Anda di halaman 1dari 111

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013

TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025

RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KOTA PROBOLINGGO
TAHUN 2005-2025

PEMERINTAH DAERAH KOTA PROBOLINGGO


PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO


NOMOR 11 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005 – 2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO,

Menimbang : a. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang merupakan


dokumen perencanaan yang memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah jangka panjang yang merupakan satu
kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional
yang mempunyai karakteristik sendiri;
b. bahwa untuk menjamin agar kegiatan pembangunan jangka
panjang berjalan efektif, efisien dan bersasaran, maka
diperlukan Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah;
c. bahwa Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2006
tentang Visi dan Misi Kota Probolinggo Tahun 2006-2025 dan
Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 10 Tahun 2006
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota
Probolinggo Tahun 2006-2025 sudah tidak sesuai dengan
kondisi saat ini, sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b dan huruf c konsiderans ini, maka perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005-2025;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) dan Pasal 28D ayat (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Djawa
Timur, Djawa Tengah dan Djawa Barat (Himpunan Peraturan
1
Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Pengubahan
Undang-undang Nomor 16 dan Nomor 17 Tahun 1950 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
5. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
2
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa
Timur Tahun 2005-2025;
18. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun
2009-2028 (Lembaran Daerah Kota Probolinggo Tahun 2010
Nomor 2);

3
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PROBOLINGGO
DAN
WALIKOTA PROBOLINGGO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA


PANJANG DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005- 2025.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud :
1. Daerah adalah Daerah Kota Probolinggo.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Probolinggo.
3. Walikota adalah Walikota Probolinggo.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Probolinggo.
5. Peraturan Daerah yang selanjutnya disingkat Perda, adalah Peraturan Daerah
Kota Probolinggo.
6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang
selanjutnya disebut sebagai RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2005 - 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJPD Provinsi, adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun
terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005-
2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah, adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi.
9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut
RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan
program kepala daerah dengan berpedoman pada RPJPD Daerah serta
memperhatikan RPJM Nasional.
4
10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo yang selanjutnya disebut RTRW
Kota adalah rencana umum tata ruang yang berfungsi sebagai kebijakan matra
ruang pembangunan daerah.
11. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD Kota
adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
12. Visi, adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
13. Misi, adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
14. Arah Pembangunan Daerah adalah strategi untuk mencapai tujuan
pembangunan daerah.

Pasal 2
Sistimatika RPJP Daerah terdiri dari :
a. Pendahuluan;
b. Gambaran Umum Kondisi Daerah;
c. Analisis Isu-Isu Strategis;
d. Visi dan Misi Daerah;
e. Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah; dan
f. Kaidah Pelaksanaan.

Pasal 3
(1) Pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a terdiri dari latar
belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, hubungan RPJP daerah
dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan.
(2) Kondisi Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b terdiri dari
kondisi umum daerah, tantangan daerah dan prediksi kondisi umum daerah.

Pasal 4
(1) Visi Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d adalah
TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA PROBOLINGGO YANG AMAN,
DEMOKRATIS, ADIL DAN SEJAHTERA.
(2) Keberhasilan pencapaian visi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandai
dengan meningkatnya pemerataan dan pertumbuhan ekonomi serta
kesejahteraan masyarakat.

Pasal 5
Dalam rangka mencapai visi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
ditetapkan misi pembangunan yang terdiri dari :
5
a. mewujudkan Trikarsa Bina Praja, yaitu tiga kehendak masyarakat Kota
Probolinggo untuk melestarikan ciri khas Kota Bayuangga (Angin, Anggur dan
Mang-ga), membangun citra kota Indaditasi (Industri, Perdagangan, Pendidikan
dan Transportasi), dan membudayakan motto Kota Bestari (Bersih, Sehat,
Tertib, Aman, Rapi dan Indah);
b. mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dan
harmonisasi antar kelompok masyarakat;
c. mewujudkan peningkatan aksesibilitas serta kualitas kesehatan;
d. mewujudkan penanggulangan kemiskinan, perbaikan iklim ketenagakerjaan,
dan memacu kewirausahaan;
e. mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
percepatan pembangunan infra struktur;
f. mewujudkan optimali- sasi pengelolaan sumber daya alam dan fungsi
lingkungan hidup;
g. mewujudkan ketenteraman dan ketertiban, supremasi hukum dan hak azasi
manusia;
h. mewujudkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah melalui
reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik

Pasal 6
Kebijakan Pembangunan Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf e diarahkan pada masing-masing misi sebagai
berikut :
a. Misi Pertama, memantapkan citra kota industri, perdagangan, pendidikan dan
transportasi dan mewujudkan kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah.
Kota Probolinggo akan terus dikembangkan sebagai kota industri, perdagangan
dan transportasi karena posisinya yang sangat strategis dilihat dari
koneksitasnya dengan kota-kota di wilayah Timur, Selatan dan Barat di Jawa
Timur. Didukung juga oleh adanya fasilitas perhubungan darat dan laut yang
cukup representatif. Sedangkan fokus sebagai kota yang bersih, sehat, tertib,
aman dan indah adalah bentuk kota idaman yang harus tetap diwujudkan
mengiringi perkembangan kota sebagai kota metropolitan
b. Misi Kedua, meningkatkan upaya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan memantapkan
harmoninasi hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat;
c. Misi Ketiga, Pembangunan Transportasi, Pengelolaan Sumber Daya Air,
Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Pengembangan Wilayah,
Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pembangunan Sistem Informasi dan
Komunikasi;
6
d. Misi Keempat, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau serta
peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat
penting demi peningkatan produktivitas sumber daya manusia;
e. Misi Kelima, meningkatkan upaya dan efektifitas penanggulangan kemiskinan,
mewujudkan perluasan dan penciptaan lapangan kerja dan mewujudkan iklim
kewirausahaan yang sehat guna menunjang pertumbuhan perekonomian kota;
f. Misi Keenam, menciptakan keseimbangan antara pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam dan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup;
g. Misi Ketujuh, peningkatan upaya pemeliharaan ketentraman dan ketertiban
masyarakat serta pencegahan tindak kriminal; dan
h. Misi Kedelapan, memantapkan pelaksanaan otonomi daerah dan memantapkan
pelaksanaan reformasi birokrasi.

BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN
KOTA PROBOLINGGO
Pasal 7
(1) Program Pembangunan Kota Probolinggo periode 2005-2025 dilaksanakan
sesuai dengan RPJP Daerah dan RTRW Kota Probolinggo yang merupakan satu
kesatuan dokumen sistem perencanaan pembangunan daerah.
(2) Penjabaran dari RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat
pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(3) RTRW Kota Probolinggo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kebijakan yang berfungsi sebagai matra ruang RPJPD Kota Probolinggo untuk
penyusunan RPJMD Kota Probolinggo dalam periodesasi yang telah
ditentukan.

Pasal 8
(1) RPJP Daerah menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD Kota Probolinggo
yang memuat Visi, Misi dan Program Walikota Probolinggo.
(2) RPJMD Kota Probolinggo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai pedoman untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kota Probolinggo.

7
Pasal 9
(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan dan untuk menghindari kekosongan
rencana pembangunan daerah Kota Probolinggo, Walikota yang sedang
memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun
RKPD Kota Probolinggo untuk tahun pertama periode Pemerintahan Walikota
berikutnya.
(2) RKPD Kota Probolinggo yang dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
pertama periode Pemerintahan Walikota berikutnya.

Pasal 10
(1) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) menjadi acuan
dalam penyusunan RPJMD Kota Probolinggo yang memuat visi, misi dan
Program Walikota.
(2) RPJMD Kota Probolinggo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan
memperhatikan RPJMD Provinsi Jawa Timur dan RPJM Nasional.

BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 11
(1) Pemerintah Kota Probolinggo melakukan pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan RPJP Daerah.
(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
(3) RPJP Daerah dapat dievaluasi kembali setiap 5 (lima) tahun.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka bahwa Peraturan Daerah Kota
Probolinggo Nomor 2 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Kota Probolinggo Tahun
2006-2025 dan Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 10 Tahun 2006 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2006-
2025, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

8
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 14
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Probolinggo.

Ditetapkan di Probolinggo
pada tanggal 24 Desember 2013
WALIKOTA PROBOLINGGO,
Ttd,
H.M. BUCHORI

Diundangkan di Probolinggo
pada tanggal 30 Desember 2013
SEKRETARIS DAERAH KOTA PROBOLINGGO,
Ttd,
Drs. H. JOHNY HARYANTO, M.Si
Pembina Utama Madya
NIP. 19570425 198410 1 001

LEMBARAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2013 NOMOR 11

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM,

AGUS HARTADI
Pembina Tingkat I
NIP. 195660817 199203 1 016

9
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO
NOMOR 11 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025

I. UMUM
Pasal 13 ayat (2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 mengamanatkan
bahwa RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Selanjutnya pada
pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evauasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah, rancangan akhir RPJPD disampaikan ke DPRD daam bentuk Rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.
Dalam pelaksanaannya, RPJPD dibagi menjadi 4 tahapan pembangunan,
tiap tahapannya dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Daerah. Pentahapan rencana pembangunan daerah disusun dalam
masing-masing periode RPJMD sesuai dengan visi, misi dan program Walikota
yang dipilih secara langsung oleh rakyat Kota Probolinggo. RPJM Daerah memuat
strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program Walikota serta
kerangka ekonomi yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh.
RPJM Daerah dijabarkan ke dalam rencana tahunan berupa Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat prioritas pembangunan daerah,
rancangan kerangka ekonomi makro serta program Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
Maksud disusunnya RPJP Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005-2025
adalah menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif dengan jangka
dua puluh tahunan yang memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh
komponen pembangunan di Kota Probolinggo dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan bersama sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan yang telah
disepakati bersama. Dokumen ini juga menjadi acuan dalam setiap penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk periode 5
tahunan yang memuat visi, misi dan program Kepala Daerah. Sedangkan tujuan
penyusunan RPJP Daerah adalah untuk menyediakan dokumen perencanaan
10
pembangunan yang berdasar pada karakteristik Kota Probolinggo, sinergis,
koordinatif dan sustainable dalam pelaksanaan serta terarah menuju Masyarakat
Kota Probolinggo yang diidamkan 20 tahun ke depan.
Sesuai dengan penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, maka
jangka waktu RPJP Daerah mengikuti jangka waktu RPJP Nasional, yaitu tahun
2005-2025. Namun periodesasi RPJM Daerah tidak dapat mengikuti periodesasi
RPJM Nasional. Hal tersebut karena pemilihan Presiden dan pemilihan Kepala
Daerah tidak dilaksanakan secara bersamaan, sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Secara garis besar, Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kota
Probolinggo Tahun 2005-2025 terdiri atas 5 Bab dan 14 Pasal.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
: Cukup jelas
Pasal 2
: Cukup jelas
Pasal 3
: Cukup jelas
Pasal 4
: Cukup jelas
Pasal 5
: Cukup jelas
Pasal 6
: Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Program pembangunan adalah uraian secara umum
tentang arah kebijakan pembangunan.
Ayat (2)
: Cukup jelas
Ayat (3)
: Cukup jelas
Pasal 8
: Cukup jelas

11
Pasal 9
: Cukup jelas
Pasal 10
: Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RPJPD Kota
Probolinggo dilakukan oleh masing-masing Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten. Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Probolinggo
menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan RPJPD Daerah dari masing-masing Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten.
Ayat (2)
: Cukup jelas
Ayat (3)
: Cukup jelas
Pasal 12
: Cukup jelas
Pasal 13
: Cukup jelas
Pasal 14
: Cukup jelas

###### ######

12
i

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. I-1

1.2 Dasar Hukum Penyusunan …………………………………. I-2

1.3 Hubungan Antara RPJPD Dengan Dokumen …………….. I-5

1.4 Sistematika Penulisan ………………………………………. I-6

1.5 Maksud dan Tujuan …………………………………………. I-6

BAB II GAMBARAN UMUM KODISI DAERAH II-1

2.1 Aspek Geografis dan Demografi ………………………… II-1

2.1.1 Aspek Geografis …………………………………………… II-1

2.1.2 Aspek Demografi ………………………………………….. II-5

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat……………………… II-7

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi………. II-7

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Masyarakat…………… …………. II-10

2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga……………………… II-13

2.3 Aspek Pelayanan Umum …………………………………. II-14

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib …………………………… II-14

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan ………………………….. II-26

2.4 Aspek Daya Saing Daerah II-28

2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah……………………. II-28

2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur…………………….. II-30

2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi…………………………………… II-33


ii

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS …………………………………….. III-1

3.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah ……. III-1

3.1.1 Identifikasi Permasalahan Terkait Urusan Wajib ………... III-1

3.1.2 Identifikasi Permasalahan Terkait Urusan Pilihan ………. III-13

3.2 Isu Strategis …………………………………………………. III-16

BAB IV VISI DAN MISI KOTA PROBOLINGGO ……………………….. IV-1

4.1 Perumusan Visi………………………………………………. IV-1

4.2 Perumusan Misi ……………………………………………… IV-3

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG V-1


DAERAH KOTA PROBOLINGGO ………………………………

5.1 Tujuan dan Sasaran Pokok Pembangunan ……………. V-1

5.2 Tahapan dan Prioritas Pembangunan ………………….. V-8

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN ………………………………………. VI-1


iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan Antara RPJPD Kota Probolinggo


Dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan
Lainnya ……………………………………………….. I-1
Gambar 2.1 Peta Kota Probolinggo………………………………. II-1

Gambar 2.2 Jumlah Kelurahan Tiap Kecamatan Kota


Probolinggo…………………………………………… II-2

Gambar 2.3 Jumlah RW Tiap Kecamatan Kota Probolinggo……. II-3

Gambar 2.4 Jumlah RT Tiap Kecamatan Kota Probolinggo……. II-3


iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Pertumbuhan Penduduk Kota Probolinggo Tahun


2007-2011………………………………………………… II-6
Grafik 2.2 Populasi Penduduk Kota Probolinggo Menurut
Kelompok Umur Tahun 2008-2011……………………. II-7
Grafik 2.3 PDRB Kota Probolinggo Tahun 2006-2010……………. II-9
Grafik 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo Tahun 2006-
2010 ………………………………………………………. II-10
Grafik 2.5 Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo
Tahun 2007-2010……………………………………….. II-11
Grafik 2.6 Kondisi Tenaga Kerja Kota Probolinggo Tahun 2006-
2010………………………………………………………. II-13
Grafik 2.7 Peluang Kerja Penduduk Kota Probolinggo Tahun
2007-2011………………………………………………… II-14
v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Probolinggo… II-2


Tabel 2.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Probolinggo
Tahun 2010-2011 ……………………………………. II-5
Tabel 2.3 PDRB Kota Probolinggo Tahun 2006-2010
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun
2000………………………………………………………. II-8
Tabel 2.4 Angka Melek Huruf Kota Probolinggo Tahun 2006-
2010………………………………………………………. II-12
Tabel 2.5 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Probolinggo Tahun
2007-2011……………………………………………….. II-12
Tabel 2.6 Angka Harapan Hidup Masyarakat di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-13
Tabel 2.7 Data kinerja layanan pendidikan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011……………………………………….. II-16
Tabel 2.8 Data kinerja layanan kesehatan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011……………………………………….. II-17
Tabel 2.9 Data kinerja layanan pekerjaan umum di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-18
Tabel 2.10 Data kinerja layanan perumahan rakyat di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-18
Tabel 2.11 Data kinerja layanan penataan ruang di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-19
Tabel 2.12 Data kinerja perencanaan pembangunan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-19
Tabel 2.13 Data kinerja layanan perhubungan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-20
Tabel 2.14 Data kinerja layanan lingkungan hidup di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-20
Tabel 2.15 Data kinerja layanan pertanahan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011……………………………………….. II-21
Tabel 2.16 Data kinerja layanan administrasi kependudukan dan
vi

catatan sipil di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011…. II-21


Tabel 2.17 Data kinerja urusan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di Kota Probolinggo Tahun 2007-
2011……………………………………………………….. II-21
Tabel 2.18 Data kinerja urusan keluarga berencana dan keluarga
sejahtera di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011……. II-22
Tabel 2.19 Data kinerja urusan sosial di Kota Probolinggo Tahun
2007-2011………………………………………………… II-22
Tabel 2.20 Data kinerja urusan ketenagakerjaan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-23
Tabel 2.21 Data kinerja urusan koperasi dan usaha kecil
menengah di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011….. II-23
Tabel 2.22 Data kinerja urusan penanaman modal di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-24
Tabel 2.23 Data kinerja urusan kebudayaan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011……………………………………….. II-24
Tabel 2.24 Data kinerja urusan kepemudaan dan olah raga di
Kota Probolinggo Tahun 2007-2011…………………… II-24
Tabel 2.25 Data kinerja urusan kesatuan bangsa dan politik
dalam negeri di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011.. II-25
Tabel 2.26 Data kinerja urusan otonomi daerah, pemerintahan
umum, administrasi keuangan daerah, perangkat
daerah, kepegawaian dan persandian
di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011……………….. II-25
Tabel 2.27 Data kinerja urusan ketahanan pangan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………. II-26
Tabel 2.28 Data kinerja urusan pemberdayaan masyarakat dan
desa di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011………… II-26

Tabel 2.29 Data kinerja urusan statistik daerah di Kota


Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………. II-27
Tabel 2.30 Data kinerja urusan kearsipan daerah di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-27
Tabel 2.31 Data kinerja urusan komunikasi dan informatika di
vii

Kota Probolinggo Tahun 2007-2011………………….. II-28


Tabel 2.32 Data kinerja urusan perpustakaan di Kota
ProbolinggoTahun 2007-2011………………………….. II-28
Tabel 2.33 Data kinerja urusan pertanian di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011……………………………………….. II-29
Tabel 2.34 Data kinerja urusan pariwisata di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011……………………………………….. II-29
Tabel 2.35 Data kinerja urusan kelautan dan perikanan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-30
Tabel 2.36 Data kinerja urusan kelautan dan perdagangan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-30
Tabel 2.37 Data kinerja urusan kelautan dan perindustrian di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-31
Tabel 2.38 Angka Konsumsi Rata-Rata RT Per Kapita Per Bulan
di Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011……………… II-32
Tabel 2.39 Produktivitas Total Daerah Per Sektor (ADH Berlaku)
di Kota Probolinggo Pada Tahun 2006 – 2008 (Dalam
Jutaan Rupiah)…………………………………………… II-33
Tabel 2.40 Fasilitas Perhubungan di Kota Probolinggo Tahun
2011………………………………………………………. II-35
Tabel 2.41 Data Peruntukan Lahan Kota Probolinggo Tahun 2011
……………………………………………………………. II-35
Tabel 2.42 Jenis dan Jumlah Bank serta Cabangnya di Kota
Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………………. II-36
Tabel 2.43 Jumlah Fasilitas Hotel dan Penginapan di Kota
Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………………. II-37
Tabel 2.44 Jumlah Fasilitas Restoran dan Rumah Makan di Kota
Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………………. II-37
Tabel 2.45 Cakupan Pelayanan Air Bersih dan Listrik di Kota
Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………………. II-38
Tabel 2.46 Data Kondisi Keamanan dan Politik Dalam Negeri di
Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………… II-39
Tabel 2.47 Data Pelayanan Perijinan Investasi di Kota Probolinggo
viii

Tahun 2007 – 2011………………………. II-40


Tabel 2.48 Data Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha di
Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………… II-41
I |1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan memperhatikan ketentuan pasal 1 ayat 9 Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, yang dimaksud dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD
adalah dokumen perencanaan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) untuk
periode 20 (dua puluh) tahun. Dokumen perencanaan daerah pada dasarnya
merupakan satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional yang
disesuaikan dengan tingkat kewenangannya.

Penyusunan RPJPD dilakukan melalui beberapa tahapan secara


sekuensial serta perumusannya berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan
pembangunan daerah, yakni : dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para
pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing,
mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah,
serta dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi daerah, menyesuaikan
dengan dinamika perkembangan daerah dan nasional.

Tahapan penyusunan Dokumen RPJPD diawali dengan persiapan


penyusunan, penyusunan rancangan awal, pelaksanaan Musrenbang,
perumusan rancangan akhir serta penetapan Peraturan Daerah tentang
Rencana Pembanganunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun
2005 – 2025.

Mencermati perkembangan keadaan yang terjadi pada saat ini, dengan


tingkat akselerasi yang sangat tinggi pada hampir semua segi kehidupan, serta
masih banyaknya tantangan dan permasalahan yang dihadapi Kota Probolinggo,
jelas diperlukan upaya-upaya terencana, strategis dan berkesinambungan, yang
dituangkan ke dalam suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah yang
berdimensi jangka panjang dan berorientasi pada perwujudan kesejahteraan
masyarakat. RPJP ini selanjutnya dijadikan landasan bagi penyusunan tahapan
pembangunan lima tahunan, yakni Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah atau RPJMD, serta menjadi arah bagi para calon kepala daerah dalam
merumuskan visi, misi dan program yang akan dilaksanakannya dalam kurun
I |2

waktu lima tahunan. RPJPD yang ditetapkan melalui peraturan daerah mengikat
seluruh komponen masyarakat Kota Probolinggo, baik pemerintah daerah, dunia
usaha maupun masyarakat umum lainnya.

Kedudukan RPJPD yang penting dan strategis menunjukkan bahwa


keberadaannya sangat dibutuhkan bagi keberlanjutan pelaksanaan
pembangunan daerah. Ketiadaan dokumen RPJPD akan menimbulkan ketidak
jelasan arah dan sasaran pokok pembangunan daerah, sekaligus sulit untuk
menjaga konsistensi dan kesinambungan pembangunan dari setiap periode
pemerintahan, Apabila setiap periode pemerintahan daerah (kurun lima tahunan)
tanpa dipedomani dengan arah dan sasaran pokok pembangunan untuk masa
20 tahun, maka setiap periode pemerintahan akan berjalan dengan
mengesampingkan aspek kesinambungann pencapaian sasaran pembangunan
antar periode pemerintahan.

Substansi RPJPD Kota Probolinggo sesuai ketentuan pasal 20 Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 adalah memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah selama 20 tahun sampai dengan tahun 2025.

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

Berbagai peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam


penyusunan RPJPD Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara


yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851) ;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287) ;

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;
I |3

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4321) ;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438) ;

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700) ;

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daserah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737) ;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
I |4

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008


Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) ;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional Tahun 2008 – 2028 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833) ;

13. Peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah ;

14. Peraturan Pemerintah Nomor Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011


tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan
Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209)

15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2005-2025 ;

16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun

17. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2006 tentang Visi dan
Misi Kota Probolinggo Tahun 2006 – 2025.

18. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun 2009 – 2028;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 3 Tahun 2011 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2029;
I |5

1.3 Hubungan Antara RPJPD Dengan Dokumen Rencana Pembangunan


Daerah Lainnya
RPJPD Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 penyusunannya
memperhatikan keselarasan dengan dan sekaligus mengacu pada RPJP
Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Timur. Hal ini dimaksudkan agar terdapat
keselarasan antara visi, misi , arah dan kebijakan pembangunan daerah Kota
Probolinggo dengan visi, misi, arah, tahapan dan prioritas pembangunan jangka
panjang Nasional dan Provinsi Jawa Timur. Penyusunan RPJPD Kota
Probolinggo juga memperhatikan RTRW Nasional, RTRW Provinsi Jawa Timur
dan RTRW Kabupaten Probolinggo. Dengan demikian diharapkan terdapat
keselarasan dalam pemanfaatan struktur dan pola ruang dan dapat dihindari
adanya konflik pemanfaatan ruang wilayah.

Secara skematik, pola hubungan antara RPJPD Kota Probolinggo Tahun


2005-2025 dengan dokumen Rencana Pembangunan lainnya dapat
digambarkan sebagai berikut :

Gambar I.1
Hubungan Antara RPJPD Kota Probolinggo Dengan Dokumen Perencanaan
Pembangunan Lain

UU No. 17 Tahun 2007 PP No. 26 Tahun 2008


Tentang RPJP Nasional Tentang Rencana Tata Ruang
Tahun 2005 - 2025 Nasional Tahun 2008 - 2028

Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Perda Prov Jatim No. 5 Tahun
Tahun 2009 tentang RPJPD 2012 Rencana Tata Ruang
Provinsi Jawa Timur Tahun 2005- Wilayah Provinsi Jawa Timur
2025 Tahun 2011 - 2031

Rencana Rencana Rencana Rencana


Pembangungan Pembangungan Jangka Tata Ruang Tata Ruang
Jangka Panjang Panjang Daerah Kota Kota Wilayah
Daerah Kabupaten Probolinggo Probolinggo Kabupaten
Probolinggo Probolinggo
I |6

1.4 Sistematika Penulisan

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota


Probolinggo Tahun 2005 – 2025 memuat latar belakang, dasar hukum
penyusunan, hubungan antara dokumen RPJPD dengan dokumen rencana
pembangunan disusun berdasarkan tata urut penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, yang memuat latar belakang, dasar hukum


penusunan, hubungan antara RPJPD dengan dokumen rencana
pembangunan daerah lainnya, sistematika penulisan serta maksud
dan tujuan.

Bab II : Gambaran Umum Kota Probolinggo, yang memuat penjelasan


umum mengenai kondisi eksisting berbagai sektor prmbangunan
strategis serta tantangan yang dihadapi dalam kurun waktu sampai
dengan tahun 2025 mendatang.

Bab III : Analisis Isu-Isu Strategis, yang berisi berbagai permasalahan


utama pembangunan daerah dan isu-isu strategis.

Bab IV : Visi dan Misi Kota Probolinggo, yang memuat perumusan visi dan
misi pembangunan Kota Probolinggo hingga tahun 2025.

Bab V : Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang


memuat sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka
penjang daerah untuk masing-masing misi pada setiap tahapan 5
(lima) tahunan, selama kurun waktu 20 tahun.

Bab VI : Kaidah Pelaksanaan, dimana pada bab ini diuraikan langkah-


langkah pelaksanaan visi dan misi serta arah kebijakan
pembambanguan jangka panjang daerah yang telah disusun dalam
dokumen RPJPD.

1.5 Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun


2005 – 2025 sebagai dokumen perencanaan pembangunan untuk jangka waktu
20 (dua puluh) tahun dimaksudkan unttuk memberikan arahan sekaligus menjadi
I |7

acuan bagi seluruh komponen pemerintah, dunia usaha swasta dan masyarakat
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah Kota Probolinggo
dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. RPJPD Kota
Probolinggo disusun sebagai pedoman penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) sebagai Rencana Pembangunan Tahunan Daerah.

Tujuan penyusunan RPJPD Kota Probolinggo adalah untuk :

1. Menetapkan visi, misi dan arah pembangunan daerah Kota Probolinggo untuk
waktu 20 tahun sampai dengan tahun 2025, dalam rangka peningkatan
pertumbuhan dan pengembangan pembangunan daerah guna meningkatkan
derajat kesejahteraan masyarakat Kota Probolinggo.

2. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu


antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi Jawa Timur,
Kabupaten Probolinggo dan Kota Probolinggo.

3. Memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi upaya mewujudkan visi dan
misi pembangunan nasional serta Millenium Development Goals.
II |1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografis dan Demografi Kota Probolinggo

2.1.1 Aspek Geografis


Letak Kota Probolinggo berada pada 7º 43’ 41” sampai dengan 7º 49’ 04”
Lintang Selatan dan 113º 10’ sampai dengan 113º 15’ Bujur Timur dengan luas
wilayah 56,667 Km². Disamping itu Kota Probolinggo merupakan daerah transit
yang menghubungkan kota-kota (sebelah timur Kota) : Banyuwangi, Jember,
Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota-kota (sebelah barat Kota) :
Pasuruan, Malang, Surabaya.

Adapun batas wilayah administrasi Kota Probolinggo meliputi :

 Sebelah Utara : Selat Madura


 Sebelah Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
 Sebelah Selatan : Kecamatan Leces, Wonomerto, dan Sumberasih
Kabupaten Probolinggo
 Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

Gambar 2.1
Peta Kota Probolinggo

Secara administrasi Pemerintahan Kota Probolinggo terdiri dari 5 kecamatan


II |2

yaitu Kecamatan Mayangan dengan 5 Kelurahan, Kecamatan Kanigaran


dengan 6 Kelurahan, Kecamatan Kedopok dengan 6 Kelurahan, Kecamatan
Wonoasih dengan 6 Kelurahan dan Kecamatan Kademangan dengan 6
Kelurahan (Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Penataan dan Pengembangan Kelembagaan Kecamatan). Pembagian Wilayah
Administrasi Kota Probolinggo terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kota Probolinggo

Nama Kecamatan Jml Kelurahan Jumlah RW Jumlah RT

Kademangan 6 31 171
Kedopok 6 35 143
Wonoasih 6 39 182
Mayangan 5 42 257
Kanigaran 6 51 251
Jumlah Total 29 198 1004

Sumber : BPS Kota Probolinggo

Sumber : BPS Kota Probolinggo


II |3

Sumber : BPS Kota Probolinggo

Sumber : BPS Kota Probolinggo

Kota Probolinggo mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 musim setiap


tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada tahun-tahun lalu
musim penghujan terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juli dan Nopember
sampai dengan Desember, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan
Agustus sampai bulan Oktober. Jumlah curah hujan pada tahun 2009 dari hasil
pemantauan pada 4 stasiun pengamatan hujan yang ada di Kota Probolinggo,
rata – rata tercatat sebesar 955 mm dan hari hujan sebanyak 64 hari. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahun 2009 sebesar 932 mm dengan
75 hari hujan, maka kondisi tahun 2010 lebih basah dibandingkan tahun 2009.
II |4

Ada banyak terjadi fenomena perubahan iklim di tahun 2010, datangnya


musim hujan tidak lagi memungkinkan diperkirakan dengan pengetahuan lokal.
Curah hujan naik pada periode Nopember sampai bulan Maret. Kenaikan
sampai dengan 50mm. Musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan
Agustus sampai dengan bulan Oktober, pada tahun 2010 musim kemarau lebih
panjang yang dimulai pada bulan April dengan intensitas curah hujan menurun
sampai dengan September.

Curah hujan terlebat terjadi pada bulan Januari sebesar 336 mm,
sedangkan hari hujan terlama terjadi pada bulan Januari dengan 21 hari hujan.
Musim kering yang terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Oktober di Kota
Probolinggo berpengaruh terjadinya angin kering yang bertiup cukup kencang
dari arah tenggara ke barat laut, yang populer dengan sebutan ”Angin Gending”

Secara umum, kondisi dan struktur tanah Kota Probolinggo cukup


produktif untuk berbagai jenis tanaman. Hal ini banyak dipengaruhi oleh
pengairan yang cukup, sehingga memungkinkan pengembangan lahan sawah
untuk tanaman pangan maupun hortikultura, khususnya bawang merah yang
merupakan komoditi unggulan. Akan tetapi ada beberapa dampak perubahan
iklim yang terjadi di Kota Probolinggo dan perubahan pola hujan menyebabkan
pergeseran dalam periode tanam, musim dan pola tanam, degredasi tanah dan
penurunan ketersediaan air pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober.
Sumber data yang disampaikan diatas hasil dari pemantauan dan kerjasama
antara Pemerintah Federal Jerman (GIZ) Perubahan Iklim (PAKLIM) dan
Pemerintah Kota Probolinggo.

Meskipun merupakan wilayah perkotaan, pola penggunaan tanah di Kota


Probolinggo tahun 2010 ternyata masih terdapat lahan sawah seluas 1.866
hektar, lahan bukan sawah seluas 3.801 hektar. Lahan bukan sawah terbagi
atas lahan kering 3.702,28 hektar dan lahan lainnya (tambak dan mangrove)
seluas 98,72 hektar. Melihat potensi dan pemanfaatan wilayah demikian itu,
banyak alternatif yang bisa dipilih untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan
pemberdayaan potensi daerah kota, guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat Kota Probolinggo melalui percepatan penanggulangan kemiskinan
dan pengangguran berbasis investasi produktif dan berkesinambungan
II |5

2.1.2 Aspek Demografi

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu dan


dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Pertumbuhan penduduk yang
makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Perkembangan
pendudukan di Kota Probolinggo selama ini menunjukkan peningkatan, dapat
dilihat dari jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 217.349 jiwa menjadi
sebanyak 218.061 jiwa pada tahun 2011, sehingga Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP) Kota Probolinggo pada tahun 2011 mencapai 0,33%.

Pertumbuhan penduduk ini selain dikarenakan adanya fertilitas yang cukup


tinggi (pertumbuhan penduduk alami), juga disebabkan adanya pertumbuhan
penduduk migrasi, dimana terdapat migrasi masuk yang lebih besar daripada migrasi
keluar (migrasi neto positif) atau dengan kata lain penduduk yang datang lebih banyak
dibandingkan dengan penduduk yang keluar Kota Probolinggo. Jumlah penduduk
tersebut mendiami wilayah seluas 56,667 km2 sehingga rata-rata kepadatan penduduk
pada tahun 2011 adalah 38,48 jiwa per km2. Adapun rincian jumlah dan komposisi
penduduk Kota Probolinggo dapat diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 2.2
Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Probolinggo
Tahun 2010-2011

No Uraian 2010 2011 2012 Peningkatan/


Penurunan
1 Jumlah Penduduk (jiwa) 217,349 218,061 219.139 0.49%
2 Rata-rata Kepadatan Penduduk 3,836 3,848 3,867 0,49%
(km2)
3 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) -0,77 0.33 0,49 0,16%
4 Komposisi Penduduk, menurut:
a. Jenis Kelamin
- Pria 108,026 108,321 108,810 0,45%
- Perempuan 109,323 109,740 110,329 0,53%
b. Angkatan Kerja
- Jumlah Tenaga Kerja 108,239 110,316 113.966 3,20%
- Jumlah Tenaga Kerja yang 88.181 90.702 94.625 4,15%
Bekerja
- Jumlah pengangguran 20,058 19,614 19.341 -1,41%
- Tingkat Pengangguran Terbuka 6,85 4,66 5,12 89,84%
c. Penduduk berdasarkan
II |6

pendidikan terakhir
- Tidak/belum pernah sekolah/ 49.109 49.447 60.811 18,69%
tidak/belum tamat SD
- Tamat SD/MI/sederajat 62.948 63.178 55.516 -13,80%
- Tamat SMP/MTs/sederajat 29.519 29.584 27.876 -6,13%
- Tamat SLTA/sederajat 50.829 50.893 49.460 -2,90%
- Perguruan Tinggi 13.742 13.767 15.248 9,71%

Sumber: BPS Kota Probolinggo, 2011

Grafik 2.1
Pertumbuhan Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2007-2012

Sumber : BPS Kota Probolinggo

Grafik 2.2
Populasi Penduduk Kota Probolinggo Menurut Kelompok Umur
Tahun 2008-2012

Sumber : Kota Probolinggo Dalam Angka (BPS) Tahun 2013


II |7

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi kesejahteraan masyarakat di Kota Probolinggo dapat dielaborasi


kedalam tiga fokus utama, yakni fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi,
fokus kesejahteraan masyarakat serta fokus seni budaya dan olah raga.
Identifikasi terhadap ke tiga fokus utama tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Metode yang biasa dipergunakan untuk mengetahui kondisi kesejahteraan


dan pemerataan ekonomi di daerah adalah melalui pengukuran pencapaian
indikator makro ekonomi. Komponen-komponen dari indikator makro ekonomi
tersebut diantaranya adalah Produk Domistik Regional Bruto (PDRB), PDRB Per
Kapita, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), dan Laju Inflasi. Indikator ekonomi
makro untuk Kota Probolinggo dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Produk Domistik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator untuk melihat gambaran pembangunan ekonomi daerah


adalah dengan menggunakan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Ditinjau dari segi pendapatan Kota Probolinggo, PDRB merupakan
jumlah dari semua pendapatan yang timbul oleh karena ikut sertanya faktor
produksi dalam proses produksi diwilayah Kota Probolinggo. Pada tahun
2006 PDRB (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000) Kota Probolinggo
sebesar Rp.1,603 triliun dan meningkat menjadi Rp. 1,706 triliun pada tahun
2007. Sedangkan PDRB tahun 2008 sebesar Rp. 1.808 triliun dan meningkat
menjadi Rp. 1,905 triliun pada tahun 2009 serta menjadi Rp. 2,032 triliun
(angka sementara) pada tahun 2010.
Untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.3
PDRB Kota Probolinggo Tahun 2006-2010
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000
NO URAIAN TH 2008 TH 2009 TH 2010 TH 2011 * 2012**
1 Atas Dasar
Harga
Berlaku
1.1 PDRB (Juta 3.792.923,65 4.230.400,82 4.767.748,72 5.290.802,42 5.865.792,68
Rupiah)
1.2 PDRB 16.735.234,05 19.704.327,00 21.935.910,00 24.262..950,00 26.766.720,00
Perkapita (Rp)
II |8

2 Atas Dasar
Harga Konstan
2000
2.1 PDRB (Juta 1.808.452,67 1.905.226,66 2.021.826,54 2.154.960,07 2.301.193,44
Rupiah)
2.2 PDRB 7.979.300,79 8.759.622,53 9.302.210,00 9.882.370,00 10.500.780,00
Perkapita (Rp.)
3 Laju
Pertumbuhan 6,02 5,35 6.06 6,58 6,85
Ekonomi
Keterangan :
** Angka sementara tahun 2012

Grafik 2.3
PDRB Kota Probolinggo Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Tahun 2013

2. PDRB Per Kapita

Dari tabel 2.3 juga nampak bahwa PDRB per kapita Kota Probolinggo terus
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Apabila pada tahun 2007 baru
mencapai Rp. 14.685.948,95, tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 16.735.234,05,
pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi Rp. 19.704.327,00 dan pada tahun
2010 menjadi sebesar Rp. 21.935.910,00. Selanjutnya pada dua tahun terakhir
2011 dan 2012 mengalami peningkatan menjadi Rp. 24.262.950,00 dan Rp.
26.766.720,00. Dari data tersebut berarti PDRB per kapita penduduk Kota
Probolinggo dalam kurun waktu 5 tahun terakhir meningkat sebesar 34,19 %.
II |9

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Dari data yang ada pada tabel 2.3 juga dapat dijelaskan bahwa laju
pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo dengan memperhatikan tampilan
tabel 2.3 juga dapat dicatat adanya peningkatan yang sangat berarti. Apabila
pada tahun 2006 mencapai 5,92% meningkat menjadi 6,39% pada tahun
2007. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo 6,02%,
tahun 2009 menjadi 5,35 % dan tahun 2010 pertumbuhan ekonimi tercapai
sebesar 6,06 %.

Grafik 2.4
Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Tahun 2010

4. Laju Inflasi

Gambaran mengenai laju inflasi PDRB yang terjadi di Kota Probolinggo


dapat dijelaskan bahwa dari kurun waktu tahun 2006 sampai tahun 2010, inflasi
tertinggi terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar 10,89 % dan tingkat inflasi
terendah terjadi pada tahun 2009 yakni sebesar 3,55%. Apabila tingkat inflasi
masih berada di bawah 10% per tahun maka masih digolongkan sebagai inflasi
ringan. Berdasarkan kelompok sektor, pada tahun 20O8 inflasi tertinggi terjadi
pada sektor makanan jadi, rokok dan tembakau yang mencapai sebesar
I I | 10

19,35%, sedangkan tingkat inflasi terendah terjadi pada sektor pendidikan,


rekreasi dan olah raga yakni sebesar 6,44 %.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Masyarakat

Pembangunan manusia sebagai insan dan sumberdaya pembangunan


merupakan stu kesatuan yang tidak terpisahkan, dilakukan terhadap seluruh
siklus hidup manusia. Upaya tersebut dilandasi oleh pertimbangan bahwa
pembangunan manusia yang baik merupakan kunci bagi tercapainya
kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa.

Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan pembangunan kesejahteraan


masyarakat antara lain dapat diketahui dari indikator sebagai berikut :

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditandai oleh semakin


meningkatnya capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat
dilihat dari tiga bidang utama, yakni pendidikan, kesehatan dan daya beli
masyarakat. IPM Kota Probolinggo tingkat capaiannya dapat digambarkan
sebagai berikut :

Grafik 2.5
Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Kota Probolinggo Tahun 2010

Dukungan terhadap capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo


tersebut antara lain berasal dari :
I I | 11

 Angka Melek Huruf

Data Angka Melek Huruf di Kota Probolinggo dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 menunjukkan tren yang terus meningkat. Ini
menunjukkan bahwa kontribusi Angka Melek Huruf terhadap Indeks
Pembangunan Manusia Bidang Pendidikan cukup bermakna dari tahun ke
tahun. Selanjutnya data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4
Angka Melek Huruf Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
90,78 % 91,28 % 92,49 % 92,50 % 93,35%

 Rata-Rata Lama Sekolah

Indikator bidang pendidikan dalam kerangka Indeks Pembangunan


Manusia selanjutnya adalah Rata-Rata Lama Sekolah. Terjadi
kecenderungan tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun rata-rata
lama sekolah di Kota Probolinggo. Kondisi demikian ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Tabel 2.5
Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Probolinggo Tahun 2007-2012
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

8,29 8,29 8,35 8,52 8,53

 Angka Harapan Hidup

Berdaskan kecenderungan yang ada, angka harapan hidup manusia terus


mengalami peningkatan. Demikian pula angka harapan hidup masyarakat
di Kota Probolinggo yang mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010. Peningkatan tersebut nampak pada tabel berikut ini :

Tabel 2.6
Angka Harapan Hidup Masyarakat di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Tidak Terdata 70,12 70,52 70,52
I I | 12

2. Kondisi Ketenagakerjaan

Indikator lain yang juga dapat dipergunakan untuk menggambarkan


tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang
terserap pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Kondisi tenaga kerja di Kota
Probolinggo tahun 2010 meliputi angkatan kerja sebanyak 108.239 orang.
Jumlah lowongan kerja sejumlah 3.561 buah dengan pencari kerja tahun 2010
yang terdaftar sebanyak 3.493 orang, berhasil ditempatkan 2.228 orang,
sehingga jumlah pencari kerja yang masih terdaftar hingga akhir tahun 2010
sebanyak 14.836 orang.

Kondisi ketenagakerjaan tahun 2007-2011 dapat digambarkan sebagai berikut :

Grafik 2.6
Kondisi Tenaga Kerja Kota Probolinggo Tahun 2007-2011

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Probolinggo

Grafik 2.7
Peluang Kerja Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2007-2011

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Probolinggo


I I | 13

2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga

Pembangunan seni dan budaya pada dasarnya ditujukan untuk


melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya daerah serta
mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah ditengah-tengah semakin
derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global. Pembangunan seni
dan budaya di Kota Probolinggo diarahkan untuk memperkuat jati diri masyarakat
seperti solidaritas sosial, rasa kekeluargaan, budaya berperilaku positif seperti
kerja keras, gotong royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa
daerah. Dengan pengembangan seni dan budaya daerah diharapkan dapat
dipertahankan dan terus digali kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat.
Aktivitas yang terus dijaga adalah keberadaan grup kesenian daerah, baik dari
segi jumlah grup kesenian yang sekarang ada sejumlah 50 grup maupun
intensitas kegiatannya yang terus diberikan ruang dan kesempatan untuk
berkembang.
Strategi pembangunan pemuda selama ini dilakukan dengan cara: (1)
membangun moral dan budi pekerti luhur, (2) membangun sarana dan prasarana
fisik dan non fisik dengan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, (3) membangun sumber
daya manusia dengan keteladanan, solidaritas, gotong royong, sopan santun,
ramah tamah, saling menghormati, saling menghargai dan memelihara kepekaan
sosial, (4) dan membangun semangat juang dan cinta tanah air. Wujud
pembangunan generasi muda secara nyata adalah : (1) pemberdayaan pemuda
untuk membangkitkan potensi pemuda untuk berperan serta dalam
pembangunan, (2) pengembangan pemuda untuk menumbuhkembangkan
potensi manajerial, kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, dan (3)
perlindungan pemuda dalam pengertian untuk menolong pemuda dalam
menghadapi demoralisasi, degradasi, tindakan destruktif, regenerasi dan
perlindungan hak dan kewajiban pemuda. Diharapkan di masa depan nanti akan
lahir pemimpin-pemimpin bangsa dari generasi muda yang berwawasan
kebangsaan dan cinta tanah air, memiliki sikap, intelektualitas dan perilaku luhur.
Pembinaan olah raga selama ini siarahkan pada upaya pembinaan dan
pengembangan keolahragaan. pengelolaan keolahragaan, penyelenggaraan pekan
dan kejuaraan olahraga, pembangunan dan peningkatan prasarana dan sarana
I I | 14

olahraga, pendidikan dan pelatihan keolahragaan, pendanaan keolahragaan,


pengembangan kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dalam
pembangunan olahraga, peningkatan peranserta secara lintas bidang dan
sektoral serta masyarakat, peningkatan kemampuan atlit, pelatih, dan pembina
olahraga, peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana olah raga, dan
pemberdayaan dan pemasyarakatan olahraga serta peningkatan kebugaran
jasmani masyarakat. Meskipun hasilnya belum cukup menggembirakan, tetapi
progres kearah peningkatan prestasi olah raga dapat diwujudkan. Kondisi ini didukung
dengan terus berkembangnya klub olah raga di Kota Probolinggo yang sekarang
berjumlah 59 klub olah raga (berkembang dari keadaan tahun 2008 sejumlah 50
klub) dan jumlah gedung olah raga yang bertambah dari 4 gedung menjadi 7
gedung olah raga sekarang ini.

2.3 Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan umum pada hakekatnya merupakan implementasi pelayanan


publik, yakni segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk pelayanan barang,
pelayanan jasa maupun pelayanan administratif yang menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Secara garis besar gambaran umum mengenai aspek pelayanan umum
ini dapat dielaborasi dari 2 (dua) fokus layanan, yaitu fokus layanan urusan wajib
dan fokus layanan urusan pilihan pemerintah daerah.

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

Layanan urusan wajib Pemerintah Daerah sesuai ketentuan Undang-


Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah terdiri atas
26 bidang, yaitu :

1. Pendidikan

Pembangunan bidang pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis


dalam ikut menentukan kualitas sumber daya manusiayang diharapkan yakni
yang mampu melakukan inovasi, kreasi serta memiliki karakter dan budi
pekerti yang luhur. Capaian kinerja pembangunan pendidikan antara lain
dapat digambarkan sebagai berikut :
I I | 15

Tabel 2.7
Data Kinerja Layanan Pendidikan di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pendidikan Dasar :
1 Angka Partisipasi Kasar 123,92 115,54 114,35 114,70 111,31 110,13
(APK) SD/MI (%)
2 Angka Partisipasi Kasar 104,76 103,08 106,49 120,17 138,00 116,63
(APK) SMP/MTs (%)
3 Rasio Ketersediaan Sekolah 1 : 160 1 : 140 1 : 150 1 : 160 1 : 151 1:163
/ Penduduk Usia Sekolah
4 Rasio Guru/Murid 1 : 31 1 : 31 1 : 30 1 : 30 1 : 16 1:15
Pendidikan Menengah:
1 Angka Partisipasi Kasar 117,58 118,04 118,84 119,84 122,19 126,19
(APK) SM (%)
2 Rasio Ketersediaan Sekolah 1 : 231 1 : 216 1 : 212 1 : 196 1 : 193 1:269
/ Penduduk Usia Sekolah
3 Rasio Guru/Murid 1 : 16 1 : 15 1 : 14 1 : 14 1 : 13 1:12
Fasilitas Pendidikan :
1 Gedung SD/MI dalam kondisi 163 164 166 166 169 -
baik
2 Gedung SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA dalam kondisi 91 96 102 100 105 -
baik
Angka Putus Sekolah :
1 APS SD/MI (%) 0,19 0,20 0,16 0,05 0,10 0,07
2 APS SMP/MTs (%) 2,03 0,40 0,75 0,77 0,25 0,18
3 APS SMA/SMK/MA (%) 1,69 1,52 1,75 1,78 1,45 2,13
Angka Kelulusan :
1 AL SD/MI (%) 96,55 97,01 97,98 98,68 98,48 99,94%
2 AL SMP/MTs (%) 93,93 94,93 95,04 96,04 98,79 99,77%
3 AL SMA/SMK/MA (%) 95,55 96,95 97,01 98,01 98,97 96,80%
Angka Melanjutkan :
1 AM SD/MI ke SMP/MTs (%) 109,39 111,30 115,65 119,17 104,67 106,09
2 AM SMP/MTs ke SMA/ 128,12 116,75 127,76 132,68 142,68 121,29
SMK/MA (%)
Sumber : Data Pokok Pendidikan dan BPS

2. Kesehatan

Indikator kinerja yang dapat menunjukkan hasil capaian pembangunan


kesehatan di Kota Probolinggo dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 2.8
Data kinerja layanan kesehatan di Kota Probolinggo Tahun 2009-2012
No Indikator 2009 2010 2011 2012

1 Rasio ketersediaan puskesmas,


puskesmas pembantu dan poliklinik per
1:30.000 1:30.000 1:30.000 1:30.000
satuan penduduk
2 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 1TT:10.000 1TT:10.000 1TT:10.000 1TT:10.000
3 Rasio dokter per satuan penduduk 1:3.333 1:3.333 1:3.333 1:3.333
4 Cakupan pertolongan persalinan oleh 87,61% 91,89% 96,32% 88.88%
Nakes
5 Cakupan kelurahan UCI 93,10% 72,41% 86,21% 80,66%
6 Cakupan Balita gizi buruk mendapat 52,82% 100% 100% 100%
perawatan
I I | 16

7 Cakupan penemuan dan penanganan 66,23% 90,04% 104,76% 88,24%


penderita penyakit TBC BTA
8 Cakupan penemuan dan penanganan 100% 100% 100% 100%
penderita penyakit DBD
9 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan 100% 3,03% 4,19% 0%
pasien masyarakat miskin
10 Cakupan Puskesmas 6 6 6 6
11 Cakupan Puskesmas Pembantu 20 20 21 21

3. Pekerjaan Umum

Indikator kinerja yang dapat menunjukkan hasil capaian pelaksanaan urusan


pekerjaan umum di Kota Probolinggo dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 2.9
Data Kinerja Layanan Pekerjaan Umum di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011

1 Proporsi panjang jaringan 65,4 65,2 65,6 77,78 81,11


jalan dalam kondisi baik (%)
2 Rasio jaringan irigasi (%) 57,4 57,9 58,2 58,5 63,0
3 Panjang jalan dilalui roda 4 195 195 195 198,3 198,3
(km)
4 Panjang jalan dalam kondisi 127,53 127,14 127,92 145,95 144,36
baik (> 40 km/jam)
5 Panjang jalan yang memiliki 12,68 13,46 13,46 14,36 14,36
trotoir dan drainase (min
1,5 m)
6 Drainase dalam kondisi 99 99 102 105 107
baik / aliran air tidak
tersumbat (km)
7 Pembangunan turap di 50 52 54 60 62
jalan penghubung dan
aliran sungai rawan longsor
(%)
8 Luas irigasi dalam kondisi 2011 2011 1973 1973 1866
baik (Ha)

4. Perumahan

Capaian indikator kinerja pelaksanaan urusan perumahan rakyat di Kota


Probolinggo dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.10
Data Kinerja Layanan Perumahan Rakyat di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah rumah tangga - 39,09 40,92 43,71 45 46,85


berakses air bersih (%)
I I | 17

2 Jumlah rumah tangga - 59,01 56,54 57,97 - 59


bersanitasi lingkungan (%)
3 Jumlah rumah tangga 98,19 99,69 99,60 99,23 99,25 -
pengguna listrik (%)

5. Penataan Ruang

Kondisi capaiann kinerja pelaksanaan urusan penataan ruang di Kota


Probolinggo dapat dilihat berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.11
Data Kinerja Penataan Ruang di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Rasio ruang terbuka hijau kota - - 13,5 13,8 14 14


per satuan luas wilayah (%)
2 Rasio jumlah bangunan yang - 311 314 352 404 388
memiliki IMB (%)

6. Perencanaan Pembangunan

Kinerja perencanaan pembangunan daerah tingkat capaiannya dapat diukur


dari indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.12
Data Kinerja Perencanaan Pembangunan di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk
1 Dokumen RPJPD
V V V V V
yang ditetapkan
dengan Perda
2 Dokumen RPJMD
V V V V V
yang ditetapkan
dengan Perda
3 Dokumen Renstra
V*) V V V V
SKPD yang
ditetapkan dengan
Keputusan Walikota
4 Dokumen RKPD yang
V V V V V
ditetapkan dengan
Peraturan Walikota
5 Dokumen Renja
V*) V V V V
SKPD yang
ditetapkan dengan
Peraturan Walikota
*) Ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD
I I | 18

7. Perhubungan

Kondisi capaian kinerja dalam pelaksanaan urusan perhubungan dapat


digambarkan berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.13
Data Kinerja Layanan Perhubungan di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah ijin trayek perkotaan 215 215 215 215 215


2 Jumlah uji kir angkutan umum 337 340 316 325 326
3 Penumpang angkutan umum 100 100 100 100 100
yang dapat dilayani (%)
4 Jumlah kepemilikan kir angkutan 337 340 316 325 326
umum
5 Pemasangan rambu-rambu 40 221
6 Biaya pengujian kelayakan 47.500 47.500 35.000 37.500 37.500
angkutan perkotaan
7 Bongkar Muat barang di
Pelabuhan Probolinggo (m3) :
a. Bongkar 2013.047 214.961 189.837 218.351 186.741
b. Muat 26.425 32.675 26.670 22.942 18.453

8. Lingkungan Hidup

Gambaran umum mengenai capaian kinerja terkait pelaksanaan urusan


lingkungan hidup dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.14
Data kinerja layanan lingkungan hidup di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah Volume 21.941.232 18.469.896 15.640.742 13.742.723 12.515.063


Sampah Yang Masuk
TPA (Kg/Th)
4 Jumlah TPS per 1:3400 1:300 1:2900 1:2900 1:2100
Satuan Penduduk
5 Penegakkan Hukum 0 7 2 2 -
Lingkungan (kali)
6 Cakupan
Pengawasan
0 11 5 5 -
Terhadap Pelaksaan
AMDAL (kali)

9. Pertanahan

Kinerja pelaksanaan urusan pertanahan tingkat capaiannya dapat


digambarkan melalui indikator kinerja sebagai berikut
I I | 19

Tabel 2.15
Data kinerja layanan pertanahan di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011

1 Persentase luas lahan 1,7 % 0,8 % 1,6 % 1,6 % 1,1%


bersertifikat
2 Penyelesaian ijin lokasi - 19 38 34 49
3 Penyelesaian kasus pertanahan 2 2 1 - 1

10. Kependudukan dan Catatan Sipil

Kinerja pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil dapat


digambarkan melalui capaian indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.16
Data Kinerja Layanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
di Kota Probolinggo Tahun 2009-2012
No Indikator 2009 2010 2011 2012

1 Rasio Penduduk ber KTP per Satuan 94,42 95,69 96,07 92,82%
Penduduk (%)
2 Jumlah Layanan Akta Kelahiran 3.599 3.570 2.983 3.663
3 Jumlah Kepemilikan KTP 153.227 153.246 156.762 156.556
4 Jumlah Kepemilikan KK 80.682 61.009 60.429 61.371

11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan pelaksanaan urusan


pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tingkat capaian kinerjanya
dapat diukur dari indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.17
Data kinerja urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
di Kota Probolinggo Tahun 2007-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah pekerja perempuan di 2.001 2.187 2.415 2.464 2.410


lembaga pemerintahan
2 Persentase partisipasi 47,2 48,2 48,7 49,3 49,84
perempuan di lembaga
pemerintahan
3 Jumlah pekerja perermpuan di 2.150 2.187 2.228 2.521 -
lembaga swasta
I I | 20

12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan pelaksanaan urusan keluarga


berencana dan keluarga sejahtera tingkat capaian kinerjanya dapat diukur
dari indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.18
Data kinerja urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera di Kota
Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Rata-rata jumlah anak per 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2


keluarga
2 Jumlah akseptor KB 1.272 6.531 9.866 11.533 10.160
3 Jumlah Pasangan Usia Subur - - 48.458 47.864 49.379
PUS
3 Presentase akseptor KB - - 20,36% 24,10% 20,58%
Terhadap PUS
4 Persentase jumlah keluarga pra 18,73 18,71 17,92 17,33 -
sejahtera-sejahtera 1

13. Sosial

Gambaran umum kondisi daerah terkait pelaksanaan pembangunan sosial


tingkat capaian kinerjanya dapat diukur dari indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.19
Data kinerja urusan sosial di Kota Probolinggo Tahun 2007-2012
No Indikator 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah penyandang masalah kesejahteraan 7.714 9.027 8.447 7.571


sosial
2 Persentase jumlah PMKS yang dibina dan 1,02 1,21 0,99 1,20
berhasil mandiri
3 PMKS yang memperoleh bantuan sosial 51 31 26 -
4 Bantuan untuk veteran 100 70 70 -

14. Ketenagakerjaan

Tingkat capaian kinerja pelaksanaan urusan ketenagakerjaan di Kota


Probolinggo dapat digambarkan berdasarkan indikator kinerja sebagai
berikut:
I I | 21

Tabel 2.20
Data kinerja urusan ketenagakerjaan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Penduduk usia kerja 138.576 140.091 143.983 146.060 152.532


2 Angkatan kerja 105.060 106.575 108.239 110.316 113.966
3 Kesempatan Kerja 84.986 85.953 88.181 90.702 94.625
4 Penganggur terbuka 20.074 20.622 20.018 19.614 19.341
6 Angka sengketa pengusaha-pekeja 27 10 19 21 14
per tahun

15. Koperasi dan UKM

Gambaran mengenai tingkat capaian kinerja urusan koperasi dan usaha kecil
menengah salah satunya dapat dilihat dari indikator kinrtja sebagai berikut :

Tabel 2.21
Data kinerja urusan koperasi dan usaha kecil menengah
di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah koperasi aktif 191 189 172 150 158 201


2 Jumlah UKM non BPR/LKM 65 87 108 135 135 -
UKM
3 Jumlah BPR/LKM 2 2 6 6 7 7
4 Usaha Mikro dan Kecil 248 253 384 429 405 409

16. Penanaman Modal

Gambaran mengenai tingkat capaian kinerja urusan penenaman modal


daerah di Kota Probolinggo antara lain dapat dilihat berdasarkan indikator
kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.22
Data kinerja urusan penanaman modal di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
No Indikator 2008 2009 2010 2011

1 Jumlah investor berskala


nasional (Jumlah 19 19 20 20
PMA/PMDN)
2 Jumlah nilai investasi 84.300.000 10.225.629 240.176.752.890 424.584.382
PMA/PMDN
3 Daya serap tenaga kerja 12.822 10.409 10.959 9.089
I I | 22

17. Kebudayaan

Gambaran mengenai kinerja penyelenggaraan urusan kebudayaan dapat


dijelaskan dengan melihat capaian indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.23
Data kinerja urusan kebudayaan di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011

1 Jumlah sarana seni dan budaya 1 1 1 1 1


2 Jumlah penyelenggaraan seni 1 1 1 2 2
dan budaya
3 Jumlah benda, situs dan 1 1 1 1 1
kawasan cagar budaya yang
dilestarikan (unit)

18. Kepemudaan dan olah raga

Gambaran mengenai kinerja penyelenggaraan urusan kepemudaan dan olah


raga salah satunya dapat dilihat dari indikator jumlah organisasi pemuda dan
olah raga, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.24
Data kinerja urusan kepemudaan dan olah raga di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah organisasi pemuda 12 14 10 10 9


2 Jumlah organisasi olah raga 18 20 26 29 29
3 Jumlah kegiatan kepemudaan 9 11 12 16 16
4 Jumlah kegiatan olah raga 28 30 35 39 39
5 Gelanggang/balai remaja 12 12 15 16 16
6 Lapangan olah raga 8 10 10 12 12

19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Gambaran kondisi daerah berkaitan dengan kinerja pelaksanaan urusan


kesatuan bangsa dan politik dalam negeri dapat dijelaskan berdasarkan
indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.25
Data kinerja urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Kegiatan pembinaan terhadap 2 2 2 2 2


LSM, Ormas dan OKP (kali)
2 Kegiatan pembinaan politik 3 3 3 3 3
daerah
I I | 23

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,


Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Gambaran keadaan tingkat capaian kinerja pelaksanaan urusan otonomi


daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian dapat dijelaskan melalui indikator kinerja
sebagai berikut :

Tabel 2.26
Data kinerja urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian
di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Rasio jumlah Polisi Pamong 5 5 5 5 5


Praja per 10.000 penduduk
2 Rasio jumlah linmas per 10.000 1:437 1:437 1:437 1:437 1:437
penduduk
3 Jumlah Pos Siskamling 507 549 592 619
4 Persentase penyelesaian 81 85 90 95
penegakan K3
5 Survey Indeks Kepuasan Ada Ada ada Ada Ada
Masyarakat (ada/tidak ada)
6 Sistem informasi pelayanan Ada Ada ada Ada Ada
perijinan (ada/tidak ada)
7 Cakupan pelayanan bencana 66 64 62 79
kebakaran

21. Ketahanan Pangan

Gambaran umum kinerja pelaksanaan urusan ketahanan pangan salah


satunya dapat dilihat tingkat capaiannya berdasarkan indikator kinerja
sebagai berikut :

Tabel 2.27
Data kinerja urusan ketahanan pangan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011

1 Ketersediaan pangan 7.098,69 6.078,41 5.872,25 6.073,19 6.206,59


utama (beras/ton)
2 Ketersediaan pangan 5.367,34 12.883,90 15.511,10 14.098,40 11.888,20
utama (jagung/ton)
I I | 24

22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Gambaran umum kinerja pelaksanaan urusan pemberdayaan masyarakat


dan desa salah satunya dapat dilihat tingkat capaiannya berdasarkan
indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.28
Data kinerja urusan pemberdayaan masyarakat dan desa di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah kelompok binaan LPM 29 29 29 29 29


2 Jumlah kelompok binaan PKK 34 34 34 34 34
3 Jumlah PKK aktif 34 34 34 34 34
4 Jumlah Posyandu aktif 215 216 216 217 217
5 Jumlah LSM aktif 72 74 34 37 45

23. Statistik

Gambaran umum kinerja pelaksanaan urusan statistik salah satunya dapat


dilihat tingkat capaiannya berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.29
Data kinerja urusan statistik daerah di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Ketersediaan dokumen PDRB Ada ada ada Ada Ada


2 Ketersediaan dokumen IPM Ada ada ada Ada Ada
3 Ketersediaan dokumen Kota Ada ada ada Ada Ada
Probolinggo dalam angka
4 Ketersediaan dokumen Ada ada ada Ada Ada
monografi daerah
5 Ketersediaan dokumen Indeks tdk ada tdk ada tdk ada tdk ada tdk ada
Gini Ratio
6 Ketersediaan dokumen IKM ada ada ada ada ada
7 Ketersediaan dokumen IHK ada ada ada Ada Ada

24. Kearsipan

Gambaran kondisi daerah terkait dengan kinerja pelaksanaan urusan


kearsipan daerah dapat dijelaskan berdasar indikator kinerja sebagai berikut :
I I | 25

Tabel 2.30
Data kinerja urusan kearsipan daerah di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah SKPD yang telah menerapkan 35 35 35 35 35


pengelolaan arsip secara baku
2 Jumlah pengelola arsip yang telah - 2 4 6 -
melakukan pelatihan

25. Komunikasi dan Informatika

Gambaran kondisi daerah berkaitan dengan kinerja pelaksanaan urusan


kearsipan daerah dapat dijelaskan berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut:

Tabel 2.31
Data kinerja urusan komunikasi dan informatika di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah SKPD yang memiliki 31 35 39 39 39


akses internet
2 Jumlah media yang digunakan 8 7 10 11 11
untuk penyebaran informasi
3 Jumlah titik hotspot yang - - - - 2
difasilitasi Pemda

26. Perpustakaan

Gambaran kondisi daerah berkaitan dengan kinerja pelaksanaan urusan


perpustakaan daerah dapat dijelaskan berdasarkan indikator kinerja sebagai
berikut :

Tabel 2.32
Data kinerja urusan perpustakaan di Kota ProbolinggoTahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah perpustakaan milik 1 1 1 1 1


Pemda
2 Taman baca 1 1 1 1 1
3 Jumlah pengunjung 49.644 40.778 28.933 27.694 -
perpustakaan per tahun
4 Koleksi buku yang tersedia di 30.631 34.876 38.730 42.460 -
perpustakaan daerah
I I | 26

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

Layanan urusan pilihan Pemerintah Daerah sesuai ketentuan Undang-


Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah terdiri atas
8 (delapan) urusan. Dari jumlah urusan tersebut, yang secara intensif dapat
dilaksanakan di Kota Probolinggo adalah :

1. Pertanian

Gambaran umum mengenai kinerja pelaksanaan urusan pertanian dapat


dijelaskan berdasarkan capaian indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 2.33
Data kinerja urusan pertanian di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Produktivitas padi (ton/ha) 5,61 6,40 6,50 5,58 5,79


2 Produktivitas palawija (ton/ha) 6,50 6,90 6,37 7,10 7,66
3 Persentase kontribusi sektor pertanian 9,06 8,88 7,77 6,75 6,36
terhadap PDRB (ADH Berlaku)
4 Persentase kontribusi sektor pertanian -1,08 1,12 -7,23 -5,16 -2,40
terhadap PDRB (ADH Konstan)

2. Pariwisata

Gambaran umum mengenai kinerja pelaksanaan urusan pariwisata di Kota


Probolinggo dapat dijelaskan berdasarkan capaian indikator kinerja sebagai
berikut :

Tabel 2.34
Data kinerja urusan pariwisata di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah kunjungan wisata 178.180 187.539 206.444 293.290 767.717


2 Kontribusi sektor jasa hiburan 5,45 4,03 5,92 9,69 7,20
dan rekreasi terhadap PDRB

3. Kelautan dan Perikanan

Gambaran umum mengenai kinerja pelaksanaan urusan Kelautan dan


Perikanan di Kota Probolinggo dapat dijelaskan berdasarkan capaian
indikator kinerja sebagai berikut :
I I | 27

Tabel 2.35
Data Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011
No Indikator 2009 2010 2011 2012

1 Produksi perikanan tangkap (ton) 43.040,8 36.234 18.372,2 10.222,90


2 Produksi perikanan budidaya (ton) 617,9 934,58 1.219,4 760,78
3 Tingkat konsumsi ikan (kg/kapita/tahun) - 31,509 36,236 -
4 Cakupan bina kelompok nelayan dan 25 36 45 54
pembudidaya

4. Perdagangan

Gambaran keadaan mengenai kinerja pelaksanaan urusan perdagangan di


Kota Probolinggo dapat dijelaskan berdasarkan capaian indikator kinerja
sebagai berikut :

Tabel 2.36
Data Kinerja Urusan Perdagangan di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1 Nilai ekspor bersih perdagangan 105.941 78.812 70.34 90.297 65.381


(dalam juta rupiah)
2 Kontribusi sektor perdagangan 37,46 38,13 39,74 41,01 42,24
terhadap PDRB (%)
3 Cakupan bina kelompok 648 680 710 654 -
pedagang/usaha informal

5. Perindustrian

Gambaran keadaan mengenai kinerja pelaksanaan urusan perindustrian di


Kota Probolinggo dapat dijelaskan berdasarkan capaian indikator kinerja
sebagai berikut :

Tabel 2.37
Data kinerja urusan perindustrian di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011

1 Pertumbuhan jumlah industri 164 164 182 446 598


2 Kontribusi sektor perindustrian 16,23 14,78 14,11 13,64 13,50
terhadap PDRB
3 Kontribusi industri rumah 83,41 84,75 84,51 83,55 82,89
tangga terhadap PDRB sektor
industri
4 Cakupan bina kelompok 57,32 59,76 70,33 32,29 26,59
pengrajin
I I | 28

6. Energi dan Sumberdaya Mineral

Urusan energi dan sumberdaya mineral, secara khusus di Kota Probolinggo


sebagaimana karakteristik kota pada umumnya, urusan ini kurang
mendapatkan porsi sebagaimana wilayah perdesaan. Perhatian yang
berkaitan dengan urusan sumberdaya mineral adalah ditekankan pada
keberadaan sumberdaya air tanah di wilayah perkotaan. Dengan kebutuhan
air yang terus meningkat maka akan mempengaruhi potensi jumlah air tanah
yang terkandung di wilayah kota Probolinggo. Dengan kebutuhan air yang
terus meningkat tersebut maka doperlukan suatu penanganan dan
manajemen pengelolaan air tanah yang tepat agar tidak cepat habis dan
mempercepat intrusi air laut ke daratan. Langkah yang diambil selama ini
dalam rangka pengendalian jumlah air tanah adalah dengan pengendalian ijin
pengambilan dan pemanfaatan air tanah.

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan


otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan dan unggulan daerah. Suatu
daya saing merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan
ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam
mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi daerah dalam konteks daya saing daerah adalah


bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik bagi pelaku ekonomi
yang telah ada dan yang akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan
multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.

Kondisi daerah Kota Probolinggo terkait dengan kemampuan ekonomi daerah


salah satunya dapat dilihat dari indikator : pengeluaran rata-rata konsumsi rumah
tangga per kapita / angka konsumsi rata-rata rumah tangga per kapita sebulan
(pangan dan non pangan) dan produktivitas total daerah.

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita

Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita


dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang
I I | 29

menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin


besar angka konsumsi rumah tangga semakin atraktif bagi peningkatan
kemampuan ekonomi daerah

Untuk kota Probolinggo, indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah


tangga tersebut pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah
sebagaimana tergambar pada tabel berikut :

Tabel 2.38
Angka Konsumsi Rata-Rata RT Per Kapita Per Bulan
di Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pengeluaran konsumsi rata- 329.615 507.514 517.689 586.502 578.748
rata rumah tangga per kapita
sebulan (pangan)
2 Pengeluaran konsumsi rata- 157.098 268.719 302.600 324.088 307.279
rata rumah tangga per kapita
sebulan (non pangan)
3 Jumlah pengeluaran rumah 486.713 776.229 820.289 910.590 886.027
tangga per kapita sebulan
(pangan dan non pangan)

2. Produktivitas Total Daerah

Produktivitas total daerah dapat menggambarkan seberapa besar tingkat


produktivitas tiap sektor dalam rangka mendorong perekonomian suatu
daerah. Sektor / lapangan usaha di Kota Probolinggo yang menunjang PDRB
terdiri atas 9 (sembilan) sektor/lapangan usaha, yaitu : pertanian,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,
keuangan, sewa dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Gambaran dari
produktivitas total daerah di Kota Probolinggo tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 adalah sebagaimana tergambar pada tabel 2.36 berikut ini :

Tabel 2.39
Produktivitas Total Daerah Per Sektor (ADH Berlaku) di Kota
Probolinggo Pada Tahun 2007– 2012 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Sektor/ 2007 2008 2009
Lapangan Usaha
(Rp) % (Rp) % (Rp) %
PDRB
1 Pertanian 317.154,68 9,69 344.001,49 9,07 375.496,96 8,88
2 Pertambangan dan 43,49 0,02 46,84 0,02 48,87 0,00
Penggalian
I I | 30

3 Industri Pengolahan 538.887,59 16,47 593.128,28 15,64 606.440,28 14,34


4 Listrik, Gas dan Air 58.986,55 1,80 61.960,31 1,63 45.607,26 1,08
Bersih
5 Konstruksi 10.584,25 0,32 13.594,60 0,36 41.209,12 0,97
6 Perdagangan, Hotel 1.264.763,16 38,65 1.526.159,60 40,24 1.732.097,46 40,94
dan Restoran
7 Pengangkutan dan 602.562,48 18,41 687.465,74 18,12 641.368,12 15,16
Konstruksi
8. Keuangan, Sewa & 245.270,09 7,50 289.948,30 7,64 278.258,03 6,58
Jasa Perusahaan
9 Jasa-Jasa 290.002,21 8,86 337.284,02 8,89 509.874,72 12,05

No Sektor/ 2010 2011 2012


Lapangan
(Rp) % (Rp) % (Rp) %
Usaha
PDRB
1 Pertanian 370.378,54 7,77 355.214,09 6,75 374.029,90 6,36
2 Pertambangan dan 47,83 0,00 53,32 0,00 55,37 0,00
Penggalian
3 Industri Pengolahan 655.549,23 13,75 700.548,18 13,61 750.674,37 12,76
4 Listrik, Gas dan Air 51.436,37 1,08 57.290,47 1,09 61.739,51 1,05
Bersih
5 Konstruksi 51.062,30 1,07 57.896,15 1,10 65.114,36 1,11
6 Perdagangan, Hotel 2.031.352,91 42,60 2.317.139,37 44,03 2.669.151,60 45,39
dan Restoran
7 Pengangkutan dan 684.642,11 14,36 747.905,91 14,21 811.694,91 13,80
Konstruksi
8. Keuangan, Sewa & 321.827,29 6,75 366.616,15 6,97 414.648,13 7,05
Jasa Perusahaan
9 Jasa-Jasa 601.703,45 12,62 659.709,05 12,54 733.883,47 12,48

2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Ketersediaan infrastruktur kota dalam konteks daya saing daerah adalah


bahwa dengan semakin lengkapnya ketersediaan infrastruktur akan memiliki
daya tarik bagi pelaku ekonomi yang telah ada dan yang akan masuk ke suatu
daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.

Kondisi daerah Kota Probolinggo terkait dengan kemampuan menyediakan


infrastruktur kota salah satunya dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai
berikut :

1. Ketersediaan Fasilitas Perhubungan

Ketersediaan infrastruktur perhubungan sangat penting dalam rangka


menunjang aspek daya saing daerah. Dengan adanya fasilitas tersebut maka
arus distribusi barang dan orang serta jasa transportasi lainnya akan berjalan
I I | 31

lancar. Fasilitas perhubungan yang tersedia di Kota Probolinggo dalam


rangka menunjang daya saing daerah tersebut adalah :

Tabel 2.40
Fasilitas Perhubungan di Kota Probolinggo Tahun 2012
No Uraian Keterangan
1 Fasilitas Perhubungan Darat 1. Terminal Bus Antar Kota Antar
Provinsi Tipe B
2. Terminal Kargo
3. Stasiun Kereta Api
2 Fasilitas Perhubungan Laut Dermaga Pelabuhan Tanjung Tembaga
3 Jumlah orang melalui terminal/stasiun/ ± 480.000 orang
dermana per tahun

2. Penataan Ruang Kota

Penataan ruang kota yang memungkinkan tersedianya wilayah industri dan


niaga akan berdampak pada upaya peningkatan daya saing daerah. Sesuai
dengan struktur tata ruang kota Probolinggo, dari luas wilayah kota 56,667
Km². peruntukan kawasan kota dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 2.41
Data Peruntukan Lahan Kota Probolinggo Tahun 2012
No Peruntukan Luas (Ha) Persentase
1 Wilayah Permukiman 2.090,04 36,88
2 Wilayah Perdagangan/Jasa 262,05 4,62
3 Wilayah Industri 90,08 1,59
4 Wilayah Produktif 2.690,36 47,48
5 Wilayah Lainnya 534,17 9,43

3. Fasilitas Bank dan Non Bank

Ketersediaan fasilitas bank dan non bank sangat penting dalam


rangkamenunjang aspek daya saing darah. Dengan adanya fasilitas tersebut
maka segala urusan yang berkaitan dengan jasa dan lalu lintas keuangan
dapat berjalan dengan lancar. Indikator ketersediaan fasilitas ini dapat dilihat
dari jenis dan jumlah bank yang ada di Kota Probolinggo hingga saat ini.
Menurut fungsinya, bank dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bank umum dan
bank perkreditan rakyat. Sedangkan menurut kegiatan usahanya, bank dibagi
menjadi bank konvensional dan bank syariah.
I I | 32

Tabel 2.42
Jenis dan Jumlah Bank serta Cabangnya di Kota Probolinggo
Tahun 2008 - 2012
No Uraian Jumlah

2008 2009 2010 2011 2012


1 Bank Umum 17 19 21 23 23
1.1 Konvensional - - - - -
1.2 Syariah - - - - -
2 BPR 4 5 5 6 6
2.1 Konvesional - - - - -
2.2 Syariah - - - - -

4. Fasilitas Hotel dan Penginapan

Ketersediaan fasilitas hotel dan penginapan sangat menunjang dalam


pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah. Apalagi posisi stratregis
Kota Probolinggo yang menghubungkan Kota-Kota Lumajang, Jember,
Bondowoso, Probolinggo dan Banyuwangi di sebelah Timur, dan Kota-Kota
Pasuruan, Malang, Sidoarjo, Mojokerto dan Surabaya di sebelah Barat.
Banyaknya fsilitas hotel dan penginapan menunjukkan perkembangan
kegiatan perekonomian pada suatu daerah dan peluang-peluang yang
ditimbulkannya.

