(Sudah) Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit Bekas Menjadi Biodiesel Studi Kasus Minyak Goreng Bekas Dari KFC Dago Bandung
(Sudah) Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit Bekas Menjadi Biodiesel Studi Kasus Minyak Goreng Bekas Dari KFC Dago Bandung
Abstract
Biodiesel is an alternative substitution of diesel fuel. It is made from vegetable oil or animal fats that
contain trygliceride. Palm oil is one of vegetable oil that can be used as raw material for biodiesel (methyl
ester). Waste palm oil is used in this research, because it has potential as raw material for biodiesel
production. If it is consumed by human, it could cause some diseases like cancer and the narrowing blood
vessel. Besides that it will make environmental damage due to its high value of COD and BOD if it is
disposed away to environment. This research is aimed to make biodiesel from waste vegetable oil. Some
analysis were conducted to learn the influence of ratio waste vegetable oil to alcohol volume and catalyst
concentration used to biodiesel yield, the qualities of biodiesel in this research would be analysed too.
Biodiesel making process started with raw material preparation, making the Na-metoksida catalyst, trans-
esterification of vegetable oil to biodiesel, separation of methyl ester and glycerol, and washing the methyl
ester. In this research, trans-esterification was carried out during 60 minutes at 550C, with variation of
methanol concentration 15 %-volume, 20 %-volume and 25 %-volume with catalyst Na-metoxide
concentration 0.1 %-weight and 0.2 %-weight. The optimum condition for this research had reached when
the process was carried out with methanol concentration 20 %-volume and catalyst concentration
0.2 %-weight. This condition revealed that biodiesel yield was 79 % respectively.
Keywords: biodiesel, esterification, trans-esterification, waste palm oil
A03 - 1
terhadap minyak goreng bekas (15%, 20%, dan 25%) perubahan sifat kimia minyak yang terjadi selama
dan perbandingan konsentrasi katalis Na-metoksida penggorengan meliputi: kenaikan kandungan asam
yang digunakan (0,1%; dan 0,2% dari total berat lemak bebas, penurunan bilangan iod dan kenaikan
campuran). bilangan peroksida yang berhubungan dengan
kerusakan flavor.
Landasan Teori Biodiesel merupakan metil ester yang diperoleh
dari reaksi esterifikasi terhadap asam lemak atau
Minyak sawit yang dapat digunakan bisa dalam
trans-esterifikasi terhadap minyak atau lemak.
bentuk minyak kotor atau Crude Palm Oil (CPO)
Pembuatan biodiesel dari minyak goreng dilakukan
maupun Refined Palm Oil (CPO yang sudah
dalam dua tahap reaksi, yakni reaksi esterifikasi dan
mengalami proses rafinasi). Indonesia merupakan
reaksi transesterifikasi. Pertimbangan perlunya reaksi
negara penghasil CPO terbesar kedua di dunia. Pada
esterifikasi diselenggarakan sebelum reaksi trans-
tahun 2000 tercatat bahwa Indonesia menghasilkan
esterifikasi adalah karena minyak goreng bekas
6,5 juta ton CPO. Pada tahun 2012 Indonesia
mengandun asam lemak bebas cukup tinggi, sekitar
diperkirakan akan menjadi produsen terbesar di dunia
3%. Reaksi tran-sesterifikasi berkatalis basa secara
dengan produksi total 15 juta ton per tahun (Kompas,
langsung, berakibat asam lemak bebas yang terdapat
Oktober 2001).
di dalamnya akan terkonversi menjadi sabun yang
Minyak goreng merupakan minyak yang telah
menyebabkan konversi trigliserida menjadi biodiesel
mengalami proses pemurnian yang meliputi
tidak efektif karena sejumlah katalis terkonsumsi
degumming, netralisasi, pemucatan dan deodorisasi.
