Anda di halaman 1dari 3

SANGSI MEMINANG

Undang-undang nomor 22 tahun 1946 tentang pencatatan nikah KHI : Pasal 12

Pasal 3 (1) Peminangan dapat dilakukan terhadap seorang wanita yang masih
perawan atau terhadap janda yang telah habis masa iddahnya
(1) Barang siapa yang melakukan akad nikah atau nikah dengan (2) Wanita yang ditalag suaminya yang masih dalam masa iddah
seorang perempuan tidak dibawah pengawasan pegawai pencatat Raj’iah haram dan dilarang untuk dipinang
nikah di hukum denda sebanyak-banyaknya Rp. 50. (3) Dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dipinang pri
(2) Barang siapa yang menjalankan pekerjaan akad nikah dengan lain selama pinangan pri tersebut belum putus atau belum ada
tidak ada haknya dihukum kurungan selama-lamanya 3 bulan atau penolakan dari pihak wanita.
denda sebanyak-banyaknya Rp. 100
PERKAWINAN YANG SAH
PP No. 9 Tahun 1975
UU 1974 : Pasal 2
Pasal 45 ayat 1 (a) barang siapa yang melanggar ketentuan yang
diatur dalam pasal 10 ayat 3 dihukum dengan hukuman denda (1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hokum masing-
setingginya Rp. 7500 masing agamanya dan kepercayaannya itu.
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
PP No. 9 Tahun 1975 Pasal 10 undangan yang berlaku.
(1) Perkawinan dilangsung setelah hari kesepuluh sejak BUKTI NIKAH
pengumuman kehendak perkawinan oleh pegawai pencatat
nikah. KHI : Pasal 6

(3) dengan mengindahkan tatacara perkawinan menurut masing- Ayat 2 Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan pegawai
masing hokum agamanya dan kepercayaanya itu, perkawinan pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.
dilaksananakan dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri dua
orang saksi. KHI : Pasal 7

KHI : Pasal 6 (1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang
dibuat oleh pegawai pencatat nikah
Ayat 2 : Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan pegawai (2) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah
pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan hukum. dapat diajukan itsbat nikahnya ke pengadilan agama.
NIKAH HAMIL HARTA BENDA

KHI : Pasal 53 UU 1974 Pasal 35

(1) Seorang wanita hamil di luar nikah dapat dikawinkan dengan pria (1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta
yang menghamilinya. Al- Hujarat 13 bersama
(2) Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat (2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda
dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah
(3) Dengan dilangsungkan perkawinan pasa saat wanita hamil tidak dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak
perlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir. menentukan lain.

ANAK YANG SAH UU 1974 pasal 36

KHI : Pasal 99 UU 1974 pasal 42 (2) Mengenai harta bawaan masing-masing suami dan istri
mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hokum
Anak yang sah adalah : mengenai hata bendanya.
(1) Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah

Penjelasan : yang dimaksud dengan anak yang lahir diluar perkawinan PEMBATALAN PERKAWINAN PP NO. 9 TAHUN 1975
adalah anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang sah atau akibat Pasal 37
hubungan yang tidak sah
Batalnya suatu perkawinan hanya dapat diputuskan oleh pengadilan
ANAK YANG LAHIR DILUAR NIKAH agama
KHI : Pasal 100 dan UU 1975 pasal 43 LARANGAN KAWIN
(1) Anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan KHI : Pasal 40
nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya
Dilarangan melangsungkan perkawinan dengan antara seeorang dengan
PERCERAIAN seorang wanita karena keadaan tertentu :
KHI : Pasal 115 UU 1974 pasal 39 ayat 1 (a) Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan
Perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan agama dengan pria lain
setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak berhasil (b) Seorang wanita masih berada dalam masa iddah dengan pria lain.
mendamaikan kedua belah pihak (c) Seorang wanita yang tidak beragama islam
KHI Pasal 44

Seorang wanita islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan


seorang pria yang tidak beragama islam.

KESALAHAN IDENTITAS

PMA NO. 11 TAHUN 2007

Pasal 34

(1) Perbaikan
(2) Perubahan yang menyangkut biodata suami, istri ataupun wali
harus berdasarkan kepada putusan pengadilan pada wilayah yang
bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai