Anda di halaman 1dari 27

COVER

CONSUMER BEHAVIOR

GAYA HIDUP SELAMA PANDEMI: PENINGKATAN SAMPAH

PLASTIK DARI KEGIATAN SERBA ONLINE

Disajikan dalam Mata Kuliah

Consumer Behavior Analysis

Dosen Pengampu: Sari Winahjoe Siswomihardjo, Dr., M.B.A.

Disusun oleh :

Dias Amanda

20/465020/PEK/26023

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2021
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Deskripsi Kasus........................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1. Penentu Perubahaan Gaya Hidup selama Pandemi ..................................... 4
2.2. Perubahan Konsumsi selama Pandemi ....................................................... 6
2.3. Dilema Sampah Plastik dan Belanja Online ............................................... 8
2.4. Solusi Penanganan Sampah Plastik Belanja Online .................................. 10
BAB III................................................................................................................ 13
KESIMPULAN .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSATAKA ........................................................................................ 14
LAMPIRAN......................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi Covid-19 telah banyak merubah tatanan sosial budaya seluruh dunia

termasuk Indonesia dimana dituntut dari yang semua kegiatan selalu bertatap muka

berubah menjadi kegiatan serba daring. Sekolah, bekerja, dan ibadah diprioritaskan

dilakukan dirumah masing-masing dan membatahi kegiatan di luar rumah. Hal tersebut

pada akhirnya mempengaruhi pada perubahan perilaku konsumen. Seperti pada awal

kemunculan virus Covid-19 hampir di semua negara mengalami pembelian panik yang

diakibatkan himpauan pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial berskala besar

(PSBB).

Berdasarkan CNBC (2020) dalam Ward (2020:138-139) CEO Discover

memaparkan dampak dari tinggal di rumah terhadap perekonomian dan belanja

konsumen. Industri perjalanan seperti hotel, maskapai penerbangan, dan lembaga

travel, mengalami penurunan 99% dengan perjalanan udara saja turun 95%. Selain itu,

penjualan ritel Maret turun 8,7% dan minyak bumi turun 60%. Ini merupakan

penurunan terbesar dalam penjualan eceran sejak 1992 dan permintaan gas berada pada

level terendah sejak 1968.

Menurut Matt Rattner (2020) dari CNBC dalam Ward (2020:139), Rakuten

Intelligence melaporkan sepuluh kategori teratas yang mengalami pertumbuhan

belanja online dari tahun ke tahun adalah buku (295%), kebersihan (235%), olahraga

dan luar ruangan (122%), mainan dan permainan (119%), grosir (113%), garansi / Svcs

1
(96%), elektronik (86%), perlengkapan hewan peliharaan (74%), peralatan dan rumah

peningkatan (60%), dan kesehatan dan kecantikan (52%). Mereka mencatat bahwa

penjualan Amazon tidak dimasukkan dalam data ini. Di sisi lain, menurut Carufel

(2020, 26 Maret) dalam Ward (2020:139), item big-ticket tidak lagi dipertimbangkan.

Lima puluh empat persen konsumen menarik diri untuk membeli rumah, mobil,

perjalanan, dan barang-barang mewah.

Perubahan pembelian cara pembelian kurang lebih sama terjadi di Indonesia.

Kenaikan pertumbuhan belanja online juga terjadi di Indonesia dimana menurut CNN

(23/02/2021), sesi belanja online mingguan pada kuartal kedua tahun 2020 rata-rata 30

persen lebih tinggi dari kuartal pertama tahun 2020. Angka ini telah melebihi rata-rata

belanja online yang terjadi di Amerika Serikat pada waktu yang sama. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa pada laporan tersebut menyatakan selain e-commerce beberapa

sektor bisnis digital meningkat selama pandemi Covid-19 adalah belanja bahan

makanan (grocery) online, pengiriman makanan, pendidikan dan game online.

Diinfokan terdapat 50 persen konsumen digital di bidang pendidikan, bahan makanan,

dan pinjaman adalah pengguna baru, sedangkan e-commerce menjadi salah sektor

binsis online yang paling meningkat selama pandemi.

1.2 Deskripsi Kasus

Covid-19 dan PSBB memicu masifnya penggunaan teknologi khususnya internet

dalam mempermudah tansaksi online. Dompet digital menjadi sesuatu yang wajar

digunakan di masa pandemi. Dengan meningkatnya pembelanjaan secara online dan

2
juga penggunaan layanan makanan pesan antar memicu ledakan sampah plastik selama

pandemi.

