Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi


dengan Trichoderma harzianum dalam Ransum Terhadap
Performans Ayam Pedaging
Mairizal 1 dan Edi Erwan 2

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan bungkil kelapa hasil
fermentasi dengan Trichodrma harzianum dalam ransum terhadap performans ayam pedaging
jantan. Penelitian ini menggunakan 100 ekor anak ayam strain Hubbart yang berumur 3 hari
dan rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 macam
ransum perlakuan yakni ransum yang mengandung 0, 5, 10, 15 dan 20 % bungkil kelapa hasil
fermentasi dengan Trichoderma harzianum didalam ransum dengan 4 kali ulangan. Peubah yang
diamati meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Data
diolah menggunakan analisis ragam dan uji lanjut Duncan.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan bungkil kelapa hasil fermentasi dengan Trtichoderma harzianum didalam
ransum ayam pedaging berpengaruh nyata (P>0,05) menurunkan dan pertambahan bobot
badan tetapi tidak mempengaruhi (P<0,05) konsumsi ransum dan konversi
ransum.Disimpulkan bahwa penggunaan bungkil kelapa hasil fermentasi dengan Trichoderma
harzianum didalam ransom ayam pedaging hanya dapat digunakan sampai taraf 15 %.

Kata Kunci : Bungkil Kelapa, Performans, Fermentasi, Trichoderma Harzianum.

Biological responces of the use of coconut cake fermentation with Trichoderma


harzianum on the performances of broiler chiken .

Abstract

The experiment was aimed to see the effect of coconut cake fermentation with Trichoderma
Harzianum (TH) in ration on the performance of male broiler. 100 heads of three-day-old broiler chiken
were arranged to completely randomized treatment with 5 kinds of ration such as 0%, 5%, 10%, 15%
and 20 % of coconut cake fermentation with TH and 4 times replication. Data collected were feed
consuption, body weight gain and feed conversion. Analisys of variance and Duncan’s multiple range
test were used to analize the data. The result showed that the use of coconat cake fermentation with TH
significantly (P<0,05) reduced body weight gain, but there was no effect (P>0,05) on feed consumption
and feed conversion. From the experiment result we concluded that only 15 % of coconut cake
fermentation with TH which can be suggested in male broiler chiken ration.

Key word : coconut cake fermentation, performance, Trichoderma Harzianum.

1 Staf Pangajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi


2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Pakanbaru

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 108
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

Pendahuluan berlangsung karena aksi katalisator-


Bungkil kelapa merupakan hasil katalisator biokimia yaitu enzim yang
ikutan dari industri pengolahan minyak dihasilkan oleh mikroba tertentu
kelapa. Meskipun bungkil kelapa sudah (Fardiaz, 1992). Pada proses fermentasi
umum digunakan sebagai bahan ada dua jenis cendawan yang dikenal
penyusun ransum unggas, akan tetapi yaitu khamir dan kapang, dimana kapang
pemanfaatannya belum optimal. Hal ini merupakan jenis cendawan yang
disebabkan tingginya kandungan serat bermanfaat dalam pengolahan bahan
kasar dalam bungkil kelapa sehingga mengandung lignoselulosa yang tinggi.
menyebabkan ketersediaan zat gizi yang Kapang bersifat filamentus dimana
rendah. terdapat bagian berupa miselium dan spora
Menurut Hutagalung (1978), rata- dan kapang ini hanya dapat tumbuh
rata penggunaan bungkil kelapa dalam dalam keadaan aerobik sehingga disebut
ransum unggas di Malaysia hanya 4 %. sebagai mikroorganisme aerobik sejati
Sedangkan penelitian di Indonesia (Pelczar dan Chan, 1986).
menunjukkan bahwa penggunaan Trichoderma merupakan salah satu
bungkil kelapa dalam ransum ayam kapang yang banyak menghasilkan
pedaging sebaiknya tidak melebihi 15 % enzim selulase ekstraselulaer, dimana
(Creswell dan Zainuddin, 1979). kandungan selulosa yang tinggi dari
Zamora dkk. (1989) melaporkan bahan akan memungkinkan
bahwa bungkil kelapa umumnya dihasilkannya sumber karbon bagi
mengandung protein kasar sekitar 20 % pertumbuhan mikroorganisme tersebut
dan kandungan serat kasar yang cukup yaitu melalui proses biokonversi (Rifai,
tinggi yaitu sekitar 23,5 – 25,5 % yang 1969; Mandels, 1982; Enari, 1983; Pelczar
terdiri atas fraksi selulosa 13 %, dan Chan, 1986 dan Fardiaz, 1992).
galaktomanan 61 % dan manan 26 %. Trichoderma termasuk kelas Ascomycetes
Fraksi serat tersebut merupakan faktor yang dicirikan dengan pertumbuhan
pembatas penggunaannya sebagai bahan koloni yang cepat sehingga dapat
pakan unggas karena senyawa tersebut digunakan sebagai sumber enzim selulase
akan mengikat protein sehingga akan dan selulase yang terbentuk
menurunkan nilai kecernaannya. mengandung semua komponen yang
Serat kasar merupakan komponen diperlukan untuk menghidrolisis seluruh
bahan pakan yang sulit dicerna oleh kristal selulosa (Mandels, 1982). Diantara
organ pencernaan unggas. Keberadaan spesies Trichoderma terdapat kemiripan
fraksi serat ini akan mempengaruhi satu dengan yang lain akan tetapi
kecernaan dan penyerapan zat-zat Trichoderma harzianum merupakan spesies
makanan lainnya termasuk protein, yang terbaik dalam merombak selulosa
mineral dan vitamin. Melalui teknologi jika dibandingkan dengan spesies lainnya
fermentasi dengan Trichoderma harzianum seperti T. viride, T. ressei, T. koningii dan
akan dapat menguraikan fraksi serat T. glaukum (Rifai, 1969; Chalal 1985 dan
tersebut, karena Trichoderma harzianum ini Well, 1986; ). Trichoderma harzianum dapat
menghasilkan enzim-enzim perombak meningkatkan perombakan bahan-bahan
selulosa dan hemiselulosa sehingga akan organik, disamping itu juga akan
meningkatkan nilai gizi dari bungkil melonggarkan dan memutuskan ikatan
kelapa. Artinya bungkil kelapa lignin dan selulosa serta memfermentasi
pemanfaatannya dapat dioptimalkan . kannya tanpa menimbulkan pengaruh
Fermentasi adalah suatu proses yang merugikan yang diakibatkan oleh
perubahan kimia substrat organik yang bahan-bahan organik yang tidak terurai.

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 109
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

Fati (1997) melaporkan bahwa Materi dan Metode


fermentasi dedak padi dengan kapang Penelitian ini dilaksanakan dari
Trichoderma harzianum mampu tanggal 28 Juni 2006 sampai tanggal 9
meningkatkan protein dari 8, 74 % Agustus 2006 bertempat dikandang
menjadi 14,66 % dan menurunkan serat percobaan Fapet Farm Fakultas
kasar dari 18,90 % menjadi 12,81 %. Peternakan Universitas Jambi di Mendalo
Penelitian sebelumnya (Mairizal, Darat KM 15 Jambi.
2003) dilaporkan bahwa fermentasi Penelitian ini menggunakan 100
bungkil kelapa dengan menggunakan ekor anak ayam pedaging jantan umur 3
kapang Aspergillus niger dapat hari produksi PT. Cipendawa Farm
meningkatkan kandungan protein dari Jakarta melalui Poultry Shop “Shinta” di
22,41 % menjadi 35,27 % dan Kotamadya Jambi. Ayam tersebut
menurunkan serat kasar dari 15,15 % ditempatkan kedalam kandang kawat
menjadi 10,24 %. Akan tetapi peningkatan berbentuk koloni berukuran 100 x 100 x
protein pada penelitian tersebut tidak 50 cm, sebanyak 20 unit kandang, setiap
dapat meningkatkan kualitas protein unit terdiri dari 5 ekor ayam yang
bahan karena protein kasar yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air
terbentuk sebahagian berasal dari minum serta alat penerangan dan
ammonia sebagai akibat dari pemanas ruangan berupa lampu pijar 5
penambahan campuran mineral (urea) Watt.
dalam proses fermentasi. Kondisi ini Bahan yang digunakan berupa
menyebabkan ayam pedaging tidak dapat bungkil kelapa, ransum komersil merk
memanfaatkan protein secara optimal BR 21 produksi Shinta Jakarta, bungkil
sehingga hasilnya menunjukkan kelapa, kapang Trichoderma harzianum
penurunan bobot badan ayam seiring dan campuran larutan nutrien/mineral
dengan meningkatnya penggunaan yang terdiri dari MgSO4.7H2O,
bungkil kelapa hasil fermentasi dengan FeSO4.7H2O, ZnSO4.7H2O, MnSO4.4H2O,
Aspergillus niger dalam ransum. Demikian KH2PO4 dan tyamin hidroclorid (Brooke
juga dengan fermentasi bungkil kelapa dkk., 1969). Disamping itu, perlengkapan
dengan ragi tempe (Rhizopus sp) hanya lain yang dibutuhkan yaitu obat-obatan
dapat digunakan sampai tingkat 15 % untuk vaksinasi berupa Vaksin ND
dalam ransum ayam pedaging (Mairizal melalui tetes mata menggunakan Medivac
dan Herawati, 2004). Hasil penelitian ini ND Hichner B1, obat pencegah stress
memberikan gambaran bahwa berupa “Vita Chick.” serta obat-obatan
penggunaan bungkil kelapa dalam untuk mensucihamakan kandang yang
ransum unggas belum dapat digunakan yaitu “Rodalon”.
dioptimalkan. Penelitian ini menggunakan
Berdasarkan hal tersebut diatas, Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
telah dilakukan suatu penelitian untuk 5 macam ransum perlakuan yakni
melihat perubahan nilai nutrisi dan ransum yang mengandung 0, 5, 10, 15,
pengaruh penggunaan hasil fermentasi dan 20% bungkil kelapa hasil fermentasi
bungkil kelapa dengan Trichoderma dengan Trichoderma harzianum didalam
harzianum dalam ransum terhadap ransum dengan 4 kali ulangan.
performans ayam pedaging. Kandungan zat makanan ransum
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 110
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Perlakuan


Ransum Perlakuan (%)
Zat Makanan
R0 R1 R2 R3 R4
Protein kasar (%) 23,24 23,50 23,76 24,02 24,28
Serat Kasar (%) 3,25 3,61 3,97 4,32 4,68
Lemak Kasar (%) 8,36 8,26 8,16 8,06 7,96
Abu (%) 5,34 5,48 5,62 5,76 5,90
GE (Kkal/Kg) 5246,89 4997,70 5010,81 5023,93 5037,04
ME (Kkal/Kg) 3613,82 3623,33 3632,84 642,35 3651,86

Adapun peubah yang diamati uji jarak berganda Duncan (Steel dan
pada penelitian ini yaitu konsumsi Torrie, 1989)
ransum, pertambahan bobot badan dan
konversi rasnum. Data yang diperoleh Hasil dan Pembahasan
selanjutnya dianalisis dengan Rataan konsumsi ransum,
menggunakan analisis ragam sesuai pertambahan bobot badan dan konversi
dengan rancangan yang diguna kan. ransum selama penelitian dapat dilihat
Apabila terdapat pengaruh yang nyata pada Tabel 4.
antar perlakuan maka dilanjutkan dengan

Tabel 2. Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan


Konversi Ransum Ayam Pedaging Jantan selama Penelitian
Rataan Konsumsi Pertambahan Bobot Konversi Ransum
Perlakuan Ransum Badan (gram/ekor/hari)
(gram/ekor/hari)
R0 60,718a 38,623a 1,580a
R1 59,810a 38,890a 1,537a
a a
R2 59,645 37,970 1,575a
a ab
R3 58,463 36,838 1,588a
R4 53,823a 32,993b 1,640a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak
Berbeda nyata (P> 0,05)

Konsumsi Ransum berbeda. Energi ransum sangat


Hasil analisis ragam menunjukan mempengaruhi tingkat konsumsi dimana
bahwa penggunaan bungkil kelapa hasil ransum yang mempunyai kandungan
fermentasi dengan Trichoderma harzianum energi yang tinggi akan menyebabkan
dalam ransum tidak berpengaruh nyata ayam akan cepat terpenuhi kebutuhan
(P<0,05) terhadap konsumsi ransum. energinya sehingga jumlah ransum yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dikonsumsi akan lebih sedikit. Rasyaf
pemberian bungkil kelapa hasil (1997) menyatakan bahwa ayam
fermentasi dengan Trichoderma mengkonsumsi ransum untuk memenuhi
harzianum sampai taraf 20% dalam kebutuhan energinya, bila kebutuhan
ransum tidak mempengaruhi konsumsi energi sudah terpenuhi ia akan berhenti
ransum. Hal ini disebabkan kandungan mengkonsumsi ransum. Sedangkan
energi ransum untuk semua perlakuan Wahju (1997) menyatakan bahwa ransum
relative sama sehingga konsumsi tidak dengan kandungan energi yang tinggi

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 111
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

maka konsumsi akan semakin sedikit dan (P<0,05) terhadap pertambahan bobot
sebaliknya jika energi rendah maka badan ayam pedaging jantan.
konsumsi akan meningkat. Hasil uji jarak berganda Duncan
Serat kasar merupakan faktor menunjukan bahwa ransum perlakuan
pembatas penggunaan bungkil kelapa R1, R2 dan R3 menunjukan bobot badan
dalam ransum unggas, melalui fermentasi yang sama (P>0,05) dengan bobot badan
dengan Trichoderma harzianum ternyata yang dihasilkan oleh ransum kontrol (R0).
kandungan serat kasar menurun dari Sedangkan ransum perlakuan R4
16,54 menjadi 10,38% sehingga factor menghasilkan bobot badan yang lebih
serat kasar tersebut pada penelitian ini rendah (P<0,05) jika dibandingkan
secara nyata tidak mempengaruhi dengan bobot badan yang dihasilkan oleh
konsumsi ransum. Kandungan serat ransum perlakuan R0, R1, dan R2
kasar yang tinggi dalam ransum akan sedangkan dengan R3 tidak berbeda
menurunkan konsumsi ransum karena (P>0,05).
serat kasar yang tinggi dapat mengurangi Tingkat konsumsi ransum yang
ketersediaan energi dan zat-zat makanan sama antara R0 dengan R1, R2 dan R3
lainnya. Serat kasar juga mempunyai sifat menyebabkan pertambahan bobot badan
sebagai pengenyang atau “bulky” tidak berbeda. Hal ini menunjukkan
sehingga kapasitas tembolok pada ayam bahwa pertambahan bobot badan sejalan
cepat terpenuhi dan konsumsi ransum dengan konsumsi ransum yang sama
akan terhenti. Tillman dkk. (1984) antar perlakuan tersebut dimana zat-zat
menyatakan bahwa serat kasar akan makanan yang digunakan untuk
berpengaruh pada konsumsi ransum pembentuk jaringan tubuh juga sama.
sehingga akan mempengaruhi Wahju (1997) menyatakan bahwa
penyerapan zat-zat makanan lainnya. pertumbuhan unggas ditentukan oleh
Faktor lain yang menyebabkan kandungan zat makanan, energi dan
tidak berbedanya konsumsi ransum imbangan energi dan protein ransum.
adalah tekstur ransum yang relative sama Penurunan bobot badan pada
antara perlakuan sehingga palatabilitas perlakuan R4 diduga bukan berasal dari
tidak berbeda. Menurut Murtidjo (1995) serat kasar ransum tetapi diduga sebagai
bahwa bentuk ransum mempengaruhi akibat terjadinya penurunan kualitas
konsumsi ransum dan unggas lebih protein ransum pada perlakuan tersebut,
menyukai ransum ebrbentuk butiran karena peningkatan protein dari bungkil
daripada tepung. kelapa hasil fermentasi sebahagian
Rataan konsumsi ransum pada berasal dari protein mikroba berupa
penelitian ini adalah 58,49 protein sel tunggal (PST) dimana protein
gram/ekor/hari. Hasil penelitian ini tersebut sukar dicerna sehingga tidak
sejalan dengan penelitian sebelumnya dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas
yaitu perlakuan bungkil kelapa hasil dan akhirnya pertumbuhan tidak
fermentasi dengan EM-4 dengan rataan optimal. Beberapa peneliti telah
konsumsi ransumnya 58,686 gram/ melaporkan bahwa penggunaan protein
ekor/hari. sel tunggal pada ayam sedang bertumbuh
dapat mengganggu pertumbuhan ternak
Pertambahan Bobot Badan (White dan Balloun (1977) dalam Sinurat,
Hasil analisis ragam menunjukan dkk (1995), serta diduga kualitas protein
bahwa penggunaan bungkil kelapa hasil dari produk fermentasi tersebut rendah
fermentasi dengan Trichoderma harzianum akibat tidak seimbangnya kandungan
dalam ransum berpengaruh nyata asam-asam amino terutama methionin

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 112
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

dan lisin. Kompiang, dkk (1994) protein Hasil analisis ragam menunjukan
sel tunggal mengandung asam amino bahwa penggunaan bungkil kelapa hasil
metionin yang relatif rendah. Sedangkan fermentasi dengan EM-4 dalam ransum
Hatmoko (2002) menyatakan bahwa tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
protein sel tunggal mengandung fraksi terhadap konversi ransum. Hal ini
serat berupa glukan dan mannan yang disebabkan oleh penurunan konsumsi
mempunyai sifat sukar dicerna. ransum yang diikuti oleh penurunan
Kemungkinan lain penyebab bobot badan yang proporsional, sehingga
rendahnya pertambahan bobot badan konversi ransum tidak berbeda.
pada R4 adalah diduga adanya campuran Angka konversi ransum yang
mineral yang digunakan untuk dihasilkan erat kaitannya dengan
fermentasi berupa urea akan dapat jumnlah konsumsi ransum dan
meningkatkan kandungan protein, pertambahan bobot badan. Jika konsumsi
disamping itu kandungan asam-asam ransum yang tinggi tetapi tidak diikuti
amino produk fermentasi dalam keadaan dengan pertambahan bobot badan yang
tidak seimbang terutama asam amino tinggi pula maka angka konversi ransum
lisin dan metionin. serta diduga kualitas cendrung meningkat sehingga ransum
protein dari produk fermentasi tersebut dikatakan tidak efisien dalam
rendah akibat tidak seimbangnya menghasilkan pertambahan bobot badan.
kandungan asam-asam amino terutama Menurut Rasyaf (2002) bahwa harapan
methionin dan lisin. Kompiang, dkk (1994) yang dikehendaki adalah pertumbuhan
menyatakan bahwa selain mempunyai yang relative cepat dengan tingkat
beberapa keuntungan, produk fermentasi konsumsi ransum yang lebih sedikit
juga mempunyai faktor pembatas dalam dimana ransum ayng dikonsumsi
penggunaannya. Selanjutnya dinyatakan tersebut mampu menunjang
bahwa mikroorganisme yang terdapat pertumbuhan yang cepat dan hal ini
dalam produk fermentasi mengandung mencerminkan efisiensi penggunaan
asam nukleat yang tinggi dan sukar pakan. Sedangkan Anggorodi (1985)
dicerna karena sifat dinding selnya yang menyatakan bahwa peningkatan
sangat keras dan protein dari produk konsumsi ransum yang diikuti dengan
fermentasi. Sedangkan Surisdiarto (2000) penurunan bobot badan menyebabkan
menyatakan bahwa ketidak-seimbangan tingginya angka konversi ransum
asam amino dalam pakan merupakan sehingga ransum tidak efisien.
salah satu faktor rendahnya kecernaan
protein pakan yang pada akhirnya akan Kesimpulan
menyebabkan rendahnya nilai nutrisi Pemberian Bungkil Kelapa Hasil
protein pakan. fermentasi dengan Trichoderma harzianum
Rataan pertambahan bobot badan dapat digunakan dalam ransum ayam
pada penelitian ini adalah 37,063 pedaging jantan sampai taraf 15%.
gram/ekor/hari. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya Daftar Pustaka
yaitu perlakuan bungkil kelapa hasil Amiroenas, D.E. 1990. Mutu ransum
fermentasi dengan EM-4 dengan rataan berbentuk pellet dengan bahan
konsumsi ransumnya 36,898 serat biomassa pod coklat untuk
gram/ekor/hr. Pertumbuhan sapi perah jantan.
Fakultas Pascasarjana IPB Bogor.
Konversi Ransum Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan
Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 113
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

Bogart, R. 1997. Scientific Farm Animal Hatmoko, H. 2002. Protein Sel Tunggal,
Production. Burgess Publishing Bahan Pakan Alternatif. Poultry
Company, Mineapolis, Minnesota. Indonesia. Jakarta.
Brook, E.J., W.R. Stanton and A.W. Hutagalung, R.I. 1978. Non traditional
Bridge. 1969. Fermentation feeding stuff for livesstock. In :
methods for protein enrichment of Feedingstuffs for livestock in
cassava. Biotech. Bioeng. 11 : 1271- Southeast Asia.
1284. Fati, N. 1997. Pengaruh penggunaan
Card, L.S.E. and M.C. Nesheim. 1972. dedak padi yang difermentasi
Poultry Production. 11 th Ed. Lea dengan galur Trichoderma
Febinger. Philadelpia. terseleksi terhadap performans
Chalal, D.S. 1983. Solid state fermentation ayam broiler. Program
with Tricodherma reesei for Pascasarjana Univ. Andalas
cellulase production. Appl. Padang.
Environ. Microbial, 49 p 205-210. Kompiang, I.P., J. Dharma, T. Purwadaria,
Creswell, D dan Zainuddin.D. 1979. A. Sinurat dan Supriyati. 1994.
Bungkil kelapa dalam ransum Protein enrichment : Study
untuk ayam pedaging. Seminar cassava enrichmen melalui
Ilmu dan Perunggasan II. bioproses biologi untuk ternak
Puslitbang Bogor. Hal. 177. monogastrik. Kumpulan Hasil-
Darlis. 1990. Produksi enzim selulase dan hasil Penelitian APBN Tahun
biomassa untuk pakan ternak dari Anggaran 1993/1994. Balai
biokonversi pod coklat oleh Penelitian Ternak Ciawi Bogor.
Trichoderma viride. Jurnal Ilmu- Kuswanto, K.R. 1989. Fermentasi pangan.
ilmu Peternakan. Proyek Peningkatan dan
Direktorat Jendral Perkebunan. 1991. Pengembangan Perguruan Tinggi.
Kondisi perkelapaan Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Jakarta. Yogyakarta.
Enari, T.M. 1983. Microbial amylases di Lubis, D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak.
dalam W.M. Fogarty. Microbial Cetakan kedua. PT Pembangunan.
enzymes and Biotechnology. Jakarta.
Applied Science Publisher, New Mandels, M. 1982. Cellulases. di dalam D.
York. Pearlman (Ed) Annual reports on
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Fermentation Process. 5:39-44.
Gramedia, Jakarta. Mairizal. 2003. Pengaruh penggunaan
Glenn, R.D., and P.L. Rogers. 1988. bungkil kelapa hasil fermentasi
Asolid substrate fermentation dengan Aspergillus niger dalam
process for an animal feed product ransum terhadap pertumbuhan
studies on fungal strain ayam pedaging. Jurnal
improvement. Aust. J. Biotechno. Pengembangan Peternakan
2:50-57. Tropis. Terakreditasi No.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S. 52/DIKTI/Kep/2002 ISSN 0410-
Lebdosukojo, A.D. Tilman, L.C. 6320 Edisi Spesial (Special Edition)
Kearl dan L.E. Harris. 1980. Tabel- bulan Oktober 2003.
tabel Komposisi Bahan Makanan Mairizal. 2003. Upaya peningkatan
Ternak untuk Indonesia. kualitas nutrisi onggok melalaui
Universitas Gajah Mada. fermentasi dengan Trichoderma
harzianum sebagai pakan ternak

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 114
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

unggas. Majalah Percikan Volume Satiawiharja, B. 1984. Fermentasi Media


44 Edisi Oktober 2003. Padat dan Pemanfaatannya. Dep.
Mairizal dan N. Herawati. 2004. P & K RI.
Pengaruh Penggunaan Bungkil Scott, M.L., M.C. Nesheim and R.J.
Kelapa Hasil Fermentasi dengan Young. 1982. Nutrition of the
Kapang Tempe (Rhizopus sp) Chicken. 3rd Ed. M.L. Scott and
terhadap Performans Ayam Assosiation Ithaca. New York.
Pedaging. Laporan Penelitian Fak. Sheehy, E.J., 1983. Animal Nutrition. Mac.
Peternakan Univ. Jambi. Millan Co. London.
Murtidjo, B.A. 1995. Pedoman Meramu Sinurat, A.P., P. Setiadi, T. Purwadaria, J.
Pakan Unggas. Yayasan Kanisius. Dharma dan T. Haryati. 1995.
Yogyakarta. Tingkat penggunaan bungkil
National Research Council. 1994. Nutrient kelapa fermentasi dan non
Requirement of Poultry. National fermentasi pada ransum itik
Academy of Science, Washington. petelur. Kumpulan Hasil-hasil
Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan. 1986. Penelitian APBN Tahun Anggaran
Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid I. 1994/1995. Balai Penelitian Ternak
Penerjemah : Ratna S Hadioetomo, Ciawi, Bogor.
Teja Imas, S Sitarmi Tjitrosomo Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1989.
dan S, Lestari Angka. UI-Press. Prinsip dan Prosedur Statistik.. PT
Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Purwadaria, T., T. Haryati, T. Setiadi, J. Sudono, A. 1985. Kamus Istilah
Dharma, A.P. Sinurat dan T. Peternakan. Pusat Pembinaan dan
Pasaribu. 1995. Optimalisasi Pengembangan Bahasa.
fermentasi (teknologi Bioproses) Departemen Pendidikan dan
bungkil kelapa. Kumpulan Hasil- Kebudayaan. Jakarta.
hasil Penelitian APBN Tahun Sumadja W.A., Manin dan Yusrizal. 1999.
Anggaran 1994/1995. Balai Karakteristik saluran pencernaan
Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. itik local Kerinci periode
Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam pertumbuhan akibat penambahan
Pedaging. PT. Penebar Swadaya. EM-4 dalam pakan dan air
Jakarta. minum. Jurnal Pengembangan
Ravindran, V., E.T. Kornegay, A.S.B. Peternakan Tropis Edisi Khusus
Rajaguru, L.M. Potter and J.A. Nopember 1999.
Cherry. 1986. Cassava leaf meal as Surisdiarto. 2000. Nilai nutrisi protein sel
a replacement for coconut oil meal tunggal pada ayam pedaging.
in broiler diets. Poult. Sci. 65:1720- Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan
1727. Volume 10. Fakultas Peternakan
Rifai, M.A. 1969. A revition of fhe genus Universitas Brawidjaja Malang.
Trichoderma. Micrologycal Paper Tami, D. S, A. Latief dan J. Rahman. 1997.
No 116, 56p. Penggunaan Trichoderma
Rosales, A.M. and T.W. New. 1985. harzianum dalam fermentasi
Decomposition of rice straw by ampas tahu dan pemanfaatannya
four sspecies of Trichoderma in dalam ransum ayam pedaging.
natural soil. IRRI, Manila Prosiding Seminar Ilmu-ilmu
Philipines. Nutrisi dan Makanan Ternak, IPB
Bogor.

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 115
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 2008, Vol. XI. No. 4.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. 1984. Ilmu Makanan Ternak


Reksohadiprojo, S. Prawiro- Dasar. Gadjah Mada University.
kusumo dan S. Lebdisoekojo.
Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Zamora, A.F., M.R. Calapardo, K.P.
Cetakan ke 2 Gajah Mada Rosario, E.S. Luis dan I.F.
Univrsity Press. Dalmacio. 1989. Improvement of
Well, H.D. 1986. Trichoderma as copra meal quality for use in
Biocontrol Agent. In. K.G. animal feeds. Proc. FAO/UNDP
Mukerji and K.L. Garg (ed) workshop on biotechnology in
Biocontrol of Plant Disease. CRC animal production and health in
Pres Inc, Boca Raton Florida. Asia and America Latin, pp : 312-
320.

Respon Biologis Pemberian Bungkil Kelapa Hasil Fermentasi dengan Trichoderma Harzianum 116
dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging

Anda mungkin juga menyukai