 dpl) sebagai puncak tertinggi dalam wilayah
yang disayat, karena gunung ini selain sebagai puncak dari bentang alam
vulkanik juga sekaligus sebagai pintu aktivitas vulkanisme yang senantiasa
membangun.

6
Delineasi pola pengaliran di bentang alam vulkanik menunjukkan
bahwa aliran air dalam wujud sungai terplotkan secara teratur membentuk
pola pengaliran radial, yaitu pola pengaliran yang arah-arah pengalirannya
menyebar ke segala arah dari suatu pusat. Umumnya berkembang pada
daerah dengan struktur kubah stadia muda, pada kerucut gunungapi, dan pada
bukit-bukit yang berbentuk kerucut. Hal ini dikarenakan sifat dari air yang
mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan
morfologi gunung itupun sendiri memusat pada satu ketinggian.
Pola pengaliran radial seperti ini sesuai dengan fungsi gunung sebagai
daerah penyeimbang/ pembagi hujan di daerah sekitarnya dan sebagai daerah
pengisian (recharge) air tanah bagi daerah-daerah di sekitarnya. Dengan kata
lain, morfologi gunung secara tidak langsung membagi debet air dari puncak
menyebar ke daerah di lereng dan di kaki gunung melalui pola pengaliran
radial ini sehingga air terdistribusi secara merata.
Pada daerah puncak hampir tidak ditemukan sama sekali badan jalan,
yang menunjukkan bahwa aktivitas sosial manusia juga sangat minim. Hal ini
turut dipengaruhi oleh morfologi daerah puncak yang sulit dijangkau dan
kurang ideal dalam lingkup tata ruang sebagai pusat aktivitas manusia.
Tata guna lahan di bagian puncak agak berbeda dengan satuan daerah
yang lebih rendah di bagian bawahnya akibat keterbatasannya untuk
dijangkau aktivitas manusia.Bagian puncak lebih digunakan sebagai kawan
hutan lindung yang juga sekaligus berfungsi sebagai konservasi alam, karena
di bagian puncaklah terdapat hulu semua sungai yang mengalir di sepanjang
lereng ke kaki gunung, dan fungsi hutan lindung sangat diperlukan untuk
menjaga ketersediaan air di segala musim.

6.2. Satuan Berkontur Rapat


Pendeliniasian bentang alam vulkanik mencakup daerah dengan
kelerengan cukup tinggi, ditunjukkan dengan kontur rapat. Dilihat dari peta
topografi, maka semakin jauh dari lereng, maka semakin renggang jarak
antarkontur atau dengan kata lain semakin landai tempat tersebut. Pewarnaan

7
menggunakan warna dengan kepekatan menengah (warna merah tua dan agak
tebal, tingkat gradasi menengah).
Pada peta masing-masing satuan kerapatan kontur dibuat 5 sayatan
sebagai sampel, menghubungkan 5 kontur yang berutan. Setelah dihitung
morfometrinya, satuan berkontur rapat menunjukkan kelerengan sebesar
32,23%, dalam klasifikasi Van Zuidam termasuk ke dalam daerah berbukit
terjal dengan beda tinggi: 1610 m-1297,5 = 312,5 m. (Van Zuidam, 1983)
Satuan berkontur rapat menunjukkan daerah lereng gunung yang
menghubungkan daerah puncak (berkontur sangat rapat) dengan daerah kaki
gunung (berkontur renggang), dengan litologi yang masih didominasi oleh
batuan beku sebagai hasil pembekuan magma, meskipun batuan sedimen
sebagai hasil dari proses erosi dan transportasi material batuan dari kawasan
puncak yang ada di atasnya, serta batuan metamorfsebagai hasil proses
metamorfisme, sudah mulai terlihat.
Hasil profil sayatan eksagrasi menunjukkan bahwa di daerah lereng
reliefnya terlihat dinamis dan terjal, walaupun tidak se-intens di kawasan
puncak. Hal ini turut dipengaruhi oleh adanya puncak gunung Gendol(1487,5
dari pemukaan laut (dpl)). Keberadaan gunung ini turut mempengaruhi relief
karena gunung ini selain sebagai puncak dari bentang alam vulkanik juga
sekaligus sebagai pintu aktivitas vulkanisme yang senantiasa membangun.
Hasil deliniasi pola pengaliran menunjukkan bahwa di bagian lereng
juga masih terdapat hulu sungai.Di bagian ini juga banyak ditemukan badan
sungai yang berpola pengaliran radial, yaitu pola pengaliran yang arah-arah
pengalirannya menyebar ke segala arah dari suatu pusat. Umumnya
berkembang pada daerah dengan struktur kubah stadia muda, pada kerucut
gunungapi, dan pada bukit-bukit yang berbentuk kerucut. Hal ini dikarenakan
sifat dari air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah,
sedangkan morfologi gunung itupun sendiri memusat pada satu ketinggian.
Pola pengaliran radial seperti ini sesuai dengan fungsi gunung sebagai
daerah penyeimbang/ pembagi hujan di daerah sekitarnya dan sebagai daerah
pengisian (recharge) air tanah bagi daerah-daerah di sekitarnya. Dengan kata

8
lain, morfologi gunung secara tidak langsung membagi debet air dari puncak
menyebar ke daerah di lereng dan di kaki gunung melalui pola pengaliran
radial ini sehingga air terdistribusi secara merata.
Pada daerah lereng mulai ditemukan badan jalan, yang menunjukkan
bahwa daerah ini mulai dijangkau aktivitas sosial manusia, walaupun
kompleks perumahan penduduk masih jarang ditemukan.Hal ini turut
mendukung tata guna lahan di daerah lereng yang bukan berfungsi sebagai
hutan lindung dan kawasan konservasi lagi, melainkan sebagai areal perke-
bunan.Hal ini terkadang menjadi masalah ketika pengalihan fungsi lahan dari
wilayah konservasi menjadi lahan aktivitas penduduk seperti perkebunan,
menjadikan kesetimbangan alambergeser dan menyebabkan berbagai masalah
seperti tanah longsor dan dan banjir di musim penghujan.Bahkan kekeringan
di musim kemarau.

6.3. Satuan Berkontur Renggang


Pendeliniasian bentang alam vulkanik mencakup daerah dengan
perbukitan bergelombang ditunjukkan dengan kontur renggang. Dilihat dari
peta topografi, maka semakin jauh dari lereng, maka semakin renggang jarak
antarkontur atau dengan kata lain semakin landai tempat tersebut. Pewarnaan
menggunakan warna dengan kepekatan paling rendah (warna merah terang
dan tipis, tingkat gradasi paling rendah)
Pada peta masing-masing satuan kerapatan kontur dibuat 5 sayatan
sebagai sampel, menghubungkan 5 kontur yang berutan. Setelah dihitung
morfometrinya, satuan berkontur rapat menunjukkan kelerengan sebesar
16,75%, dalam klasifikasi Van Zuidam termasuk ke dalam satuan daerah
berbukit bergelombang beda tinggi: 1099 m- 916 m = 183 m(Van
Zuidam,1983)
Satuan berkontur renggang menunjukkan daerah kaki gunung, dengan
proses-proses erosi dan pelapukan yang sudah mulai nampak. Proses-proses
destruktif tersebut di kawasan ini lebih dominan dibandingkan proses
konstruktif, sehingga lerengnya tidak seterjal di daerah puncak dan lereng.

9
Litologi di daerah kaki gunung masih didominasi oleh batuan beku
sebagai hasil pembekuan magma, meskipun batuan sedimen sebagai hasil dari
proses erosi dan transportasi material batuan dari kawasan puncak yang ada di
atasnya, serta batuan metamorfsebagai hasil proses metamorfisme, sudah
mulai terlihat.
Hasil profil sayatan eksagrasi menunjukkan bahwa di daerah kaki
gunung reliefnya mempunyai kemiringan yang hampir seragam, hampir tidak
ada suatu puncak yang menonjol.Hal ini turut dipengaruhi oleh tidak adanya
puncak gunung seperti di daerah puncak dan lereng, sehingga proses erosi
dan pelapukan mulai lebih nampak terjadi daripada proses konstruktif,
sekaligus membentuk kemiringan lerengnya.
Hasil deliniasi pola pengaliran di daerah kaki gunungmenunjukkan
bahwa di bagian kaki gunung terdapat banyak anak sungai dan pertemuan
antaranak sungai sebagai kelanjutan dari pola pengaliran radial yang
mengalir di sepanjang lereng dari puncak gunung. Pola pengaliran radial
adalah pola pengaliran yang arah-arah pengalirannya menyebar ke segala arah
dari suatu pusat. Umumnya berkembang pada daerah dengan struktur kubah
stadia muda, pada kerucut gunungapi, dan pada bukit-bukit yang berbentuk
kerucut. Hal ini dikarenakan sifat dari air yang mengalir dari tempat tinggi ke
tempat yang lebih rendah, sedangkan morfologi gunung itupun sendiri
memusat pada satu ketinggian.
Pola pengaliran radial seperti ini sesuai dengan fungsi gunung sebagai
daerah penyeimbang/ pembagi hujan di daerah sekitarnya dan sebagai daerah
pengisian (recharge) air tanah bagi daerah-daerah di sekitarnya. Dengan kata
lain, morfologi gunung secara tidak langsung membagi debet air dari puncak
menyebar ke daerah di lereng dan di kaki gunung melalui pola pengaliran
radial ini sehingga air terdistribusi secara merata.
Pada daerah kaki gunung paling banyak ditemukan badan jalan, yang
menunjukkan bahwa daerah ini mulai dijangkau aktivitas sosial
manusia.Selain itu, dalam satuan bentang alam vulkanik kawasan kaki
gunung merupakan kawasan dengan kompleks perumahan dan pemukiman