Mengutip dari Liputan6 (11 Januari 2021), Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa sampah plastik bertambah di tengah

pembatasan sosial. Alasannya, sebagian besar masyarakat melakukan belanja online

yang pengemasannya menggunakan plastik. Hal tersebut terungkap berdasarkan riset

LIPI pada medio April-Mei 2020 dimana 96% paket belanja online ini menggunakan

sampah plastik. Hal ini sejalan dengan meningkatnya transaksi belanja online

berbentuk paket meningkat 62 persen. Sedangkan belanja online berbentuk layanan

antar makanan siap saji naik 47 persen. Dilihat dari frekuensinya, belanja online selama

masa pandemi naik menjadi 1-10 kali dalam sebelum dari sebelumnya hanya 1-5 kali

per bulan.

1.3 Rumusan Masalah

Gaya hidup yang berubah dari Covid-19 mengharuskan konsumen untuk

memilih hidup di rumah. Hal tersebut memicu peningkatan pengguna layanan food

delivery online dan pembelian secara daring yang baik bagi perusahaan tetapi juga

memberikan dampak pada meningkatnya sampah plastik yang buruk bagi lingkungan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penentu Perubahaan Gaya Hidup selama Pandemi

Perubahan gaya hidup selama pandemi secara garis besar dipengaruhi oleh faktor

eksternal yang berubah sehingga memicu perubahan faktor internal. Dalam kasus

kemunculan virus Covid-19, masyarakat terdorong untuk merubah perilaku pembelian

diakibatkan faktor sekitar yang memicu. Faktor ekternal baik budaya dan nilai akibat

kemunculan covid-19 memicu perubahan dari nilai budaya yang tercipta dari faktor

lingkungan diantaranya yang berpengaruh.

Terkait dengan faktor lingkungan yang berkaitan dengan k ebersihan. Hal ini

terkait sejauh mana kebersihan diupayakan melebihi batas minimum yang dibutuhkan

untuk kesehatan? (Howkins, 2016: 85). Semenjak adanya Covid-19, masyarakat

berbondong-bondong membeli produk-produk yang mendukung kebersihan. Hal

tersebut dilakukan dalam rangka menjaga kesehatan mereka. Contoh produk yang laris

di pasaran semenjak adanya corona adalah masker dan hand sanitizer. Tingginya

permintaan konsumen akan kedua barang tersebut dilansir dari Kompas (2020), VP of

Corporate Communication Tokopedia Nuraini Razak mengatakan, selama Maret 2020,

transaksi penjualan untuk produk masker di Tokopedia melonjak naik sebanyak 197

kali dibandingkan bulan-bulan biasanya. Produk hand sanitizer juga disebutkan terjual

72.000 dalam 42 menit di Tokopedia.

Faktor eksternal lainnya adalah pemecahan masalah/fatalistic. Hal ini

mempertanyakan apakah orang didorong untuk mengatasi semua masalah, atau apakah

4
mereka mengambil sikap "akan menjadi apa"? (Howkins, 2016: 85). Dalam kondisi

pandemi, masyarakat terdorong untuk memecahkan asalah dari hasil kebijakan

pemerintah terkait dengan pembatasan sosial. Hal tersebut memicu fenomena

konsumsi “panic buying”.

Berdasarkan hasil penelitian dari Ilmi dan Lucy (2020) terdapat peran ketakutan

terhadap COVID-19 perilaku panic buying di masyarakat selama pandemi COVID-19

di Indonesia. Pengusaha ritel di dalam negeri mengakui setidaknya sudah ada 3 kali

aksi panic buying konsumen di toko-toko ritel karena kepanikan dari adanya virus

Covid-19 (CNBC Indonesia, 2020). Lebih lanjut dalam CNBC (2020), ketiga periode

terjadi pertama pada pertama pada 2 Maret 2020 saat kali pertama Presiden Jokowi

mengumumkan dua kasus positif corona di Indonesia. Kedua, panic buying pada

tanggal 14 Maret 2020, saat ada imbauan kerja di rumah dan diliburkannya kegiatan

belajar selama dua pekan. Ketiga, pada 19 Maret, saat pengumuman kasus positif

corona di Indonesia mencapai 308 kasus dan 25 orang meninggal.

Selain persolalan panic buying, preferensi konsumsi berubah dalam rangka

pemecahan masalah pandemi Covid-19 ini. Hal ini dilakukan dalam rangka konsumen

untuk menjaga diri terhadap penularan virus tersebut. Sehingga produk-produk esensial

menjadi hal yang utama dicari selama masa pandemi. Faktor eksternal berupa

penyebaran virus Covid-19, informasi media, dan kebijakan pemerintah telah mampu

menginternalisasi konsumen sehingga menjadikannya gaya hidup dalam memutuskan

pembelian suatu produk. Dimana dalam kasus ini adalah pembelian yang berkaitan

dengan produk-produk penunjang kesehatan dan produk dasar konsumsi rumah tangga.

5
2.2. Perubahan Konsumsi selama Pandemi

Berdasarkan McKinsey (2020), sentimen dan perilaku konsumen terus

mencerminkan ketidakpastian krisis COVID-19. Konsumen beralih ke nilai dan esensi

tercermin dalam niat berbelanja di seluruh kategori. Di sebagian besar negara,

6
konsumen berniat untuk terus mengalihkan pengeluaran mereka ke hal-hal penting,

sambil mengurangi sebagian besar kategori diskresioner.

Berdasarkan hasil penelitian McKinsey, tertera bahwa mayoritas di 11 negara

menunjukkan bahwa peningkatan terjadi pada produk grosir, persediaan rumah tangga.

Selain itu, home entertainment menjadi produk yang diminati selama masa dirumah

saja akibat pandemi ini, layanan ini seperti Netflix, Disney+ Hostar, Viu bagi pecinta

7
drama Korea, dan lain sebagainya. Sedangkan produk yang cenderung berkurang

dalam konsumsinya adalah produk-produk pakaian, hiburan di luar, dan segala hal

yang berkaitan dengan perjalanan. Pergeseran ke digital terus berlanjut di berbagai

negara dan kategori karena konsumen di sebagian besar dunia menjaga keterlibatan di

luar rumah tetap rendah. Kategori makanan dan rumah tangga telah mengalami

pertumbuhan rata-rata lebih dari 30 persen dalam basis pelanggan online di berbagai

negara. (McKinsey, 2020)

2.3. Dilema Sampah Plastik dan Belanja Online

Masifnya penggunaan teknologi digital sangat membantu dalam program

kebijakan pemerintah untuk tetap di rumah saja. Kementerian Koperasi dan UMKM

mencatat bahwa terjadi peningkatan belanja online sebesar 26% atau mencapai 3,1 juta

transaksi selama pandemi Covid-19 (Merdeka, 2021). Tetapi hal tersebut juga tidak

serta merta tidak menimbulkan konsekuensi negatif bagi lingkungan sekitar.

Diperkirakan sampah plastik meningkat selama pandemi. Konsumsi dilakukan dengan

cara pembelian dan memanfaatkan jasa layanan antar mempermudah konsumen tetapi

juga menimbulkan makin banyaknya sampah plastik yang ada. Hal ini belum terhitung

dari sampah medis selama menangani kasus pandemi.

Berdasarkan hasil riset LIPI. 96% paket belanja online menggunakan sampah

plastik. Hal ini sejalan dengan meningkatnya transaksi belanja online berbentuk paket

meningkat 62 persen. Sedangkan belanja online berbentuk layanan antar makanan siap

saji naik 47 persen. Dilihat dari frekuensinya, belanja online selama masa pandemi naik

8
menjadi 1-10 kali dalam sebelum dari sebelumnya hanya 1-5 kali per bulan. (Liputan6,

2021)

Paket pengiriman online pastinya menggunakan sistem packaging yang aman

agar barang sampai kepada konsumen dalam kondisi baik. Hal ini tidak heran jika

banyak penjual online menggunakan bubble wrap agar ketika paket jatuh atau

dilempar, barang tetap aman. Selain itu sampah plastik pembukus diluar kardus

diperuntukan menjaga paket tidak basah saat pengiriman. Diasumsikan ketika seluruh

penjual online menggunakan sistem tersebut dimana disebutkan bahwa belanja online

meningkat, maka sampah plastik yang dihasilkan dari paket juga dapat dikatakan

meningkat.

9
2.4. Solusi Penanganan Sampah Plastik Belanja Online

Penanganan sampah plastik di Indonesia terhitung sangat sukar dilakukan. Hal

ini dikarenakan budaya penggunaan plastik dalam membawa barang yang cukup

membuat praktis para konsumen. Semenjak adanya peningkatan sampah plastik,

pemerintah dan perusahaan mulai gencar memberlakukan penggunaan kantong belanja

alternatif seperti goodie bag dan kantong belanja yang terbuat dari kertas. Di Provinsi

DKI Jakarta, mulai 1 Juni 2020 melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai

(Pikiran Rakyat, 2020). Pemerintah membantu gerakan pengurangan plastik dengan

peraturan tersebut yang diberlakukan untuk Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan

Pasar Rakyat dimana kantong belanja yang diizinkan harus berbahan dasar yang ramah

lingkungan seperti daun kering, kertas, kain, polyester dan material turunannya, serta

material lain yang dapat didaur ulang (Pikiran Rakyat, 2020). Lalu bagaimana dengan

online shop?

Mengacu pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 142 Tahun 2019 yang

melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai itu hanya menyasar pusat

perbelanjaan, toko swalayan, serta pasar rakyat, dan tidak mencakup kantong plastik

yang digunakan untuk belanja barang dan makanan lewat aplikasi daring (BBC, 2020).

Padahal selama pandemi masyarakat yang belanja online meningkat yang dimana

mempengaruhi penggunaan plastik dalam packagingnya. Sehingga dibutuhkan

alternatif solusi dalam mendukung kelestarian lingkungan saat belanja online.

Berdasarkan hasil dari kuesioner penulis responden dalam 6 bulan terakhir 78,3%

dari 23 responden saja telah melakukan pembelanjaan online sebanyak 5-7 kali. Hal ini

10
menunjukkan intensitas belanja online sangat tinggi. Lebih lanjut terlihat bahwa dari

60,9% responden dalam belanja online tidak memanfaatkan kembali bubble wrap-nya

tapi rela membayar lebih untuk bubble wrap untuk menjaga paket aman. Hal ini

menunjukkan bahwa peran bubble wrap sangat penting bagi responden. Lalu

bagaimana solusi belanja online tapi tetap ramah lingkungan?

Berdasarkan kuesioner, 14 responden mampu menyebutkan alternatif bubble

wrap yang ramah lingkungan seperti karton bekas, potongan kertas, sabit kelapa, dan

kain perca. Hal ini dapat diterapkan online shop jika pemerintah ikut andil dalam

mengatur jalannya penanganan sampah plastik ini dengan sigap. Selan itu, kantong

plastik dari bahan ramah lingkungan (seperti kantong plastik dari singkong) sudah

ditemukan tinggal bagaimana dimodifikasi dalam bentuk untuk menjaga paket tetap

aman, namun hal ini juga membutuhkan teknologi yang tinggi sehingga menimbulkan

biaya tambahan tentunya.

Dalam layanan food delivery, contohnya adalah Gojek yang telah menerapkan

sistem Gogreener yang dirintis sejak tahun 2019 yaitu sebuah inisiatif dalam

memudahkan konsumen, mitra merchant, dan mitra driver dalam menjalani gaya hidup

ramah lingkungan (Gojek, 2020). Inisiatif GoGreener ini terdapat pada layanan

GoFood melalui pilihan untuk tidak menyertakan alat makan sekali pakai dalam

pemesanan makanan dan menyediakan tas pengantaran yang dirancang khusus untuk

mitra driver. Namun, layanan ini hanya dapat di temui di 5 kota besar di Indonesia yaitu

Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Denpasar saja.

11
Pemerintah perlu membangun sistem penanganan sampah plastik yang lebih

terorganisir terlebih dalam kasus ini hanya kasus sampah plastik belanja online dan

food delivery. Sampah plastik tentunya meningkat selama pandemi terutama terkait

dengan sampah medis. Sehingga diperlukannya sinergi antar stakeholder dalam

membangun pengelolaan dan pengurangan sampah plastik yang lebih baik lagi.

12
BAB III

KESIMPULAN

Penanganan sampah plastik hanya dapat dilakukan dengan pencegahan dan

pengurangan penggunaan kantong plastik melalui cara hidup yang lebih ramah

lingkungan. Persoalan sampah dapat ditangani dengan memulai perubahan perilaku

atau gaya hidup berupa perubahan perilaku dan pengurangan, pencegahan atau

pembatasan penggunaan kantong plastik. Permasalahan sampah plastik merupakan

permasalahan yang tidak hanya dapat dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan

membutuhkan kerjasama antar stakeholder terkait seperti pemerintah, perusahaan, dan

juga masyarakat dalam pengelolaannya.

Dilema yang terjadi jika tidak menggunakan plastik bagaimana untuk membawa

barangnya? Pemerintah telah memberikan aturan larangan penggunaan kantong plastik

sekali pakai. Sehingga, beberapa perusahaan telah memberikan beberapa alternatif

yang dapat membantu dalam pengurangan penggunaan sampah plastik seperti

penggunaan goodie bag yang dapat digunakan kembali, kardus bekas, dan kantong

yang terbuat dari kertas bekas.

Namun sistem tersebut baru dapat dilaksanakan di pusat perbelanjaan, toko

swalayan, serta pasar rakyat. Untuk kegiatan belanja online, juga diperlukan alternatif

yang sama seperti pengurangan bubble wrap yang digantikan misalnya dengan kertas

daur ulang. Hal ini lama-kelamaan akan membangun gaya hidup konsumen yang lebih

ramah lingkungan yang tentunya perlu didukung oleh pemerintah dan juga perusahaan

yang melaksanakan penjualan secara online.

13
DAFTAR PUSATAKA

BBC. (2020). Larangan plastik di tengah PSBB Jakarta: 'butuh terobosan baru' atur
penggunaan plastik di belanja online. bbc.com Tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53275980 diakses pada 5 Juni 2021

CNBC. (2020). Peritel Blak-Blakan Ada 3 Kali Panic Buying Gegara Corona. CNBC
Indonesia. Tersedia di https://www.cnbcindonesia.com/news/20200320104453-
4-146366/peritel-blak-blakan-ada-3-kali-panic-buying-gegara-corona diakses
pada 23 Mei 2021

CNN Indonesia. (2021). “Nitizen Indonesia Gencar Belanja Online Saat Pandemi”.
CNNIndonesia.com. Tersedia di
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210223113429-185-
609757/netizen-indonesia-gencar-belanja-online-saat-pandemi diakses pada 10
Mei 2021

Gojek. (2020). Bersama Inisiatif #GoGreener dari GoFood, Mari Lebih Bertanggung
Jawab terhadap Lingkungan. gojek.com. Tersedia di
https://www.gojek.com/blog/gofood/go-greener/ diakses pada 5 Juni 2021

Hawkins & Mothersbaugh. 2016. Consumer Behavior Building Marketing Strategy.


McGraw-Hill Education, New York.

Ilmi Durotun Nasiha dan Lusy Asa Akhrani. (2020). The Rush Before The Storm:
Assessing The Role Of Fear Of Covid-19 Toward Panic Buying Behaviors In
The Covid-19 Pandemic In Indonesia. Abstract Proceeding Book: 1st
International Conference-Labma Scientific Fair, 12 (2). Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta. Tersedia di
https://journal.uii.ac.id/khazanah/article/view/17558/0 diakses pada 23 Mei 2021

Kompas. (2020). Pandemi Corona, 72.000 Hand Sanitizer Ludes Terjual dalam 42
Menit. Tersedia di
https://money.kompas.com/read/2020/04/09/144903626/pandemi-corona-
72000-hand-sanitizer-ludes-terjual-dalam-42-menit diakses pada 23 Mei 2021

Liputan 6. (2021). “LIPI: Jumlah Sampah Plastik Melonjak selama Pandemi Covid-
19”. Liputan6.com. Tersedia di
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4454386/lipi-jumlah-sampah-plastik-
melonjak-selama-pandemi-covid-19 diakses pada 12 Mei 2021

14
McKinsey. (2020). Consumer sentiment and behavior continue to reflect the
uncertainty of the COVID-19 crisis. McKinsey. Tersedia di
https://www.mckinsey.com/business-functions/marketing-and-sales/our-
insights/a-global-view-of-how-consumer-behavior-is-changing-amid-covid-19#
diakses pada 17 Mei 2021

