Anda di halaman 1dari 25

B.

Analisis Data

1. Pengujian Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS 22.0. Uji validitas

digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pernyataan atau pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas

dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (correlation item total

correlation) dengan r tabel (Faradis, 2017:42). Dengan ketentuan untuk df = n - 2,

dimana n adalah jumlah sampel. Jika r hitung > r tabel, maka peryataan tersebut

dikatakan valid.

Variabel Pernyataan R hitung R tabel Keterangan


Jumlah Item 1 0,361 0,2072 Valid
Tanggungan Item 2 0,365 0,2072 Valid
Keluarga (X1) Item 3 0,378 0,2072 Valid
Item 4 0,387 0,2072 Valid
Item 5 0,372 0,2072 Valid
Nilai jaminan Item 1 0,273 0,2072 Valid
(X2) Item 2 0,378 0,2072 Valid
Item 3 0,336 0,2072 Valid
Item 4 0,346 0,2072 Valid
Item 5 0,686 0,2072 Valid
Item 6 0,629 0,2072 Valid
Item 7 0,389 0,2072 Valid
Item 8 0,435 0,2072 Valid
Item 9 0,374 0,2072 Valid
Item 10 0,215 0,2072 Valid
Item 11 0,439 0,2072 Valid
Item 12 0,344 0,2072 Valid
Item 13 0,620 0,2072 Valid
Omzet usaha Item 1 0,587 0,2072 Valid
(X3) Item 2 0,673 0,2072 Valid
Item 3 0,496 0,2072 Valid
Item 4 0,647 0,2072 Valid
Item 5 0,500 0,2072 Valid
Item 6 0,663 0,2072 Valid
Item 7 0,407 0,2072 Valid
Item 8 0,484 0,2072 Valid
Pengalaman Item 1 0,418 0,2072 Valid
usaha (X4) Item 2 0,547 0,2072 Valid
Item 3 0,626 0,2072 Valid
Item 4 0,705 0,2072 Valid
Item 5 0,624 0,2072 Valid
Item 6 0,710 0,2072 Valid
Item 7 0,612 0,2072 Valid
Item 8 0,609 0,2072 Valid
Item 9 0,563 0,2072 Valid
Item 10 0,644 0,2072 Valid
Item 11 0,371 0,2072 Valid
Pengawasan Item 1 0,417 0,2072 Valid
BMT (X5) Item 2 0,321 0,2072 Valid
Item 3 0,425 0,2072 Valid
Item 4 0,332 0,2072 Valid
Item 5 0,362 0,2072 Valid
Item 6 0,465 0,2072 Valid
Item 7 0,390 0,2072 Valid
Kelancaran Item 1 0,469 0,2072 Valid
Pengembalian Item 2 0,609 0,2072 Valid
Pembiayaan (Y) Item 3 0,493 0,2072 Valid
Item 4 0,561 0,2072 Valid
Item 5 0,331 0,2072 Valid
Item 6 0,336 0,2072 Valid
Item 7 0,612 0,2072 Valid
Item 8 0,568 0,2072 Valid
Item 9 0,291 0,2072 Valid
Item 10 0,400 0,2072 Valid

Pada penelitian ini jumlah sampelnya adalah 90 responden sehingga cara

membaca r tabel yaitu dengan menentukan baris degree of freedom (df = n -2 = 90

– 2 = 88), pada baris ke 88, kita bisa menentukan nilai r tabel setelah melihat

signifikansinya. Nilai signifikansi yang digunakan adalah 5% (0.05) pada dua


arah. Sehingga nilai r tabel yang didapat yaitu 0,2072. Karena pada kolom

corrected item-total correlation (r hitung) nilainya lebih besar dari 0,2072 , maka

dapat disimpulkan bahwa item pernyataan pada semua variabel lolos uji validitas.

Hal ini juga dilakukan untuk semua variabel baik variabel dependen maupun

independen. Dengan demikian, seluruh item pernyataan kuesioner penelitian yang

digunakan dinyatakan valid atau layak digunakan.