oleh reaksi penyabunan. Biodiesel yang terbentuk
Secara umum komponen utama minyak yang sangat
pun akan hilang dalam jumlah yang cukup signifikan
menentukan mutu minyak goreng adalah asam
akibat ketidakefektifan proses. Persamaan reaksi
lemaknya, karena asam lemak menentukan sifat
kimia pada tahap reaksi esterifikasi dan trans-
kimia maupun stabilitas minyak (Djatmiko, 1974).
esterifikasi seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Selain itu mutu minyak dapat ditentukan dari
beberapa faktor seperti kandungan air, kotoran dalam H2SO4
minyak, warna, dan bilangan penyabunan (Ketaren, RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O
1986). Standar mutu dari minyak goreng ditunjukkan (a)
pada Tabel l. O
A03 - 2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 0,1% dan 0,2%. Reaksi dilakukan selama 60 menit
Tahar, dkk. (2003) tentang Evaluasi Teknis pada temperatur 55 oC dengan jumlah campuran
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah, telah minyak dan metanol sebanyak 2,5 liter.
dipelajari pengauh rasio metanol terhadap jumlah Terhadap bahan baku (minyak goreng bekas)
minyak jelantah (dengan perbandingan volume 10-25 dilakukan analisis meliputi: penentuan bilangan
%-v metanol terhadap minyak jelantah). Pada asam, bilangan penyabunan, dan kadar air. Biodiesel
penelitian ini diperoleh karakteristik biodiesel yang yang dihasilkan, dianalisis kualitasnya meliputi: pour
tidak memenuhi spesifikasi produk yang point, viskositas, dan densitas.
distandarkan, terutama pada beberapa parameter
utama. Rendahnya kualitas produk disebabkan 6
terjadinya reaksi saponifikasi yang membentuk sabun
akibat dari reaksi minyak jelantah dengan katalis basa
dan sisa air yang masih terkandung. Hal ini dapat
dideteksi dari tampilan produk yang keruh kekuning-
9
kuningan, sedangkan biodiesel umumnya berwarna 1
A03 - 3
Pengaruh Konsentrasi Metanol dan Konsentrasi Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui pada
Katalis terhadap Yield Biodiesel konsentrasi katalis 0,2 %-b, yield biodiesel yang
Pengaruh konsentrasi metanol dan konsentrasi diperoleh lebih banyak daripada yield biodiesel yang
katalis (NaOH) terhadap yield biodiesel ditampilkan menggunakan katalis dengan konsentrasi 0,1 %-b.
pada Gambar 3. Berdasarkan data hasil pada Gambar Katalis berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi
3 nampak bahwa untuk katalis 0,1%-b dan katalis sehingga kecepatan reaksi menjadi lebih tinggi pada
0,2%-b dengan konsentrasi metanol 15 %-(vol suatu kondisi tertentu. Semakin banyak katalis maka
campuran) dan 20 %-(vol campuran) yield biodiesel energi aktivasi suatu reaksi akan semakin kecil,
yang diperoleh sama-sama cenderung meningkat akibatnya produk akan semakin cepat terbentuk. Oleh
yang kemudian menurun lagi pada konsentrasi karena itu, pada reaksi yang dilangsungkan dalam
metanol 25 %-(vol campuran). Hal ini disebabkan waktu tertentu (sesuai dengan yang dilakukan pada
pada konsentrasi metanol 25 %-(vol campuran) penelitian ini) dengan konsentrasi katalis yang
jumlah metanol yang digunakan sudah lebih dari 100 semakin bertambah, yield biodiesel yang diperoleh
%-v dari kebutuhan stokiometrinya karena biasanya semakin banyak. Hasil biodisel terbaik, pada
kelebihan jumlah metanol yang digunakan hanya penelitian ini baru terbatas didasarkan pada yield
sebatas 100 %-v dari kebutuhan stokiometrinya, biodiesel yang diperoleh, yaitu dicapai pada saat
akibatnya air yang berasal dari metanol juga semakin konsentrasi metanol 20 %-v dan konsentrasi katalis
berlebih dan berakumulasi dengan air hasil reaksi 0,2 %-b dengan yield biodiesel yang diperoleh
esterifikasi. Pada percobaan ini setelah reaksi sebesar 79 %.
esterifikasi, jumlah air yang dihasilkan dianggap
sangat sedikit sehingga tidak dilakukan pemisahan air Pengaruh Konsentrasi Metanol dan Konsentrasi
dari hasil reaksi esterifikasi. Keberadaan air yang Katalis terhadap Viskositas Biodiesel
berlebih pada reaksi transesterifikasi menyebabkan Hasil penelitian terkait dengan pengaruh
katalis yang digunakan semakin encer sehingga konsentrasi metanol dan konsentrasi katalis terhadap
reaksi bertambah lambat dan juga menyebabkan viskositas biodiesel ditampilkan pada Tabel 4
terjadinya reaksi hidrolisis terhadap trigliserida yang berikut:
diikuti terjadinya reaksi penyabunan. Sabun yang
terbentuk dapat menjadi emulsifier sehingga sebagian Tabel 4. Viskositas Biodiesel pada Berbagai
kecil metil ester teremulsi dan menurunkan nilai Konsentrasi Metanol dan Konsentrasi Katalis
perolehan biodiesel, akibatnya pada saat konsentrasi Rasio metanol-minyak Katalis Viskositas
metanol 25 %-v perolehan biodiesel menurun. goreng bekas (%-v) (%-b) (cSt)
0,1 8,27
15
0,2 9,52
0,1 6,65
100 20
0,2 7,81
Yield Biodiesel (%)
0,1 9,52
80 25
0,2 9,77
60
Katalis 0.1% -b Viskositas biodiesel yang dihasilkan pada
40
Katalis 0.2% -b penelitian ini berdasarkan data pada Tabel 4 nampak
20 bahwa masih lebih tinggi dibandingkan standar
biodiesel menurut Pertamina, yaitu sebesar 1,6 - 5,8
0
cSt. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh 2 hal,
0 5 10 15 20 25 30
yaitu belum tercapainya kondisi optimal
Konsentrasi Metanol (%-vol) pengkonversian minyak goreng bekas menjadi
biodisel dan belum sempurnanya proses pemurnian,
Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi baik pemurnian terhadap bahan baku (minyak goreng
metanol dengan yield biodiesel bekas) maupun produk biodiesel. Hasil yang relatif
mendekati adalah biodiesel yang dihasilkan pada
Pada perhitungan diambil asumsi BM trigliserida penggunaan rasio metanol-minyak goreng bekas 20
rata-rata 680 g/mol dan kandungan asam lemak bebas %-v dan katalis NaOH 0,1 %-b.
yang mendominasi dalam minyak adalah asam oleat
dan asam palmitat, pada konsentrasi metanol 15 %- Perbandingan Mutu Biodiesel Hasil Penelitian
(vol campuran) kebutuhan metanol yang digunakan dengan Standar Pertamina
berlebih sekitar 35 %-vol, pada konsentrasi metanol Analisis terhadap produk biodiesel untuk
20 %-(vol campuran) kebutuhan metanol yang menentukan kualitasnya yang kemudian
digunakan berlebih sekitar 85 %-vol dan pada diperbandingkan dengan biodiesel standar Pertamina
konsentrasi metanol 25 %-(vol campuran) kebutuhan dilakukan trehadap biodiesel yang diperoleh dari
metanol yang digunakan berlebih sekitar 140 %-vol. perlakuan percobaan dengan yield biodiesel
A03 - 4
terbanyak. Hasil analisis terhadap biodiesel, meliputi konsentrasi katalis 0,2%-b. Pada kondisi optimal
warna, pour point, densitas (pada 20 C), dan ini yield biodiesel sebesar 79 %-v.
viskositas (pada 40oC) ditampilkan pada Tabel 5. 3. Mutu biodiesel sangat dipengaruhi oleh
sempurna atau tidaknya proses pre-treatment,
Tabel 5. Analisis Mutu Biodiesel Hasil Penelitian pada pemisahan dan pemurnian produk Rendahnya
Kondisi Optimal mutu biodiesel pada penelitian ini disebabkan
Parameter Unit Hasil Standar kurang sempurnanya ketiga proses diatas
Pertamina sehingga ada beberapa parameter yang tidak
Warna - Kecoklatan Kuning memenuhi standar Pertamina.
sedikit keruh jernih
o
Pour point C 6 ≤18 Daftar Pustaka
Densitas (20oC) g/ml 0.8817 0.87 – 0.89
Viskositas cSt 7,8061 1,6 – 5,8 Ananta, C.M.I., 1991, Pengaruh Lama
(40oC) Penggorengan dan Penggunaan Absorben
terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas
Data Tabel 4 menunjukkan bahwa mutu Penggorengan Ayam, Laporan Tugas Akhir
biodiesel yang dihasilkan pada kondisi optimum pada Institut Pertanian Bogor, Bogor.
penelitian ini sebagian belum memenuhi spesifikasi Djaeni, dkk., 2002, Pengolahan Limbah Minyak
produk yang distandarkan Pertamina. Rendahnya Goreng Bekas menjadi Gliserol dan Minyak
mutu biodiesel yang dihasilkan dapat dilihat pada Diesel melalui Proses Trans-Esterifikasi,
tampilan warna dan viskositas biodiesel yang Universitas Diponegoro, Semarang, Prosiding
diperoleh. Hal ini disebabkan terjadinya reaksi Seminar Nasional “Kejuangan” Teknik Kimia,
saponifikasi yang membentuk sabun akibat reaksi Yogyakarta.
minyak goreng bekas dengan katalis basa dan sisa air Fessenden, R.A., Fessenden, J.S., 1992, Kimia
yang masih terkandung. Kemungkinan terbentuknya Organik Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
sabun ini bisa dideteksi dari tampilan produk yang Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan
kecoklatan sedikit keruh, sedangkan biodiesel Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.
umumnya berwarna kuning jernih. Selain itu adanya Laksmi, dkk., 2004, Pengaruh Waktu Pengadukan
produk samping yang terbentuk juga mempengaruhi dan Kondisi Minyak Kelapa Sawit (Minyak Baru
viskositas biodiesel. Untuk menghindari terjadinya dan Minyak Bekas) terhadap Proses Pembuatan
reaksi samping ini, caranya selain dari Metil Ester (Biodiesel), Institut Teknologi
mengoptimalkan jumlah katalis yang ditambahkan Nasional Malang, Prosiding Seminar Tjipto
juga dengan menghilangkan semaksimal mungkin Utomo Vol. 3, Bandung.
kandungan air yang terkandung didalam minyak Serena, 1996, Pengaruh Suhu dan Lama
goreng bekas dan produk biodiesel. Penggorengan terhadap Kerusakan Minyak
Goreng Komersil, Laporan Tugas Akhir Institut
Kesimpulan Pertanian Bogor, Bogor.
Suharto, S., 1982, Penggunaan Minyak Nabati
1. Minyak goreng bekas berpotensial untuk sebagai Minyak Diesel, Lembaran Publikasi
diproses menjadi biodiesel yang dapat PPTMGB-Lemigas No. III volume XVI.
dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif Swern, D., 1982, Bailey’s Industrial Oil and Fat
mesin diesel. Products, Vol. 2, John Wiley and Sons, New
2. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa York.
perbandingan volume metanol dalam campuran Tahar, A., 2003, Evaluasi Teknis Pembuatan
minyak goreng bekas dan konsentrasi katalis Na- Biodiesel dari Minyal Jelantah, Institut
metoksida berpengaruh terhadap perolehan Teknologi Bandung, Prosiding Seminar
biodiesel yang dihasilkan. Kondisi optimal yang Rekayasa dan Proses Kimia, UNDIP, Semarang.
dicapai untuk proses reaksi adalah kondisi pada www.lppm.itb.ac.id/, 2001.
perbandingan volume metanol dengan minyak www.wartaekonomi.com/indicator, 2006.
goreng bekas sebesar 20%-vol campuran dengan
A03 - 5