Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Moralitas Generasi Milenial - Essay
Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Moralitas Generasi Milenial - Essay
Disusun oleh:
Kanzeqi Daffa Lovinz Kacaribu
SMP Islam Al Azhar 14 Semarang
2021
Perubahan teknologi informasi begitu cepat, di Indonesia sendiri pada tahun
1746, Gubernur Jendral G.W Baron van Imhoff mendirikan kantor pos yang
berfungsi untuk mengamankan surat-surat yang hendak dikirimkan. Lalu, pada
tahun 1871, Antonio Meucci mematenkan telepon buatannya yang bernama Sound
Telegraph. Seiring perkembangan zaman, ditemukanlah e-mail untuk mengirim
pesan pada tahun 1972 oleh Ray Tomlison.
Saat ini terjadi perubahan global dengan adanya transformasi 4.0 yang
memberikan fenomena distruptive inovation dalam berbagai aspek kehidupan.
Salah satunya dalam bidang komunikasi yang memudahkan kita dalam mengakses
informasi tanpa batas ruang dan waktu. (Hair, Moh Afiful, 2019) Kini, banyak
bermunculan berbagai macam platform-platform online yang terbuka luas untuk
pengguna dari seluruh dunia seperti Instagram, Facebook, Tik Tok, dsb. Menurut
data yang diinformasikan oleh tekno.kompas.com (23/02/2021), pengguna internet
di Indonesia pada tahun 2019 mencapai lebih dari 171 juta jiwa, pada tahun 2020
meningkat mencapai lebih dari 196 juta jiwa, dan diawal tahun 2021 mencapai
sekitar 202,6 juta jiwa dari penduduk total Indonesia.
Akan tetapi, kemajuan ini ibarat pisau bermata dua yang juga bisa
memberikan dampak negatif bagi kehidupan kita terutama generasi milenial.
Kemajuan teknologi informasi juga memberikan dampak yang meresahkan bagi
dunia pendidikan ataupun para orangtua saat ini. Hal ini bisa terlihat pada
menurunnya moralitas pada generasi milenial. Kemudahan akses yang tanpa batas
menyebabkan, generasi milenial seringkali menyalahgunakan internet. Hal ini
ditunjukkan oleh data tingginya kasus bullying pada remaja. Bahkan menurut data
yang diberikan oleh lembaga Polling Indonesia, hampir separuh pengguna internet
pernah mengalami cyber bullying di tahun 2019. Selain itu, remaja juga kehilangan
rasa malu dengan menyalahgunakan berbagai aplikasi untuk memposting konten
konten yang tidak layak dikonsumsi masyarakat luas. Maka tak heran, hal ini juga
mendukung adanya pergaulan bebas yang menyebabkan tingginya kasus
pemerkosaan dan aborsi dikalangan remaja. Menurut data KPAI sebagaimana yang
diunggah oleh viva.co.id tahun 2020, ada dua juta kasus setiap tahunnya, dan 30
persen dilakukan oleh kalangan remaja. Selain itu, tutur kata generasi millenial
zaman ini yang cenderung lebih kasar dan tidak sopan bahkan kepada orang yang
lebih tua. Adab-adab dalam bertutur kata sudah tidah diindahkan lagi karena
mengikuti tren bahasa di media sosial. Generasi milenial saat ini hanya merasa asik
pada dunianya sendiri hingga terkadang lupa waktu dan tidak peduli terhadap
lingkungan sekitarnya.
َ س ۤا َء
سبِّي ًْل َ شةً َۗو
َ ِّالز ٰن ٓى اِّنَّهٗ َكانَ فَاح
ِّ َو ََل تَ ْق َربُوا
“Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh perbuatan yang keji,
dan suatu jalan yang buruk.”
Maka ayat diatas merupakan dalil yang kuat bagi Ummat Muslimin untuk
menjauhi diri dari pergaulan bebas. Disini, peran para pengemban dakwah sangat
penting untuk mengajak generasi milenial lebih mentaati apa yang telah Allah
perintahkan. Alhamdulillah, sekarang sudah mulai banyak bermunculan berbagai
macam komunitas-komunitas hijrah yang menarik kembali generasi milenial untuk
kembali ke jalan Allah. Adapun peran tenaga pendidik adalah untuk memberikan
arahan kepada generasi milenial agar tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas
yang dapat merugikan masa depan. Terakhir, tentu orang tua memiliki peran yang
sangat urgen untuk menanamkan akhlaq yang mulia bagi setiap putra putrinya
sebagai benteng dalam menghadapi berbagai macam rintangan dalam kehidupan.