Anda di halaman 1dari 6

Epidemi

Acquired Immunodeficiency Syndrome

(AIDS) adalah infeksi yang disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan

suatu penyakit yang menyerang sel-sel kekebalan

tubuh. Di

Indonesia HIV sudah menyebar di 386 kabupaten/kota

di seluruh provinsi di Indonesia.

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Papua mengungkapkan jumlah


penderita HIV/AIDS di Papua hingga 30 September 2018 tercatat 38.874 orang.

8Dari jumlah tersebut, Kabupaten Nabire menduduki posisi tertinggi dari 28


kabupaten dan 2 kota di Papua, yakni 7.240 orang. Peringkat kedua Kota Jayapura,
yaitu 6.189 orang, disusul Kabupaten Mimika dan Jayawijaya serta daerah lainnnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Aloysius Giay mengungkapkan,


adanya peningkatan jumlah kasus yang diketahui Dinas Kesehatan itu tak lepas dari
program yang dilakukan pemerintah untuk mengajak masyarakat secara sukarela
mengikuti tes.

“Tingginya angka ini tak lepas dari kerja para jejaring dan pelayanan di daerah yang
secara intens memberikan penyuluhan hingga ke pelosok daerah. Kami akui juga
kalau yang kami lakukan belum maksimal,” kata Giay kepada wartawan di Jayapura,
Sabtu (1/12/2018).

Tingginya kasus di Nabire dan kota lainnya, kata Giay, selain faktor seks bebas juga
karena faktor lainnya, salah satunya minuman keras.

“Contohnya ada daerah penambangan liar yang barter emas dengan PSK, termasuk tingginya
penikmat miras, aibon (penghirup lem aibon), dan seks bebas di komunitas anak-anak aibon
dengan barter seks,” kata dia.

Dari berbagai persoalan tersebut, Giay meminta semua pihak terlibat untuk menekan
penyebaran virus HIV-AIDS.

“Bukan hanya Dinkes tapi peranan Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan keterlibatan peranan tokoh
agama serta kepedulian orang tua untuk dapat menekan virus ini. Saya akui tugas kami berat dan
sampai saat ini kami belum maksimal, apalagi Komisi Penanggulangan AIDS (

KPA) baru ada 9 kabupaten di tanah ini,” kata dia.

Dari 9 KPA yang ada di Papua, kata dia, hanya 5 kabupaten yang aktif.
“Faktanya ada 9 daerah di kabupaten memiliki KPA. Tetapi, hanya 5 diantaranya yang
aktif.”tambah dia

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2018/12/01/21132341/pender
ita-hivaids-di-papua-tercatat-38874-
orang#ampshare=https://regional.kompas.com/read/2018/12/01/21132341/penderita-hivaids-
di-papua-tercatat-38874-orang

Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.

Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria

bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Semua spesies tersebut

terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di

Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Cacing tersebut hidup

di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan

kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala

akut dan kronis.

Berdasarkan laporan dari

kabupaten/kota, jumlah kasus kronis filariasis yang dilaporkan

sampai tahun 2009 sudah sebanyak 11.914 kasus.

Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah provinsi yang
melaporkan kasus filariasis terus

bertambah. Bahkan di beberapa daerah mempunyai tingkat endemisitas yang cukup tinggi.
Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah
Nanggroe Aceh Darussalam (2.359

orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang) dan Papua (1.158 orang). Tiga provinsi dengan kasus
terendah adalah Bali (18 orang),
Maluku Utara (27 orang), dan Sulawesi Utara (30 orang),. Kejadian filariasis di NAD sangat menonjol
bila

dibandingkan dengan provinsi lain dan merupakan provinsi dengan jumlah kasus tertinggi di seluruh
Indonesia. Hal ini memerlukan perhatian untuk ditindak lanjuti, dan dicari kemungkinan
penyebabnya.

Menurut kabupaten, pada tahun 2009 tiga kabupaten dengan kasus terbanyak filariasis adalah Aceh
Utara (1.353 kasus), Manokwari (667

kasus) dan Mappi (652 kasus) yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tampak perbedaan jumlah kasus yang
cukup besar di kabupaten Aceh

Utara dibandingkan dengan jumlah kasus pada kabupaten lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian
dan dicari kemungkinan penyebabnya.

Dari tabel 1 diketahui 87% kabupaten/kota mempunyai kasus klinis filariasis pada range 1-100 kasus,
5,9% kab/kota tidak memiliki kasus

klinis filariasis, 5,2% pada range 101-200 kasus, 1,2% pada range 201-700 kasus dan 0,2% pada range
>700 kasus. Menurut kabupaten, pada tahun 2009 tiga kabupaten dengan kasus terbanyak filariasis
adalah Aceh Utara (1.353 kasus), Manokwari (667

kasus) dan Mappi (652 kasus) yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tampak perbedaan jumlah kasus yang
cukup besar di kabupaten Aceh

Utara dibandingkan dengan jumlah kasus pada kabupaten lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian
dan dicari kemungkinan penyebabnya.

Dari tabel 1 diketahui 87% kabupaten/kota mempunyai kasus klinis filariasis pada range 1-100 kasus,
5,9% kab/kota tidak memiliki kasus

klinis filariasis, 5,2% pada range 101-200 kasus, 1,2% pada range 201-700 kasus dan 0,2% pada range
>700 kasus.

Endemik

Demam berdarah adalah penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan
disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Center for Disease Control and
Prevention memperkirakan bahwa setidaknya 400 juta kasus demam berdarah
terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Daerah tropis menjadi daerah endemik penyakit
ini, termasuk pula Indonesia.

Di Indonesia penyakit ini selalu meningkat pada setiap awal musim hujan dan
menimbulkan kejadian luar biasa di beberapa wilayah. Menurut WHO, Indonesia
menduduki peringkat ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara wilayah
endemis. Gejala klasik demam dengue adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba;
sakit kepala (biasanya di belakang mata); ruam; nyeri otot dan nyeri sendi.
Gejala DBD akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpapar virus
dengue. Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari.Oleh karena itu jika
seseorang baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian
ia menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari
wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue

https://m.liputan6.com/hot/read/4002309/5-penyakit-endemik-di-indonesia-yang-perlu-
diwaspadai-bisa-picu-kematian

Kusta juga dikenal sebagai penyakit Hansen, adalah penyakit menular kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama menyerang kulit, saraf
tepi, permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mata. Kusta diketahui terjadi
pada semua umur mulai dari masa kanak-kanak hingga usia sangat tua. Kusta dapat
disembuhkan dan pengobatan dini mencegah sebagian besar kecacatan.

Menurut WHO, mekanisme pasti penularan kusta tidak diketahui. Setidaknya sampai
saat ini, kepercayaan yang paling banyak dipegang adalah bahwa penyakit itu
ditularkan melalui kontak antara kasus-kasus kusta dan orang sehat. Baru-baru ini
kemungkinan penularan melalui jalur pernapasan semakin meningkat. Ada juga
kemungkinan lain seperti penularan melalui serangga yang tidak dapat sepenuhnya
dikesampingkan.

Menurut WHO, ada 211 009 kasus kusta baru terdaftar secara global pada tahun
2017, menurut angka resmi dari 159 negara dari 6 Wilayah WHO. Menurut
Kementerian Kesehatan RI, Secara Nasional, Indonesia sudah mencapai eliminasi
kusta (angka kasus kusta terdaftar atau angka prevalensi <1/10.000 penduduk)
pada tahun 2000. Namun masih ada 10 Provinsi yang belum mencapai eliminasi
kusta. Selanjutnya di tingkat Kabupaten/Kota, pada akhir tahun 2017 masih tedapat
142 Kabupaten/Kota belum mencapai eliminasi kusta yang tersebar di 22 Provinsi.

Pandemi

Badan PBB untuk kesehatan WHO menyebut kalau kasus global campak di


tahun 2019 meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu pada
periode yang sama. Dikutip dari CNN, hanya dalam tiga bulan
kasus campak global tahun 2019 dilaporkan mencapai 110 ribu kasus.

Hampir semua bagian dunia mengalami wabah mengalami wabah dengan


paling parah di Afrika yang kasusnya meningkat hingga 700 persen.
Amerika Serikat (AS), Ukraina, Perancis, dan Filipina jadi negara yang
baru-baru ini dilaporkan kewalahan dengan wabah campak.
"Ada dua cerita dalam hal ini, satu karena kemiskinan dan satu lagi karena
informasi yang keliru. Pada negara miskin hanya sedikit orang yang bisa
mendapatkan vaksin sehingga sebagian besar populasi rentan terhadap
virus," kata koresponden kesehatan dan sains BBC, James Gallagher.

"Namun negara kaya dengan tingkat vaksinasi yang tinggi juga terjadi
peningkatan campak. Ini karena ada kelompok-kelompok di populasi
memilih menolak memvaksinasi anak akibat penyebaran pesan anti-vaksin
yang keliru di media sosial," lanjut James.

Campak sendiri bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. WHO


memperkirakan ada 100 ribu orang meninggal setiap tahun karena
komplikasi berbahaya dari campak seperti diare, infeksi saluran napas,
hingga pembengkakan otak.

Di Indonesia sendiri kasus campak juga disebut mengalami peningkatan


dalam lima tahun terakhir. Pada Februari 2018 contohnya ditemukan
ratusan kasus campak di daerah Asmat, Papua, membuatnya sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Kita harus belajar dari kejadian di Asmat. 750 anak meninggal karena
campak," ungkap Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr
Aman Bhakti Pulungan kala itu.
Sporadik
Contoh dari kejadian sporadik adalah penyakit poliomyelitis di Indonesia. Poliomyelitis atau
polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa
penyakit ini adalah sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV) yang masuk ke tubuh
melalui mulut dan mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralisis).

Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi, Jawa
Barat yang dengan cepat menyebar ke provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio 1
tersebar di 10 provinsi dan 22 kabupaten / kota di Indonesia. (Widoyono, 2008).

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2018/12/01/21132341/pender
ita-hivaids-di-papua-tercatat-38874-
orang#ampshare=https://regional.kompas.com/read/2018/12/01/21132341/penderita-hivaids-
di-papua-tercatat-38874-orang

https://m.liputan6.com/hot/read/4002309/5-penyakit-endemik-di-indonesia-yang-perlu-
diwaspadai-bisa-picu-kematian
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190830160308-255-426149/WHO: Kasus campak dunia
tiga kali lebih tinggi dibanding tahun lalu

Soemirat, Juli. 2010. EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN, ed. 2. Bandung : Gadjah Mada


University Press.
https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-4228540/beragam-mitos-dan-fakta-seputar-
kaki-gajah

Anda mungkin juga menyukai