10
penduduk paling banyak. Hal ini turut mendukung tata guna lahan di daerah
lereng yang bukan berfungsi sebagai hutan lindung dan kawasan konservasi
lagi, melainkan sebagai areal perkebunan. Hal ini terkadang menjadi masalah
ketika pengalihan fungsi lahan dari wilayah konservasi menjadi lahan
aktivitas penduduk seperti perkebunan, menjadikan kesetimbangan alam
bergeser dan menyebabkan berbagai masalah seperti tanah longsor dan dan
banjir di musim penghujan,bahkan kekeringan di musim kemarau.
Hasil perhitungan morfometri menunjukkan semua satuan tergolong
ke dalam perbukitan dikarenakan dalam praktikum diambil sebagai objek
adalah hanya meliputi dataran tertinggi dalam peta (diwakili Gunung Gendol
sebagai subwilayah Gunung Ungaran) dan sekitarnya, di mana gunung
merupakan salah satu bentukan positif bentang alam vulkanik yang paling
menonjol.
Di dataran vulkanik, tata guna lahan di bagian kaki gunung hingga
lereng meliputi aktivitas perkebunan teh dan sayuran.Hal ini didukung oleh
lahan yang subur dan suhu yang rendah.Lahan yang subur diambil dari
material erupsi Gunung Ungaran karena gunung ini merupakan gunung
dengan aktivitas vulkanik akibat tumbukan lempeng benua dan samudera,
berbeda dengan gunung akibat tumbukan antarlempeng benua yang tidak
dikontrol oleh aktivitas vulkanik.
Secara khusus praktikum mengambil wilayah Gunung Ungaran
sebagai objek, dengan keberadaan Gunung Ungaran sebagai gunung api me-
memiliki potensi positif dan negatif.
Potensi positif meliputi:
a. Panas bumi (geothermal), sebagai sumber tenaga listrik dari proses
hidrotermal yang terjadi di daerah gunungapi
b. Sebagai taman wisata, dikembangkan dari potensi keindahan alam dan
suasana alam yang masih asli dan sejuk
c. Sebagai daerah pertanian daerah yang subur seperti banyak kita jumpai
di seluruh Indonesia.

11
d. Sebagai daerah pengisian (recharge) air tanah bagi daerah-daerah
sekitar gunungapi
e. Sebagai daerah penyeimbang / pembagi hujan di daerah sekitarnya.
Selain berpotensi sebagai daerah yang menguntungkan gunungapi
juga berpotensi sebagai sumber bencana. Secara garis besar bahaya akibat
erupsi gunungapi dapat dibagi menjadi dua yaitu bahaya langsung (primer)
dan bahaya setelah terjadinya letusan (sekunder).
Bahaya primer akibat erupsi gunungapi meliputi :
a. Aliran Lava
Aliran lava yaitu terjadinya aliran batu cair yang pijar dan bersuhu
tinggi (sampai 12000 C). Alirannya menuruni lereng yang terjal dan dapat
mencapai beberapa kilometer. Semua benda yang dilaluinya akan hangus dan
terbakar. Apabila melongsor akan menimbulkan awan panas.
b. Bom Gunungapi
Bom gunungapi berujud batuan panas dan pijar berukuran 10 cm – 2
m. Batuan ini dapat terlempar dari pusat erupsi sejauh hingga 10 km. Bom ini
dapat menimbulkan kebakaran hutan, pemukiman dan lahan pertanian. Bila
tiba di tanah bom ini akan mengeluarkan letusan dan akan hancur.
c. Pasir Lapili
Pasir dan lapili adalah campuran material letusan yang ukuranya lebih
kecil dari bom (< 2 mm). Sedangkan lapili lebih besar daripada pasir hingga
mencapai beberapa cm. Apabila terjadi letusan pasir dan lapili ini dapat
terlempar hingga puluhan kilometer. Pasir dan lapili ini dapat menghancurkan
atap rumah karena bebannya juga dapat merusak lahan pertanian hingga dapat
membunuh tanaman.
d. Awan Pijar
Awan pijar adalah suspensi dai material halus yang dihasilkan oleh
erupsi gunungapi dan dihembuskan oleh angin hingga mencapai beberapa
kilometer. Awan pijar ini merupakan campuran yang pekat dari gas, uap dan
material halus yang bersuhu tinggi (hingga 12000 C). Suspensi ini berat

12
sehingga mengalir menuruni lereng gunungapi dan seolah-olah meluncur,
luncurannya dapat menapai 10 – 20 km dan membakar apa yang dilaluinya.
e. Abu Gunungapi
Abu ini merupakan campuran material yang paling halus dari suatu
letusan gunungapi. Suhunya bisa tidak panas lagi. Ukurannya kurang dari 1
mikron - 0.2 mm. Bahaya yang ditimbulkan antara lain bisa mengganggu
penerbangan, dapat menimbulkan sesak napas apabila terlalu banyak
mengisap abu gunungapi dan menimbulkan penyakit silikosis, yaitu penyakit
yang diakibatkan oleh penggumpalan silika bebas pada paru-paru yang
diakibatkan oleh terisapnya abu gunungapi yang mengandung silika bebas.
f. Gas Beracun
Kadar gas yang tinggi dapat menimbulkan kematian. Gunungapi
biasanya mengeluarkan gas CO, CO2, H2S, HCN, H3As, NO2, Cl2 dan gas lain
yang jumlahnya sedikit. Nilai batas ambang untuk gas CO 50 ppm (part per
million), CO2 5,00 ppm, sedangkan gas H3As yang sangat mematikan pada
0,05 ppm. Gas yanga dikeluarkan saat erupsi tidak begitu berbahaya karena
gas tersebut langsung terbakar pada saat terjadi letusa gunungapi. Yang
paling berbahaya adalah apabila gas tersebut dikeluarkan pada sisa-sisa
gunungapi. Gas tersebut BJ-nya lebih besar dari udara bebas sehingga
letaknya berada pada daerah-daerah yang rendah seperti di lembah-lembah,
dekat permukaan tanah.
Bahaya yang tidak kalah berbahayanya adalah bahaya setelah terjadi
letusan yaitu bahaya sekunder. Bahaya tersebut berupa bahaya aliran lahar.
Lahar terbentuk dari batuan yang dilemparkan dari pusat erupsi baik blok,
bom, lapili, tuff, abu maupun longsoran kubah lava. Apabila terjadi hujan
lebat yang turun bersamaan atau setelah erupsi maka endapan material hasil
erupsi tersebut akan terangkut oleh aliran air membentuk aliran bahan
rombakan yang biasa disebut alira lahar. Aliran lahar ini mempunyai
kekuatan merusak yang besar dan akan melalui apa saja yang ada di depannya
tanpa kecuali baik pemukiman, hutan, tanah pertanian maupun tanggul sungai
yang dilaluinya.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah:
1. Bentang alam vulkanik dalam peta topografi ditandai dengan adanya
kontur yang menunjukkan relief ketinggian. Kontur lebih rapat
menunjukkan relief bentang alam yang lebih nampak/kompleks
dibandingkan daerah dengan kontur renggang.
2. Litologi di semua satuan didominasi oleh batuan beku, tetapi batuan
sedimen dan metamorf mulai terbentuk di kawasan lereng hingga kaki
gunung.
3. Daerah puncak Gunung Ungaran mencakup wilayah Gunung Botak-
Gandung terbagi ke dalam tiga satuan morfometri dan morfografi berbeda,
yaitu daerah satuan berbukit sangat terjal di daerah puncak dan sekitarnya,
daerah satuan berbukit terjal di wilayah lereng, dan daerah satuan berbukit
bergelombang di kawasan kaki gunung.
4. Gunung sebagai bentukan positif bentang alam vulkanik yang paling
menonjol dalam kenampakan di lapangan turut dicirikan oleh pola
pengaliran sungai radial yang mengikuti morfologinya.
5. Morfologi gunung yang bertahap dan teratur tingkat kelerengannya turut
mempengaruhi lingkungan aktivitas manusia. Semakin terjal kelerengan
suatu tempat atau dengan kata lain semakin dekat dengan puncak gunung,
maka aktivitas manusia semakin berkurang akibat keterbatasan daya
jangkau dan kekurangidealan dalam prinsip tata ruang pembangunan.
Tingkat aktivitas manusia dalam lingkungannya di peta topografi
sebanding dengan jumlah badan jalan yang ada.
6. Tingkat aktivitas manusia mempengaruhi tata guna lahan yang tersedia.

14
4.2. Saran
1. Potensi kegunungapian seperti geothermal perlu dikembangkan demi
mengatasi krisis energy yang sedang terjadi.
2. Waktu praktikum diperpanjang untuk meningkatkan kualitas hasil kerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://psda.jatengprov.go.id/berita/2010/april/12/120410-01.htm, diakses pada 17


Maret 2011 pukul 13.40 wib

http://pasca.uns.ac.id/?p=490, diakses pada 17 Maret 2011 pukul 13.40 wib

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110114233408AAEUNJa,
diakses pada 17 Maret 2011 pukul 13.40 wib

Asisten Geomorfologi dan Geologifoto. 2007. Panduan Praktikum Geologi dan


Geomorfologifoto, Semarang: Teknik Geologi Undip.

16

Anda mungkin juga menyukai