Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS ISU GLOBAL DAN INSTANSI KERJA

OPTIMALISASI PEMBERIAN EDUKASI MENGENAI IMPLEMENTASI POSISI


PRONASI PADA PASIEN COVID-19 DENGAN GEJALA RINGAN-SEDANG DI
RUANG ISOLASI KENANGA 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

IRMA TRI MULIA, S.Kep., Ners

NIP. 199409112020122006

LATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2021
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus
disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang
14 hari. Pada kasus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal
7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada
tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan Covid-19 sebagai
pandemi.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan 11.84.226 kasus
konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia
melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan
cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan
melaporkan 70.736 kasus konfirmasi Covid-19 dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%).
Melansir Worldometers, kasus baru yang dilaporkan Indonesia per 13 Juli 2021 adalah
47.899 kasus. Jumlah itu tak hanya tertinggi di Asia, tetapi juga di dunia. Lalu negara dengan
penambahan kasus tertinggi kedua di dunia adalah Brazil dengan 45.094 kasus. Setelah itu
Spanyol dan India. Spanyol menambah 43.960 kasus dan India 40.215 kasus.
Berdasarkan data RSHS per Senin 5 Juli 2021, keterisian ruang perawatan intensif
mencapai 50 orang pasien dari total 54 ranjang. Adapun di ruang isolasi keterisian sebanyak
93 persen dari total 233 kamar yang disediakan. Sedang antrean pasien di IGD pada pukul
07.00 WIB misalnya tercatat sebanyak 83 orang. Menurut Irayanti, keterisian tempat tidur
untuk pasien Covid-19 di RSHS Bandung sudah mencapai 92,5 persen, termasuk ICU dan
ruang isolasi. Selain itu antrian pasien juga masih terjadi di ruang Instalasi Gawat Darurat.
Belum ada pengobatan yang disetujui FDA (Food and Drug Administration) untuk Covid-
19 saat ini; namun, upaya dan penyelidikan masih tetap dan sedang berlangsung. Oleh karena itu,
diperlukan perawatan suportif dan rehabilitatif untuk mengurangi gejala dan resiko kematian.
Perawatan suportif rehabilitatif pada pasien Covid-19 berat bermacam-macam meliputi
manajemen posisi pronasi. Beberapa jurnal sudah memasukan manajemen posisi sebagai terapi
suportif. Dibandingkan dengan posisi lain posisi pronasi disarankan sebagai terapi suportif. Hasil
penelitian yang dilakukan Padrao dkk yang meneliti sebelum dan sesudah posisi pronasi terdapat
hasil peningkatan dari saturasi oksigen (SpO2).
B. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Isu
Identifikasi isu dilakukan dengan melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) diruang rawat inap Kenanga 2. Hal yang tidak sesuai dalam
SKP bisa berpotensi menjadi suatu masalah. Berikut penjelasan setiap butir SKP:
Tabel 1.1. Penjelasan butir SKP
No. Kegiatan Tugas Pokok Jabatan Kondisi Saat Ini Kondisi yang
Diharapkan
1 Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
individu, keluarga. SOP
2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
3 Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu Tidak ada data Tidak ada data
dalam rangka melakukan upaya promotif
4 Melakukan case finding/deteksi dini/penemuan kasus Tidak ada data Tidak ada data
baru pada individu
5 Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
kesehatan pada individu SOP
6 Melakukan pendidikan kesehatan pada individu, Belum optimalnya Terdapat SOP perawat
keluarga, kelompok, masyarakat perawat dalam dalam memberikan
memberikan pendidikan kesehatan:
pendidikan posisi pronasi pada
kesehatan: posisi pasien Covid-19 di
pronasi pada pasien Ruang Isolasi Kenanga
Covid-19 di Ruang 2.
Isolasi Kenanga 2.
7 Melakukan manajemen inkontinen urine Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
8 Melakukan manajemen inkontinen faecal Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
9 Melakukan upaya membuat pasien tidur Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
10 Melakukan komunikasi teurapeutik dalam pemberian Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
asuhan keperawatan SOP
11 Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan Belum optimalnya Terdapat SOP
spiritual manajemen mengenai pemenuhan
pemenuhan kebutuhan spiritual
kebutuhan spiritual pada pasien Covid-19
pada pasien Covid-
19 di Ruang Isolasi di Ruang Isolasi
Kenanga 2. Kenanga 2.
12 Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
(dying care) SOP
13 Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman Belum optimalnya Terdapat implementasi
manajemen untuk menurunkan
kecemasan pada kecemasan dan
pasien yang dirawat kesepian pasien yang
di Ruang Isolasi dirawat di Ruang
Kenanga 2. Isolasi Kenanga 2.
14 Mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonary arteri, Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
CVP. SOP
15 Memantau pemberian elektrolit konsentrasi tinggi Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
16 Melakukan resusitasi bayi baru lahir Tidak ada data Tidak ada data
17 Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
18 Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
sampai meninggal SOP
19 Melakukan dukungan dalam proses kehilangan, berduka Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
dan kematian SOP
20 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
21 Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
22 Menyusun laporan pelaksanaan tugas Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai
SOP
Berdasarkan penjabaran butir SKP diatas, didapatkan isu-isu aktual di Ruang Isolasi Kenanga 2
serta dampak sebagai berikut:

Tabel 1.2. Dampak Isu sesuai SKP

No Isu Dampak Apabila Isu Tidak Ditangani


1 Belum optimalnya perawat dalam • Memperberat mekanisme pernapasan paru sehingga
memberikan pendidikan kesehatan: menyebabkan menurunkan saturasi oksigen pada pasien covid-19.
posisi pronasi pada pasien Covid- • Memperlambat pengeluaran sekresi pada pasien Covid-19.
19 di Ruang Isolasi Kenanga 2. • Memperpanjang hari rawat pasien Covid-19.
• Meningkatkan penggunaan tabung oksigen dengan stok yang
semakin menipis.
• Ketergantungan pasien Covid-19 dengan pemberian alat bantu
nafas terus-menerus.
• Meningkatkan luka tekan akibat tirah baring lama dengan posisi
supinasi pada pasien Covid-19.

2 Belum optimalnya manajemen • Beresiko terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan


pemenuhan kebutuhan spiritual ruangan/instansi dan beresiko memperlama penyembuhan pasien
Covid-19 di Ruang Isolasi Kenanga 2.
pada pasien Covid-19 di Ruang • Memperpanjang hari rawat pasien Covid-19.
Isolasi Kenanga 2.
3 Belum optimalnya manajemen • Memperpanjang hari rawat pasien Covid-19.
kecemasan pada pasien Covis-19 • Memperlambat proses penyembuhan pasien Covid-19.
yang dirawat di Ruang Isolasi
Kenanga 2.
Berdasarkan hasil dari environmental scanning yang telah dilakukan di Ruang Isolasi Kenanga
2 selama dinas dari tanggal 11 Juli sampai dengan 6 Agustus 2021 terdapat beberapa isu yang muncul,
yaitu:

1) Belum optimalnya perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan: posisi pronasi


pada pasien Covid-19 di Ruang Isolasi Kenanga 2.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11 Juli 2021-06 Agustus 2021 di Ruang Isolasi
Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, ditemukan bahwa perawat belum optimal
dalam memberikan pelayanan praktik mandiri dengan memberikan Pendidikan
kesehatan: posisi pronasi pada pasien Covid-19 yang dirawat di Ruang Isolasi Kenanga
2, sedangkan pasien-pasien yang dirawat di Ruang Kenanga 2 merupakan pasien Covid-
19 dengan gejala ringan-sedang. Selain itu, belum ada leaflet dan SOP mengenai
penatalaksanaan intervensi posisi pronasi pada pasien Covid-19 di Ruang Isolasi
Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2) Belum optimalnya manajemen pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien Covid-19 di
Ruang Isolasi Kenanga 2.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11 Juli 2021-06 Agustus 2021 di Ruang Isolasi
Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, ditemukan bahwa kebutuhan pasien
Covid-19 belum terpenuhi karena terbatasnya sumber daya manusia dan keterbatasan
waktu saat intervensi.
3) Belum optimalnya manajemen kecemasan pada pasien Covid-19 yang dirawat di Ruang
Isolasi Kenanga 2.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11 Juli 2021-06 Agustus 2021 di Ruang
Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, ditemukan bahwa tampak sebagian pasien
Covid-19 dengan keluhannya tidak diperkenankan ada keluarga yang menunggu
sehingga memunculkan rasa kesepian dan muncul kecemasan pada pasien Covd-19.

2. Penapisan Isu
Sebelum dilakukan penetapan prioritas dengan metode USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth), langkah pertama dilakukan uji kelayakan isu dengan menggunakan menggunakan
metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Layak).
Tabel 2.1Teknik Tapisan Isu AKPL

No Isu A K P L Hasil
1 Belum optimalnya perawat dalam memberikan + + + + +
pendidikan kesehatan: posisi pronasi pada pasien
Covid-19 di Ruang Isolasi Kenanga 2.
2 Belum optimalnya manajemen pemenuhan kebutuhan + + + + +
spiritual pada pasien Covid-19 di Ruang Isolasi
Kenanga 2.
3 Belum optimalnya manajemen kecemasan pada pasien + + + + +
Covid-19 yang dirawat di Ruang Isolasi Kenanga 2.
Keterangan:
A : Aktual (terkini)
K : Kekhalayakan (berdampak pada banyak orang)
P : Problmatika (bisa menjadi atau berpotensi menjadi masalah)
L : Kelayakan (masih layak, masih terjadi dan masih memiliki eksitensi)
Kriteria = dikatakan terpenuhi apabila nilai AKPL semua +
Dari hasil tapisan menggunakan teknik AKPL, jumlah isu ditapis terdapat 3, yaitu: belum
optimalnya perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan: posisi pronasi pada pasien Covid-19
di Ruang Isolasi Kenanga 2, belum optimalnya manajemen pemenuhan kebutuhan spiritual pada
pasien Covid-19 di Ruang Isolasi Kenanga 2 dan belum optimalnya manajemen kecemasan pada
pasien yang dirawat di Ruang Isolasi Kenanga 2.
Dari ketiga isu tersebut kemudian dilakukan analisis penetapan penyebab isu dengan
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) dengan rentang penilaian angka
mulai dari 1 sampai 5.
Tabel 2.2 Teknik Tapisan Isu USG

USG
No Identifikasi Isu Total Rangking
U S G
1 Belum optimalnya perawat dalam memberikan 5 5 5 15 1
pendidikan kesehatan: posisi pronasi pada pasien Covid-
19 di Ruang Isolasi Kenanga 2.
2 Belum optimalnya manajemen pemenuhan kebutuhan 5 4 4 13 3
spiritual pada pasien Covid-19 di Ruang Isolasi Kenanga
2.
3 Belum optimalnya manajemen kecemasan pada pasien 5 5 4 14 2
Covid-19 yang dirawat di Ruang Isolasi Kenanga 2.
Keterangan Skala Likert 1-5: 5 = Sangat besar 4 = Besar 3 = Sedang 2 = Kecil 1 = Sangat kecil
Berdasarkan isu yang terpilih yaitu belum optimalnya perawat dalam memberikan
pendidikan kesehatan: posisi pronasi pada pasien Covid-19 di Ruang Isolasi Kenanga 2 RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.

3. Latar Belakang Pemilihan Isu


Posisi pronasi pada pasien Covid-19 saat ini sedang banyak diteliti, mengingat
perannya dalam mencegah pasien jatuh ke kondisi gagal napas yang memerlukan ventilator.
Upaya ini menjadi alternatif agar pasien dengan gejala ringan-sedang tidak memburuk,
sehingga penambahan pasien Covid-19 tidak diikuti dengan penambahan kebutuhan sarana
dan prasarana kesehatan.
Posisi pronasi pada pasien Covid-19 ternyata memiliki dampak positif pada perbaikan
klinis pasien, termasuk pasien yang tidak terintubasi. Penelitian di Perancis, dilakukan pada
88 pasien Covid-19 dengan klinis ringan-sedang, melaporkan bahwa posisi pronasi
meningkatkan oksigenasi pada 40% pasien yang dapat mentoleransi posisi pronasi ≥3 jam.
Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan PaO2 dari rerata 73,6 mmHg menjadi 94,9
mmHg.
Dalam melakukan posisi pronasi, pasien sebaiknya dapat dilakukan intervensi
mengenai edukasi posisi pronasi mengingat pentingnya manfaat posisi pronasi untuk
meningkatkan saturasi oksigen dan mengurangi kebutuhan akan alat kesehatan. Output yang
diharapakan pasien dapat menerapkan posisi pronasi dengan mandiri.
Ruang Isolasi Kenanga 2 merupakan ruang rawat inap pasien Covid-19 dengan gejala
ringan-sedang, berdasarkan environmental scaning yang dilakukan pada tanggal 11 Juli-05
Agustus 2021, ditemukan bahwa perawat dalam melaksanakan implementasi keperawatan
belum optimal memberikan edukasi: posisi pronasi pada pasien Covid-19. Selain itu, belum
ada mengenai media edukasi seperti leaflet dan SOP untuk mendukung praktik keperawatan
mandiri perawat di Ruang Isolasi Kenanga 2.

4. Analisis Isu

5. Gagagasan Pemecahan Isu


Unit Kerja : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Ruang Isolasi Kenanga 2
Isu yang diangkat : Belum optimalnya perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan:
posisi pronasi pada pasien Covid-19 di Ruang Isolasi Kenanga 2.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan fishbone, didapatkan beberapa gagasan
pemecahan isu, diantaranya :
1) Kordinasi dan konsultasi dengan pihak RS dan ruangan terkait pengambilan isu, pembuatan SOP
dan media edukasi: leaflet dan video pada pasien Covid-19 di ruang isolasi Kenanga 2 RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung.
2) Pembuatan SOP posisi pronasi pada pasien Covid-19.
3) Penyusunan draf SOP posisi pronasi pada pasien Covid-19.
4) Pembuatan media edukasi: leaflet dan video posisi pronasi pada pasien Covid-19.
5) Sosialisasi SOP posisi pronasi pada pasien Covid-19.
6) Evaluasi pelaksanaan sosialisasi SOP posisi pronasi pada pasien Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai