Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SPESIALIT DAN TERMINOLOGI

“Obat antibiotika dan antihistamin”

INSTRUKTUR :

HARI/JAM PRAKTIKUM : JUMAT, Juni 2021

DISUSUN OLEH :

NURMALIA (34190298)
KELAS : A/DF/IV
A2 – 4

PRODI DIII FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2021/2022

SPESIALITE OBAT ANTIBIOTIKA DAN OBAT ANTIHISTAMIN


I. Tujuan Praktikum
Mengetahi dan memahami klasifikasi dan jenis obat anti histamine dan anti
biotika II. Dasar Teori
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk
seorang dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat
untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar
mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala
penyakit.Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain. Antibiotika
( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan miro
organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki kahsiat
mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa virus
besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
Golongan Obat Antibiotika
1. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam
jenis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R )
benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid
dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Pensilin terdiri dari :
a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1) Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,
salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi
pneumokokus.
b. Pensilin Tahan Penisilinase
1) Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
2) Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral. c. Pensilin
Spectrum Luas
1) Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,
salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,
salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.

Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral. d. Penisilin Anti
Pseudomona
1) Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
2) Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
3) Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
2. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas : a. Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti
mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan
dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala,
Dll Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria b. Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media. c.
Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
d. Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N
gonorrhoeae.
e. Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan. f.
Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis,
hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin
lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas : a.
Tetrasiklin.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas)
klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis,
akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi
ginjal (lihat Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.

b. Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering
terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik. c.
Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis ,
pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo) d.
Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada
porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
4. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan
gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap
pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium
tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
a. Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin. b.
Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP
lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str
viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi
tambahan pad meningitis karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi
fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari
penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan
pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada pemberian jangka
panjang colitis karena antibiotic. Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat
atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga
keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi
ginjal dan ukur kadar dalam plasma. c. Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi d.
Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin. 5.
Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat
toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus
influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat
lainnya. Karena toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia
anemia aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis
optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits,
hemoglobinuria nocturnal.
6. Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin
mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis
karena kampilo bakteri.
a. Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan
enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non
gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis. b.
Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa
kompliasi.
c. Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan
lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak
duodenum
( lihat bagian 1.1)
7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino
bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur,
antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif
terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin
terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-
active agent) dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel
bakteri, sehingga permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya
tidak tergantung pada keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat
dikombinasi dengan antibiotika bakteriostatik seperti kloramfenikol dan
tetrasiklin. Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara
parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi
tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar.
Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang
dengan munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman
mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya
rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain
Sedangkan Antihistamin merupakan obat yang sering dipakai dibidang
dermatologi, terutama untuk kronik dan rekuren. Antihistamin adalah zat yang
dapat mengurangi atau menahan efek histamin terhadap tubuh dengan jalan
memblok reseptor histamin. Bilastine dan rupatadine merupakan dua buah
antihistamin terbaru yang dipakai dibidang dermatologi. Bilastin termasuk
antagonis reseptor H1 generasi kedua terbaru yang paling aman dan tidak
memiliki efek terhadap kardiovaskuler. Rupatadin adalah antihistamin H1
generasi kedua terbaru yang selain memiliki efek terhadap histamin juga
memiliki efek terhadap platelet activating factor. antihistamin bermanfaat besar
pada terapi alergi nasal, rhinitis alergika dan mungkin juga pada rhinitis
vasomotor. Antihistamin mengurangi sekresi nasal dan bersin tetapi kurang
efektif untuk kongesti hidung. Antihistamin topikal digunakan pada mata, hidung
dan kulit. Antihistamin oral juga dapat mencegah urtikaria dan digunakan untuk
mengatasi ruam kulit pada urtikaria, gatal, gigitan dan sengatan serangga, serta
alergi obat. Injeksi klorfeniramin atau prometazin digunakan sebagai terapi
tambahan pada terapi darurat anafilaksis dan angioedema dengan adrenalin.
Antihistamin (sinarisin, siklisin dan prometasin teoklat) digunakan pada mual dan
muntah. Antihistamin kadang digunakan untuk insomnia. Antihistamin berbeda-
beda dalam lama kerja serta dalam derajat efek sedatif dan antimuskarinik.
Antihistamin golongan lama relatif mempunyai kerja pendek tetapi beberapa
(misal prometazin) memiliki kerja sampai 12 jam, sedangkan antihistamin non
sedatif yang lebih baru memiliki kerja panjang. Semua antihistamin golongan
lama menyebabkan sedasi, meskipun alimemazin (trimeprazin) dan prometazin
mempunyai efek sedasi yang lebih besar dibanding klorfeniramin dan siklizin.
Efek sedasi ini kadang-kadang dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena
alergi. Tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa antihistamin sedatif yang
satu lebih baik dari yang lain karena pasien mempunyai respons yang sangat
berbeda satu sama lain. Antihistamin non sedatif seperti setirizin, levosetirizin,
loratadin, desloratadin, feksofenadin, terfenadin dan mizolastin lebih sedikit
menyebabkan efek sedasi dan gangguan psikomotor dibanding golongan lama
karena jumlah obat yang menembus sawar darah otak hanya sedikit. Operasi
gigi. Antihistamin digunakan secara luas sebagai anti muntah. Pada pasien
dengan reflek gag yang berlebihan, pemberian diazepam akan lebih efektif.
Peringatan dan Kontraindikasi: Antihistamin yang menyebabkan kantuk
mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan
hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma
sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis
mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah
mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak
dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada
neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria, meskipun beberapa
(misalnya klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman. Efek Samping
Antihistamin: Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar
antihistamin golongan lama, walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi
meski jarang (terutama pada pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada
lanjut usia). Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan
dan jauh kurang dengan antihistamin yang lebih baru. Efek samping yang lebih
sering terjadi dengan antihistamin golongan lama meliputi sakit kepala, gangguan
psikomotor, dan efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering,
pandangan kabur, dan gangguan saluran cerna. Efek samping lain yang jarang
dari antihistamin termasuk hipotensi, efek ekstrapiramidal, pusing, bingung,
depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, palpitasi, aritmia, reaksi
hipersensitivitas (bronkospasme, angio-edema, dan anafilaksis, ruam kulit, dan
reaksi fotosensitivitas), kelainan darah, disfungsi hepar dan glaukoma sudut
sempit. Antihistamin Yang Tidak Menyebabkan Kantuk: Walaupun mengantuk
jarang dijumpai, namun pasien harus diingatkan bahwa hal itu dapat terjadi dan
dapat mempengaruhi aktivitas yang memerlukan ketrampilan, misalnya
mengemudi-kan mobil. Pemakaian alkohol berlebihan harus dihindari.
Antihistamin Yang Menyebabkan Kantuk: Efek samping mengantuk akan
mempengaruhi aktivitas yang memerlukan ketrampilan, misalnya mengemudi
mobil; efek sedasi meningkat dengan pengaruh alkohol.

III. Obat Antibiotika


Zat aktif Golongan BSO dan Nama produk Produsen
kekuatan (Merk)

A. Obat hietamin
Zat aktif Golongan BSO dan Nama produk Produsen
kekuatan (Merk)
PEMBAHASAN
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk seorang dokter
ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit.Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba
terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Golongan Obat Antibiotika
Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis
yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata
paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari
sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi
dinding sel.
Pensilin terdiri dari :
a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
Benzil Penisilin
gIndikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi
pneumokokus.
b. Pensilin Tahan Penisilinase
3) Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral. c. Pensilin Spectrum Luas
Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral. d. Penisilin Anti Pseudomona
Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi
terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid. Sefalosforin terbagi atas : a.
Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti
mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis
tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll Kontra
indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria b. Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media. c.
Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis. d.
Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N
gonorrhoeae.
Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan. f.
Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya
yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas : a.
Tetrasiklin.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas) klamidia,
mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal
(lihat Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi
pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik. c. Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis
kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo) d. Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.
Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak;
terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum
Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin,
dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan
dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini
dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-
negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent)
dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada
keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika
bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin. Resorpsinya dari usus praktis nihil,
maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam usus.
Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka
penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan
munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
Antihistamin
Sedangkan Antihistamin merupakan obat yang sering dipakai dibidang dermatologi,
terutama untuk kronik dan rekuren. Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi
atau menahan efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin.
Bilastine dan rupatadine merupakan dua buah antihistamin terbaru yang dipakai
dibidang dermatologi. Bilastin termasuk antagonis reseptor H1 generasi kedua terbaru
yang paling aman dan tidak memiliki efek terhadap kardiovaskuler. Rupatadin adalah
antihistamin H1 generasi kedua terbaru yang selain memiliki efek terhadap histamin
juga memiliki efek terhadap platelet activating factor. antihistamin bermanfaat besar
pada terapi alergi nasal, rhinitis alergika dan mungkin juga pada rhinitis vasomotor.
Antihistamin mengurangi sekresi nasal dan bersin tetapi kurang efektif untuk kongesti
hidung. Antihistamin topikal digunakan pada mata, hidung dan kulit. Antihistamin oral
juga dapat mencegah urtikaria dan digunakan untuk mengatasi ruam kulit pada
urtikaria, gatal, gigitan dan sengatan serangga, serta alergi obat. Injeksi klorfeniramin
atau prometazin digunakan sebagai terapi tambahan pada terapi darurat anafilaksis dan
angioedema dengan adrenalin. Antihistamin (sinarisin, siklisin dan prometasin teoklat)
digunakan pada mual dan muntah. Antihistamin kadang digunakan untuk insomnia.
Antihistamin berbeda-beda dalam lama kerja serta dalam derajat efek sedatif dan
antimuskarinik. Antihistamin golongan lama relatif mempunyai kerja pendek tetapi
beberapa (misal prometazin) memiliki kerja sampai 12 jam, sedangkan antihistamin non
sedatif yang lebih baru memiliki kerja panjang. Semua antihistamin golongan lama
menyebabkan sedasi, meskipun alimemazin (trimeprazin) dan prometazin mempunyai
efek sedasi yang lebih besar dibanding klorfeniramin dan siklizin. Efek sedasi ini kadang-
kadang dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena alergi. Tidak banyak bukti yang
menunjukkan bahwa antihistamin sedatif yang satu lebih baik dari yang lain karena
pasien mempunyai respons yang sangat berbeda satu sama lain. Antihistamin non
sedatif seperti setirizin, levosetirizin, loratadin, desloratadin, feksofenadin, terfenadin
dan mizolastin lebih sedikit menyebabkan efek sedasi dan gangguan psikomotor
dibanding golongan lama karena jumlah obat yang menembus sawar darah otak hanya
sedikit. Operasi gigi. Antihistamin digunakan secara luas sebagai anti muntah. Pada
pasien dengan reflek gag yang berlebihan, pemberian diazepam akan lebih efektif.
Peringatan dan Kontraindikasi: Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai
aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada
hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi
pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada
gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan
pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak
boleh digunakan pada neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria,
meskipun beberapa (misalnya klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman. Efek
Samping Antihistamin: Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar
antihistamin golongan lama, walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski
jarang (terutama pada pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada lanjut usia).
Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauh kurang
dengan antihistamin yang lebih baru. Efek samping yang lebih sering terjadi dengan
antihistamin golongan lama meliputi sakit kepala, gangguan psikomotor, dan efek
antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur, dan gangguan
saluran cerna. Efek samping lain yang jarang dari antihistamin termasuk hipotensi, efek
ekstrapiramidal, pusing, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, palpitasi,
aritmia, reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, angio-edema, dan anafilaksis, ruam
kulit, dan reaksi fotosensitivitas), kelainan darah, disfungsi hepar dan glaukoma sudut
sempit. Antihistamin Yang Tidak Menyebabkan Kantuk: Walaupun mengantuk jarang
dijumpai, namun pasien harus diingatkan bahwa hal itu dapat terjadi dan dapat
mempengaruhi aktivitas yang memerlukan ketrampilan, misalnya mengemudi-kan
mobil. Pemakaian alkohol berlebihan harus dihindari. Antihistamin Yang Menyebabkan
Kantuk: Efek samping mengantuk akan mempengaruhi aktivitas yang memerlukan
ketrampilan, misalnya mengemudi mobil; efek sedasi meningkat dengan pengaruh
alkohol.

Pada praktikum yang di lakukan yaitu mahasiswa mencari golongan obat antibiotika
dan antihistamin
DAFTAR PUSTAKA
Http://pionas.pom.go.Id. Antihistamine
Https://.fk.unand.ac.d. Jurnal kesehatan andalas 2018.

Anggraeni Dyah. 2021. Buku petunjuk praktikum Spesialit dan Terminologi


Kesehatan mempunyai Yogyakarta : Stikes Surya Global

Ganthina 2016, Modul buku Jar Cetak farmasi Praktikum Spesialit Dan
Terminologi Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai