Anda di halaman 1dari 66

FAKULTAS TEKNIK UNP PADANG JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI : Teknik Sipil dan Bangunan


Topik: Agregat Minggu ke: 3 dan 4

TUJUAN : Setelah mempelari pengetahuan agregat ini Mahasiswa


dapat :
1. Memahami pengertian dari agregat
2. Mengetahui Golongan Agregat
3. Syarat mutu agregat sebagai bahan pembentuk beton
4.

A.PENGERTIAN AGREGAT

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai


bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat dalam adukan
beton menempati volume yang terbesar ± ¾ bagian atau 60
%- 80 %. Oleh karena itu mutu agregat penting diketahui,
karena agregat yang dipakai dalam campuran beton sangat
mempengaruhi kekuatan betonnya. Agregat yang kuat akan
menghasilkan beton yang kuat, karena porsentase agregat
dalam campuran beton lebih besar dari bahan lainnya.
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
beton, dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam
pekerjaan beton, sebab harga agregat jauh lebih murah
dibandingkan dengan harga semen, disamping itu agregat
banyak memberikan keuntungan ditinjau secara teknis didalam
beton, karena dengan agregat akan didapatkan mutu beton
yang lebih stabil, dan lebih tahan lama dibandingkan dengan
sifat dari pasta semennya.
Maksud dari penggunaan Agregat sebagai bahan pengisi,
agar biaya pembuatan beton dapat lebih murah, karena
agregat relatif mudah didapat, sifatnya yang keras/mantap
dan stabil sangat berguna untuk menghemat pemakaian semen,
sehingga harga pembuatan beton dapat lebih ekonomis.

1
B. GOLONGAN AGEREGAT

Agregat untuk pembuatan beton secara umum dapat


dibagi atas tiga golongan yaitu :
1. Golongan Agregat Berat di antaranya Batu Barit (BaSO4)
dengan BJ. 4,15 – 4,45; Biji besi (batu magnetit
atau limonite)dengan BJ. 4,40 – 5,00, Butiran atau
Potongan besi/baja dengan BJ. 6,80 – 7,60.

2
Dengan menggunakan agregat Batu Barit, dapat dicapai

berat isi beton 3200 kg/m3 dan agregat butiran besi


dengan susunan butir baik dapat dicapai berat isi

beton ± 4800 kg/m3.


Jenis beton berat ini dipakai terutama untuk memberi
perlindungan terhadap Sinar X, Sinar Gamma atau
Neutron, Reaktor-reaktor pemecah inti (nuklir), untuk
melindungi penyinaran nuklir yang bebahaya.
Penggunaan agregat berat dalam pembuatan beton sering
mempengaruhi kelecakan beton, karena perbedaan berat
jenis agregatnya jauh lebih besar dari berat jenis
air dan semen. Untuk menghindari terjadinya segregasi
diperlukan pemakaian air seoptimal mungkin.

2. Golongan Agregat Normal adalah batu alam yang padat


dan kompak, dari jenis batuan beku, batu endapan atau
metamorphosa, berat jenisnya. berkisar antara 2,50 –
3,00, berat isi beton memakai agregat normal antara

1800 kg – 2500 kg/m3.


3. Golongan Agregat Ringan adalah agregat untuk beton
ringan yang terdiri dari banyak macam bahan baik
alamiah maupun buatan, dan dapat bersifat organik atau

an-organik dengan berat isi beton  300 kg/m3 –


3
1800kg/m .

C. PENGAMBILAN SAMPEL AGREGAT

Pengambilan sampel untuk menentukan baik tidaknya


endapan agregat dilapangan sebaiknya mengikuti prosedur
pengambilan sampel yang baik, seperti metode perempatan
(quartering) sehingga sampel tersebut dapat mewakili
populasi yang ada. Jumlah sampel yang akan dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pengujian sifat fisik dan
kimianya dilakukan berdasarkan besar butir maksimum
seperti tabel berikut:
Tabel 1
JUMLAH SAMPEL AGREGAT UNTUK PENGUJIAN LABOR

Jenis Agregat Besar Butir Jumlah Sampel


Maksimum (mm) (kg)
Agregat Halus 4,8 10
Agregat Kasar 9,5 10
12,5 15
19,0 25
25,0 50
38,1 75
Referensi: Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997

D. PENYIMPANAN AGREGAT

Untuk menjaga susunan butir serta mutu agregat perlu


diperhatikan :
1. Lindungi agregat dari benda lain yang dapat
mengotorinya.
2. lindungi agregat dari kemungkinan terjadinya segregasi
(pemisahan butir) akibat pengangkutan dan penimbunan.
3. Penimbunan agregat dalam silo, dasar silo
dibuat miring tidak kurang dari 50° kearah
tengah sehingga agregat dapat dikeluarkan dari
bagian tengah silo.
4.Bila agregat ditimbun dari ban berjalan atau tempat
yang tinggi perlu dijaga :
a. Terpisahnya butiran yang kecil akibat hembusan
angin,
b. Jika perlu buat corong, bagian dalamnya dibuat
sekatan agar butiran agregat tidak mengelompok.
E.SIFAT – SIFAT AGREGAT
1. Ditinjau dari Bentuk Butir
Agregat alamiah maupun batu pecah ditinjau dari
bentuknya dapat digolongkan ke dalam berikut :
a. Bulat penuh maupun bulat telor, bentuk ini
biasa ditemukan pada pasir dan kerikil yang
berasal dari sungai atau pantai.
b. Bersudut, bentuk ini tidak beraturan, mempunyai sudut-
sudut yang tajam dan permukaannya kasar, seperti batu
pecah hasil pemecahan berbagai jenis batuan.
c. Pipih, yaitu tebalnya kurang dari sepertiga lebarnya.
d. Memanjang, yaitu panjangnya lebih dari tiga
kali lebarnya.
e. Pipih dan memanjang, yaitu panjangnya jauh melebihi
lebarnya dan lebarnya jauh melebihi tebalnya.

2. Ditinjau dari Keadaan Permukaan


Keadaan permukaan agregat mempengaruhi sifat
ikatan pasta semen dengan agregat, hal ini penting
terhadap kekuatan beton, permukaan kasar atau berpori
mengikat lebih baik dari pada permukaan licin. Agregat
yang berbentuk bulat, luas permukaannya lebih kecil dari
pada yang berbentuk pipih dan memanjang.
Permukaan pipih dan memanjang akan banyak
membutuhkan air dalam pembuatan beton, karena rongga-
rongga yang harus diisi pasta semen akan lebih banyak.
Disamping itu permukaan pipih dan memanjang akan mudah
patah selama proses pengadukan beton, akibatnya gradasi
butiran dapat berubah dengan tidak dikehendaki. Keadaan
permukaan agregat dapat dinyatakan sebagai berikut:

a. Permukaan Mengkilat Seperti gelas, diantaranya


flint hitam, dan obsidian
b. Permukaan Licin (berbutir halus) seperti kerikil
sungai, chert, batu lapis marmar dan beberapa
rhyolite.
c. Permukaan Berbutir, batuan ini menunjukkan adanya butir-butir
bulat yang merata, seperti endapan batu pasir, dan olite.
d. Permukaan Kasar, tampak jelas bentuk kristalnya seperti : basalt, felsite,
prophiry dan batu kapur.
e. Permukaan Berkristal, batuannya mempunyai susunan kristal yang
mudah terlihat, seperti granite, gabro, dan gneiss.
f. Berpori dan berongga, seperti batu apung, batu klinker, tanah liat yang
dikembangkan dan batuan dari lahar gunung api.
F. METODA PENGAMBILAN SAMPEL AGREGAT
1. Tujuan : Dapat melakukan pengambilan sampel Agregat dengan benar
sesuai prosedur yang berlaku.
2. Alat da Bahan yang diperlukan
 Alat :
 Gerobak dorong,
 Skop/Cangkul
 Ember kapasitas 5 liter,
 Sendok beton,
 Timbangan ketelitian 1 gram,
 Splitter

 Bahan:
 Agregat halus dan
 Agregat kasar
3. Langkah Kerja
 Cara Pertama
1. Siapkan Splitter dengan dua tampah pada
kiri kanannya
2. Masukkan Agregat halus atau kasar
secara sendiri-sendiri ke dalam Splitter.
3. Agregat halus atau kasar sudah terbagi dan
masukkan dalam tampah ambil salah satu tampah
untuk contoh uji.
4. Ambil agregat halus atau kasar sesuai
syarat sampel uji dan simpan dalam wadah
tertutup rapat.
 Cara Kedua
1. Ambil Agregat halus atau kasar secara
acak dari tumpukannya ± 50 kg
2. Letakan pada tempat yang bersih dan datar
lalu aduk sampai merata.
3. Ratakan dan dibagi empat bagian lalu
beri nomor, perhatikan gambar 1
4. Ambil bagian A dan D , aduk kembali
hingga rata, lalu dibagi 4 bagian gambar 2.
5. Bagian A & D digabung dan aduk hingga
merata lalu dibagi lagi 4 bagian, seterusnya
bagian A & D dimasukkan kedalam karung,
diikat, diberi label dan disimpan dalam ruangan
pada suhu kamar denganjumlah sesuai besar
butir seperti pada tabel 1 di atas.

CARA PERTAMA

Gambar 1.SAMPLE SPLITTER


A B A B

C D C D

Langkah 1 Ambil A & D Langkah 2 Ambil C & B

A B

C D

Langkah 3 Ambil A & D

Gambar 2.CARA KEDUA PENGAMBILAN SAMPEL AGREGAT CARA MANUAL

G. KEKUATAN AGREGAT
Kekuatan dan elastisitas agregat tergantung dari jenis
batuan, susunan mineral dan tekstur butiran atau
kristalnya, kekuatan agregat sangat berpengaruh terhadap
kekuatan beton, agregat yang lemah tidak akan menghasilkan
beton yang kuat, sedangkan untuk membuat beton berkekuatan
tinggi haruslah dipakai agregat yang tinggi kekuatannya.
Untuk berbagai jenis batuan, kekuatannya dinyatakan dengan
kekuatan hancur yang diperoleh dengan cara menguji kekuatan
tekan sampai hancur.
Kekuatan agregat beton diperoleh dengan cara pengujian
kekuatan, yaitu diuji sejumlah sampel dalam bentuk beberapa
ukuran butir pada volume tertentu (secara bulk). Pada
pengujian kekuatan terdapat beberapa cara dan istilah
yang digunakan oleh beberapa negara antara lain:
a. Untuk agregat kasar BS. 812 - 1967, memakai
istilah nilai kuat hancur (crushing value), nilai
kuat pukul (Impact value), dan 10 % fin

Gambar 3.CRUSHING VALUE Gambar 4.IMPACT VALUE

b. ASTM Standard C. 131 dan C. 535, memakai cara


pengujian gesekan dengan mesin Los Angeles dan
ketahanan aus dinyatakan dengan persentase bagian yang
lewat ayakan 2 mm tidak lebih dari 50 % (SII 0087- 75).

Gambar 5. LOS ANGELES


H. KEKERASAN AGREGAT KASAR DENGAN BEJANA LOS ANGELES

1. Tujuan : Diharapkan setelah melakukan


praktikum, mahasiswa dapat menerangkan prosedur
pelaksanaan pengujian ketahanan (geser) aus agregat
kasar dengan mempergunakan Bejana Los Angeles untuk
menentukan keausan (kekerasan/kehancuran) agregat
tersebut.
2. Alat dan Bahan yang di perlukan
 Alat
 Bejana los Angeless berbentuk silinder terbuat dari
baja
 Bola baja yang terbuat dari baja dengan garis tengah
kurang lebih 46,8 mm dan masing-masing beratnya
antara 390 sampai 445 gr. Jumlah bola baja untuk
tiap-tiap pengujian tergantung dari besar butir dan
fraksi agregat seperti dalam tabel
 Ayakan standar
 Timbangan dengan kapasitas 10 kg dan ketelitian
sampai 1 %
 Oven
 Baskom (plat penampung)

 Bahan
 Agregat kasar
3. Langkah Kerja
1. Ambil agregat kasar
2. Cuci bersih hingga tidak ada debu dan tanah
yang melengket
3. kering tetapkan dengan suhu 105 ± 5º C
4. Pisahkan butiran agregat sesuai dengan tabel
dan pengujian
5. Ambil agregat masukkan dalam bejana
6. Tambahkan bola baja
7. Tutup bejana rapat-rapat
8. Putar bejana dengan kecepatan 30 – 33 putaran
per menit jumlah putaran
9. keluarkan butiran agregat dari bejana, butiran yang
besar diayak dengan ayakan 2 mm.
10. Cuci bersih butiran kasar dan butiran yang tertinggal
pada ayakan
11. Keringkan dalam oven sampai kering tetap
12. Timbang beratnya
13. Hitung kekerasan agregat dengan rumus :

A B
C 100%
A

Keterangan :
A = Berat contoh semula kering tetap
B = Berat contoh sesudah digiling, dicuci dan kering
tetap.
C = Ketahanan aus (geser) hancur.
Syarat daya tahan geser ini maksimum 50 % hilang

Tabel 2
BLANKO PENUJIAN “ABRATION TEST”

PENGUJIAN KETERANGAN
NO JENIS
PENGUJIAN I II III

1 Berat Kerikil
Awal (A) gr
2 Berat Setelah A B
digiling dan C 100%
di Ayak (B) gr A
3 Ketahanan Aus
(C)
Tabel 3
SUSUNAN BUTIR CONTOH YANG DIUJI
JUMLAH BOLA BAJA DAN JUMLAH PUTARAN MESIN

Ø Ayakan
( mm ) Berat Contoh Yang Diuji
Lewat 1 2 3a 3b 4 5 6
Tinggal
75 2500±50
63
63 2500±50
50
50 5000±50 5000±50
37,5
37,5 5000±25 5000±25 1250±25
25
25 5000±25 1250±25
19
19 1250±10 2500±10
12,5
12,5 1250±10 2500±10
9,5
9,5 2500±10
6,3
6,3 2500±10
4,8
4,8 5000± 10
2,4
Jml contoh diuji 10.000±100 10.000±75 10.000±50 5.000±10 5.000±10 5.000±10 5.000±10
Jml bola baja 12 butir 12 butir 12 butir 12 butir 11 butir 8 butir 8 butir
Jml putaran
bejana 1000 x 1000 x 1000 x 500 x 500 x 500 x 500 x
Referensi: Buku Manual Mesin Los Angeles
I. BERAT ISI DAN BERAT JENIS AGREGAT
1. Berat Isi
Berat agregat yang mengisi suatu tempat/ruang dalam
satuan volume tertentu disebut berat isi agregat (bulk
density), dimana sebagian tempat/ruangan agregat terisi
oleh rongga antar partikel dari agregatnya. berbeda
dengan berat jenis. Contoh: Kerikil sungai mempunyai
berat isi 1,5 kg/liter sedangkan berat jenisnya 2,60.
dan Pasir sungai berat isi 1,4 kg/liter sedangkan berat
jenisnya 2,55.
Untuk agregat dengan berat jenis yang sama dapat
memberikan nilai berat isi yang berbeda-beda, tergantung
bagaimana padatnya kita mengisikan, bentuk butiran dan
susunan besar butirnya. Nilai berat isi ini biasanya
digunakan untuk mengkonversikan sesuatu jumlah dalam
satuan berat kepada satuan volume.

2. Berat Jenis Agregat


Berat jenis agregat berbeda satu sama lainnya tergantung
dari jenis batuan, susunan mineral, struktur butiran,
dan porositas batuannya. Beberapa Istilah berat jenis
pada agregat diantaranya adalah :
a. Berat jenis Absolut adalah berat per volume
tidak
termasuk Volume pori-pori yang terdapat di dalamnya.
Untuk menentukan berat jenis ini benda harus dibuat
berbentuk hidrat/tepung, sehingga pori-pori didalamnya
dapat dihilangkan.
b. Berat jenis Nyata adalah berat per volume
termasuk
volume pori yang tidak tenbus air dan tidak termasuk
volume pori kapiler yang dapat terisi oleh air.
c. Berat jenis keadaan Jenuh Kering Muka
(s.s.d.
condition), adalah berat per volume termasuk volume
pori yang tidak tembus air, sedangkan pori kapiler
jenuh oleh air.
d. Berat jenis Keadaan Kering adalah berat per
volume termasuk volume seluruh pori yang
terkandung dalam Agregat.

J. BERAT ISI AGREGAT KASAR


1.Tujuan:Diharapkan setelah melakukan praktikum,
mahasiswa dapat menentukan berat isi kerikil.
2. Alat dan Bahan yang diperlukan
 Alat
 Timbangan dengan ketelitian 10 gr
 Literan 5 liter
 Mesin ketuk
 Sendok Semen
 Ember / baskom
 Bahan
 Kerikil SSD
3. Langkah Kerja
1. Timbang literan, misalkan beratnya A gram
2. Isi literan dengan kerikil sampai penuh,
ratakan dan timbang literan yang berisi
penuh, catat beratnya misal kan B gram
3. Berat isi ini disebut berat isi gembur.

Berat Isi B A


Gembur  Volume Literan

4. Untuk berat isi padat, lakukan pengujian berikut


5. Isi literan separoh dengan kerikil
6. Tempatkan pada mesin ketuk, ketuk sebanyak
30 kali.
7. Penuhkan literan, ketuk sebanyak 30 kali.
8. Ratakan permukaan literan, timbang beratnya
9. Berat isi padat sama rumusnya denga berat
isi gembur.
Tabel 4
BLANKO BERAT ISI GEMBUR KERIKIL

Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat liter +
Kerikil
Berat isi =
2 Berat literan
Berat Kerikil
3 Berat Kerikil Volume liter
4 Volume literan
5 Berat isi

Tabel 5
BLANKO BERAT ISI PADAT KERIKIL

Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat liter +
Kerikil
Berat isi =
2 Berat literan
Berat Kerikil
3 Berat Kerikil Volume liter
4 Volume literan
5 Berat isi

14
Gambar 6. MESIN KETUK

K. PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT HALUS


1. Tujuan : Diharapkan setelah melakukan
praktikum, mahasiswa dapat menentukan berat isi pasir
2. Alat dan Bahan yang diperlukan
 Alat
 Timbangan dengan ketelitian 1 gr
 Literan Kapasitas 1 liter
 Mesin ketuk
 Sendok Semen
 Ember / baskom
 Bahan
 Pasir ssd condition

3. Langkah Kerja
1. Timbang literan, misalnya A gram dan catat kan
pada tabel
2. Isi literan dengan pasir sampai penuh, ratakan
dan timbang literan yang berisi pasir penuh,
catat kan beratnya misalnya B gram
3. Maka berat isi Gembur = B gram dikurang A gram
dibagi volume literan
4. Lanjutkan berat isi padat pasir dengan langkah sbb:
a. Isi literan separoh dengan pasir
b. Tempatkan pada mesin ketuk, ketuk sebanyak 30
kali. c. Penuhkan literan, ketuk sebanyak 30 kali.
d. Ratakan permukaan literan, timbang beratnya misalkan C
gram
Tabel 6
BLANKO BERAT ISI GEMBUR PASIR

Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat liter +
Pasir
2 Berat literan
Berat isi =
3 Berat
Pasir Berat Pasir
4 Volume Volume liter
literan
5 Berat isi

Tabel 7
BLANKO BERAT ISI PADAT PASIR

Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat liter +
Pasir
2 Berat literan
Berat isi =
3 Berat
Pasir Berat Pasir
4 Volume literan Volume liter
5 Berat isi
L. BERAT JENIS KERIKIL
1. Tujuan :Setelah melakukan praktikum, Praktekan
dapat menentukan berat jenis kerikil dalam kondisi Nyata
atau Jenuh Kering Muka
2. Alat dan Bahan yang diperlukan
a. Alat :
1. Bejana kapasitas 1 liter
2. Timbangan ketelitian 0,1 gram
3. Sendok Semen
4. Gelas Ukur
b. Bahan :
Kerikil kondisi Nyata dan Jenuh Kering Muka (SSD),
3. Langkah Kerja
 Kerikil
1. Timbang Kerikil Kondisi ssd atau Kondisi Nyata (X gr)
2. Timbang Tabung dan Air penuh (Y gr)
3. Timbang tabung, Kerikil dan Air penuh (Z gr)
4. Volume = (Y gr) + (X gr) - (Z gr) = Q
5. BJ = X
Q
Tabel 8
BLANKO BERAT JENIS KERIKIL NYATA
No Jenis Pengujian Keterangan
I II III
1 Berat Kerikil 250 250 250
kondisi Nyata
2 Berat tabung dan … ….. …
Air penuh
BJ Kerikil=
3 Berat Tabung, …. ….. …..
Kerikil dan Air Poin 1
Penuh Poin 4
4 Volume (2 + 1)-3 …. ….. ….
5 B J = Berat/Volume …. …. ….
= 1/4
Tabel 9
BLANKO BERAT JENIS KERIKIL “SSD CONDITION”

Pengujian
No Jenis I II III
1 Berat Kerikil 250 250 250
kondisi SSD
2 Berat tabung dan … ….. …
BJKerikil =
Air penuh
3 Berat Tabung, …. ….. ….. Poin 1
Kerikil dan Air Poin 4
Penuh
4 Volume (2 + 1)-3 …. ….. ….
5 B J = …. …. ….
Berat/Volume =
1/4

M. BERAT JENIS PASIR


1. Tujuan : Setelah melakukan praktikum, Praktekan
dapat menentukan berat jenis Pasir dalam kondisi Nyata
atau Jenuh Kering Muka
2. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Bejana kapasitas 1 liter
2. Timbangan ketelitian 0,1 gram
3. Sendok Semen
4. Gelas
Ukur b. Bahan :
Pasir kondisi Nyata dan Jenuh Kering Muka (SSD),
3. Langkah Kerja
 Pasir
1. Timbang Pasir Kondisi SSD atau kondidsi Nyata(X gr)
2. Timbang Tabung dan Air penuh (Y gr)
3. Timbang tabung, Pasir dan Air penuh (Z gr)
4. Volume = (Y gr) + (X gr) - (Z gr) = Q
5. BJ = X
Q
Lakukan pekerjaan ini 3 kali berturut-turut seperti pada
tabel berikut:

Tabel 10
BLANKO BERAT JENIS PASIR NYATA

Pengujian
No Jenis I II III
1 Berat Pasir kondisi 100 100 100
Nyata
BJ Pasir =
2 Berat tabung dan … ….. …
Air penuh
Poin 1
3 Berat Tabung, Pasir …. ….. ….. Poin 4
dan Air Penuh
4 Volume ( 2 + 1) - 3 …. ….. ….
5 B J = Berat/Volume = …. …. ….
1/4

Tabel 11
BLANKO BERAT JENIS PASIR “SSD CONDITION”

Pengujian
No Jenis I II III Keterangan
1 Berat Pasir 100 100 100
kondisi SSD
2 Berat tabung dan … ….. …
BJ Pasir =
Air penuh
3 Berat Tabung, …. ….. ….. Poin 1
Pasir dan Air Poin 4
Penuh
4 Volume (2 + 1)-3 …. ….. ….
5 B J = …. …. ….
Berat/Volume =
1/4
Gbr. 11.TIMBANGAN Gbr.12.MENIMBANG BEJANA

N. Porositas dan Daya Serap Air Agregat


Semua batuan mengandung pori atau rongga yang terjadi pada
proses pembentukan batuan tersebut, dimana rongga atau pori ini
sangat bervariasi baik besar kecilnya maupun jumlahya, ada yang
tidak dapat dilihat kecuali menggunakan kaca pembesar. Jumlah
volume rongga atau pori yang terdapat dalam batuan disebut
porositas dan dinyatakan dalam persen terhadap vulume batunya.
Porositas dalam agregat sangat erat hubungannya dengan
berat jenis, daya serap air, sifat kedap air, modulus
elastisitas, ketahanan aus dan stabilitas terhadap zat kimia
dari beton yang akan dibuat. Jika semua pori terisi oleh air,
tapi keliling permukaan agregat kering keadaan ini disebut
Jenuh Kering Muka (Saturated Surface Dry). Namun jika sebagian
air dibiarkan mengering/menguap sehingga tidak jenuh lagi, maka
keadaan ini disebut Kering Udara. Sedangkan jika dikeringkan
dengan dapur pemanas (Oven) sampai semua airnya menguap maka
disebut kering mutlak.
Jumlah air yang terdapat dalam agregat dari keadaan kering
mutlak sampai keadaan jenuh kering muka disebut air yang
diserap dan dinyatakan dalam persen. Air yang mengisi seluruh
permukaan agregat yang sudah jenuh disebut air bebas.
O. BAHAN MERUGIKAN DALAM AGREGAT.
Agregat kasar maupun agregat halus terutama yang berasal
dari alam sering dicemari oleh beberapa macam bahan yang
dapat berpengaruh jelek terhadap beton, diantaranya adalah
1. Zat organik.
Zat organik banyak terdapat dalam agregat halus (pasir),
merupakan hancuran tumbuh-tumbuhan berupa humus dan lumpur
terutama asam tanin dan derivatnya. sedangkan agregat kasar
boleh dikatakan tidak mengandung zat organik. Tidak semua zat
organik berpengaruh jelek terhadap beton, sehingga perlu
diperiksa ada tidaknya zat organik yang merusak sifat-sifat
beton.
Cara kolorimetrik menurut standard Industri 0077 – 75,
digunakan sebagai petunjuk, apakah pengujian lebih lanjut
perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh zat organik
terhadap beton.
2. Tanah liat, Lumpur dan debu.
Tanah liat yang sering terdapat dalam agregat mungkin
berbentuk gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan
butiran agregat. Tanah liat pada permukaan butiran agregat
akan mengurangi kekuatan ikatan antara pasta semen dan
agregat, sehingga akan mempengaruhi kekuatan dan ketahanan
beton. Gumpalan tanah liat akan hancur dalam pengadukan pada
waktu pembuatan beton. Tanah liat akan menyerap banyak air
dan dapat mempertinggi jumlah air pengaduk dalam pembuatan
beton.
Lumpur dan debu yang berukuran antara 0,002 mm dan 0,006 mm
(2 – 6 micron) dapat menutupi permukaan butiran agregat dan
memperlemah ikatan pasta semen dengan agreagat sehingga
mengurangi kekuatan betonnya, karena pengaruh jelek ini maka
jumlahnya dalam agregat tidak boleh lebih dari 5 % untuk
agregat halus dan 1% untuk agregat kasar.
3. Garam chlorida dan sulfat.
Pasir pantai atau muara sungai yang berhubungan dengan air
laut, kemungkinan mengandung garam chlorida dan sulfat
antara lain Na, Mg, Ca, Chlorida Na dan Mg sulfat, garam ini
dapat dihilangkan dengan cara mencuci pasirnya dengan
air tawar, jika tidak dihilangkan dapat merusak beton,
chlorida mengakibatkan baja tulangan menjadi berkarat,
sehingga tidak berfungsinya tulangan didalam konstruksi.
Sedangkan garam sulfat, terutama garam Mg sulfat sangat
agresif terhadap semen yang reaksinya dengan semen
menghasilkan senyawa- senyawa yang volumenya mengembang
menyebabkan beton menjadi rusak.
Disamping itu agregat dari pantai juga mengandung
kulit kerang dan jika kadar kulit kerangnya cukup tinggi
dapat berakibat lebih rendahnya kekuatan dan ketahanan
beton.

4. Partikel-partikel yang tidak kekal.


Didalam agregat ada kemungkinan terdapat partikel-
partikel yang ringan, lunak dan dapat berubah
komposisinya atau hancur. Partikel yang ringan dapat
berupa arang, kayu dan mika. Partikel yang lunak yaitu
Lumpur dan tanah liat yang mengeras, namun jika terendam air
akan mengembang kemudian pecah. Partikel yang ringan dan
lunak ini akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton
dan menambah kebutuhan air pencapur waktu pembuatan
beton.
5. Sifat Kekal Agregat.
Sifat kekal agregat adalah kemampuan agregat
untuk menahan terjadinya perubahan volume yang belebihan
karena adanya perubahan kondisi fisik, kondisi fisik yang
dapat menimbulkan perubahan volume butiran agregat ialah
kondisi antara beku dan mencair, perubahan panas pada
suhu di atas
titik beku, kondisi basah dan mengering berganti-ganti atau
perubahan bentuk yang terjadi akibat perubahan cuaca.
Agregat dikatakan tidak kekal, jika perubahan
volume/bentuk yang terjadi, karena perubahan kondisi fisik
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada beton. Kerusakan
yang terjadi seperti kerutan-kerutan setempat, retak-retak
pada permukaan pecah-pecah yamg agak dalam, sampai kepada
yang berbahaya pada beton. Sifat tidak kekal bisa ditimbulkan
oleh adanya chert yang porous, lempeng dan tanah liat atau
mineral sejenisnya yang terdapat di antara lapisan batuan
atau mengisi sebagian volume butiran agregat. Pori-pori yang
terdapat dalam agregat maupun mineral-minera ini dapat
meneruskan air masuk membasahi agregat atau keluar dari
agregat pada proses pengeringan.
6. Reaksi Alkali-Agregat.
Reaksi alkali agregat adalah reaksi antara alkali (Na2
dan K2O) dalam semen atau dari luar dengan silica aktif yang
terkandung dalam agregat. Silika yang aktip adalah opal yang
amorp, chalcedony and tridymite.
Reaksi terjadi antara alkali hidroksida yang berasal
dari alkali dalam semen dengan silica aktif dalam agregat,
membentuk alkali-silika gel dipermukaan agregat. Gel ini
besifat mengikat air lalu mengembang volumenya. Tekanan yang
timbul oleh berkembangnya volume gel mengakibatkan retak atau
pecah pada beton. Reaksi ini terjadi kalau beton atau adukan
berada dalam lingkungan basah, tanpa adanya air reaksi tidak
akan berlangsung.
7. Sifat-Sifat Thermal.
Ada tiga sifat thermal agregat yang berpengaruh kepada
sifat beton :
1. Koefisien pengembangan linear
2. Panas jenis
3. Daya hantar panas
Panas jenis dan daya hantar panas sangat erat hubungannya
dengan beton massa dan beton untuk isolasi panas. Sedangkan
sifat koefisien pengembangan linear dari agregat sangat
berpengaruh terhadap beton yang mengalami kondisi suhu yang
berubah-rubah.
Jika sifat koefisien pengembangan linier antara agregat
dan pasta semen jauh berbeda, maka akan terjadi gerakan
thermal yang berbeda di dalam beton yang merusak ikatan
antara agregat dan pasta semen, bila beton mengalami suhu
yang jauh berbeda dan berganti-ganti antara panas dan dingin,
sebaiknya agregat mempunyai koefisien pengembangan linear
yang hampir sama dengan pasta semen, jika tidak maka akan
besar kemungkinan terjadinya retak/pecah pada beton.
Besarnya koefisien pengembangan liniear agregat
tergantung dari jenis batuannya dan juga pasta semen
koefisiennya antara 11 x 10ֿ
6 dan 16 x 10ֿ
6 per ºC.
Tabel di bawah ini memberikan gambaran besarnya pengembangan
linear karena pengaruh thermal bagi beberapa macam batuan.

Tabel 12
KOEFISIEN PENGEMBANGAN LINIER PENGARUH THERMAL BATUAN

Jenis Batuan Koefisien Pengembangan


Linear (X 10ֿ6 / º C)
Granite Diorite,Andesit 1,8 s/d 11,9
Gabbro,Diabas,Basalt 4,1 s/d 10,3
Batu pasir(sand stoner) 3,6 s/d 9,7
Dolomit 4,3 s/d 13,9
Batu kapur 6,7 s/d 8,6
Chert 0,9 s/d 12,2
Marmer 7,4 s/d 13,1
1,1 s/d 16,0
Referesi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997
C. KADAR AIR AGREGAT
1. Tujuan : Dapat menghitung banyaknya air yang terkandung dalam
Agregat sesuai prosudur yang berlaku.
2. Alat dan Bahan yang diperlukan
 Alat :
 Sendok Semen
 Mangkok porselin/nikel,
 Oven, Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr,
 Kerucut terpancung lengkap dengan penumbuknya,
 Kain lap, Ember dan tampah.
 Corong
 Kuas

 Bahan :
 Agregat halus 1.000 gr dan
 Agregat Kasar 2.000 gr
3. Langkah Kerja
 Agregat Halus (Pasir)
1. Ambil Pasir 3 x 100 gr masing-masing masukkan dalam mangkok
porsellin/nikel
2. Ketiga mangkok tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu
110º C ± 5º C selama 2 jam
3. Keluarkan dari oven, dinginkan dalam desikator supaya
pendinginan tidak terpengaruh udara luar
4. Keluarkan dari desikator, timbang beratnya.
5. Pemanasan, pendinginan dan penimbangan dilakukan sampai
berat pasir tidak berubah lagi/tetap, misal X gr.
Cara lain untuk pengujian pasir sudah kering tetap :
 Letakan potongan kaca di atas permukaan pasir yang
dipanaskan selama ± 1 menit sembari diperhatikan
permukaan kaca.
 Apabila ada uap air yang menempel pada kaca, berarti
pasir masih mengandung air, maka lanjutkan pemanasan.
 Seandainya uap air tidak ada lagi yang menempel, pasir
sudah kering tetap, maka dikeluarkan dan dingikan.
100 x
Hitung kadar airnya : ka  100%
x

 Pasir SSD :
1. Sisa pasir di atas direndam selama 24 jam
2. Keringkan perlahan-lahan sehingga didapatkan jenuh
kering muka (SSD) dengan jalan :
3. Letakkan kerucut terpancung di atas tempat yang datar
4. Isi sepertiga bagian, tumbuk 8 kali
5. Isi sepertiga bagian lagi, tumbuk 8 kali
6. Isi penuh, dan tumbuk 9 kali ( jumlah semua tumbukan
25 kali )
7. Ratakan permukaan pasir, bersihkan keliling
kerucut, angkat kerucut tegak lurus. Pekerjaan ini
dilakukan selama
10 menit.
8. Perhatikan keadaan pasir sesudah kerucut diangkat
9. Pasir tetap utuh seperti kerucut, berarti pasir
masih dalam keadaan basah gambar 1
10. Teruskan pengeringan pasir sampai pasir rontok sebagian,
berarti pasir sudah kering muka (SSD) gambar 2
11. Pasir rontok semua berarti pasir sudah kelewat SSD,
pekerjaan harus diulangi lagi gambar 3
12. Pasir yang sudah SSD ambil 3 x 100 gr, masukkan dalam
mangkok porselin/nikel . Keringkan dalam oven sampai
kering tetap, dinginkan dalam desikator, timbang beratnya
misal y gr.
100 y
ka SSD  100%
y

Tabel 13
BLANKO KADAR AIR PASIR NYATA DAN “SSD CONDITION”

Pengujian
No Perlakuan I II III
1 Berat semula 100 100 100
2 Berat kering KA:
tetap selisih
3 Selisih 100%
BeratKerin gTetap
4 Berat SSD 100 100 100
5 Berat kering
tetap
6 Selisih

Gbr. 13 SET KERUCUT ABRAM Gbr.14 KERUCUT DIANGKAT


Gbr 15. PASIR TERCETAK Gbr. 16 PASIR RUNTUH

Gbr. 17 PASIR RUNTUH SEBAHAGIAN BERARTI KONDISI SSD

 Kerikil Nyata
1. Timbang kerikil 3 x 250 gr
2. Masing-masing masukkan dalam mangkok porselin/nikel
3. Keringkan dalam oven sampai kering tetap, dan
dinginkan dalam desikator, timbang beratnya q gr.
4. Kadar air :
250 q
ka  100%
q
 Kerikil SSD
1. Ambil sisa kerikil di atas, rendam selama 24 jam
2. Setelah direndam, keluarkan dan letakkan di atas kain,
lap kerikil tersebut hingga air yang menempel pada
kerikil tidak menetes lagi, ini dinamakan sudah SSD
3. Ambil 3 x 250 gr masing-masing masukkan dalam
mangkok porselin/nikel
4. Keringkan dalam oven hingga kering tetap
5. Dinginkan dalam Desikator dan keluarkan,
timbang beratnya,misal w gr
250 w
6. Kadar air : ka  100%
w
Tabel 14
BLANKO KADAR AIR KERIKIL NYATA DAN “SSD CONDITION”

Pengujian
No Perlakuan I II III
1 Berat semula 250 250 250
2 Berat kering
tetap
Kadar Air:
3 Selisih
selisih
4 Kerikil SSD 250 250 250 100%
BeratKerin gTetap
5 Berat kering
tetap
6 Selisih

 KESIMPULAN
Simpulkan hasil pengujian dan kaitkan dengan persyaratan kadar
air agregat.

P. PENGUJIAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL


1. TUJUAN :Setelah melakukan praktikum, praktekan dapat
menghitung porsentase kadar lumpur yang terkandung dalam
pasir dan kerikil.
2. ALAT DAN BAHAN
 Alat :
a. Bejana gelas Ø 10 cm dan tinggi 20 - 30 cm, Kayu
pengaduk, Oven, Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr,
Desikator, Ember, Sendok pasir/ kerikil, Mangkok
porselin/nikel, Ayakan dengan lubang 70 micron
b. Bahan : Pasir 500 gr, Kerikil 1000 gr
3. LANGKAH KERJA.
 Pasir
1. Ambil Pasir ± 500 gr masukkan dalam Oven dengan suhu
110 ºC ± 5, hingga kering tetap dinginkan dan timbang
beratnya.
2. Lakukan pekerjaan ini sampai berat pasir tidak
berubah lagi. Pasir yang sudah kering tetap timbang 3
x 100 gr masing-masing masukkan dalam gelas, rendam
selama 60 menit.
3. Aduk dengan kayu pengaduk dan diamkan selama ±
1’, tumpahkan airnya, lakukan pekerjaan ini sampai air
di atas permukaan pasir tidak keruh lagi.
4. Tuangkan pasir ke atas ayakan 70 micron
5. Ambil pasir dalam ayakan masukkan dalam
cawan porselin/nikel
6. Panaskan dalam oven sampai berat tetap
7. Dinginkan dan timbang beratnya, misal p gr
100 p
8. Kadar kl   100%
lumpur : 100

 Kerikil
1. Ambil kerikil ±1000 gr, keringkan dalam oven
dan dinginkan dan timbang beratnya. Lakukan pekerjaan
ini sampai berat kerikil kering tetap.
2. Kerikil yang kering tetap ambil 3 x 250 gr
masing- masing masukkan dalam tampah / ember
3. Rendam sambil diaduk-aduk sehingga terpisah
bagian partikel yang menempel, kemudian buang airnya.
Lakukan pekerjaan ini sampai air pencuci kerikil
bersih.
4. Tumapahkan air beserta kerikilnya ke atas
saringan no.100
5. Ambil kerikil yang berada di atas saringan
masukkan kedalam cawan porselin dan panaskan dalam
oven sampai kering tetap.
6. Dinginkan dan timbang beratnya. Misal q gr
250 q
7. Maka kadar lumpurnya adalah : kl   100%
250
Tabel 15
BLANKO KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL

Jenis Pengujian Keterangan


No Perlakuan I II III
1 Berat pasir 100 100 100
kering tetap
2 Berat kering
tetap setelah Kadar Lumpur :
dicuci selisih
3 Selisih 100%
100
4 Berat kerikil 250 250 250
kering tetap
5 Berat kering
tetap setelah
dicuci
6 Selisih

 SIMPULAN
Simpulkan hasil pengujian dan kaitkan dengan persyaratan

Q. PENGUJIAN ZAT ORGANIK PASIR


1. TUJUAN :Setelah melakukan praktikum, praktekan dapat
menentukan kandungan zat organik dalam pasir.
2. PERALATAN DAN BAHAN
 Alat :
1. Botol berskala
2. Skala warna
3. Tabung gelas
4. Corong
5. Kuas
 Bahan :
1. Pasir
2. Soda api (NaOH)
3. Air Suling
3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Buat larutan soda api, yakni ambil tabung gelas,
masukkan air murni sebanyak 97 gr. Tambahkan soda api
seberat 3 gr. Tutup tabung gelas dan kocok sehingga
soda api larut semuanya.
3. Masukkan pasir kedalam botol sebanyak 130 cc/ml
4. Tambahkan larutan soda api kedalam botol yang berisi
pasir sampai botol berisi 200 cc.
5. Tutup botol dengan baik.
6. Kocok botol selama 10 menit lalu diamkan 24 jam.
7. Amati cairan yang berada di atas pasir dan
bandingkan dengan warna standar ASTM C- 40
Gbr. 18 UJI ZAT ORGANIK PASIR Gbr.19 HELLIGE TESTER FOR ASTM C-40

R.SUSUNAN BUTIR AGREGAT


Dalam teknologi beton, agregat beton secara garis besarnya
terbagi dalam dua kelompok susunan butir yaitu:
1. Agregat halus, yang butirnya tembus ayakan ukurannya  5 mm
2. Agregat kasar, yang butirnya > 5 mm
Disamping itu, agregat dalam satu timbunan terdiri dari
butiran-butiran dengan berbagai ukuran dari ukuran yang
terkecil sampai yang terbesar.
Bila butiran tadi kita pisahkan dalam beberapa ukuran tertentu,
akan diperoleh suatu pembagian fraksi butir.
Untuk memisahkan butiran-butiran menurut fraksi (kelompok)
dipergunakan ayakan dengan berbagai ukuran.
Pemisahan fraksi –fraksi butiran tadi dengan ayakan, kita sebut
analisa ayak, dan dengan hasil analisa ayak akan dapat
digambarkan suatu kurva susunan butir dari agregat tersebut.
Gradasi agregat terutama agregat halus sangat penting
peranannya dalam membuat beton yang bermutu, karena gradasi ini
sangat berpengaruh terhadap beberapa sifat beton, antara lain:
a. Pengaruh gradasi terhadap beton segar :
1. Mempengaruhi kelecakan (workability)
2. Mempengaruhi sifat kohesif
3. Mempengaruhi jumlah air pencampur dan semen
yang diperlukan untuk suatu campuran beton
4. Mempengaruhi pengecoran dan pemadatan
5. Mempengaruhi finishing atau keadaan permukaan
6. Kontrol terhadap sekregasi (pemisahan butir) dan bleeding
(terpisahnya air kepermukaan beton)
b. Pengaruh gradasi terhadap beton keras
Bila beton segar sukar dipadatkan, terjadi sekregasi dan
bleeding, maka dapat menghasilkan beton keras yang
porous,tidak kedap air tidak merata dan terdapat banyak
rongga-rongga atau cacat yang tentu saja kekuatan dan
ketahanan beton menjadi berkurang.
Sangatlah penting dalam pembuatan beton untuk menjaga gradasi
agregat selalu konstan, agar diperoleh kelecakan dan sifat-
sifat beton segar yang konstan pula.

Gbr.20 SUSUNAN BUTIRAN Gbr.21 SUSUNAN BUTIRAN


AGREGAT TERPUTUS AGREGAT MENERUS

Gbr. 22 SUSUNAN BUTIRAN AGREGAT SERAGAM

T. Analisis Ayak Agregat


Ayakan yang akan dipakai untuk agregat beton mempunyai
lubang persegi. Ukuran lubang dinyatakan dengan satuan inci, mm
atau dengan nomor untuk ayakan yang besar lubangnya kurang 5 mm.
Nomor ayakan menunjukan lubang tiap inci linear. Umpamanya nomor
50, jumlah lubangnya 50 buah tiap inci persegi.
Ayakan standar yang banyak dipakai untuk analisa ayak
adalah menurut standard ASTM (Amerika), British Standard, DIN
(Jerman), AFNOR (Perancis) dan ISO (Internasional).
Setiap standard mempergunakan ukuran lubang berbeda satu dengan
yang lainnya. Meskipun demikian biasanya dapat diambil ukuran-
ukuran lubang yang berdekatan atau ekivalennya.
Ayakan utama terdiri dari ayakan yang berurutan dengan ukuran
lubang ayakan diatasnya sama dengan dua kali ukuran lubang
ayakan dibawahnya.
Ayakan-ayakan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 16
DAFTAR AYAKAN STANDARD ASTM, BS dan ISO

Standar ASTM- Standard British Standard ISO


EII-70 BS 410-1969
Lubang ayakan Lubang ayakan Lubang ayakan
(mm) (mm) (mm)
152 150 128
76 75 64
38 37.5 32
19 20 16
9,5 10 8
4.75 5 4
2.36 2.36 2
1.18 1.18 1
0.60 0.60 0.5
0.30 0.30 0.25
0.15 0.15 0.125
0.075 0.075 0.062
Refresi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997

1. Jumlah contoh untuk analisis ayak.


Dalam melakukan analisis ayak diperlukan sejumlah contoh
yang diambil dari suatu timbunan agregat. Disamping apa yang
tercantum dalam standard industri tersebut, sebagai tambahan
ada baiknya kita melihat persyaratan dari british standard
tentang jumlah contoh untuk analisa ayak.
BS.812 :1967 menyarankan jumlah contoh minimum berikut ini :
Tabel 17
BERAT CONTOH MINIMUM MENURUT B.S 812

Ukuran butir terbesar Berat contoh


minimum kg
inci mm
1
2 /4 63.5 50
2 50.8 35
1
1.5 atau 1 /4 38.1 atau 15
3
/4 31.8 5

0.5 25.4 2

3/8 19.0 1
1 3 12.7 0.5
/4 atau /16
9.5 0.2
menembus ayakan no
6.3 atau 4.8 0.1
7
menembus 2.4
Referesi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997

2. Contoh Perhitungan Analisis Ayak Agregat


Contoh agregat dikeringkan dalam oven pada suhu 1050c – 50 c
sampai berat tetap, lalu dibiarkan sampai dingin. Dari contoh
kering ini diambil sejumlah contoh untuk dilakukan analisa ayak
sesuai dengan persyaratan standard. Agregat yang tertinggal
diatas masing-masing ukuran ayakan kemudian ditimbang.
Hasil anlisa ayak dilaporkan dan di perhitungkan. Sebaiknya
laporan dibuat dalam bentuk tabelaris seperti contoh :
Tabel 18
CONTOH PERHITUNGAN ANALISA AYAK AGREGAT KASAR

Berat Persen Persen


Ayakan Persen
No. Tertinggal Tertinggal Lewat
(mm) Tertinggal
(gram) Komulatif Komulatif
1 2 3 4 5 6
1 75 0 0 0 100

2 37.5 389.7 2.60 2.60 97.40

3 19 4102 27.35 29.95 70.05

4 9.5 6952 46.35 76.30 23.70

5 4.75 3338 22.26 98.56 1.44

6 2.36 216.2 1.44 100.00 0

7 1.18 0 0 100.00 0

8 0.6 0 0 100.00 0

9 0.3 0 0 100.00 0

10 0.15 0 0 100.00 0

11 0.075 0 0 0 0

Jumlah 14997.9 100.00 707.42

Angka Kehalusan : 7.07


Keterangan :
1. Kolom 1 adalah no urut
2. Kolom 2 adalah lubang ayakan
3. kolom 3 adalah berat tertinggal pada ayakan
4. kolom 4 adalah berat tertinggal di atas ayakan
dibagi berat total dikali seratus
5. kolom 5 adalah penjumlahan dari persen tertinggal yang
ada pada kolom 4 kecuali ayakan 0,075 tidak termasuk ini sama
dengan kadar abu pada kerikil.
6. kolom 6 adalah 100 kurang poin-poin yang ada pada kolom 5
7. Menghitung angka kehalusan”fenenes mudulus” adalah jumlah
persen tertinggal komulatif (kolom 5) dibagi jumlah persen
tertinggal(kolom 4)
Tabel 19
CONTOH PERHITUNGAN ANALISA AYAK AGREGAT HALUS

Berat Persen Persen Persen


Ayakan
No. Terting Terting Tertinggal Lewat
(mm)
gal(gram) gal Komulatif Komulatif
1 2 3 4 5 6
1 9.5 0 0 0 100

2 4.75 1.6 0.16 0.16 99.84

3 2.36 3.4 0.34 0.50 99.50

4 1.18 22.6 2.26 2.76 97.24

5 0.6 184.7 18.49 21.25 78.75

6 0.3 325.3 32.56 53.81 46.19

7 0.15 426.2 42.66 100.00 0.00

8 0.075 35.3 3.53

Jumlah 999.1 100.00 178.48

Angka Kehalusan (FM): 1.78

Keterangan :
1. Kolom 1 adalah no urut
2. Kolom 2 adalah lubang ayakan
3. kolom 3 adalah berat tertinggal pada ayakan
4. kolom 4 adalah berat tertinggal di atas ayakan dibagi
berat total dikali seratus
5. kolom 5 adalah penjumlahan dari persen tertinggal yang
ada pada kolom 4 kecuali ayakan 0,075 tidak termasuk ini
sama dengan kadar abu pada pasir.
6. kolom 6 adalah 100 kurang poin-poin yang ada pada kolom 5
7. Menghitung angka kehalusan”fenenes mudulus” adalah jumlah
persen tertinggal komulatif (kolom 5) dibagi jumlah persen
tertinggal(kolom 4)

3. Angka Kehalusan
Suatu perhitungan dari hasil analisa ayak yang dipergunakan
terutama di Amerika serikat adalah angka kehalusan (Fineness
Modulus).
Menurut Prof . D. A. Abrams, angka kehalusan ialah jumlah
persen tertinggal komulatif pada tiap-tiap ayakan dari suatu
seri ayakan yang ukuran lubangnya berbanding dua kali lipat,
dimulai dari ayakan berukuran lubang 0.15 mm (150 mikron),
dibagi jumlah persen tertinggal yaitu :100 (lihat contoh pada
table di atas)
Perlu diingat bila seluruh butir-butir agregat lebih besar
dari suatu lubang ayakan umpamanya 1.18 mm, maka persen
tertinggal komulatif adalah 100%. Demikian pula untuk ayakan
berikutnya 0.60 mm, 0.30 mm, dan 0.15 mm harus dimasukan
sebagai 100% pula. Angka kehalusan ini kurang dapat memberikan
gambaran tentang susunan besar butir, karena pada angka
kehalusan yang sama dapat terjadi susunan besar butir (grading)
yang berbeda-beda.
Gradasi agregat akan lebih baik digambarkan dengan grafik
pembagian besar butir.

4. Grafik susunan besar butir


Hasil analisa ayak akan lebih mudah dimengerti bila
disajikan dalam bentuk grafik. Penggambaran susunan besar butir
(gradasi) dalam grafik paling banyak digunakan. Karena dengan
cara ini dapat mudah persyaratannya, apakah terlalu kasar atau
terlalu halus dan adakah kekurangan pada suatu ukuran butir
tertentu (gap grading).
Dalam grafik ini pada ordinat dicantumkan proses tembus
atau tertinggal komulatif dengan skala linear dan pada absis
dicantumkan lubang ayakan pada skala logaritma.
Grafik untuk agregat kasar dan halus dapat pula
digambarkan secara terpisah. Hal ini akan lebih baik dan lebih
jelas dalam kita menilai apakah susunan besar butirnya memenuhi
persyaratan yang dikehendaki. Guna memperoleh gambaran yang
lebih teliti, dapat pula dicantumkan lubang ayak tambahan pada
absis, yaitu ayakan 50 mm, 30 mm,25 mm.
Dalam grafik diatas besar butir maksimum adalah 75 mm,
sedang pada pembuatan beton kebanyakan dipakai besar butir
maksimum 40 mm, 30 mm dan 20 mm.
Jika agregat mempunyai besar butir agregat maksimum umpamanya
40 mm,maka pada absis hanya dicantumkan lubang ayakan sampai 40
mm saja.

5. Persyaratan susunan besar butir agregat


Susunan besar butir agregat sangat berpengaruh terhadap
sifat baik tidaknya beton dikerjakan dan pemadatan beton
segar.
Berbagai standar menyarankan dan menetapkan batas-batas
susunan besar butir yang baik untuk agregat beton guna dapat
mencapai mutu beton yang baik dan ekonomis.
a. Syarat susunan besar butir agregat halus menurut British
Standard (BS) 882:1965 dan Standard ASTM C33–74
Table 20
STANDAR SUSUNAN BUTIR AGREGAT HALUS
(BS. 882 dan ASTM C 33)

Lubang Persentase Tembus Komulatif


Ayakan (persen berat ) Menurut
BS Menurut BS 882 : 1965 ASTM
(mm) C33-74
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
9.52 100 100 100 100 100
4.76 90-100 90-100 95-100 95-100 95-100
2.40 60-95 75-100 85-100 95-100 80-100
1.18 30-70 55-90 75-100 90-100 50-85
0.60 15-34 35-59 60-79 80-100 25-60
0.30 5-20 8-30 12-40 15-50 10-30
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15 2-10
Referesi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997

KURVA ZON 1 KURVA ZONE 2


100
100
90
90
80
80

70
Persen Tembus Komulatif

70
Persen Tembus Komulatif

60
60

50
50

40
40

30 30

20 20

10 10

0 0
0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52 0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52
Lubang Ayakan Lubang Ayakan

KURVA ZONE 3 KURVA ZONE 4


100

100
90
90
80
80
70
Persen Tembus Komulatif

70
Persen Tembus Komulatif

60
60
50
50
40
40

30
30

20
20

10 10

0 0
0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52 0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52
Lubang Ayakan Lubang Ayakan
KURVA ASTM C-33-74

100

90

80

70

Persen Tembus Komulatif


60

50

40

30

20

10

0
0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52
Lubang Ayakan

b. Syarat Besar Butir Agragat Kasar menurut BS.882:1973 dan


ASTM C.33-74
Tabel 21
SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT KASAR
BS.882: 1973,ASTM C.33-74

Lubang Persentase Tembus Komulatif


Ayakan B.S Ukuran Butir Nominal
(mm) 38,1- 4.76 19.0 – 4.76 9.6 – 4.76
(mm) (mm) (mm)
76.2 100 - -
38.1 95-100 100 -
19.0 30-70 95-100 100
9.52 10-35 25-55 50-85
4.76 0-15 0-10 0-10
Referesi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997

Tabel 22
SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT KASAR
(PBI) 1971-NI-2

Lubang Persentase Tembus Komulatif


Ayakan Ukuran Butir Nominal
BS(mm) 37.5-4.75 25–4.75 19–4.75 12.5-4.75
50.0 100 - - -
37.5 95-100 100 - -
25.0 - 95-100 100 -
19.0 35-70 - 90-100 100
12.5 - 25-60 - 90-100
9.5 10-30 - 20-55 40-70
4.75 0-5 0-10 0-10 0-15
4.36 - 0-5 0-5 0-5
Referensi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997

c. Syarat Susunan Besar Butir Agregat Gabungan Halus dengan


Kasar
Tabel 23
SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT GABUNGAN
HALUS DENGAN KASAR

Lubang Ayakan BS Persentase Tembus Komulatif


(mm) 38.1 (mm) 19.0 (mm)
76.2 100 -
38.1 95-100 100
19.0 45-75 95-100
4.76 25-45 30-50
0.60 8-30 10-35
0.15 0-6 0-6
Refresi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997

Agregat alam yang terdapat dipasaran, pada umumnya


tidak diolah dan diayak untuk memenuhi persyaratan
standard. Kita dapat menjumpai beberapa keadaan mengenai
susunan besar butir agregat, yang tidak memenuhi syarat,
antara lain :
1. Pasir yang terlalu kasar, kekurangan bagian butir
yang menembus ayakan 0.3 mm dan mengandung banyak
bagian butir > 5 mm
2. Pasir terlalu halus, mengandung banyak bagian yang
halus menembus ayakan 0.3 mm dan 0.15 mm atau
mengandung banyak Lumpur.
3. Pasir yang susunan butirnya tidak berlanjut,
artinya terdapat salah satu bagian butir (gab grading)
4. Agregat kasar yang hanya terdiri dari hanya satu atau
dua fraksi umpamanya fraksi 50-38 mm dan 38-19 mm
5. Agregat kasar yang terdiri dari tiga atau empat
fraksi
hasil pemecahan batu dengan mesin, yang kalau dicampur
dalam perbandingan tertentu dapat memenuhi persyaratan
gradasi yang baik.
6. Agregat kasar yang mengandung banyak bagian butir
yang halus menembus ayakan 4,75 mm,
Tidak selalu diperoleh agregat alam yang susunan besar
butirnya baik dan siap untuk dipakai dalam pembuatan
beton.
Mungkin saja pasir yang kasar perlu di gabungkan
dengan pasir yang halus dalam perbandingan tertentu agar
dapat dipenuhi persyaratan yang dikehendaki, Demikian
pula halnya dengan agregat kasar dan agregat halus
digabungkan dalam perabandingan tertentu.
U. PENGUJIAN ANALISIS AYAK PASIR
1. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat menganalisa
gradasi butir pasir untuk campuran beton.
2. TEORI SINGKAT
Pasir timbunan terdiri dari bermacam-macam ukuran besar
sampai kecil. Jika butiran-butiran ini kita pisahkan
dengan menggunakan ayakan standar kita peroleh suatu
pembagian besar butir (fraksi) yang berukuran sama.
Guna memperoleh gambaran tentang susunan besar butiran
pasir (agregat) dilakukan analisa ayak. Susunan besar
butir (gradasi) sangat berpengaruh terhadap beton segar dan
beton keras.
3. ALAT DAN BAHAN
 Alat
 Sendok semen
 Tampah
 Oven
 Desikator
 Timbangan
 Ayakan standar
 Kuas
 Bahan
 Pasir Kering
4. PETUNJUK PENGUJIAN
1. Ambil bahan Kurang lebih 1500 gr
2. Keringkan dan dinginkan
3. Timbang 1000 gr
4. Susun ayakan mulai dari ukuran 4,8 mm paling atas
dengan susunan berbanding 2 kali lipat sampai paling
bawah
5. Masukkan pasir kering kedalam ayakan, digoyang selama
10 menit
6. Keluarkan dari ayakan, timbang masing-masing
yang tinggal di atas ayakan dan masukkan dalam tabel
berikut:
Tabel 24
BLANKO ANALISIS AYAK PASIR

Ayakan Tertinggal di % komulatif


No ( mm ) ayakan
Berat % Tertinggal Tembus
1 9,5
2 4,8
3 2,4
4 1,2
5 0,6
6 0,3
7 0,15
8 0.075
Jumlah
V. PENGUJIAN ANALISA AYAK KERIKIL
1. TUJUAN :
Diharapkan setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat
menentukan susunan butir koral untuk komposisi campuran
beton.
2. TEORI SINGKAT
Koral terdiri dari bermacam-macam ukuran besar sampai
kecil. Jika butiran-butiran ini kita pisahkan dengan
menggunakan ayakan standar kita peroleh suatu pembagian
besar butir (fraksi) yang berukuran sama.
Guna memperoleh gambaran tentang susunan butir koral
(agregat) dilakukan analisa ayak. Susunan besar butir
(gradasi) sangat berpengaruh terhadap beton segar dan
beton keras.
3. ALAT DAN BAHAN
 Alat
 Sendok semen dan tampah
 Oven dan desikator
 Timbangan
 Rampill sampling (pembagi agregat)
 Kuas dan gundar
 Bahan
 Koral
4. PETUNJUK PENGUJIAN
1. Siapkan bahan yang telah kering oven sebanyak
5000 gr.
2. Susun ayakan dari 76 mm terbesar sampai 2.4 mm
terkecil.
3. Masukkan kerikil yang telah disiapkan kedalam
ayakan dan goyang selama 20 menit.
4. Timbang setiap butiran yang tinggal pada masing-
masing ayakan, masukkan dalam tabel.
Tabel 25
BLANKO ANALISIS AYAK KERIKIL

Ayakan Tertinggal di % komulatif


No (mm) ayakan
Berat % Tertinggal Tembus
1 76
2 37,5
3 19,1
4 9,52
5 4,8
6 2,4
7 1,2
8 0,6
9 0,3
10 0,15
Jumlah

Gbr. 23 AYAKAN STANDAR Gbr.24 AYAKAN STANDAR PADA MESIN


Gbr. 25 FRAKSI AGREGAT KASAR Gbr. 26 PRAKSI AREGAT GABUNGAN

Tabel 26
CONTOH REKAPITULASI DATA PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

SPESIFIKASI
No PARAMETER HASIL SATUAN METODE
MAX/MIN
1. Analisa Saringan
Susunan saringan :
1 ½ @ 38.1 mm - -
¾ @ 19.0 mm - -
3/8 @ 9.5 mm - -
No : 4 @ 4.8mm 100 % -
8 @ 2.4 mm 95 % - SNI-1968-1990-F
16 @ 1.2 mm 79 % -
30 @ 0.6 mm 40 % -
50 @ 0.3 mm 8 % -
100 @ 0.15 mm 3 % -
200 @ 0.075 mm - - -

2 Zone 2 -
3 Modus kehalusan FM= 2.73 Warna Std
Kotoran organik No 2 Max No 3
4
SNI-03-2816-1992
5 Passing No 200 1.05 %
Max 5%
6 Berat isi Padat 1.40 Kg/l Min. 1.2 kg/l PB-0208-76
7 Berat jenis
PB-0204-76
 Apparent 2.59
Min 2.3
 Ssd Condition 2.54 - Min 2.3
8. Penyerapan air 1.46 % Max.5 % SNI-1970-1990-F
SNI-1970-1990-F
Tabel 27
CONTOH REKAPITULASI DATA PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR

No PARAMETER HASIL SATUAN SPESIFIKASI METODE


MAX/MIN
1. Analisa Saringan
Susunan saringan :

1 ½ @ 38.1 mm 100 % -
SNI-1968-1990-F
¾ @ 19.0 mm 65 % -
3/8 @ 9.5 mm 38 % -
No : 4 @ 4.8mm 15 % -
8 @ 2.4 mm 05 % -
16 @ 1.2 mm 0 % -
30 @ 0.6 mm 0 % -
50 @ 0.3 mm 0 % -
100 @ 0.15 mm 0 % -
200 @ 0.075 mm - -

-
2 Modulus kehalusan FM= 6.73

3 Passing No 200 0.10 Max 1%


%

4 Berat isi lepas 1.48 Min. 1.2 kg/l PB-0204-76


Kg/l
Berat isi Padat 1.60

5 Berat jenis
 apparent 2.50 Min 2.3 SNI-1970-1990-F
-
 ssd basis 2.57
-
Min 2.3

7 Penyerapan air 2.28 Max.5 % SNI-1970-1990-F


%

8 Keausan 21.30 Max. 27% 1) PUBI 1982


% 27%-30% )
2
3
40%-50% )

Catatan : 1) Untuk Nilai K >225


2) Untuk Nilai K : 175 s/d 225
3) Untuk Nilai K < 125
Tabel 28
BLANKO REKAPITULASI DATA PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
SPESIfIKASI
No PARAMETER HASIL SATUAN MAX/MIN METODE

1. Analisa Saringan
Susunan saringan :
1 ½ @ 38.1 mm - -
SNI-1968-1990-F
¾ @ 19.0 mm - -
3/8 @ 9.5 mm - -
No : 4 @ 4.8mm …. % -
8 @ 2.4 mm …. % -
16 @ 1.2 mm …. % -
30 @ 0.6 mm …. % -
50 @ 0.3 mm …. % -
100 @ 0.15 mm …. % -
200 @ 0.075 mm …. - -

2 Zone …. FM= -
3 Modulus kehalusan …. No:

4 Kotoran organik …. Warna Std SNI-03-2816-1992

5 Passing No 200 …. % Max No. 3


Max 5% PB-0208-76
Berat Isi Lepas …. Kg/l
6 Berat isi Padat …. Min. 1.2 kg/l
Kg/l PB-0204-76

7 Berat jenis …. -
 apparent …. - Min 2.3
 ssd basis
Min 2.3 SNI-1970-1990-F
Kadar air Pasir …. %
8. …. Max.5 %
 Nyata
 SSd Condition
SNI-1970-1990-F
Tabel 29
BLANKO REKAPITULASI DATA PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
SPESIPIKASI
No PARAMETER HASIL SATUAN MAX/MIN METODE

1. Analisa Saringan
Susunan Saringan :

1 ½ @ 38.1 mm …. % -
SNI-1968-1990-F
¾ @ 19.0 mm …. % -
3/8 @ 9.5 mm …. % -
No : 4 @ 4.8mm …. % -
8 @ 2.4 mm …. % -
16 @ 1.2 mm …. % -
30 @ 0.6 mm …. % -
50 @ 0.3 mm …. % -
100 @ 0.15 mm …. % -
200 @ 0.075 mm - - -

2 Modulus kehalusan FM= ….


%

Kg/l
3 Passing No 200 …. Max 1% PB-0208-76
Kg/l

4 Berat Isi Lepas …. Min. 1.2 kg/l PB-0204-76


-
Berat isi Padat ….
-
5 Berat jenis
 apparent ….. Min 2.3 SNI-1970-1990-F
%
 ssd basis …. Min 2.3

6 Penyerapan air kr …. Max.5 % SNI-1970-1990-F


 Nyata ….
%
 SSD condition ….
1
7 Keausan(Abration) ….. Max. 27% ) PUBI 1982
2
27%-30% )
3
40%-50% )

Catatan : 1) Untuk Nilai K >225


4) Untuk Nilai K : 175 s/d 225
5) Untuk Nilai K < 125
W. PENGGABUNGAN AGREGAT
Penggabungan agregat adalah pencampuran agregat halus dan
kasar, sehingga menjadi suatu campuran yang memenuhi standar
susunan butir. Sebagai pedoman untuk mendapatkan persentase
masing-masing agregat yang diperlukan dalam gabungan agregat,
sebelumnya kita sudah harus tahu bahwa dalam pencampuran beton
persentase agregat kasar harus lebih besar daripada agregat
halus sering lebih dari 60 %.
Sebagai contoh : Dari analisa besar butir pasir dan kerikil
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 30
ANALISA AYAK AGREGAT

Standar % Tembus % Tinggal Batas Gradasi


BS-882 Komulatif Komulatif
Lubang Pa Keri Pa Keri Pasir Kerikil
ayakan sir kil sir kil
(mm)
38 - 100 - - - 95-100
19 - 57 - 43 - 37-70
9,5 100 35 0 65 100 10-40
4.75 98 5 2 95 90-100 0-5
2.36 90 - 10 100 75-100 -
1.18 79 - 21 100 55-90 -
0.60 52 - 48 100 35-59 -
0.30 18 - 82 100 8-30 -
0.15 5 - 95 100 0-10 -

Σ=258 Σ=703

o Hitung modulus kehalusan pasir= 258/100 = 2,58 (FM)


o Hitung modulus kehalusan Kerikil= 703/100 = 7,03(FM)
X. Penggabungan Agregat Metode Grafis.
1. Mengetahui persyaratan gradasi yang diminta (spesifikasi)
2. Buat kotak bujur sangkar dengan skala tertentu, arah X dan Y
masing-masing 10 kotak.
3. Porsen tembus komulatif pasir plot pada sisi tegak bagian
kiri dan porsen tembus komulatif kerikil plot pada sisi tegak
sebelah kanan kotak.
4. Hubungkan titik kiri (pasir) dengan titik kanan (kerikil)
yang ukuran lubang ayakannya sama.
5. Plot titik sfpesifikasi pada garis penghubung pasir dan
kerikil.
6. Pilih titik terdekat antara pasir dan kerikil dan tarik
garis pertikal pada kedua titik tersebut.
7. Garis pertikal tersebut pada poin lima dibagi dua, maka
diperoleh porsen pasir dan kerikil tentu porsen terbesar
dalah kerikil.
METODE GRAFIS
Langkah I.
100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Langkah 2- 5
100 100
98
90
90
80
79
70
% lewat Pasir % lewat Kerikil
60

52 50

40

30

20
18
10
5
0

: Batas atas spsifikasi agregat


: Batas bawah spsifikasi agregat

GABUNGAN AGREGAT METODE GRAFIS


100 100
98
90
90
80
79
70

60
% lewat Kerikil
% lewat Pasir

52 50

40

30

20
18
10
5
0
65 % Kerikil 35 % Pasir
: Batas atas spsifikasi agregat
: Batas bawah spsifikasi agregat
Tabel 31
PENGECEKAN KEDALAM AGREGAT GABUNGAN

Standar % Tembus Agregat


BS-882 Komulatif
Lubang Pa Keri 35 % 65 % Gabung Spesifi
ayakan sir kil Pasir Keri
an kasi
(mm) kil
38 - 100 35 65 100 100
19 - 57 35 37,05 72,05 50-75
9,5 100 35 35 22,75 57,75 35-60
4.75 98 5 34,3 3,25 37,55 23-47
2.36 90 - 31,5 31,5 18-37
1.18 79 - 27,6 27,65 12-30
0.60 52 - 18,2 18,2 7-23
0.30 18 - 6,3 6,3 3-15
0.15 5 - 1,75 1,75 2-6

KURVA GABUNGAN PASIR DENGAN KERIKIL

100

90
80
% LEWAT AYAKAN
72,5 70
Garis gabungan pasir dengan kerikil
60
57,7
50

40
37,5
30
31,5
27,6
20
18,2
10
1,7 6,3
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38

UKURAN AYAKAN (mm)


Y. Penggabungan Agregat Metode Diagonal
1. Mengetahui persyaratan gradasi yang diminta (spesifikasi)
2. Buat Kotak persegi panjang dengan ukuran panjang horizontal
20 Cm dan lebar vertikal 10 cm.
3. Tarik garis lurus dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas
(diagonal).
4. Sisi vertikal adalah porsen lewat komulatif pasir dan
kerikil
5. Plot titik spesifikasi ideal pada garis diagonal
6. Buat garis vertikal pada setiap titik spesifikasi ideal
hingga menyentuh garis batas atas dan bawah.
7. Gambarkan kurva Porsen tembus komulatif pasir dan kerikil
sesuai lubang ayakan.
8. Tentukan titik jarak yang sama antara kurva pasir dan
kerikil dengan garis tepi atas dan tepi bawah
9. Tarik garis vertikal antara titik yang dibuat pada poin 8
hingga memotong garis diagonal.
10. Tarik garis horizontal ke kanan dari Titik perpotongan
garis vertikal dengan garis diagonal
11. Dengan demikian ditemukan porsen terkecil pasir dan dan
selainnya kerikil.
METODE DIAGONAL
Langkah 1- 6

100

90

80

70
62,5
% Lewat Komulatif

60

50
47,5

40
35
30
275
21
20
15
9
10
4

0 0,15 0.3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38


Lubang Ayakan (mm)

Langkah 7 – 10

100

90
% Lewat Komulatif

80

70
62,5

60
50
47,5
40 35

27,5
21
20
15
9
10
4

0 0,15 0.3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38


Lubang Ayakan (mm)
Keterangan:
: Kurva % lewat Pasir
: Kurva % lewat Kerikil
Tabel 32
PENGECEKAN KEDALAM AGREGAT GABUNGAN

Standar % Tembus Agregat


BS-882 Komulatif
Lubang Pa Keri 34 % 66% Gabung Spesifi
ayakan sir kil Pasir Keri
an kasi
(mm) kil
38 - 100 34 66 100 100
19 - 57 34 37,05 72,05 50-75
9,5 100 35 34 22,75 57,75 35-60
4.75 98 5 34,3 3,25 37,55 23-47
2.36 90 - 31,5 31,5 18-37
1.18 79 - 27,6 27,65 12-30
0.60 52 - 18,2 18,2 7-23
0.30 18 - 6,3 6,3 3-15
0.15 5 - 1,75 1,75 2-6

CURVA GABUNGAN METODA DIAGONAL

100

90

80
72,5 70

% LEWAT AYAKAN
Garis gabungan pasir dengan kerikil
60
57,7
50

40
37,5
30
31,5
27,6 20
18,2
10
1,7 6,3 0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38

UKURAN AYAKAN (mm)


b. Soal Latihan 1
Diketahui Data Analisa Ayak Agregat seperti pada tabel
dibawah ini:
Tabel 33
BLANKO ANALISA AYAK PASIR
Ayakan Tertinggal di % komulatif
No (mm) ayakan
Berat % Tertinggal Tembus
1 76 -
2 37,5
-
3 19,1
-
4 9,52
-
5 4,8
147,3
6 2,4
165,76
7 1,2
115,78
8 0,6
182,56
9 0,3
123,67
10 0,15
49,52
Jumlah

Tabel 34
BLANKO ANALISA AYAK KERIKIL

Ayakan Tertinggal di % komulatif


No (mm) ayakan
Berat % Tertinggal Tembus
1 76 -
2 37,5
243,25
3 19,1
121,16
4 9,52
123,43
5 4,8
20,10
6 2,4
0
7 1,2
0
8 0,6
0
9 0,3
0
10 0,15
0
Jumlah

1. Hitung Angka Kehalusan pasir dan kerikil


2. Gabungkan pasir dan Kerikil dengan metoda Grafis
3. Gambarkan Kurva Gabungannya
c. Soal Latihan 2
Diketahui Data Analisa Ayak Agregat seperti pada tabel dibawah
ini :
Tabel 35
BLANKO ANALISA AYAK PASIR

Ayakan Tertinggal di % komulatif


No (mm) ayakan
Berat % Tertinggal Tembus
1 76 -
2 37,5
-
3 19,1
-
4 9,52
-
5 4,8
147,3
6 2,4
165,76
7 1,2
115,78
8 0,6
182,56
9 0,3
123,67
10 0,15
49,52
Jumlah
Tabel 36
BLANKO ANALISA AYAK BATU PECAH

Ayakan Tertinggal di % komulatif


No (mm) ayakan
Berat % Tertinggal Tembus
1 76 -
2 37,5
243,25
3 19,1
110,16
4 9,52
90,43
5 4,8
20,10
6 2,4
0
7 1,2
0
8 0,6
0
9 0,3
0
10 0,15
0
Jumlah

1. Hitung Angka Kehalusan Pasir dan batu pecah


2. Gabungkan pasir dan Kerikil dengan metoda Diagonal
3. Gambarkan Kurva Gabungannya

Anda mungkin juga menyukai