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Bila ternyata hasil analisa SPSS tidak reliabel dapat

dikatakan bahwa pertanyaan tersebut menghasilkan data yang tidak konsisten,

sebaiknya memang tidak digunakan karena akan mengganggu hasil analisa secara

keseluruhan (Faradis, 2017). Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai

koefisien Cronbach’s Alpha, yang dikatakan reliabel jika nilai Cronbach‟s Alpha

> 0,60.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.741 55

Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas, dapat diketahui bahwa nilai

Cronbach’s Alpha semua variabel lebih besar dari nilai kritis (0,60) yaitu sebesar

0,741. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel lolos uji reliabilitas.
2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, data

variabel dependen dan independen yang digunakan memiliki distribusi normal

atau tidak (Bawono, 2006:174). Penelitian ini menggunakan Kolmogrov Smirnov

Goodness Of Fit Test dengan membandingkan nilai signifikansi pada bagian

Asymp. Sig. Apabila nilai Asymp. Sig. ≥ 0,05, maka data terdistribusi normal, dan

apabila nilai Asymp. Sig. < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 90
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 2.89643156
Most Extreme Differences Absolute .090
Positive .053
Negative -.090
Test Statistic .090
Asymp. Sig. (2-tailed) .066c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp Sig. untuk semua variabel

berada di atas 0.05 yaitu sebesar 0,060 yang artinya semua data pada masing-

masing variabel terdistribusi normal.

b. Uji Multikoliniaritas
Uji multikoliniaritas merupakan satu uji yang bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model

regresi yang baik, ketika tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika

hubungan itu mendekati 1 artinya hubungannya mendekati sempurna (Faradis,

2017: 55). Pendeteksian terhadap uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan

melihat nilai Variance Inflating Factor (VIF) dari hasil analisis regresi. Jika nilai

VIF>10 maka terdapat gejala multikolinearitas yang tinggi (Sanusi, 2013:136).

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1 (Constant)

x1 .685 1.459

x2 .620 1.614

x3 .487 2.053

x4 .663 1.509

x5 .717 1.394

Jika nilai tolerance > 0,1 (10%) dan nilai VIF < 10, maka data tidak mengalami

multikolinieritas, dan sebaliknya. Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan

tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 dan

nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan tidak ada data yang lebih

dari 10 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

(Ghozali: 2011).. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ini untuk


mengetahui tidak adanya heteroskedastisitas ditunjukan dengan tidak adanya

variabel independen yang signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen nilai

Absolut Residual. Hal ini bisa dilihat dari probabilitas signifikansinnya > 0,05.

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 4.161 2.933 1.419 .160

X1 -.019 .083 -.029 -.227 .821

X2 -.082 .065 -.174 -1.272 .207

X3 .008 .059 .022 .142 .888

X4 .035 .034 .137 1.037 .303

X5 .046 .083 .070 .552 .582

a. Dependent Variable: res2

Dari hasil tabel di atas, semua koefisien variabel independen memiliki signifikansi

lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan model regresi dalam penelitian

ini tidak terdapat heteroskedastisitas dan layak digunakan.

3. Uji Regresi Linear Berganda

Uji regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh signifikan dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5,

…..Xn) terhadap variabel dependen (Y). Uji ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atas perubahan dari setiap

peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel

terikat. Persamaan linear yang digunakan adalah sebagai berikut:❑❑ ❑❑

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan:

Y = Kelancaran Pengembalian Pembiayaan


X1 = Jumlah Tanggungan Keluarga

X2 = Nilai Jaminan

X3 = Omzet Usaha

X4 = Pengalaman Usaha

X5 = Pengawasan BMT

α = Konstanta

β 1 β 2 β3 β 4 β5 = Koefisien regresi

e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian.

Berikut adalah hasil olah data analisis deskriptif menggunakan IBM SPSS

Statistik 22:

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 2.988 5.180 .577 .566

x1 -.158 .147 -.106 -1.077 .285

x2 .349 .114 .317 3.060 .003

x3 .201 .104 .225 1.929 .057

x4 .093 .059 .156 1.563 .122

x5 .328 .146 .217 2.252 .027

a. Dependent Variable: y

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda pada tabel diatas, diperoleh rumus

regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = 2,988 + -0,158 X1 + 0,349 X2 + 0,201 X3 + 0,093 X4 + 0,328 X5 + e

X1 = Jumlah Tanggungan Keluarga

X2 = Nilai Jaminan
X3 = Omzet Usaha

X4 = Pengalaman Usaha

X5 = Pengawasan BMT

e = Standard error

Berdasarkan tabel output dari uji T, dapat diketahui persamaan regresi sebagai

berikut :

a. Konstanta

Nilai konstanta =2,988. Hal ini dapat diartikan jika jumlah tanggungan

keluarga, nilai jaminan, omzet usaha, pengalaman usaha dan pengawasan

BMT (variabel independen) nol, maka tingkat kelancaran pengembalian

pembiayaan BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta (variabel dependen)

adalah 2,899

b. Jumlah tanggungan keluarga

Koefisien X1 = -1,077 dengan bertanda negatif. Hal ini dapat diartikan

bahwa jika jumlah tanggungan keluarga meningkat sebesar 1 satuan, maka

tingkat kelancaran pengembalian pembiayaan menurun sebesar 1,077

dengan asumsi variabel lain tetap konstan.

c. Nilai jaminan

Koefisien X2 = 0,349 dengan bertanda positif. Hal ini dapat diartikan

bahwa jika nilai jaminan meningkat sebesar 1 satuan, maka tingkat

kelancaran pengembalian pembiayaan meningkat sebesar 0,349 dengan

asumsi variabel lain tetap konstan.

d. Omzet usaha
Koefisien X3 = 0,201 dengan bertanda positif. Hal ini dapat diartikan

bahwa jika nilai jaminan meningkat sebesar 1 satuan, maka tingkat

kelancaran pengembalian pembiayaan meningkat sebesar 0,201 dengan

asumsi variabel lain tetap konstan.

e. Pengalaman usaha

Koefisien X4 = 0,093 dengan bertanda positif. Hal ini dapat diartikan

bahwa jika nilai jaminan meningkat sebesar 1 satuan, maka tingkat

kelancaran pengembalian pembiayaan meningkat sebesar 0,093 dengan

asumsi variabel lain tetap konstan.

f. Pengawasan BMT

Koefisien X5 = 0,328 dengan bertanda positif. Hal ini dapat diartikan

bahwa jika nilai jaminan meningkat sebesar 1 satuan, maka tingkat

kelancaran pengembalian pembiayaan meningkat sebesar 0,328 dengan

asumsi variabel lain tetap konstan.

4. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa kemampuan variabel

independen secara keseluruhan menjelaskan variabel dependen. Kebanyakan

penggunaan koefisien determinasi (R2) dalam SPSS diambil melalui nilai

Adjusted R2. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi memprediksi variabel dependen. Adjusted

R2 digunakan karena nilainya tidak terpengaruh oleh banyaknya variabel


independen (Faradis, 2017). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .665a .442 .409 2.981

a. Predictors: (Constant), x5, x4, x1, x2, x3

Dari tampilan output SPSS model summary, besarnya adjusted R2 adalah 0,409 ,

hal ini berarti 40,9% variabel dependen yaitu kelancaran pengembalian

pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dapat dijelaskan oleh variabel

independen yaitu jumlah tanggungan keluarga, nilai jaminan, omzet usaha,

pengalaman usaha dan pengawasan BMT. Sedangkan sisanya, (100% - 40,9% =

59,1%) dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengukur kelayakan model regresi. Uji statistik F pada

dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas (jumlah

tanggungan keluarga, nilai jaminan, omzet usaha, pengalaman usaha dan

pengawasan BMT) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat yaitu kelancaran

pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Adapun dalam

pengambilan keputusan adalah dengan melihat nilai signifikasi dengan ketentuan

sebagai berikut: nilainya dapat diambil dari tabel Anova dalam SPSS, kriterianya

adalah F hitung > F tabel atau nilai probabilitas signifikansi < 0,05. Jika

memenuhi kriteria, artinya semua variabel independen berpengaruh secara


simultan terhadap variabel dependen. Dalam menentukan nilai F maka diperlukan

derajat pembilang dan derajat penyebut, dengan rumus: df (pembilang) = k - 1,

dimana k = jumlah variabel dan df (penyebut) = n - k, dimana n = jumlah sampel

pada penelitian ini diketahui jumlah sampel adalah 90 responden, dan seluruh

variabel adalah 6, sehingga didapat: df (pembilang) = 6 - 1 = 5 df (penyebut) = 90

- 6 = 84. Nilai F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel pada tingkat

signifikansi 5% (0,05) yaitu 2,32 %. Berdasarkan Uji F pada penelitian, maka

menghasilkan hasil uji F output dibawah ini:

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 592.251 5 118.450 13.326 .000b

Residual 746.649 84 8.889

Total 1338.900 89

a. Dependent Variable: y
b. Predictors: (Constant), x5, x4, x1, x2, x3

Berdasarkan tabel diatas atau hasil F test menunjukkan nilai F hitung sebesar

13,236 dengan probabilitas 0,000. Karena f hitung (12,236) > f tabel (2,32) dan

nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5% (0,000 < 0,05), menunjukkan bahwa

secara simultan bersama-sama variabel bebas (jumlah tanggungan keluarga, nilai

jaminan, omzet usaha, pengalaman usaha dan pengawasan BMT) berpengaruh

signifikan terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul

Fikri Yogyakarta.

c. Uji T (Uji Parsial)


Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

bebas atau independen secara individual dalam menerangkan variabel terikat atau

dependen. Adapun dalam pengambilan keputusan adalah dengan melihat nilai

signifikansi dengan kriteria sebagai berikut:

1. H0 diterima jika t hitung < t tabel dan nilai probabilitas signifikansi > 0,05

yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

2. H1 diterima jika t hitung > t tabel dan nilai probabilitas signifikansi < 0,05

yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen

terhadap variabel dependen

Hasil Uji t adalah sebagai berikut:

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 2.988 5.180 .577 .566

x1 -.158 .147 -.106 -1.077 .285

x2 .349 .114 .317 3.060 .003

x3 .201 .104 .225 1.929 .057

x4 .093 .059 .156 1.563 .122

x5 .328 .146 .217 2.252 .027

a. Dependent Variable: y

1) Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap kelancaran pengembalian

pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

a) df = n-k

df = 90-6 = 84
b) α = 5%

c) t tabel = 1,992

d) Kriteria pengambian keputusan:

H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

e) t-hitung = -1,077

f) Keputusan:

Hipotesis pertama ialah jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap

kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

Hasil yang didapat pada tabel variabel jumlah tanggungan keluarga secara statistik

menunjukkan nilai signifikan 0,285 lebih besar dari α (0,285>0,05), dan didukung

oleh t hitung X1 = -1,077 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung < t tabel (-

1,077<1,992). Maka H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa varibel jumlah

tanggungan keluarga secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap

kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta

dengan tingkat kepercayaan 95%.

2) Pengaruh nilai jaminan terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

a) df = n-k

df = 90-6 = 84

b) α = 5%

c) t tabel = 1,992

d) Kriteria pengambian keputusan:

H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)


e) t-hitung = 3,060

f) Keputusan:

Hipotesis kedua ialah nilai jaminan berpengaruh positif terhadap kelancaran

pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Hasil yang

didapat pada tabel variabel nilai jaminan secara statistik menunjukkan nilai

signifikan 0,003 lebih kecil dari α (0,003<0,05), dan didukung oleh t hitung X2 =

3,06 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung > t tabel (3,060 > 1,992). Maka

H2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa varibel jumlah nilai jaminan

secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelancaran

pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dengan tingkat

kepercayaan 95%.

3) Pengaruh omzet usaha terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

a) df = n-k

df = 90-6 = 84

b) α = 5%

c) t tabel = 1,992

d) Kriteria pengambian keputusan:

H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

e) t-hitung = 1,929

f) Keputusan:

Hipotesis ketiga ialah omzet usaha berpengaruh positif terhadap kelancaran

pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Hasil yang


didapat pada tabel variabel omzet usaha secara statistik menunjukkan nilai

signifikan 0,057 lebih besar dari α (0,057>0,05), dan didukung oleh t hitung X3 =

1,929 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung < t tabel (1,929 < 1,992). Maka

H3 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa varibel omzet usaha secara statistik

tidak berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dengan tingkat kepercayaan 95%.

4) Pengaruh pengalaman usaha terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

a) df = n-k

df = 90-6 = 84

b) α = 5%

c) t tabel = 1,992

d) Kriteria pengambian keputusan:

H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

e) t-hitung = 1,563

f) Keputusan:

Hipotesis keempat ialah pengalaman usaha berpengaruh positif terhadap

kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

Hasil yang didapat pada tabel variabel pengalaman usaha secara statistik

menunjukkan nilai signifikan 0,122 lebih besar dari α (0,122>0,05), dan didukung

oleh t hitung X4 = 1,563 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung < t tabel

(1,563 < 1,992). Maka H4 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa varibel

pengalaman usaha secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap


kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta

dengan tingkat kepercayaan 95%.

5) Pengaruh pengawasan BMT terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

a) df = n-k

df = 90-6 = 84

b) α = 5%

c) t tabel = 1,992

d) Kriteria pengambian keputusan:

H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

e) t-hitung = 2,252

f) Keputusan:

Hipotesis kelima ialah pengawasan BMT berpengaruh positif terhadap kelancaran

pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Hasil yang

didapat pada tabel variabel pengawasan BMT secara statistik menunjukkan nilai

signifikan 0,027 lebih kecil dari α (0,027<0,05), dan didukung oleh t hitung X5 =

2,252 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung > t tabel (2,252 > 1,992). Maka

H5 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengawasan BMT secara

statistik berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dengan tingkat kepercayaan 95%.

C. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dari kelima variabel yang diteliti

yaitu jumlah tanggungan keluarga, nilai jaminan, omzet usaha, pengalaman usaha
dan pengawasan BMT dari uji F, nilai F hitung menunjukkan angka 13,236 ( lebih

besar ) > F tabel 2,32 dengan taraf signifikan 0,000 ( lebih kecil ) < 0,05. Hasil ini

menunjukkan variabel jumlah tanggungan keluarga, nilai jaminan, omzet usaha,

pengalaman usaha, pengawasan BMT secara simultan atau bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

1. Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap kelancaran pengembalian

pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.

Menurut Daldjoeni (1977:76) tanggungan keluarga adalah anggota yang

belum bekerja atau tidak bekerja, yaitu mereka yang dibawah umur atau lanjut

usia. Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah banyaknya

individu yang terdapat dalam suatu keluarga dan menjadi beban dalam upaya

mencukupi berbagai jenis kebutuhan pokok untuk hidup yang harus dapat

dipenuhi demi kelangsungan hidupnya. Dalam teori atribusi perilaku, kekuatan

internal dan eksternal menentukan perilaku seseorang secara bersama-sama.

Anggota BMT yang memiliki pembiayaan harus mengangsur guna melunasinya

dan setiap anggota berbeda-beda kolektabilitas dalam pengembaliannya. Tidak

semua anggota BMT mengangsur pengembalian pembiayaan dengan lancar, dan

salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah aspek internal dari orang

tersebut. Hipotesis yang diabangun dalam penelitian ini adalah jumlah tanggungan

keluarga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta.


Berdasarkan hasil penelitian ini variabel jumlah tanggungan keluarga secara

statistik menunjukkan nilai signifikan 0,285 lebih besar besar α (0,285>0,05), dan

didukung oleh t hitung X1 = -1,077 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung < t

tabel (-1,077>1,992). Maka H1 ditolak, hal ini menujukkan bahwa variabel jumlah

tanggungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kelancaran

pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa anggota BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta yang menggunakan produk pembiayaan, mereka

tidak menyebutkan jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi kelancaran

pengembalian pembiayaan. Menurut Wati, salah satu anggota BMT Bina Ihsanul

Fikri Yogyakarta yang mengatakan jumlah tanggungan keluarga tidak

berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan karena ia sebagai

istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya masih dapat mengelola keuangan untuk

keluarga dan guna membayar angsuran pembiayaan, ia juga mengatakan justru

pengeluaran tak terduga yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian

pembiayaannya seperti menyumbang ketika tetangga memiliki hajatan, ketika ada

acara desa seperti peringatan hari besar islam, dan lain-lain.

Namun hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Tri

Andina Rahayu, berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran

Pengembalian Pembiayaan Murabahah pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) di BMT Taruna Sejahtera. Hasil penelitiannya adalah jumlah

tanggungan keluarga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat


pengembalian pembiayaan. Hasil penelitian Tri Andina Rahayu sesuai dengan

penelitian kali ini dan hipotesis penulis, yaitu variabel jumlah tanggungan

keluarga tidak memiliki pengaruh terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan.

2. Pengaruh nilai jaminan terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta

Menurut Hasanuddin jaminan merupakan tanggungan yang diberikan oleh

debitur da atau pihak ketiga (kreditur) karena pihak debitur mempunyai

kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan.

Untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan pembiayaan, lembaga

keuangan syariah harus melakukan penilaian yang seksama baik terhadap watak,

kemampuan modal, jaminan, maupun prospek usaha pihak ketiga. Dalam teori

atribusi perilaku, nilai jaminan termasuk ke dalam internal force yang

menentukan perilaku seseorang. Ketika seorang aggota memberikan suatu

jaminan kepada pihak BMT maka ia akan merasa memiliki kewajiban atau

menginginkan jaminan kembali padanya atau tidak disita oleh BMT sehingga ia

akan berusaha untuk selalu mengangsur pengembalian pembiayaan tepat waktu.

Berdasarkan hasil penelitian ini variabel nilai jaminan secara statistik

menunjukkan nilai signifikan 0,003 lebih kecil α (0,03<0,05), dan didukung oleh t

hitung X2 = 3,06 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung > t tabel

(3,06>1,992). Maka H2 diterima, hal ini menujukkan bahwa variabel nilai jaminan

memiliki berpengaruh signifikan terhadap variabel kelancaran pengembalian

pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dengan tingkat kepercayaan

95%.
Hipotesis yang dibangun oleh penulis juga sesuai dengan hasil penelitian,

nilai jaminan memiliki pengaruh positif trhadap kelancaran pengembalian

pembiayaan. Jaminan yang diberikan anggota BMT kepada pihak BMT akan

mendorongnya untuk mengangsur pengembalian pembiayaan dengan lancar agar

orang tersebut dapat memperoleh kembali jaminannya. Semakin tinggi jaminan

yang diberikan kepada BMT maka semakin tinggi pula tingkat kelancaran

pengembalian pembiayaannya.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Brigitta

Tyas Firmani dengan judul Pengaruh Jangka Waktu, Suku Bunga dan Jaminan

Kredit terhadap Besarnya Kredit Macet, Studi Kasus: PD. BPR BKK Purwokerto

Utara Cabang Banyumas Jln. Gatot Subroto No.2 Banyumas. Hasil penelitiannya

adalah jaminan kredit berpengaruh terhadap besarnya kredit macet. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hipotesis penulis dan juga penelitian terdahulu, yaitu

nilai jaminan berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan.

3. Pengaruh omzet usaha terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta

Menurut Triwibowo (2009) omzet usaha merupakan hasil penjualan kotor

atau bisa dikatakan pemasukan uang seseorang dari usaha yang dijalankannya.

Omzet usaha merupakan sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup pelaku usaha

tersebut beserta keluarganya. Dalam teori atribusi perilaku, omzet usaha

merupakan aspek internal yang menentukan perilaku seseorang. Anggota BMT

yang memiliki omzet usaha dapat menentukan perilakunya terhadap angsuran

pembiayaannya. Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah omzet usaha
berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT Bina

Ihsanul Fikri Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian ini variabel omzet usaha secara statistik

menunjukkan nilai signifikan 0,057 lebih besar besar α (0,057>0,05), dan

didukung oleh t hitung X3 = 1,929 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung < t

tabel (1,929 >1,992). Maka H3 ditolak, hal ini menujukkan bahwa variabel omzet

usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kelancaran pengembalian

pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dengan tingkat kepercayaan

95%.

Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa anggota BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta yang menggunakan produk pembiayaan, mereka

tidak menyebutkan omzet usaha mempengaruhi kelancaran pengembalian

pembiayaan. Menurut Yanto, salah satu anggota BMT Bina Ihsanul Fikri

Yogyakarta yang mengatakan omzet usaha tidak berpengaruh terhadap kelancaran

pengembalian pembiayaan karena omzet usahanya digunakan untuk membeli

barang-barang yang akan dijual lagi di pasar. Ia justru mengatakan bahwa terkait

pembayaran angsuran pembiayaan, ia lebih mengandalkan penghasilannya

menjadi buruh tani. Demikian juga menurut Agus, salah satu anggota BMT Bina

Ihsanul Fikri Yogyakarta yang mengatakan omzet usaha tidak berpengaruh

terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan karena omzet usahanya digunakan

untuk membeli barang-barang yang akan dijual lagi di pasar. Ia justru mengatakan

bahwa terkait pembayaran angsuran pembiayaan, ia lebih mengandalkan

penghasilannya menjadi buruh peternakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh


Kiswati dan Anita Rahmawaty dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Pengembalian Pembiayaan Mudharabah, hasil penelitiannya adalah omzet

usaha berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian

pembiayaan mudharabah. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil

penelitian penulis dan juga hipotesis penulis.

4. Pengaruh pengalaman usaha terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta

Menurut Asih (2007), pengalaman usaha adalah pengalaman mitra binaan

dalam menjalankan usahanya. Dalam teori atribusi perilaku, pengalaman usaha

merupakan aspek internal dari orang tersebut, sehingga akan menentukan

perilakunya khususnya membayar angsuran pengembalian pembiayaan.

Pengalaman usaha berkaitan dengan keberhasilan usaha karena akan memberikan

pelajaran yang berarti dalam menyikapi situasi pasar dan perkembangan ekonomi

saat ini. Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah pengalaman usaha

berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di BMT Bina

Ihsanul Fikri Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian ini variabel pengalaman usaha secara statistik

menunjukkan nilai signifikan 0,122 lebih besar besar α (0,122>0,05), dan

didukung oleh t hitung X4 = 1,563 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung < t

tabel (1,563<1,992). Maka H4 ditolak, hal ini menujukkan bahwa variabel

pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kelancaran

pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dengan tingkat

kepercayaan 95%.
Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa anggota BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta yang menggunakan produk pembiayaan, mereka

tidak menyebutkan pengalaman usaha mempengaruhi kelancaran pengembalian

pembiayaan. Menurut Bambang, salah satu anggota BMT Bina Ihsanul Fikri

Yogyakarta yang mengatakan pengalaman usaha tidak berpengaruh terhadap

kelancaran pengembalian pembiayaan karena memang faktanya selama ini

usahanya tidak mengalami peningkatan yang berarti. Ia justru mengatakan bahwa

harga bahan baku lebih mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan

karena ketika bahan baku lebih murah maka keuntungan yang diperoleh akan

semakin besar, dan jika bahan baku harganya naik, maka keutungan yang

diperoleh lebih sedikit karena tidak mungkin juga jika menaikkan harga dagangan.

Namun hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Tri

Andina Rahayu, berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran

Pengembalian Pembiayaan Murabahah pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) di BMT Taruna Sejahtera. Hasil penelitiannya adalah pengalaman

usaha tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian

pembiayaan. Hasil penelitian Tri Andina Rahayu sesuai dengan penelitian ini,

yaitu variabel pengalaman usaha tidak memiliki pengaruh terhadap kelancaran

pengembalian pembiayaan.

5. Pengaruh pengawasan BMT terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan di

BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta

Pengawasan BMT memiliki peran penting guna mengantisipasi atau

mencegah pembiayaan bermasalah. Dalam teori atribusi perilaku, pengawasan


termasuk dalam external force yang menentukan perilaku anggota khususnya

mengangsur pengembalian pembiayaan. Pengawasan BMT dilakukan untuk

membantu pihak BMT dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dan cepat

serta dapat mendeteksi penyimpangan sedini mungkin guna mengantisipasi

kemungkinan timbulnya masalah pembiayaan.

Berdasarkan hasil penelitian ini variabel nilai jaminan secara statistik

menunjukkan nilai signifikan 0,027 lebih kecil α (0,027<0,05), dan didukung oleh

t hitung X2 = 2,252 dan t tabel sebesar 1,992 sehingga t hitung > t tabel

(2,252>1,992). Maka H5 diterima, hal ini menujukkan bahwa variabel pengawasan

BMT memiliki berpengaruh signifikan terhadap variabel kelancaran

pengembalian pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dengan tingkat

kepercayaan 95%. Hipotesis yang dibangun oleh penulis juga sesuai dengan hasil

penelitian, pengawasan BMT memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran

pengembalian pembiayaan. Dengan adanya pengawasan yang baik dari pihak

BMT akan menyebabkan anggota merasa lebih bertanggung jawab atas angsuran

pengembalian pembiayaan yang harus dipenuhinya. Semakin tinggi pengawasan

BMT yang diberikan kepada anggota maka semakin tinggi pula tingkat kelancaran

pengembalian pembiayaannya.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Fatimah

dan Desrini Ningsih, S.Pd., M.E dengan judul Pengaruh Analisis Kredit dan

Pengawasan Kredit terhadap Kredit Bermasalah pada PT Bank Perkreditan

Rakyat Dana Nagoya di kota Batam. Hasil penelitiannya adalah pengawasan

kredit berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah pada PT Bank


Perkreditan Rakyat Dana Nagoya di kota Batam. Hasil penelitian Fatimah dan

Desrini Ningsih, S.Pd., M.E sesuai dengan penelitian ini, yaitu variabel

pengawasan BMT memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian

pembiayaan.

Anda mungkin juga menyukai