Merdeka. (2021). Kemenkop Catat Transaksi Belanja Online Meningkat 26 Persen


Selama Pandemi. Merdeka. Tersedia di
https://www.merdeka.com/uang/kemenkop-catat-transaksi-belanja-online-
meningkat-26-persen-selama-pandemi.html diakses pada 23 Mei 2021

Pikiran Rakyat. (2020). Juli 2020, Larangan Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai
Resmi Diterapkan di Jakarta. Pikiran Rakyat. Tersedia di https://www.pikiran-
rakyat.com/nasional/pr-01400021/mulai-1-juli-2020-larangan-penggunaan-
kantong-plastik-sekali-pakai-resmi-diterapkan-di-jakarta diakses pada 5 Juni
2021

Ward, Chris. (2020). Consumer Behavior and COVID-19. Business Education


Innovation Journal, 12(1), 139-142

15
LAMPIRAN

KUESIONER TRANSAKSI ONLINE SELAMA PANDEMI


Data Responden
Domisili o Jabodetabek
Pilih salah satu dari jawaban berikut o Pulau Jawa (Luar Jabodetabek)
o Luar Pulau Jawa

Jenis Kelamin o Laki-Laki


Pilih salah satu dari jawaban berikut o Perempuan

Usia o ≤ 20 tahun
Pilih salah satu dari jawaban berikut o 21-30 tahun
o 31-40 tahun
o >40 tahun

Preferensi Konsumen
1. Merek layanan belanja online apa o Shopee
yang sering Anda gunakan selama o Tokopedia
pandemi? o Lazada
Pilih salah satu dari jawaban berikut o Bukalapak
o Blibli
o Olx Indonesia
o Zalora
o Mataharimall
o Lainnya …
2. Merek layanan food delivery online o Gofood
apa yang sering Anda gunakan o Grabfood
selama pandemi? o Lainnya …
Pilih salah satu dari jawaban berikut
3. Sudah berapa lama menggunakan o < 3 bulan
layanan belanja online tersebut? o 3-7 bulan
Pilih salah satu dari jawaban berikut o 8-12 bulan
o > 1 tahun
4. Sudah berapa lama menggunakan o < 3 bulan
layanan food delivery online o 3-7 bulan
tersebut? o 8-12 bulan
Pilih salah satu dari jawaban berikut o > 1 tahun
5. Berapa kali Anda melakukan o 5-7 kali
pembelanjaan online dalam 6 bulan o 8-10 kali
terakhir? o 11-13 kali
Pilih salah satu dari jawaban berikut o 14-16 kali
o > 16 kali

16
6. Seberapa sering Anda o 1-5 kali per minggu
menggunakan layanan food delivery o 6-10 kali per minggu
online tersebut? o >10 kali per minggu
Pilih salah satu dari jawaban berikut
7. Kapan terakhir kali Anda belanja o < 1 minggu yang lalu
online? o 1-2 minggu yang lalu
Pilih salah satu dari jawaban berikut o 3-4 minggu yang lalu
o >1 bulan yang lalu
8. Kapan terakhir kali Anda o < 1 minggu yang lalu
menggunakan layanan food delivery o 1-2 minggu yang lalu
online? o 3-4 minggu yang lalu
Pilih salah satu dari jawaban berikut o >1 bulan yang lalu
9. Apakah Anda merasa bubble wrap o Ya
penting pada setiap pembelanjaan o Tidak
online Anda?
Pilih salah satu dari jawaban berikut
10.Sebutkan alasannya
11.Apakah Anda rela membayar lebih o Ya
untuk bubble wrap paket Anda? o Tidak
Pilih salah satu dari jawaban berikut
12.Apakah Anda memanfaatkan o Ya
kembali bubble wrap tersebut? Pilih o Tidak
salah satu dari jawaban berikut
13.Apakah Anda mengetahui o Ya
pengganti bubble wrap yang lebih o Tidak
ramah lingkungan? Pilih salah satu
dari jawaban berikut
14.Jika Ya, sebutkan pengganti bubble
wrap apa yang Anda ketahui!
15.Apakah Anda memerlukan set alat o Ya
makan 1 kali pakai saat o Tidak
menggunakan layanan food delivery
online?
Pilih salah satu dari jawaban berikut
16.Apakah Anda rela membayar lebih o Ya
untuk set alat makan 1 kali pakai? o Tidak
Pilih salah satu dari jawaban berikut

17
Hasil Kuesioner

18
19
20
21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai