Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-
Nyalah kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penyimpangan kode etik profesi kebidanan dan Permasalahan etik
moral serta dilema dalam praktek kebidanan malpraktek”. Makalah ini
disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan
Persalinan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari


berbagai pihak, makalah ini belum tentu terwujud. Kami banyak menemukan
kesulitan dan tantangan, maka dari itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

A. Linda Yusanti,S.ST., M Keb selaku Dosen pembimbing mata kuliah


Etika Dan Hukum Kesehatan Fakultas MIPA Universitas Bengkulu
yang telah memberikan banyak bimbingan, meluangkan waktunya,
arahan, petunjuk, dan sumbangsih pemikirannya dalam proses
penulisan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan
tepat waktu.
B. Kedua orang tua yang sangat kami sayangi. Terima kasih telah
memberikan dukungan, semangat, dan inspirasi yang sangat berharga.
Serta yang tak bosan-bosannya berdoa demi keberhasilan kami.

Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.Kami


sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu kami minta maaf atas kekurangan-
kekurangan tersebut. Kritik dan saran yang akan sangat berguna untuk
kemajuan kami di masa mendatang serta kesempurnaan dari makalah ini
akan kami terima dengan tangan terbuka.

Bengkulu, 24 Agustus 20220

ii
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii


DAFTAR ISI …………........................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………...... 1
1.1        Latar belakang ………………………………….... 1
1.2        Rumusan masalah ………………………………… 2
1.3        Tujuan ……………………………………………. 3
BAB II  PEMBAHASAN ……………………………………………... 4
2.1  Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan ………... 4
2.2 Permasalahan Etik Moral Dan Dilema Dalam Praktek
Kebidanan Malpraktek ……………………………….. 5
2.2.1 Pengertian ………………………………......... 5
2.2.2 Unsur ………………………………………… 8
2.2.3 Jenis Malpraktek ……………………………. 9
2.2.4 Upaya Pencegahan Malpraktek …………....... 10
2.2.5 Penanganan Malpraltek ……………………... 12
BAB III PENUTUP …………………………………………………… 15
3.1 Kesimpulan ……………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

2
3PENDAHULUAN
4
5Peningkatan pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian
cepat dalam segala bidang
serta
6meningkatnya pengetahuan
masyarakat berpengaruh pula
terhadap meningkatnya tuntutan
masyarakat akan
7mutu pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan kebidanan.

1
Hal ini merupakan tantangan
bagi profesi
8kebidanan dalam
mengembangkan profesionalisme
selama memberikan pelayanan
yang berkualitas. Kualitas
9pelayanan yang tinggi
memerlukan landasan komitmen
yang kuat dengan basis pada etik
dan moral yang
10 tinggi.
11 Masalah etika
merupakan komponen penting
dalam kehidupan sehari-hari
karena kita memilih untuk
12 hidup di tengah
msyarakat dan hidup bersama
2
orang lain. Oleh karena itu,
manusia menganggap etika
13 merupakan bagian
dari hidupnya yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan
lainnya.
14 Sikap etik
profesional yang kokoh dari
setiap perawat atau bidan akan
tercermin dalam setiap
15 langkahnya,
termasuk penampilan diri serta
keputusan yang diambil dalam
merespon situasi yang muncul.
16 Oleh karena itu
pemahaman yang mendalam

3
tentang etik dan moral serta
penerapannya menjadi bagian
17 yang sangat
penting dan mendasar dalam
memberikan asuhan kebidanan
dimana nilai-nilai pasien selalu
18 menjadi
pertimbangan dan dihormati.
19 Etika sebagai
refleksi manusia tentang apa
yang dilakukannya dan
dikerjakannya mempunyai suatu
20 tradisi yang
panjang, dimana jika kita
membicarakan masalah etika
maka kita tidak bisa terlepas dari
masalah
4
21 moral dan hukum
karena ketiganya berhubungan
erat dan saling mempengaruhi
satu sama lain. Etika dan
22 hukum memiliki
tujuan yang sama, yaitu
mengatur tata tertib dan
tenteramnya pergaulan hidup
dalam
23 masyarakat.
Pelanggaran etik tidak selalu
merupakan pelanggaran hukum,
tetapi sebaliknya, pelanggaran
24 hukum hampir
selalu merupakan pelanggaran
etik. Karena hukum ditujukan
bagi masyarakat, maka hukum
5
25 harus dibuat
dengan dasar etika. Keduanya
saling membutuhkan dan
keberadaannya tidak bisa
digantikan.
Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, yang tidak kalah penting
dari bidang lain adalah bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi
(Kementrian Kesehatan,2009).
Kesehatan adalah hak asasi manusia, hak tersebut haruslah diwujudkan dalam
bentuk memberikan upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas. Salah satunya
mempunyai patokan atau standar kode etik profesi, mengembangkan ilmu pengetahuan,
mengikuti pelatihan berkelanjutan, memiliki sertifikasi, registrasi dan lisensi serta
membina, mengawasi dan memantau agar pengabdian sesuai dengan standar pelayanan
atau pun standar pendidikan yang berlaku.Untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan
berkesinambungan. Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi
tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Profesi ini telah menduduki peran
dan posisi bidan menjadi terhormat dimasyarakat karena tugas yang diembannya sangat
mulia dalam upaya memberi semangat dan membesarkan hati kaum perempuan atau ibu.
Disamping setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik.
Pada prinsipnya profesi bidan merupakan salah satu profesi kesehatan yang selalu
bersinggungan dengan masyarakat khususnya kaum perempuan atau ibu. Salah satu

6
upaya yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janinnya adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang
membutuhkannya. Atas dasar itulah profesi bidan merupakan profesi yang sangat
strategis dalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia. Definisi bidan menurut
International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh
organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation Of International
Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi bidan yang disempurnakan dalam kongres
ICM tahun 2011 di Durban adalah:
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang
diakui di negaranya dan yang didasarkan pada ICM kompetensi. Telah lulus dari
pendidikan tersebut Untuk pendidikan, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional
dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Pengetahuan dan
penerapan etika dalam praktik kebidanan, akan menjadikan seorang bidan terlindung dari
pelanggaran etik ataupun moral yang sedang berkembang di hadapan publik. Hal ini erat
kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga seorang bidan sebagai provider
kesehatan, harus kompeten dalam menyikapi dan mengambil keputusan yang tepat untuk
bahan tindakan selanjutnya sesuai standar asuhan dan kewenangan bidan. Pelayanan
kebidanan di puskesmas merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang
arahnya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga sehingga
terwujud keluarga sehat sejahtera.
Salah satu keberhasilan pencegahan kematian ibu dan anak terletak pada
ketepatan pengambilan keputusan pada saat terjadinya komplikasi atau kegawat
daruratan. Hal ini bisa terjadi apabila keluarga mempunyai pengetahuan dasar yang baik
tentang kehamilan dan persalinan sehingga mereka bisa menyusun perencanaan
persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi sedini mungkin. Keberadaan puskesmas
adalah salah satu jawaban untuk mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kebidanan dan bayi baru lahir untuk mencegah komplikasi dan atau mendapatkan
pelayanan pertama saat terjadi kegawatdaruratan. Proses pengambilan keputusan
merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan keberadaanya

7
sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya. Dalam praktik kebidanan
seringkali bidan dihadapi pada beberapa permasalahan yang dilematis, artinya
pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan etik. Dilema muncul karena terbentur
pada konflik moral, pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakinai
bidan dengan kenyataan yang ada.

1.2 Rumasan Masalah

a. Apa itu penyimpangan kode etik profesi kebidanan?

b. Apa saja permasalahan etik moral dan dilema dalam praktek kebidanan malpraktek?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui apa itu penyimpangan kode etik profesi kebidanan


b. Untuk mengetahui apa saja permasalahan etik moral dan dilema dalam praktek
kebidanan malpraktek

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyimpangan kode etik profesi kebidanan

Kode etik adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota
profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yang di
atur di dalamnya, yaitu berupa ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh di perbuat atau di laksanakan oleh anggota profesi, melainkan juga dalam
menjalankan tugas profesinya, serta menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam
pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.

Kode etik profesi penting di terapkan, karena semakin meningkatnya tuntutan


terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakat
tentang prinsip dan nilai moral yang terkandung dalam pelayanan profesional. Kode etik
profesi mengandung karakteristik khusus suatu profesi. Hal ini berarti bahwa standart
profesi harus dipertahankan dan mencerminkan tanggung jawab yang diterima oleh
profesi dalam hubungan profesional antara tenaga kesehatan dan masyarakat.

9
Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya
terhadap tindakan yang dilakukannya salah satu tanggung jawab bidan yaitu “tanggung
jawab terhadap masyarakat”. Bidan turut bertanggung jawab dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat. Baik secara mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lainnya,
bidan berkewajiban memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat.

Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial


masyarakat dunia, maka juga akan mempengaruhi munculnya masalah atau
penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi atau ilmu pengetahuan yang
menimbulkan konflik terhadap nilai titik arus kesejagatan ini tidak dapat dibendung, pasti
akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik
mungkin saja terjadi juga dalam praktik kebidanan misalnya dalam praktik mandiri.
Bidan praktik mandiri mempunyai tanggung jawab yang besar karena harus
mempertanggung jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan praktik
mandiri menjadi pekerja yang Gbebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar
sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

2.2 Permasalahan etik moral dan dilema dalam praktek kebidanan malpraktek

Dalam praktik kebidanan seringkali bidan dihadapi oleh beberapa permasalahan


yang dilematis, artinya pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan kode etik.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dalam kenyataan yang ada.

2.2.1 Pengertian

A. Issue Etik

Isu adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan
yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian. Etika diartikan sebagaiilmu
yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidupmanusia khususnya perbuatan
manusia yang didorong oleh kehandak dengan didasaripikiran yang jernih dengan

10
pertimbangan perasaan.Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat
dengan nilai manusia dalm menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan
apakah pernyataan itu baik atauburuk.Sedangkan dalam konteks secara luas dinyatakan
bahwa: Etik adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dan konsep yang membimb ing
makhluk hidup dalam berfikir dan bertidak serta menekankannilai-ni la i mereka. (Shirley
R Jones – Ethics inMidewifery)Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan opic
yang penting yang berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik
danburuknya.

B. Issue Etik Dalam Pelayanan Kebidanan

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalm menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah pernyataan itu baik
atau buruk. Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan opic yang penting yang
berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang
berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.

Beberapa pembahasan masalah etik dalm kehidupan sehari hari adalah sebagai berikut:

1. Persetujuan dalam proses melahirkan.

a. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan.

b. Kegagalan dalam proses persalinan.

c. Pelaksanan USG dalam kehamilan.

d. Konsep normal pelayanan kebidanan.

e. Bidan dan pendidikan seks.

2. Contoh masalah etik yang berhubungan dengan teknologi:

a. Perawatan intensif pada bayi.

11
b. Skreening bayi.

c. Transplantasi organ.

d. Teknik reproduksi dan kebidanan.

3. Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi:

a. Pengambilan keputusan dan penggunaan etik.

b. Otonomi bidan dan kode etik profesional.

c. Etik dalam penelitian kebidanan

d. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif.

4. Beberapa contoh mengenai isu etik dalm pelayananan kebidanan adalah berhubungan
dengan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Agama / kepercayaan.

b. Hubungan dengan pasien.

c. Hubungan dokter dengan bidan.

d. Kebenaran.

e. Pengambilan keputusan.

Bidan dituntut untuk berprilaku hati-hati dalm setiap tindakannya dalam memberikan
asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang etis dan profesional.

C. Issue Moral Dalam Pelayanan Kebidanan

Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik dan
buruk yang mempengaruhi siakap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik buruk
berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial
budaya, agama, dll. Hal ini yang disebut kesadaran moral. Isu moral dalam pelayanan

12
kebidanan merupakan topik yang penting yang berhubungan dengan benar dan salah
dalam kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan pelayanan kebidanan.

Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari:

1. Kasus abortus.

2. Euthanansia.

3. Keputusan untuk terminasi kehamialn.

4. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan sehari-
hari,seperti yang menyangkut konflik dan perang.

D. Dilema dan Konflik Moral

Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua
alternative pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan
pemecahan masalah. Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan
batin, atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang
ada.

2.2.2 Unsur

a. Adanya kelalaian.
Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena kekurang hati-hatian,
kurangnya pemahaman, serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan akan
profesinya, padahal diketahui bahwa mereka dituntut untuk selalu
mengembangkan ilmunya. 

b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga
Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian,

13
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterampilan fisik, dan tenaga
keteknisan medis. Yang dimaksud tenaga medis adalah dokter atau dokter
spesialis. 

c. Tidak sesuai standar pelayanan medik.

Standar pelayanan medik yang dimaksud adalah standar pelayanan dalam


arti luas, yang meliputi standar profesi dan standar prosedur operasional. 

d. Pasien menderita luka, cacat, atau meninggal dunia.

Adanya hubungan kausal bahwa kerugian yang dialami pasien merupakan


akibat kelalaian tenaga kesehatan. Kerugian yang dialami pasien yang berupa luka
(termasuk luka berat), cacat, atau meninggal dunia merupakan akibat langsung
dari kelalaian tenaga kesehatan.

2.2.3 Jenis Malpraktek

Malpraktik berasal dari kata “mal” yang berarti salah dan “praktik” yang berarti
pelaksanaan atau tindakan, sebagai arti harafiahnya adalah pelaksanaan atau tindakan
yang salah “Lazimnya istilah ini hanya digunakan untuk menyatakan adanya tindakan
yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi (profesional misconduct).

Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari
sudutpandang hukum disebut legal malpractice. Setiap malpraktik yuridik sudah pasti
malpraktik etik, tetapi tidak semua malpraktik etika merupakan malpraktik yuridik.

A. Legal malpractice
Legal malpractice masih dibagi menjadi tiga kategori sesuai bidang hukum yang
dilanggar:
a) Criminal malpractice (malpraktik pidana)
Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami
cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang cermat dalam

14
melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat
tersebut. Malpraktik pidana ada tiga bentuk yaitu:
 Malpraktik pidana karena kesengajaan (intensional), tenaga medis
tidak melakukan pertolongan pada kasus gawat padahal diketahui bahwa
tidak ada orang lain yang bisa menolong, serta memberikan surat
keterangan yang tidak benar. Contoh : melakukan aborsi tanpa tindakan
medis.
 Malpraktik pidana karena kecerobohan (recklessness), misalnya
melakukan tindakan yang tidak legeartis atau tidak sesuai dengan standar
profesi serta melakukan tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan
medis. Contoh: Kurang hati-hatinya bidan dalam memasang infus yang
menyebabkan tangan pasien membengkak karena terinfeksi.
 Malpraktik pidana karena kealpaan (negligence), misalnya terjadi
cacat atau kematian pada pasien sebagai akibat tindakan tenaga kesehatan
yang kurang hati-hati. Contoh: seorang bayi berumur 3 bulan yang jarinya
terpotong pada saat bidan akan melepas bidai yang dipergunakan untuk
memfiksasi infus.

b) Civil malpractice (malpraktik perdata)


Malpraktik perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak
terpenuhinya isi perjanjian didalam transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan,
atau terjadinya perbuatan melanggar hukum, sehingga menimbulkan kerugian
kepada pasien. Dalam malpraktik perdata yang dijadikan ukuran dalam
melpraktik yang disebabkan oleh kelalaian adalah kelalaian yang bersifat ringan.
Karena apabila yang terjadi adalah kelalaian berat maka seharusnya perbuatan
tersebut termasuk dalam malpraktik pidana. Contoh dari malpraktik perdata,
misalnya seorang dokter yang melakukan operasi ternyata meninggalkan sisa
perban didalam tubuh si pasien. Setelah diketahui bahwa ada perban yang
tertinggal kemudian dilakukan operasi kedua untuk mengambil perban yang
tertinggal tersebut. Dalam hal ini kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat

15
diperbaiki dan tidak menimbulkan akibat negatif yang berkepanjangan terhadap
pasien.
c) administrative malpractice (ingkar janji)
Malpraktik administratif terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan
pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku, misalnya
menjalankan praktek bidan tanpa lisensi atau izin praktek, melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya, menjalankan praktek dengan izin
yang sudah kadaluwarsa, dan menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.

B. Suatu perbuatan dapat dikategorikan Criminal malpraktice yaitu:


 Pertama, perbuatan tersebut (baik positive act maupun negative act ) harus
merupakan perbuatan tercela (actus reus)
 Kedua dilakukan dengan sikap batin yang salah (means rea), yaitu berupa
kesengajaan (intensional), kecerobohan (recleness), atau kealpaan (negligence).
2.2.4 Upaya pencegahan malpraktek

1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena


adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-
hati, yakni:

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena


perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian
akan berhasil (resultaat verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
2. Upaya menghadapi tuntutan hukum

16
Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan
sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah
bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga
kesehatan.Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka
tenaga kesehatan dapat melakukan :

a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal


bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-
doktrin yang ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan
disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment),atau
mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men
rea)sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.
b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau
menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan
dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan
pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan
mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa. Berbicara
mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat hukum,
sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya. Pada perkara
perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar ganti
rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat,
karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di
pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan
dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab atas
derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil
malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat
berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan
menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung
antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage),
sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang
kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga perawatan.

17
2.2.5 Penanganan Malpraktek di Indonesia
Sistem hukum di Indonesia yang salah satu komponennya adalah hukum
substantive, diantaranya hukum pidana, hukum perdata dan hukum administrasi tidak
mengenal bangunan hukum “malpraktek”. Sebagai profesi, sudah saatnya para dokter
mempunyai peraturan hukum yang dapat dijadikan pedoman bagi mereka dalam
menjalankan profesinya dan sedapat mungkin untuk menghindari pelanggaran etika
kedokteran.

Keterkaitan antara berbagai kaidah yang mengatur perilaku dokter, merupakan


bibidang hukum baru dalam ilmu hukum yang sampai saat ini belum diatur secara
khusus. Padahal hukum pidana atau hukum perdata yang merupakan hukum positif yang
berlaku di Indonesia saat ini tidak seluruhnya tepat bila diterapkan pada dokter yang
melakukan pelanggaran. Bidang hukum baru inilah yang berkembang di Indonesia
dengan sebutan Hukum Kedokteran, bahkan dalam arti yang lebih luas dikenal dengan
istilah Hukum Kesehatan.

Istilah hukum kedokteran mula-mula diunakan sebagai terjemahan dari Health


Law yang digunakan oleh World Health Organization. Kemudian Health Law
diterjemahkan dengan hukum kesehatan, sedangkan istilah hukum kedokteran kemudian
digunakan sebagai bagian dari hukum kesehatan yang semula disebut hukum medik
sebagai terjemahan dari medic law.
Sejak World Congress ke VI pada bulan agustus 1982, hukum kesehatan
berkembang pesat di Indonesia. Atas prakarsa sejumlah dokter dan sarjana hukum pada
tanggal 1 Nopember 1982 dibentuk Kelompok Studi Hukum Kedokteran di Indonesia
dengan tujuan mempelajari kemungkinan dikembangkannya Medical Law di Indonesia.
Namun sampai saat ini, Medical Law masih belum muncul dalam bentuk modifikasi
tersendiri. Setiap ada persoalan yang menyangkut medical law penanganannya masih
mengacu kepada Hukum Kesehatan Indonesia yang berupa Undang-Undang No. 23
Tahun 1992, KUHP dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kalau ditinjau dari
budaya hukum Indonesia, malpraktek merupakan sesuatu yang asing karena batasan
pengertian malpraktek yang diketahui dan dikenal oleh kalangan medis (kedokteran) dan
hukum berasal dari alam pemikiran barat. Untuk itu masih perlu ada pengkajian secara

18
khusus guna memperoleh suatu rumusan pengertian dan batasan istilah malpraktek medik
yang khas Indonesia (bila memang diperlukan sejauh itu) yakni sebagai hasil oleh piker
bangsa Indonesia dengan berlandaskan budaya bangsa yang kemudian dapat diterima
sebagai budaya hukum (legal culture) yang sesuai dengan system kesehatan nasional.
Dari penjelasan ini maka kita bisa menyimpulkan bahwa permasalahan malpraktek di
Indonesia dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu jalur litigasi (peradilan) dan jalur non
litigasi (diluar peradilan).

Untuk penanganan bukti-bukti hukum tentang kesalahan atau kealpaan atau


kelalaian dokter dalam melaksanakan profesinya dan cara penyelesaiannya banyak
kendala yuridis yang dijumpai dalam pembuktian kesalahan atau kelalaian tersebut.
Masalah ini berkait dengan masalah kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh orang
pada umumnya sebagai anggota masyarakat, sebagai penanggung jawab hak dan
kewajiban menurut ketentuan yang berlaku bagi profesi.

Oleh karena menyangkut 2 (dua) disiplin ilmu yang berbeda maka metode
pendekatan yang digunakan dalam mencari jalan keluar bagi masalah ini adalah dengan
cara pendekatan terhadap masalah medik melalui hukum. Untuk itu berdasarkan Surat
Edaran Mahkamah Agung Repiblik Indonesia (SEMA RI) tahun 1982, dianjurkan agar
kasus-kasus yang menyangkut dokter atau tenaga kesehatan lainnya seyogyanya tidak
langsung diproses melalui jalur hukum, tetapi dimintakan pendapat terlebih dahulu
kepada Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK).

Majelis Kehormatan Etika Kedokteran merupakan sebuah badan di dalam struktur


organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). MKEK ini akan menentukan kasus yang
terjadi merpuakan pelanggaran etika ataukah pelanggaran hukum. Hal ini juga diperkuat
dengan UU No. 23/1992 tentang kesehatan yang menyebutkan bahwa penentuan ada atau
tidaknya  kesalahan atau kelalaian ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
(pasal 54 ayat 2) yang dibentuk secara resmi melalui Keputusan Presiden (pasal 54 ayat
3).

Pada tanggal 10 Agustus 1995 telah ditetapkan Keputusan Presiden No. 56/1995
tentang Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) yang bertugas menentukan ada atau

19
tidaknya kesalahan atau kelalaian dokter dalam menjalankan tanggung jawab profesinya.
Lembaga ini bersifat otonom, mandiri dan non structural yang keanggotaannya terdiri
dari unsur Sarjana Hukum, Ahli Kesehatan yang mewakili organisasi profesi dibidang
kesehatan, Ahli Agama, Ahli Psikologi, Ahli Sosiologi. Bila dibandingkan dengan
MKEK, ketentuan yang dilakukan oleh MDTK dapat diharapkan lebih obyektif, karena
anggota dari MKEK hanya terdiri dari para dokter yang terikat kepada sumpah
jabatannya sehingga cenderung untuk bertindak sepihak dan membela teman sejawatnya
yang seprofesi. Akibatnya pasien tidak akan merasa puas karena MKEK dianggap
melindungi kepentingan dokter saja dan kurang memikirkan kepentingan pasien.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kode etik adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota
profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat. Kode etik profesi penting di terapkan, karena semakin meningkatnya
tuntutan terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan serta kesadaran hukum
masyarakat tentang prinsip dan nilai moral yang terkandung dalam pelayanan
profesional. Kode etik profesi mengandung karakteristik khusus suatu profesi. Hal ini
berarti bahwa standart profesi harus dipertahankan dan mencerminkan tanggung jawab
yang diterima oleh profesi dalam hubungan profesional antara tenaga kesehatan dan
masyarakat. Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan
yang diakui di negaranya dan yang didasarkan pada ICM kompetensi. Telah lulus dari

20
pendidikan tersebut Untuk pendidikan, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

Pada peraturan pemerintah ini berisikan  tanggung  jawab dan tugas tenaga
kesehatan .Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam
rangka menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis. Tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan hanya
dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki
ijin dari Menteri.

21

Anda mungkin juga menyukai