Tabel 2.43
Jumlah Fasilitas Hotel dan Penginapan di Kota Probolinggo
Tahun 2008 - 2012
No Uraian Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012
1 Hotel 10 10 10 12 12
2 Penginapan - - - 4 4

5. Fasilitas Restoran dan Rumah Makan

Ketersediaan restoran dan rumah makan di suatu daerah dapat mendorong


dan memberi insentif bagi tumbuhnya daya tarik investasi di daerah tersebut.
Banyaknya restoran dan rumah makan juga menunjukkan perkembangan
perekonomian suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya. Bagi
kehidupan kota, tumbuhnya usaha restoran dan rumah makan juga
I I | 33

menunjukkan bahwa dinamika perekonimian kota sangat kondusif bagi upaya


menunjang tumbuhnya daya saing daerah.
Gambaran mengenai keadaan restoran dan rumah makan di Kota
probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.44
Jumlah Fasilitas Restoran dan Rumah Makan di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011
No Uraian Jumlah

2007 2008 2009 2010 2011


1 Jenis Usaha Restoran 3 4 4 5 5
2 Jenis Usaha Rumah Makan 11 11 12 13 16

6. Fasilitas Air Bersih dan Listrik

Ketersediaan air bersih dan listrik bagi kehidupan warga masyarakat dan
kegiatan usaha juga merupakan bentuk insentif bagi upaya pengembangan
daya saing daerah. Gambaran mengenai ketersediaan air bersih di Kota
Probolinggo dapat dijelaskan dengan indikator sebagai berikut :

Tabel 2.45
Cakupan Pelayanan Air Bersih dan Listrik di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011
No Uraian Jumlah

2008 2009 2010 2011 2012


1 Kapasitas air bersih yang dapat 14.011 14.663 15.781 16.366 200.589
disediakan secara keseluruhan
2 Persentase rumah tangga 39,09% 40,92% 43,74% 44,96% 46,66%
yang menggunakan air bersih
3 Persentase RT yang telah 99,69% 99,6% 99,23% 99,25% -
mendapat aliran listrik

2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi

Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam peningkatan


kegiatan pembangunan perekonomian daerah. Investasi akan mendorong
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga dapat
diharapkan mampu mengurangi beban pengangguran dan menanggulangi
masalah kemiskinan.
I I | 34

Ada beberapa faktor yang diindikasikan mempunyai pengaruh yang sangat


berarti bagi tumbuhnya iklim investasi daerah, seperti kondisi keamanan dan
politik daerah, kemudahan pelayanan perijinan investasi, adanya peraturan
daerah yang menunjang investasi daerah, adanya beban pajak dan retribusi
daerah.

Gambaran kondisi iklim berinvestasi di Kota Probolinggo dapat dijelaskan


dengan menggunakan berbagai indikator sebagai berikut :

1. Kondisi Keamanan dan Politik Dalam Negeri

Masuknya investasi, baik itu Penanaman Modal Asing maupun Penanaman


Modal Dalam Negeri ke suatu daerah, sangat tergantung dari kondisi
keamanan dan politik dalam negeri. Stabilitas kondisi keamanan dan politik
dalam negeri suatu daerah, adalah merupakan modal penting dalam menarik
minat investasi.
Data yang berkaitan dengan kondisi keamanan dan politik dalam negeri
tersebut dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini :

Tabel 2.46
Data Kondisi Keamanan dan Politik Dalam Negeri di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011
No Uraian Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kasus-kasus 328 293 312 265 336
kriminalitas yang terjadi
2 Angka kriminalitas 880 619 570 408 459
3 Jumlah kegiatan demonstrasi 2 0 0 19 0
dan unjuk rasa
4 Jumlah kasus mogok kerja 0 0 0 0 0

2. Kondisi Pelayanan Perijinan Investasi

Investasi yang akan masuk ke suatu daerah juga sangat bergantung pada
berbagai insentif yang diberikan, antara lain dalam bentuk kemudahan
pelayanan perijinan investasi. Semakin banyak insentif yang diberikan akan
mendorong minat investor dalam menanamkan modalnya, dan sebaliknya
sulitnya pengurusan ijin investasi akan mengurangi minat investasi ke suatu
daerah.
I I | 35

Gambaran mengenai pelayanan perijinan investasi di Kota Probolinggo dapat


terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.47
Data Pelayanan Perijinan Investasi di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011
No Uraian Jumlah

2008 2009 2010 2011 2012


1 Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 411 314 352 404 388
2 Surat Keterangan Rencana Kota 269 280 323 338 72
3 Persetujuan Prinsip / Ijin Lokasi 19 38 34 49 47
4 Surat Ijin Usaha Perdagangan 491 550 661 729 706
(SIUP)
5 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 484 511 640 794 745
6 Ijin Usaha Industri (IUI) / Tanda 8 4 0 1 5
Daftar Industri (TDI)
7 Tanda Daftar Gudang (TDG) 0 0 9 11 8
8 Ijin Gangguan (HO) 252 205 167 155 234
9 Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 464 447 357 392 278
10 Ijin Usaha Pariwisata (IUP) 9 28 42 80 77
11 Ijin Pemakaian Kekeayaan Daerah 83 36 29 42 92
12 Ijin Penutupan Sebagian Badan 29 25 29 2 0
Jalan
13 Ijin Penempatan Bedak 15 23 12 14 108
14 Ijin Reklame 1.055 898 1.013 412 419
15 Ijin Hiburan 150 125 108 96 76
16 Ijin Usaha Perikanan 5 19 22 1 3
17 Surat Penangkapan Ikan 4 24 24 19 8
18 Surat Pengolahan Ikan - 1 - - -
19 Ijin Pemakaman 410 207 352 196 318
20 Ijin Undian Gratis Berhadiah 6 - - 1 2
21 Surat Ijin Pengambilan Air Bawah - 13 26 - 27
Tanah (SIPA)

3. Peraturan Daerah Penunjang Investasi

Peraturan Daerah adalah merupakan sebuah instrumen kebijakan daerah


yang bersifat formal. Melalui peraturan daerah dapat diketahui adanya insentif
ataupun disinsentif sebuah kebijakan di daerah terhadap aktivitas
perekonomian. Peraturan daerah yang mendukung iklim investasi di daerah
adalah peraturan daerah yang berkaitan dengan perijinan, lalu lintas barang
dan jasa dan peraturan daerah tentang ketenagakerjaan.
Gambaran mengenai adanya peraturan daerah yang mendukung iklim usaha
di Kota Probolinggo dapat terlihat pada tabel berikut :
I I | 36

Tabel 2.48
Data Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011
No Tahun Klasifikasi Perda
Terkait Perijinan Terkait Lalu Lintas Terkait
Barang dan Jasa Ketenagakerjaan
1 2007 Perda No.6 Thn. 2007 - -
tentang Retribusi
Pergantian Cetak Peta
2 2008 Perda No.9 Thn. 2008 Perda No.3 Thn. 2008 -
tentang Retribusi Izin tentang Pengelolaan
Mendirikan Bangunan Barang Milik Daerah
3 2009 - - -
4 2010 1. Perda No.9 Thn. 2010 - -
tentang Izin Hiburan
2. Perda No.10 Thn.
2010 tentang Izin
Reklame
5 2011 1. Perda No.3 Thn. 2011 - -
tentang Retribusi Jasa
Umum
2. Perda No.4 Thn. 2011
tentang Retribusi Jasa
Usaha
3. Perda No.5 Thn. 2011
tentang Retribusi
Perizinan Tertentu
4. Perda No.9 Thn. 2011
tentang Perlindungan,
Pemberdayaan Pasar
Tradisional, dan
Penataan Pasar
Modern
5. Perda No.10 Thn.
2011 tentang
Penyelenggaraan dan
Retribusi
Pengendalian Menara
Telekomunikasi.
6 2012 1. Perda No. 3 Thn 2012
tentang Ijin Usaha
Jasa Konstruksi
2. Perda No. 6 Thn 2012
tentang Perubahan
Perda No. 4 Thn 2011
tentang Retribusi Jasa
Usaha
Jumlah 11 1 0
III |1

BAB III
ANALISIS ISU STRATEGIS

3.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah

Impelemtasi dari suatu rencana pembangunan daerah, biasanya


menimbulkan adanya permasalahan yang disebabkan karena terjadi “gap
expectation” antara kinerja nyata pembangunan yang dicapai pada saat ini
dengan kinerja pembangunan yang direncanakan. Adanya gap ini juga
terjadi karena adanya perbedaan antara target pembangunan yang ingin
dicapai dimasa datang dengan kondisi riil daerah pada saat dokumen
rencana pembangunan disusun. Permasalahan pembangunan daerah
demikian ini harus diidentifikasi sehingga dapat dicari solusinya dalam
rangka mewujudkan keberlanjutan pelaksanaan pembangunan daerah.

Permasalahan pembangunan daerah padav umumnya timbul dari


adanya potensi daerah sebagai faktor kekuatan yang belum dimanfaatkan
secara optimal, kelemahan internal yang belum sepenuhnya dapat diatasi,
peluang yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal serta ancaman
eksternal yang belum dapat diantisipasi dengan baik. Oleh karenanya
dalam penyusunan RPJP Kota Probolinggo perlu diawali dengan
identifikasi terhadap berbagai permasalahan pembangunan daerah yang
dihadapi agar rencana pembangunan jangka penjang daerah yang akan
disusun dapat mengatasi atau minimal mengeliminir masalah yang
dihadapi tersebut dengan tingkat efektivitas yang tinggi.

Pemetaan terhadap permasalahan pembangunan daerah dapat


diuraikan berdasarkan permasalahan pembangunan pada
penyelenggaraan urusan wajib pemerintah daerah dan urusan pilihan
pemerintah daerah, sebagai berikut :

3.1.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait


Urusan Wajib
Sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007, urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib
III |2

diselenggarakan oleh pemerintah daerah berkaitan dengan pelayanan


dasar masyarakat. Permasalahan pembangunan yang terkait dengan
urusan wajib ini secara garis besar dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bidang Pendidikan
Pembangunan pendidikan perlu terus mendapatkan prioritas
penanganan dimana keberhasilannya antara lain dapat diukur dari
indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka
partisipasi kasar, pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni,
rasio guru, cakupan pelayanan pendidikan, sarana dan prasarana
pendidikan. Meskipun upaya perbaikan yang dilakukan dalam urusan
pendidikan ini telah banyak terlihat hasilnya, dengan dukungan
anggaran yang porsinya terus ditingkatkan, beberapa aspek
permasalahan dalam jangka panjang tetap harus menjadi perhatian
utama, yakni :
 Masih belum teratasinya masalah anak putus sekolah terutama
dijenjang pendidikan menengah kejuruan, angkanya masih
tergolong tinggi tiap tahunnya.
 Belum terpenuhinya standar mutu, kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan masih belum
terpenuhinya semua indikator standar pelayanan minimal
pendidikan dasar.
 Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya
arti pendidikan bagi upaya mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing di masa depan.
 Masih rendahnya akses mesyarakat kepada layanan pendidikan
yang berkualitas.

2. Bidang Kesehatan

Berbagai usaha telah dilakukan Pemerintah Daerah Kota Probolinggo


untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya
dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai
berupa rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, pos
kesehatan maupun mitra pelayanan kesehatan di tingkat kelurahan.
Sarana dan prasarana kesehatan ini keberadaan dan kualitasnya terus
III |3

ditingkatkan sehingga dapat berfungsi dengan baik sebagai penunjang


kesehatan masyarakat. Meskipun demikian beberapa permasalahan
yang dihadapi dan dalam jangka panjang perlu penanganan dapat
diidentifikasi sebagai berikut :

 Masih rendahnya Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat apabila


mengacu pada standar Indeks Pembangunan Manusia.
 Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, maka
terpenuhinya rasio jumlah penduduk dengan ketersediaan unit
pelayanan kesehatan yang berkualitas menjadi masalah yang
serius.
 Belum terpenuhinya ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah
dan kualitas yang dipersyaratkan bagi terwujudnya pelayanan
kesehatan yang berkualitas.

 Terbatasnya lahan Rumah Sakit serta belum terpenuhinya tenaga


dokter, apoteker dan peralatan medis yang sesuai dengan Standart
Rumah Sakit Tipe B sehingga sulit dalam pengembangan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

3. Bidang Pekerjaan Umum

Jaringan jalan yang perkotaan yang baik memiliki keterkaitan erat


dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan kondisi sosial
budaya dalam kehidupan masyarakat. Oleh karenanya indikator yang
digunakan untuk menghitung tingkat keberhasilan penanganan
infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kualitas dan kondisi
jalan. Sejalan dengan pesatnya laju perkembangan kehidupan
masyarakat Kota Probolinggo, antara lain ditunjukkan dengan
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan peningkatan
pergerakkan distribusi barang dan orang, maka permasalahan yang
teridentifikasi adalah :
 Ketersediaan infrastruktur jalan yang berkualitas, sehingga mampu
menunjang peningkatan akses, pertumbuhan wilayah kota dan
peningkatan kesejahteraan warga kota Proboilinggo khususnya.
III |4

 Ketersediaan pematusan kota yang memadai sehingga dapat


menunjang kelancaran aktivitas perekonomian kota.

4. Bidang Perumahan Rakyat

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan


lindung kawasan perkotaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian beserta fasilitas penunjangnya.
Permasalahan yang dihadapi pembangunan kawasan permukiman
perkotaan di Kota Probolinggo adalah :
 Adanya kawasan permukiman yang belum tertata dan dilengkapi
dengan sarana dan prasarana standar yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang tinggal di permukiman tersebut.
 Diperlukannya perbaikan sarana dan prasarana dasar permukiman
secara berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
 Masih adanya kawasan permukiman yang kurang layak huni
khususnya dari aspek akses air bersih dan sistem sanitasi.

5. Bidang Penataan Ruang

Penataan ruang adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan


pengendalian ruang dalam rangka menciptakan keterpaduan serta
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya yang efisien dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks penataan
ruang ini permasalahan yang teridentifikasi dalam jangka panjang
adalah :
 Perlunya terus dipenuhi rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perkotaan sebagaimana standar penyediaan RTH berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007.
 Belum optiomalnya pengendalian dan pengawasan bangunan yang
tingkat pertumbuhannya sangat tinggi.

6. Bidang Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan daerah Kota Probolinggo


didokumentasikan kedalam berbagai dokumen pranata perencanaan,
mulai RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, dan Renja SKPD.
III |5

Proses penyediaan dokumen rencana pembangunan tersebut telah


dapat dilaksanakan dengan baik> Permasalahan yang dihadapi adalah
terjadi pada tataran implementasi, yakni :

 Belum optimalnya komitmen semua pemangku kepentingan untuk


taat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan berdasarkan
rencana pembangunan yang telah disepakati bersama.
 Belum adanya keselarasan antara rencana pembangunan jangka
panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan rencana
pembangunan tahunan.

7. Bidang Perhubungan

Keberhasilan dalam pelayanan pada bidang perhubungan di wilayah


perkotaan dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat kota dalam
berbagai bidang kehidupan, mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas
dan memperlancar arus pergerakkan distribusi orang dan barang dan
bahkan juga mengurangi kemacetan lalu lintas kota.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang
perhubungan adalah :
 Belum terpenuhinya rasio panjang jalan per jumlah kendaraan ideal
dalam mengimbangi pertambahan jumlah kendaraan yang sangat
tinggi.
 Belum terpenuhinya tuntutan ketersediaan pedestrian wilayah
perkotaan.

 Belum terkelolanya transportasi laut khususnya Pelabuhan Tanjung


Tembaga dalam rangka menggerakkan perekonomian masyarakat
Kota Probolinggo dan sekitarnya.

8. Bidang Lingkungan Hidup

Keberhasilan dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup


mempunyai hubungan yang sangat berarti dengan upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Ketidak seimbangan lingkungan hidup
akan dapat menyebabkan berbagai bencana, seperti banjir,
pencemaran lingkungan, penularan penyakit melalui sampah kepada
manusia dan hewan, dan sebagainya. Oleh karenanya pemerintah
III |6

danmasyarakat harus bekerja sama agar terjadinya bencana tersebut


dapat dihindari atau diminimalisir.
Beberapa permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian dalam
upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup wilayah perkotaan di
Kota Probolinggo adalah :
 Menurunnya kualitas air permukaan dan kualitas udara ambient
 Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pengelolaan dan perlindungan lingkungan, sehingga kompleksitas
permasalahan lingkungan bertambah berat.
 Belum seimbangnya antara pertumbuhan jumlah sampah yang
harus ditangani dengan peningkatan peran serta masyarakat dalam
ikut mengelola sampah lingkungan dan juga dengan ketersediaan
sarana dan prasarana persampahan kota.

9. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil

Pertumbuhan jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas


kehidupan masyarakat di semua sektor sejalan dengan keberhasilan
pelaksanaan pembangunan dan meningkatnya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari pemerintah, jelas
menuntut peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan.
Tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil menjadi ukuran riil
dari keberhasilan pembangunan bidang kependudukan dan catatan
sipil ini. Beberapa indikator tertib admininistrasi kependudukan
memang telah menunjukkan kondisi cukup baik, seperti kepemilikan
KTP, KK, Akte Kelahiran dan Akte Nikah dan sebagainya, namun
tantangan kedepan tidak berarti sudah tidak ada. Permasalahan
muncul berkaitan dengan tuntutan kualitas pelayanan yang semakin
meningkat dari seluruh elemen masyarakat.

10. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Pemberdayaan perempuan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan


kesetaraan dan keadilan gender atau pengarusutamaan gender.
Sedangkan perlindungan anak diarahkan untuk mewujudkan suatu
kondisi yang menjamin hak dan tumbuh kembang anak. Permasalahan
III |7

yang dihadapi adalah bagaimana upaya meningkatkan derajat


partisipasi perempuan dalam konteks kepemerintahan. Juga
permasalahan yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga
dan penjaminan terhadap upaya tumbuh kembang anak.

11. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang


sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Tujuan umumnya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Ledakan jumlah penduduk ini dalam jangka
panjang apabila tidak dikendalikan maka akan menjadi permasalahan
sosial yang dapat mengganggu pembangunan bangsa. Permasalahan
yang ada adalah masyarakat generasi sekarang belum sepenuhnya
memahami konteks dan konten program keluarga berencana untuk
membangun keluargab sejahtera. Karenanya kegiatan sosialisasi,
penyuluhan dan penyebaran opini akan pentingnya keluarga
berencana perlu digalakkan, sehingga masyarakat menyadari akan
keutamaan dan manfaat yang dapat diperoleh dari program keluarga
berencana.

12. Bidang Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial berorientasi pada peningkatan


modal sosial (social capital) yang dapat dilihat dari indikator
keberfungsian sosial (social functioning) yang mencakup kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan peran sosial serta
menghadapi goncangan dan tekanan kehidupan. Meskipun sasaran
pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial mencakup individu dan
masyarakat dari berbagai kelas sosial ekonomi, namun sasaran utama
pelayanan pembangunan sosial pada umumnya adalah mereka yang
tergolong kelompok-kelompok kurang beruntung dikenal Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) atau disebut juga
III |8

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Permasalahan


yang dihadapi adalah perhatian terhadap tingkat perlindungan yang
dialami oleh manusia rentan (misal : penduduk yang berusia
lanjut, para anak, para perempuan, para orang cacat), tingkat
dukungan yang dinikmati oleh individu atau kelompok yang kurang
mampu (fakir/keluarga miskin, orang tua cerai/ duda/ janda, anak
terlantar, warga usia lanjut berserta orangcacat yang terlantar), tingkat
partisipasi dalam bidang sosial-politik yang dapat diwujudkan oleh
individu, kelompok dan keluarga, dan tingkat pengendalian sosial
terhadap kekerasan.

13. Bidang Ketenagakerjaan

Secara empiris, pembangunan bidang ketenagakerjaan setidaknya


dilakukan melalui 4 (empat) pendekatan fungsional yaitu : pendekatan
pemberdayaan tenaga kerja, pelatihan dan produktivitas, hubungan
industrial serta pengawasan ketenagakerjaan. Sebagian besar
permasalahan dalam urusan ketenagakerjaan adalah berkaitan
dengan jenjang pendidikan serta miss match antara lulusan dan
permintaan tenaga kerja. Secara umum permasalahan yang dihadapi
dalam pelaksanaan urusan ketenagakerjaan adalah :
 Masih rendahnya penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia produktif.
 Masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja.

14. Bidang Koperasi dan UKM

Koperasi sebagai salah satu lembaga perekonomian diharapkan


mampu sebagai penggerak roda ekonomi di suatu wilayah. Peran
koperasi sangat penting untuk peningkatan potensi usaha kecil yang
dimiliki oleh masyarakat lokal, sebagai penyedia informasi dan sebagai
lembaga distribusi dan pemasaran. Secara umum permasalahan yang
masih dihadapi pembangunan bidang koperasi dan UKM adalah :

 Tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia


koperasi dan UKM pada umumnya belum memadai.
III |9

 Lemahnya struktur permodalan koperasi dan UKM serta


terbatasnya akses koperasi dan UKM ke sumber permodalan dari
luar.
 Manajemen kelembagaan dan sistem koperasi yang belum berjalan
dengan baik.
 Masih kurangnya kepercayaan dalam bekerja sama bagi
terwujudnya jaringan usaha antara koperasi dengan pelaku
ekonomi lainnya.
 Masih kurangnya pemahaman terhadap aspek legalitas usaha.

15. Bidang Penanaman Modal

Investasi dalam bentuk penanaman modal memberikan dampak positif


bagi pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan kesejahteraan
masyarakatnya. Faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang
dijadikan bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya,
antara lain : faktor sumber daya alam, faktor sumber daya manusia,
faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian
dalam berusaha, dan faktor kebijakan pemerintah, serta faktor
kemudahan dalam peizinan. Oleh karenanya kelima faktor tersebut
harus menjadi perhatian dalam pembangunan bidang penananam
modal daerah.

16. Bidang Kebudayaan

Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan daerah yang harus


dijaga dan dilestarikan. Kebudayaan juga merupakan sarana promosi
yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Beberapa permasalahan yang perlu mendapatkan penanganan antara
lain adalah upaya mengembangkan kebebasan berkreasi dalam
berkesenian dengan
mengacu pada etika, moral, estetika, dan agama, serta tetap
melestarikan
apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan daerah. Disamping itu juga
melakukan pembinaan dan pengembangan museum serta
peninggalan
I I I | 10

sejarah dan cagar budaya yang berpotensi untuk pengembangan


pariwisata daerah.

17. Bidang Kepemudaan dan Olah Raga

Pemberdayaan Pemuda yang dilakukan diarahkan pada terwujudnya


pemuda yang berkualitas, berkompeten dan profesional, peduli dan
tanggap terhadap tuntutan dan aspirasi masyarakat. Strategi
pemberdayaan pemuda dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan
kemandirian dan profesionalisme, sehingga dapat mendorong
berkembangnya pemuda sebagai pelaku pembangunan yang handal,
mampu bersaing ditingkat regional, nasional dan internasional serta
meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menciptakan iklim yang
kondusif pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pemuda.
Sedangkan upaya pemberdayaan olahraga diarahkan untuk
membangun masyarakat yang memiliki ketahanan fisik dan mental
yang sehat dan bugar, serta berbagai perilaku yang positif.
Pemberdayaan Olahraga dimaksudkan sebagai upaya terciptanya
budaya berolahraga yang harus juga diiringi dengan pengelolaan dan
penataan semua aspek yang terlibat di dalam tiga kelompok jalur
pembinaan olahraga, yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan
olahraga prestasi. Masyarakat sehat, yang dicapai melalui kegiatan
olahraga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja dan
daya saing yang tinggi dengan negara lain, yang pada akhirnya dapat
menciptakan prestasi dan citra bangsa di tingkat dunia. Dengan
demikian, untuk dapat menjadi masyarakat yang kokoh, aktif, produktif,
unggul dan jaya akan terwujud bilamana terdapat sinkronisasi dari
ketiga jalur pembinaan tersebut. Kendati dari ketiga jalur tersebut
memiliki sasaran dan wadah yang berbeda, namun memiliki
keterkaitan yang erat.
Untuk mendukung dan merealisasikan upaya pembangunan pemuda
dan olah raga tersebut berbagai permasalahan yang dihadapi antara
lain adalah :
 Belum optimalnya upaya pemberdayaan pemuda dan olahraga
melalui dorongan, dukungan, kesempatan, pelatihan dan
I I I | 11

pendampingan, sehingga mempunyai kemampuan untuk berjiwa


wirausaha, produktif, berprestasi dan bertanggungjawab.
 Belum optimalnya upaya untk memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat.
 Masih terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pemuda dan
olahraga.

18. Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri menitik beratkan


pada kegiatan pembinaan terhadap lembaga swadaya masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan serta kegiatan
pembinaan politik daerah. Permasalahan yang masih dihadapi adalah
pengetahuan politik masyarakat yang mulai meningkat, seringkali tidak
diimbangi dengan wawasan kebangsaan yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di negara Republik Indonesia. Adanya kondisi ini
sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan dan optimalisasi dalam
hal pembinaan. Upaya ini dperlukan secara terus menerus dengan
azas kontinuitas.

Dalam hal upaya pembinaan terhadap ketenteraman dan ketertiban


masyarakat, permasalahan yang dihadapi adalah lebih berkaitan
dengan masalah pemeliharan dan upaya mewujudkan ketertiban
umum. Kondisi ini berkaitan dengan masih terjadinya berbagai
pelanggaran terhadap berbagai peraturan daerah dan peraturan
kepala daerah (Peraturan Walikota).

19. Bidang Ketahanan Pangan

Kebutuhan pangan merupakan kebutuhann pokok masyarakat yang


wajib diperhatikan oleh pemerintah daerah. Kejadian rawan pangan
menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan
sosial. Oleh karenanya ketersediaan pangan utama di Kota
Probolinggo harus senantiasa diupayakan selaras dengan jumlah
konsumsi pangan masyarakat. Juga harus dihindari masalah
ketimpangan dalam hal distribusi pangan dengan arahan terwujudnya
distribusi pangan secara merata sesuai kebutuhan masyarakat kota.
I I I | 12

20. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pemberdayaan masyarakat menjadi perhatian utama dalam


rangka mewujudkan masyarakat sipil yang memiliki tingkat
keberdayaan tinggi untuk ikut dalam tatakelola penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam konteks ini keberadaan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) mempunyai peran yang strategis.
Keberadaannya dapat berfungsi sebagai sarana berorganisasi, sarana
berbagi informasi, sarana penyaluran aspirasi serta peningkatan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam rangka mendukung
pembangunan di lingkungannya.
Sejajar dengan itu, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
sebagai satu gerakkan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari
bawah, yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat menuju
terwujudnya keluarga yang maju, mandiri dan sejahtera,
keberadaannya juga sangat strategis dalam konteks pemberdayaan
masyarakat. Meskipun upaya pemberdayaan masyarakat telah
menunjukkan hasil nyata, namun permasalahan yang dihadapi dalam
jangka waktu kedepan adalah menjaga agar kadar keterlibatan
masyarakat dalam wadah pemberdayaan masyarakat ini dapat terus
terjaga dan ditingkatkan. Seiring dengan semakin meningkat dan
kompleksitas kehidupan masyarakat kota dikhawatirkan intensitas
keterlibatan warga kota dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
menjadi semakin terbatas.

21. Bidang Komunikasi dan Informatika

Secara umum, pembangunan di bidang komunikasi dan


informatika, terutama Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
merupakan salah satu aspek penting yang mendorong pembangunan,
termasuk pembangunan daerah. Selain menjadi faktor produksi dan
ekonomi, TIK juga berperan sebagai enabler dalam perubahan sosial
budaya kemasyarakatan di berbagai aspek. Aspek-aspek yang
dimaksud seperti pengembangan kehidupan politik yang lebih
demokratis, pengembangan budaya dan pendidikan, dan peningkatan
I I I | 13

kapasitas governance di berbagai sektor pembangunan.


Perkembangan TIK menyebabkan terciptanya lalu lintas informasi dan
komunikasi bebas hambatan antar wilayah, bahkan antar negara.
Dengan kata lain, keberadaan TIK mampu menghilangkan berbagai
hambatan geografis sehingga terjadi transformasi pola hidup manusia
di berbagai bidang menuju terwujudnya masyarakat berbasis ilmu
pengetahuan.
Adapun manfaat keberadaan TIK bagi kita secara nyata adalah :
1) mendukung perbaikan keamanan dan mempercepat
perkembangan kesejahteraan masyarakat secara sosial dan
ekonomi;
2) mengatasi berbagai kesenjangan antara pusat dan daerah dalam
mendukung suatu sistem yang lebih adil dan makmur;
3) meningkatkan akses informasi dan pengetahuan masyarakat;
4) meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,
5) mendukung proses demokrasi dan transparansi birokrasi yang
sedang berjalan;
6) mendukung upaya reformasi birokrasi dalam melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat; serta
7) membentuk masyarakat informasi.
Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa TIK belum mendapatkan
prioritas implementasinya, sehingga berbagai manfaat tadi belum
terasakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

3.1.2 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait


Urusan Pilihan.
Urusan pilihan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Identifikasi
terhadap permasalahan pembangunan daerah terkait urusan pilihan
Pemerintah Kota Probolinggo secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut :
I I I | 14

1. Kelautan dan Perikanan

Kebijakan strategis pembangunan bidang kelautan dan perikanan


keberhasilannya diharapkan dapat berdampak pada adanya aspek
pemerataan akibat peningkatan kesejahteraan yang dirasakan oleh
masyarakat perikanan, melalui pengelolaan, pengendalian dan
pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang terintegrasi.
Kebijakan strategis pembangunan kelautan dan perikanan terfokus
pada upaya pemberdayaan ekonomi, pengendalian dan kelestarian
sumberdaya kelautan dan perikanan, revitalisasi perikanan,
pengembangan sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan
usaha serta Pengembangan kawasan.
Dalam rangka mengembangkan dan mengelola secara optimal
sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, beberapa
permasalahan yang masih dihadapi antara lain adalah :
 Belum optimalnya upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir yang berdampak pada rendahnya kesadaran dalam
pendayagunaan sumberdaya laut;
 Rendahnya tingkat keberdayaan masyarakat dalam pengawasan
dan pengendalian sumberdaya kelautan;
 Perlunya upaya prefentif dalam rangka peningkatan mitigasi
bencana alam laut dan prakiraan iklim laut.

2. Perdagangan

Pembangunan bidang perdagangan telah mengalami kemajuan yang


berarti dalam penerapan reformasi perdagangan pada beberapa tahun
terakhir dan hal itu merupakan salah satu dari beberapa faktor yang
membantu berkembangnya penyerapan tenaga kerja di sektor resmi
dan sekaligus berkontribusi pada upaya memangkas tingkat
kemiskinan.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan
perdagangan ini antara lain adalah :
 Produsen-produsen telah menyuarakan keprihatinan akan daya
saing mereka melawan produsen berbiaya rendah, baik di dalam
I I I | 15

negeri maupun di pasar asing. Penurunan pertumbuhan bidang


manufaktur dan menyurutnya pangsa ekspor sektor manufaktur juga
menimbulkan pengaruh mengenai daya saing sektor manufaktur.
 Tingginya biaya transportasi barang-barang perdagangan
berdampak pada melambungnya harga ke titik yang terlalu mahal
untuk diekspor, dan juga lebih murah untuk mengimpor.

3. Perindustrian

Kebijakan dalam pembangunan industri diharapkan dapat menjawab


tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi
perkembangan perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan
internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara,
sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan
adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di
pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses
industrialisasi, menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan
globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi
perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan industri
sangat memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang
mampu menjawab pertanyaan kemana dan seperti apa bangun industri
dalam jangka panjang.
Tantangan utama yang dihadapi oleh industri pada saat ini antara lain
adalah :
 Adanya kecenderungan penurunan daya saing industri di pasar
internasional. Penyebabnya antara lain adalah meningkatnya biaya
energi, ekonomi biaya tinggi, penyelundupan serta belum
memadainya layanan birokrasi.
 Tantangan lain adalah kelemahan struktural sektor industri itu sendiri,
seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri, baik antara industri
hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri kecil
menengah, belum terbangunnya struktur klaster (industrial cluster)
yang saling mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang
setengah jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri
I I I | 16

berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi antar daerah,


serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu.

4. Pariwisata

Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas


dari peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu;
perencanaan daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan fasilitas
utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan pariwisata,
dan pembuatan dan penegakan peraturan. Dalam rangka
pengembangan kegiatan pariwisata, secara umum permasalahan yang
dihadapi antara lain adalah :
 Masalah keterbatasan dalam pengadaaan infrastruktur umum
seperti jalan, listrik dan air yang berhubungan dengan
pengembangan pariwisata terutama untuk proyek-proyek yang
berskala besar yang memerlukan dana yang sangat besar seperti
jalan untuk transportasi darat, proyek penyediaan air bersih, dan
proyek pembuangan limbah merupakan tanggung jawab
pemerintah. Selain itu, pemerintah juga beperan sebagai penjamin
dan pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam
bidang pembangunan pariwisata.

3.2 Isu Strategis

Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan


eksternal terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal ke
depan diidentifikasi dengan baik maka pemerintah daerah dapat
mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintahan daerah yang tidak
menyelaraskan diri secara sepadan atas isu strategisnya akan
menghadapi kendala dalam mencapai keberhasilan pembangunan
daerah.
I I I | 17

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya
yang signifikan bagi entitas pemerintahan daerah dan masyarakat dimasa
datang. Suatu kondisi/kejadian penting adalah keadaan yang apabila
tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau
sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan maka menghilangkan peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
Dengan memperhatikan identifikasi permasalahan yang terjadi maka isu
strategis pembangunan daerah Kota Probolinggo Tahun 2006-2025 dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat.


Di era perekonomian global yang makin kompetitif, perlu diantisipasi
adanya liberalisasi, ekspansi pasar dan kecenderungan perilaku
konsumtif diberbagai bidang kehidupan sebagai perubahan baru
dalam perilaku dan gaya hidup masyarakat. Globalisasi juga akan
mempengaruhi dinamika kondisi perekonomian lokal.
2. Kesenjangan sosial dan tekanan kemiskinan.
Tantangan di bidang sosial adalah adanya kesenjangan sosial dan
kondisi sebagian masyarakat yang masih menghadapi tekanan
kemiskinan, kurangnya kesempatan kerja dan pengangguran serta
kualitas SDM masyarakat yang belum siap bersaing di era global
yang makin kompetitif. Tingginya laju pertumbuhan penduduk
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap permasalahan ini.
3. Menurunnya kualitas lingkungan hidup serta rendahnya partisipasi
masyarakat dalam ikut menjaga kondisi lingkungan.
Isu ini sejalan dengan semakin meningkatnya intensitas dan
kompleksitas kehidupan masyarakat seiring dengan modernitas yang
terjadi hampir di segala bidang kehidupan.
4. Belum meratanya hasil pembangunan dan belum optimalnya
aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan umum.
Isu ini berkaitan dengan tuntutan masyarakat untuk tidak ada
diskriminasi dalam hal penyediaan dan pemberian pelayanan publik
I I I | 18

dan sekaligus pemerataan untuk dapat menikmati pembangunan dan


hasl-hasilnya.

5. Tuntutan untuk mengembangkan transparansi, akuntabilitas dan


partisipasi masyarakat serta peningkatan kinerja pelayanan publik
yang didukung oleh profesionalisme aparatur
Isu ini berkaitan dengan kebutuhan akan percepatan reformasi
birokrasi dan profesionalisme aparatur dalam rangka mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik.
6. Tuntutan percepatan pengembangan infrastruktur kota guna
memberikan nilai tambah yang tinggi.
Isu ini berkaitan dengan tuntutan pemenuhan pembangunan sarana
dan prasarana kota guna mendukung pengembangan pusat-pusat
distribusi (metropolitan) serta mengurangi ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antar wilayah kota maupun antar pulau dengan
pengembangan infrastruktur pelabuhan beserta sarana
pendukungnya.
7. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan murah dan
berkualitas dengan ditunjang sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas.
Isu ini dikaitkan dengan makin mahalnya biaya pendidikan dan
rendahnya aksebilitas masyarakat kurang mampu untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
8. Ketahanan Pangan dan Energi
Sebagai wilayah yang berkembang ke arah urban ketahanan pangan
dan energi menjadi hal yang penting untuk diantisipasi pada masa-
masa yang akan datang. Kebutuhan pangan dan energi jangan
sampai menjadi permasalahan yang tak terselesaikan di kelak
kemudian hari.
9. Peningkatan daya saing daerah
Kesepakatan perdagangan bebas yang secara nasional harus
dipatuhi dan tunduk didalamnya menjadi pencermatan yang penting.
Persiapan daya saing daerah dalam hal produk maupun
ketenagakerjaan industri harus ditingkatkan secara optimal. Baik
I I I | 19

melalui pendidikan dan pelatihan maupun melalui kontrol secara


regulasi.
I V |1

BAB IV

VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KOTA PROBOLINGGO

4.1 Perumusan Visi

Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan atau kondisi daerah


yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan pembangunan jangka
penjang, yakni pada akhir tahun 2025. Visi bukan hanya merupakan serangkaian
harapan, tetapi suatu bentuj komitmen dan upaya merancang serta mengelola
perubahan untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang. Oleh
karenanya visi ini didasarkan pada realita dan menunjukkan gambaran masa
depan ideal bagi pembangunan daerah dan masyarakat.

Berdasarkan kondisi Kota Probolinggo dan dengan memperhatikan


tantangan yang dihadapi sampai dengan tahun 2025 mendatang serta dengan
memperhitungkan modal dasar yang dimiliki serta aspirasi masyarakat Kota
Probolinggo, maka Visi Pembangunan Kota Probolinggo Tahun 2005–2025
sebagaimana telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Probolinggo
Nomor 2 Tahun 2006, adalah :

“ TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA PROBOLINGGO YANG AMAN,


DEMOKRATIS, ADIL DAN SEJAHTERA”

Visi Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 ini merupakan sebuah


gambaran yang menjadi cita-cita luhur bersama masyarakat Kota Probolinggo
dengan tetap mempertahankan karakteristik masyarakat Kota Probolinggo yang
agamis, rukun, demokratis dan partisipatif.

Untuk pelaksanaan pembangunan yang terarah dan dapat mencapai


tujuan diperlukan suatu kondisi dan situasi yang memungkinkan
dilaksanakannya pembangunan serta memungkinkan dirasakannya hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai. Kondisi keamanan yang kondusif dan
ketenteraman masyarakat yang terjaga adalah merupakan situasi dan kondisi
yang sangat diperlukan bagi terlaksananya pembangunan di Kota Probolinggo.
Kondisi yang aman dan tenteram akan terwujud apabila terdapat kesadaran
kolektif dan komitmen yang tinggi dari seluruh elemen masyarakat terhadap
I V |2

berbagai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan telah disepakati


bersama.

Keberhasilan pembangunan di Kota Probolinggo sampai dengan tahun


2025 mendatang akan diukur secara obyektif, akurat dan transparan melalui
asas kesejahteraan, kemandirian serta daya saing yang dimiliki oleh masyarakat
Kota Probolinggo dalam percaturannya secara regional, nasional maupun
global. Otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas kepada
daerah otonom untuk mengelola pembangunan daerahnya dimaknai oleh Kota
Probolinggo untuk menjadikan Kota yang mampu memanfatkan seoptimal
mungkin sumberdaya yang dimiliki dalam rangka mewujudkan masyarakat Kota
Probolinggo yang sejahtera seutuhnya, mandiri dalam segala bidang kehidupan
serta memiliki keunggulan daya saing (comparative advantage).

Sejahtera merupakan keadaan sentosa dan makmur yang diartikan


sebagai keadaan yang berkecukupan atau tidak kekurangan, yang tidak saja
memiliki dimensi fisik atau materi, tetapi juga dimensi rohani.

Kemandirian merupakan manifestasi dari otonomi daerah, yaitu hak


setiap daerah untuk menentukan arah nasibnya sendiri serta mewujudkan yang
terbaik bagi daerahnya. Dalam konteks inter regional development kemandirian
bukan berarti mengisolasi diri dari keterkaitan dengan daerah lain tetapi tetap
membangun hubungan saling ketergantungan yang mutualistik dalam koridor
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kota Probolinggo yang mandiri
adalah kota yang diwarnai dengan masyarakat yang mampu mewujudkan
kehidupan sejajar dan sederajat dengan daerah lain yang telah maju dengan
mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Kemandirian suatu daerah akan sangat dipengaruhi oleh daya saingnya


yang kokoh yang tercermin dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakatnya.
Daya saing merupakan semangat internal baik secara individual maupun kolektif
akan tercermin dari kualitas sumberdaya daerah beserta pengelolaannya yang
bijak dan berkelanjutan. Daya saing daerah akan ditandai kualitas sumber daya
manusia masyarakat Kota Probolinggo yang agamis, demokratis, rukun dan
partisipatif, sehingga menjadi pelaku-pelaku pembangunan yang andal dan gigih
disertai dengan dedikasi dan integritas moral yang tinggi. Daya saing daerah
I V |3

juga tercermin oleh pengelolaan pemerintahan daerah yang secara murni dan
konsekuen menerapkan prinsip-prinsip tata perintahan yang baik (good
governance).

4.2 Perumusan Misi

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan Kota Probolinggo


tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan. Misi adalah rumusan
umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Probolinggo dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan 2005-2025. Misi
yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kota
Probolinggo Nomor 2 Tahun 2006 adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan Trikarsa Bina Praja, yaitu tiga kehendak masyarakat Kota


Probolinggo untuk melestarikan ciri khas Kota Bayuangga (Angin,
Anggur dan Mangga), membangun citra kota Indaditasi (Industri,
Perdagangan, Pendidikan dan Transportasi), dan membudayakan motto
Kota Bestari (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi dan Indah) ;

Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah tertuju pada dua fokus,
yaitu memantapkan citra kota industri, perdagangan, pendidikan dan
transportasi dan mewujudkan kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah.
Kota Probolinggo akan terus dikembangkan sebagai kota industri,
perdagangan dan transportasi karena posisinya yang sangat strategis dilihat
dari koneksitasnya dengan kota-kota di wilayah Timur, Selatan dan Barat di
Jawa Timur. Didukung juga oleh adanya fasilitas perhubungan darat dan laut
yang cukup representatif. Sedangkan fokus sebagai kota yang bersih, sehat,
tertib, aman dan indah adalah bentuk kota idaman yang harus tetap
diwujudkan mengiringi perkembangan kota sebagai kota metropolitan.

2. Mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai


agama dan harmonisasi antar kelompok masyarakat ;

Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan upaya
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan memantapkan harmoninasi
hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat.
I V |4

Tujuan lebih lanjut dari upaya ini adalah untuk menjaga harmoni sosial
didalam kelompok-kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan
lokal dalam rangka memperkuat hubungan masyarakat. Selain itu juga
mencegah kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat
yang mengandung sentimen keagamaan dengan mencermati secara
responsif dan mengantisipasi secara dini terjadinya konflik.

3. Mewujudkan peningkatan aksesibilitas serta kualitas kesehatan ;

Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat
yang ber-mutu dan terjangkau. Peningkatan aksesibilitas masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan sangat penting demi peningkatan
produktivitas sumber daya manusia, sebab hanya sumber daya manusia yang
sehat, yang dapat beraktivitas dan mengembangkan diri. Pembangunan
kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak dasar sosial, yaitu
hak masyarakat memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan
yang murah dan berkualitas.

4. Mewujudkan penanggulangan kemiskinan, perbaikan iklim


ketenagakerjaan, dan memacu kewirausahaan ;

Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan upaya
dan efektifitas penanggulangan kemiskinan, mewujudkan perluasan dan
penciptaan lapangan kerja dan mewujudkan iklim kewirausahaan yang sehat
guna menunjang pertumbuhan perekonomian kota.
Tujuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan upaya dan efektifitas
penanggulangan kemiskinan dan pengangguran di wilayah perkotaan
dengan menghormati, melindungi hak-hak dasar masyarakat miskin yang
meliputi hak atas pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, tanah, lingkungan hidup, dan sumber daya alam, rasa aman serta hak
untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik.

5. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan


percepatan pembangunan infrastruktur ;

Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan


pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan dan mempercepat perbaikan dan
I V |5

perluasan kapasitas infrastruktur kota. Percepatan pembangunan infrastruktur


difokuskan pada upaya untuk meningkatkan dan mempercepat perbaikan
infrastruktur yang rusak, terutama infrastruktur ekonomi strategis yang
mampu menunjang pertumbuhan perekonomian kota, serta infrastruktur untuk
melayani masyarakat miskin. Pembangunan sarana dan prasarana kota juga
diharapkan mampu mendorong pengembangan kawasan distribusi dan
mengurangi ketimpangan antar wilayah kota.

6. Mewujudkan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan fungsi


lingkungan hidup ;

Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah menciptakan


keseimbangan antara pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan
pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup.
Tujuan fungsionalnya adalah untuk menciptakan keseimbangan antara
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan pemeliharaan kualitas
dan fungsi lingkungan hidup, mencengah terjadinya atau berlanjutnya
pencemaran lingkungan melalui media air, udara maupun tanah, serta
mendorong pengembangan industri kecil, menengah dan besar yang ramah
lingkungan.

7. Mewujudkan ketenteraman dan ketertiban, supremasi hukum dan hak


azasi manusia ;
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah peningkatan upaya
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta pencegahan
tindak kriminal.
Tujuan fungsionalnya adalah meningkatkan peran serta masyarakat untuk
mencegah kriminalitas dan gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan
masing-masing, meningkatkan pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan serta peredaran narkoba, dan juga mendorong peningkatan
perlindungan dan pengayoman masyarakat.
I V |6

8. Mewujudkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah


melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik.
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah memantapkan
pelaksanaan otonomi daerah dan memantapkan pelaksanaan reformasi
birokrasi.
Tujuan fungsionalnya adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan otonomi
daerah yang mampu mensejahterakan rakyat dan membangun transparansi,
akuntabilitas dan partisipasi masyarakat serta peningkatan kinerja pelayanan
publik birokrasi pemerintah yang didukung oleh profesionalisme aparatur
guna mewujudkan peningkatan kinerja birokasi berbasis kompetensi.

4.3. Strategi

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan Kota


Probolinggo dilaksanakan melalui strategi untuk menjadikan Kota yang mampu
memanfatkan seoptimal mungkin sumberdaya yang dimiliki dalam rangka
mewujudkan masyarakat Kota Probolinggo yang sejahtera seutuhnya, mandiri
dalam segala bidang kehidupan serta memiliki keunggulan daya saing
(comparative advantage). Hal ini mengingat bahwa Kota Probolinggo memiliki
wilayah yang relatif tidak terlalu luas. Namun demikian pada kenyataannya Kota
Probolinggo mempunyai potensi yang luar biasa.

Salah satu potensi yang cukup memberikan arti bagi keberadaan Kota
Probolinggo adalah ciri kota Bayuangga. Dimana pengembangan potensi angin
sebagai salah satu sumber energi dan mangga serta anggur sebagai potensi
produk unggulan yang bisa diangkat secara nasional bahkan internasional.
Potensi tersebut cukup mampu menjadikan Kota Probolinggo sebagai kota yang
mandiri jika kita semua mampu mengolah, mengelola dan membudidayakannya
secara optimal.

Untuk itu diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam


pelaksanaan pembangunan, termasuk didalamnya adalah keterlibatan
perempuan dan berbagai stakeholder lainnya. Tidak bisa dilupakan juga adalah
peran serta sektor swasta, baik melalui investasi maupun melalui peran-peran
dalam bentuk lain. Dengan begitu pembangunan dapat dipacu secara lebih
I V |7

optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih mandiri dan


berdaya saing.

Pada sisi lain hubungan kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah harus terjalin lebih erat dan lebih baik. Hal ini
agar memungkinkan terjadinya harmonisasi perumusan kebijakan pembangunan
daerah, yang ditunjang oleh tumbuh dan berkembangnya jalinan kerjasama
antara Pemerintah Daerah, Sektor Swasta dan Masyarakat

Namun demikian arah proses pembangunan harus tetap terjaga


kesinambungannya. Hal ini kita lakukan agar visi Kota Probolinggo dapat
tercapai sesuai dengan rencana. Dalam sistem yang baru, tahapan
perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yakni (1) penyusunan
rencana; penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4)
evaluasi pelaksanaan rencana. Untuk itulah perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan harus disertai dengan monitoring dan evaluasi. Keempatnya
saling melengkapi dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan
kepada yang lainnya. Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada
artinya jika tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan
berjalan lancar jika tidak didasarkan kepada perencanaan yang baik.
V |1

BAB V

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


KOTA PROBOLINGGO

5.1 Tujuan dan Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Berdasarkan misi pembangunan daerah jangka panjang yang telah


ditetapkan, maka dapat dirumuskan tujuan dan sasaran pokok serta indikator
target pencapaian pada akhir tahun 2025 mendatang. Tujuan pokok dijabarkan
sesuai dengan misi yang telah ditetapkan, dan sasaran pokok merupakan
langkah yang hendak dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai
tolak ukur pencapaian sasaran, disusunlah indikator pencapaian kinerja
pembangunan jangka panjang. Secara rinci rumusan tujuan dan sasaran
tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Tabel 5.1
Misi, Tujuan dan Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang
Kota Probolinggo Tahun 2005-2025
Misi Pembangunan Tujuan Pembangunan Sasaran Pokok
Jangka Panjang Jangka Panjang Pembangunan Jangka
Panjang
1. Membangun citra kota 1.1 Memantapkan citra Meningkatnya kegiatan
Indaditasi (Industri, kota industri, industri, perdagangan
Perdagangan, perdagangan, dan transportasi
Pendidikan dan pendidikan dan Meningkatnya kualitas
Transportasi), dan transportasi pembangunan
membudayakan motto pendidikan
Kota Bestari (Bersih, Meningkatkan daya
Sehat, Tertib, Aman, saing serta kemandirian
Rapi dan Indah sumberdaya manusia
1.2 Mewujudkan kota Terwujudnya kota yang
yang bersih, sehat, bersih, sehat, tertib,
tertib, aman dan indah aman dan indah
2. Mewujudkan 2.1 Meningkatkan upaya Terciptanya pengamalan
peningkatan penghayatan dan nilai-nilai agama dalam
penghayatan dan peng amalan nilai-nilai kehidupan
pengamalan nilai-nilai agama dalam bermasyarakat
agama dan harmo- kehidupan Meningkatnya
nisasi antar kelompok bermasyarakat masyarakat yang
masyarakat beriman, bertaqwa dan
berbudi luhur
V |2

2.2 Memantapkan Terwujudnya hubungan


harmoninasi yang harmoni dalam
hubungan antar kehidupan antar
kelompok yang ada kelompok masyarakat
dalam masyarakat
3. Mewujudkan 3.1 Meningkatkan derajat Meningkatnya pola hidup
peningkatan kesehatan sehat masyarakat
aksesibilitas serta masyarakat Meningkatnya kualitas
kualitas kesehatan kesehatan lingkungan
3.2 Meningkatkan Terwujudnya
pelayanan kesehatan peningkatan kualitas
masyarakat yang ber- serta fungsi pelayanan
mutu dan terjangkau kesehatan bagi
masyarakat, terutama
penduduk miskin, melalui
puskesmas dan rumah
sakit.
Terjaminnya ketersedia
an, pemerataan, mutu,
keterjangkauan obat dan
perbekalan kesehatan
4. Mewujudkan Meningkatkan upaya dan Terwujudnya
penanggulangan efektifitas keberdayaan masyarakat
kemiskinan, penanggulangan miskin dalam mengakses
perbaikan iklim kemiskinan sumber daya produktif
ketenagakerjaan, dan dan pelayanan dasar
memacu kewira- Mewujudkan perluasan Terciptanya perluasan
usahaan dan penciptaan lapangan lapangan kerja disektor
kerja informal maupun formal
Meningkatnya kualitas
dan produktivitas tenaga
kerja
Mewujudkan iklim Terwujudnya iklim
kewirasaan yang sehat investasi yang kondusif
guna menunjang Berkembangnya kegiatan
pertumbuhan perekonomi kewirausahaan, koperasi
an kota dan terwujudnya
keunggulan kompetitif
UMKM (Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah)
5. Mewujudkan Meningkatkan Terwujudnya
peningkatan pertumbuhan ekonomi peningkatan
pertumbuhan pertumbuhan ekonomi
ekonomi yang daerah
berkualitas dan Meningkatkan dan Terwujudnya
percepatan mempercepat perbaikan pemenuhan dan
pembangunan infra dan perluasan kapasitas pemerataan penyediaan
struktur infrastruktur kota infrastruktur kota
V |3

Meningkatkan ketahanan Terwujudnya


pangan yang berkualitas pemenuhan ketahanan
dan berkelanjutan pangan yang berkualitas
dengan
mempertahankan dan
memanfaatkan lahan
serta mengolah potensi
lokal
6. Mewujudkan optimali- Menciptakan Meningkatnya kualitas
sasi pengelolaan keseimbangan antara lingkungan hidup dan
sumber daya alam pengelolaan dan menurunnya tingkat
dan fungsi lingkungan pemanfaatan sumber kerusakan dan/atau
hidup daya alam dan pencemaran lingkungan
pemeliharaan kualitas hidup, baik di darat, air,
dan fungsi lingkungan maupun udara, sehingga
hidup. masyarakat memperoleh
kualitas lingkungan hidup
yang bersih dan sehat.
7. Mewujudkan Peningkatan upaya Terwujudnya rasa aman,
ketenteraman dan pemeliharaan tentram, tertib dan
ketertiban, supremasi ketentraman dan damai di masyarakat.
hukum dan hak azasi ketertiban masyarakat
manusia serta pencegahan tindak
kriminal.
8. Mewujudkan revitali- Memantapkan Terwujudnya pelayanan
sasi proses pelaksanaan otonomi publik yang sesuai
desentralisasi dan daerah dengan standar
otonomi daerah pelayanan publik yang
melalui reformasi prima
birokrasi dan Memantapkan Terwujudnya birokrasi
peningkatan pelaksanaan reformasi yang efisien, kreatif,
pelayanan publik birokrasi inovatif, dan
bertanggungjawab serta
profesional untuk
menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, sasaran pokok disusun pada tiap butir misi
pembanguan jangka panjang daerah. Tahap berikutnya adalah perumusan
indikator kinerja yang menjelaskan target pencapaian sasaran pokok dimaksud
selama 20 (dua puluh) tahun. Perumusan indikator kinerja RPJPD Kota
Probolinggo Tahun 2005 – 2025 dapat dijelaskan pada tabel berikut :
V |4

Tabel 5.2

- Perumusan Sasaran Pokok dan Indikator Kinerja Pembanguan Jangka


Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005 – 2025

Misi Pembangunan Sasaran Pokok Indikator Pencapaian


Jangka Panjang Pembangunan
1. Membangun citra kota Meningkatnya kegiatan  Meningkatnya
Indaditasi (Industri, industri, perdagangan produktivitas dan daya
Perdagangan, dan transportasi saing produk industri
Pendidikan dan kecil dan menengah
Transportasi), dan  Berkembangannya
membudayakan motto ekspor yang dilihat dari
Kota Bestari (Bersih, segi volume dan nilai
Sehat, Tertib, Aman, ekspor produk-produk
Rapi dan Indah unggulan daerah
 Terpenuhinya fasilitas
jasa pelayanan
transportasi yang
memenuhi kebutuhan
Meningkatnya kualitas  Meningkatnya kesadaran
pembangunan masyarakat akan arti
pendidikan pentingnya pendidikan
 Terpenuhinya keter-
sediaan sarana dan
prasarana pendidikan
 Meningkatnya jumlah
rata-rata lamanya
penduduk bersekolah
 Meningkatnya mutu
kelulusan siswa
Terwujudnya kota yang  Tereciptanya kota yang
bersih, sehat, tertib, terbebas dari masalah
aman dan indah sampah
 Terwujudnya lingkungan
permukiman kota yang
sehat dan indah
 Terpeliharanya
ketenteraman dan
ketertiban kota
2. Mewujudkan Terciptanya pengamalan  Meningkatnya kualitas
peningkatan nilai-nilai agama dalam pemahaman,
penghayatan dan kehidupan penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai bermasyarakat pengamalan ajaran
agama dan harmo- agama dalam kehidupan
nisasi antar kelompok bermasya- rakat
V |5

masyarakat  Meningkatnya
masyarakat yang
beriman dan bertakwa
serta berbudi luhur
Terwujudnya hubungan  Terjalinnya kesetia-
yang harmoni dalam kawanan sosial
kehidupan antar masyarakat
kelompok masyarakat  Meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk
memelihara dan
mematuhi norma budaya
dan kearifan lokal
3. Mewujudkan Meningkatnya pola hidup  Meningkatnya kesadaran
peningkatan sehat masyarakat masyarakat untuk hidup
aksesibilitas serta sehat
kualitas kesehatan  Meningkatnya jumlah
keluarga yang
melaksanakan PHBS
Meningkatnya kualitas  Meningkatnya kualitas
kesehatan lingkungan sanitasi lingkungan
masyarakat
 Optimalnya upaya
pencegahan dan
penanggulangan
penyakit menular dan
wabah
 Meningkatkan kesadaran
masyaa
Terwujudnya  Terpenuhinya cakupan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di
serta fungsi pelayanan Rumah Sakit, Puskesmas
kesehatan bagi dan jaringannya
masyarakat, terutama  Meningkatnya kualitas
penduduk miskin, pelayanan kesehatan
melalui puskesmas dan untuk masyarakat miskin
rumah sakit.  Terlayaninya pelayanan
kesehatan bagi
masyarakat miskin di
Rumah Sakit
Terjaminnya ketersedia  Terpenuhinya standar
an, pemerataan, mutu, mutu, ketersediaan dan
keterjangkauan obat dan pemerataan obat di
perbekalan kesehatan Rumah Sakit, Puskesmas
dan jaringannya
 Terpenuhinya peralatan
Medis Rumah Sakit
Peningkatan Pelayanan  Peningkatan Jenis dan
di Rumah Sakit Mutu Pelayanan Rumah
Sakit
V |6

4. Mewujudkan Terwujudnya  Tersedianya sumber


penanggulangan keberdayaan daya produktif yang
kemiskinan, perbaikan masyarakat miskin dapat diakses
iklim ketenagakerjaan, dalam mengakses mesyarakat miskin
dan memacu kewira- sumber daya produktif  Terpenuhinya kebutuhan
usahaan dan pelayanan dasar pelayanan dasar bagi
masyarakat miskin
 Menurunnya angka
kemiskinan dan
pengangguran
Terciptanya perluasan  Terwujudnya perluasan
lapangan kerja disektor kesempatan kerja
informal maupun formal diberbagai bidang usaha
bagi pencari kerja
Meningkatnya kualitas  Terpenuhinya jumlah
dan produktivitas tenaga tenaga kerja yang
kerja memenuhi ketentuan
standar kompetensi kerja
 Terpenuhinya jumlah
tenaga kerja yang
mendapatkan sertifikasi
kompetensi kerja
Terwujudnya iklim  Meningkatnya jumlah dan
investasi yang kondusif nilai investasi
pembangunan daerah
 Meningkatnya daya tarik
investasi dalam bentuk
jumlah pelaku investasi
pembangunan di daerah
5. Mewujudkan Berkembangnya kegiatan  Terwujudnya iklim usaha
peningkatan kewirausahaan, koperasi yang kondusif bagi UKM
pertumbuhan ekonomi dan terwujudnya  Meningkatnya
yang berkualitas dan keunggulan kompetitif persentase jumlah
percepatan UMKM investasi UKM
pembangunan infra  Meningkatnya jumlah
struktur koperasi mandiri
 Meningkatnya
produktivitas dan daya
saing UKM
 Berkembangnya sistem
pendukung usaha bagi
UKM
Terwujudnya  Terpenuhinya tingkat
pemenuhan dan ketersediaan fasilitas
pemerataan penyediaan pelayanan infrastruktur
infrastruktur kota kota
V |7

6. Mewujudkan optimali- Meningkatnya kualitas  Menurunnya tingkat


sasi pengelolaan lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan
sumber daya alam menurunnya tingkat hidup perkotaan
dan fungsi lingkungan kerusakan dan/atau  Meningkatnya efektivitas
hidup pencemaran lingkungan upaya perlindungan dan
hidup, baik di darat, air, konservasi sumber daya
maupun udara, sehingga alam
masyarakat memperoleh  Terpenuhinya standar
kualitas lingkungan kinerja pengelolaan
hidup yang bersih dan persampahan kota
sehat  Terpenuhinya standar
kinerja pengelolaan dan
rehabilitasi ekosistem
pesisir dan laut
7. Mewujudkan Terwujudnya rasa aman,  Menurunnya tingkat
ketenteraman dan tentram, tertib dan gangguan terhadap
ketertiban, supremasi damai di masyarakat. keamanan dan
hukum dan hak azasi kenyamanan lingkungan
manusia  Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam
pemeliharaan keamanan,
ketenteraman dan
ketertiban masyarakat
 Terwujudnya kerukunan
dan partisipasi
masyarakat dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara
 Terwujudnya supremasi
hukum dan
penghormatan terhadap
hak asasi manusia
8. Mewujudkan revitali- Terwujudnya pelayanan  Meningkatnya keperca-
sasi proses publik yang sesuai yaan publik terhadap
desentralisasi dan dengan standar kinerja pelayanan publik
otonomi daerah pelayanan publik yang pemerintah daerah
melalui reformasi prima  Terpenuhinya keinginan
birokrasi dan dan harapan masyara-
peningkatan kat untuk mendapatkan
pelayanan publik pelayanan prima dari
pemerintah daerah
Terwujudnya birokrasi  Meningkatnya indeks
yang efisien, kreatif, efektivitas pemerintahan
inovatif, dan (IEP)
bertanggung jawab serta  Meningkatnya indeks
profesional untuk persepsi korupsi (IPK)
menciptakan tata kelola  Meningkatnya indeks
V |8

pemerintahan yang baik pelayanan publik


 Tercapainya opini Wajar
Tanpa Pengecualian
(WTP) secara mantap

5.2 Tahapan dan Prioritas Pembangunan

Tahapan pembangunan jangka panjang merupakan penjabaran dari misi


dan sasaran pembangunan. Tahapann ini menunjukkan langkah-langkah per lima
tahunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Probolinggo. Tahapan
dan prioritas yang ditetapkan merupakan cerminan dari tingkat urgensi
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pengaturan waktu dan penyediaan
dana. Penekanan prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, namun tetap
berkesinambungan dari satu periode ke periode berikutnya dalam rangka
mencapai sasaran pokok dan perwujudan misi pembangunan jangka panjang
daerah. Dengan periodesasi lima tahunan maka dalam jangka waktu sampai
dengan tahun 2025 mendatang terdapat 4 (empat) tahapan pembangunan yang
harus disusun oleh Pemerintah Kota Probolinggo.

Uraian secara rinci mengenai pentahapan periodesasi kebijakan


pembangunan daerah Kota Probolinggo sampai dengan tahun 2025 dapat
disampaikan melalui tabel berikut
Tabel 5.3
Tahapan Kebijakan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kota Probolinggo Tahun 2005 – 2025

No Sasaran Pokok Kondisi Awal Tahapan Kebijakan Prioritas Pembangunan


Kinerja
Pembangunan 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
1 2 3 4 5 6 7
1 1.1 Meningkatnya kegiatan 1. Belum optimalnya 1. Meningkatkan 1. Menciptakan kondisi 1. Memantapkan 1. Mengembang kan
industri, perdagangan dan produktivitas dan produktivitas dan daya yang mendukung kelembagaan kerjasama dan
transportasi daya saing produk saing produk industri percepatan pendukung jejaring guna
industri kecil dan kecil dan menengah peningkatan peningkatan perkuatan daya
menengah produktivitas dan produktivitas dan saing produk industri
2. Meningkatkan kualitas
daya saing industri daya saing produk kecil dan menengah
2. Belum optimalnya produk-produk
kecil dan menengah industri kecil dan
perkembangan unggulan daerah guna 2. Akselerasi
menengah
ekspor baik dari merealisasikan 2. Meningkatkan pengembang an
segi volume terwujudnya peluang volume dan nilai 2. Mempertahan-kan ekspor produk-
maupun nilai ekspor ekspor ekspor produk- dan mengembang- produk unggulan
produk-produk produk unggulan kan capaian ekspor daerah guna
3. Meningkatkan akses
unggulan daerah daerah produk-produk meningkatkan daya
jasa pelayanan
unggul an daerah saing dan
3. Terbatasnya trensportasi guna 3. Mengembang- kan
baik dari segi nilai keunggulan daerah
fasilitas jasa mendukung akses jasa pelayanan
maupun volume
pelayanan terwujudnya citra kota trensportasi guna 3. Mewujudkan
ekspor
transportasi yang Indaditasi mendukung profesionalisme
mendukung terwujudnya citra 3. Memantapkan akses penyediaan fasilitas
terwujud- nya citra kota Indaditasi jasa pelayanan jasapelayanan
kota Indaditasi trensportasi guna ransportasi yang
mendukung mendukung
terwujudnya citra terwujudnya citra
kota Indaditasi kota Indaditas

1.2 Meningkatnya kualitas 1. Masih perlu diting- 1. Peningkatan kesa-daran 1. Melanjutkan dan 1. Melanjutkan, 1. Memantapkan akses
pembangunan pendidikan katkannya kesadar-an masyarakat akan arti memantapkan memantapkan dan masyarakat terhadap
masyarakat akan arti pentingnya pendidikan kebijakan mengembang kan pelayanan
pentingnya pendidikan anak sejak usia dini pembangunan kebijakan pendidikan yang

5.3 | 1
2. Peningkatan angka pendidikan tahap pembangunan tahap berkualitas di semua
2. Belum terpe nuhinya
partisipasi sekolah tingkat sebelumnya dalam sebelumnya dalam jenjang pendidikan
ketersediaan sarana
pendidikan dasar dan rangka meningkatkan rangka akselerasi
dan prasarana pendi
penurunan angka putus indeks pembangunan peningkatan indeks
dikan sesuai standar
sekolah tingkat manusia bidang pembangunan
3. Mesih rendahnya pendidikan dasar pendidikan manusia bidang
jumlah rata-rata pendidikan
3. Pemenuhan keter 2. Peningkatan angka
lamanya penduduk
sediaan sarana dan partisipasi sekolah 2. Mengembang kan
bersekolah sesuai
prasarana pendi dikan tingkat pendidikan kebijakan
standar Indeks
dasar menengah pembangunan
Pembangunan
pendidikan berbasis
Manusia 4. Peningkatan upaya untuk 3. Meningkatkan peran
peran serta
memenuhi standar mutu aktif masyarakat
4. Perlu ditingkatkan nya masyarakat dan
kelulusan siswa dalam pembangunan
mutu kelulusan siswa swasta
pendidikan
guna meme nuhi
standar mutu
kelulusan siswa
1. Memantapkan upaya
1.3 Terwujudnya kota yang 1. Belum optimalnya 1. Optimalisasi upaya 1. Pemantapan 1. Pelembagaan
pelem bagaan
bersih, sehat, tertib, aman upaya untuk penanganan sampah manajemen peranserta para
peranserta para
dan indah mewujudkan kota kota pengelolaan sampah pemangku
pemangku
yang benar-benar kota kepentingan dalam
2. Peningkatan kepentingan dalam
terbebas dari penanganan dan
peranserta masyarakat 2. Peningkatan dan penanganan dan
masalah sampah pengelolaan
dalam penanganan pemantapan peran pengelolaan per
persampahan dan
2. Belum optimalnya dan pengelolaan serta masyarakat sampahan dan
berbagai upaya
upaya untuk sampah kota dalam penanganan berbagai upaya
dalam mewujud kan
mewujudkan kondisi dan pengelolaan dalam mewujud kan
3. Peningkatan upaya kota Bestari
lingkungan permuki sampah kota kota Bestari
untuk mewujudkan
man kota yang tertib,
kondisi lingkungan 3.Peningkatan peran
sehat dan indah
permukiman kota yang serta lintas sektor
tertib, sehat dan indah untuk mewujudkan
kondisi lingkung an
permukiman kota
yang tertib, sehat dan
indah

2 2.1 Terciptanya pengamalan 1. Perlunya upaya 1. Meningkatkan kese 1. Melanjutkan upaya 1. Memantapkan upaya 1. Memantapkan upaya
nilai-nilai agama dalam secara terus jahteraan rakyat meningkatkan peningkatan peningkatan
kehidupan bermasyarakat menerus untuk melalui peningkatan kesejahteraan rak yat kesejahteraan rakyat kesejahteraan rakyat

5.3 | 2
meningkatnya kualitas pelayanan dan melalui pening katan melalui peningkatan melalui peningkatan
kualitas pemahaman, pemahaman agama kualitas pelayanan kualitas pelayan an kualitas pelayanan
penghayat an dan serta kehidupan dan pemahaman dan pema haman dan pemahaman
pengamalan ajaran beragama agama serta agama serta agama serta
agama dalam kehidupan beragama kehidupan beragama kehidupan beragama
kehidupan bermasya- 2. Peningkatan kerukunan
rakat hidup umat beragama, 2. Memantapkan 2. Memantapkan 2. Memantapkan
yang mendukung kerukunan hidup kerukunan hidup kerukunan hidup
peningkatan saling umat beragama, umat beragama, yang umat beragama, yang
percaya dan yang mendukung mendukung mendukung
harmonisasi antar pening katan saling peningkatan saling peningkatan saling
kelompok masyarakat percaya dan percaya dan percaya dan
harmonisasi antar harmonisasi antar harmonisasi antar
kelompok masyarakat kelompok masy. kelompok masy.

2.2 Terwujudnya hubungan 1. Belum optimalnya 1. Menumbuhkan 1. Memelihara rasa 1. Terus memeli hara 1. Memantapkan
yang harmoni dalam jalinan kesetia- kepedulian rasa kesetiakawanan rasa kesetia kawan terpeliharanya rasa
kehidupan antar kelompok kawanan sosial kesetiakawanan sosial sosial untuk an sosial untuk kesetia kawanan
masyarakat masyarakat dan pem berdayaan meningkatkan derajat meningkatkan derajat sosial untuk mening
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial kesejah teraan sosial katkan derajat
2. Pelunya upaya
peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat masyarakat kesejahteraan sosial
kesadaran masyarakat masyarakat
masyarakat untuk 1. Membangun 1. Melanjutkan 1. Melanjutkan dan 1. Melanjutkan dan
memelihara dan masyarakat yang kebijakan tahap memantapkan memantapkan
mematuhi norma memiliki kesadaran sebelumnya dalam pelaksanaan pelaksanaan
budaya dan kearifan
mengenai realitas rangka lebih kebijakan tahap kebijakan tahap
multikultural dan memperkokoh sebelumnya guna sebelumnya guna
memahami makna hubungan yang lebih memperkokoh lebih memperkokoh
kemajemukan sosial harmoni dalam hubungan yang hubungan yang
kehidupan harmoni dalam harmoni dalam
2. Membangun suasana bermasyarakat, kehidupan kehidupan
kehidupan masyarakat berbangsa dan bermasyarakat, bermasyarakat,
yang penuh toleransi, bernegara berbangsa dan berbangsa dan
tenggang rasa, dan bernegara bernegara
harmonis. melalui
pembinaan kerukunan
hidup umat beragama.

5.3 | 3
3 3.1 Meningkatnya pola hidup 1. Perlunya upaya terus 1. Meningkatkan 1. Melanjutkan 1. Melanjutkan 1. Melanjutkan
sehat masyarakat meningkatkan kesadaran masyarakat kebijakan tahap kebijakan tahap kebijakan tahap
kesadaran untuk berperilaku sebelumnya dengan sebelumnya dengan sebelumnya dengan
masyarakat untuk hidup sehat dengan fokus peningkatan fokus peningkatan , fokus peningkata,
hidup sehat mengatasi berba gai dan pengembangan pengembangan dan pengembangan dan
keterbatasan upaya-upaya pemantapan upaya- pemantapan upaya-
2. Belum optimalnya
masyarakat dalam hal berbasis upaya berbasis upaya berbasis
jumlah keluarga yang
aksesibilitas terha dap pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan
melaksanakan pola
faktor-faktor yang masyarakat untuk masyarakat untuk masyarakat untuk
hidup bersih dan
mempenga rahui pola hidup bersih dan hidup bersih dan hidup bersih dan
sehat
hidup bersih dan sehat sehat sehat sehat
2. Meningkatkan upaya-
upaya promosi
kesehatan dan upaya
kesehatan berbasis
masyarakat

3.2 Meningkatnya kualitas 1. Belum optimalnya 1. Pengembangan 1. Pengembangan 1. Melanjutkan 1. Memantapkan


kesehatan lingkungan kualitas sanitasi lingkungan sehat guna lingkungan sehat kebijakan pelaksanaan
lingkungan mewujud kan berbasis pengembangan kebijakan
masyarakat peningkatan kualitas pemberdayaan lingkungan sehat pengembangan
sanitasi lingkungan masyarakat guna berbasis lingkungan sehat
2. Belum optimalnya
masyarakat mewujud kan pemberdayaan berbasis
upaya pencegahan
peningkatan kualitas masyarakat guna pemberdayaan
dan penanggulangan 2. Sinkronisasi program
sanitasi lingkungan mewujud kan masyarakat guna
penyakit menular dan peningkatan kualitas
masyarakat peningkat an kualitas mewujud kan
wabah sanitasi lingkungan
sanitasi lingkungan peningkatan kualitas
masyarakat 2. Melanjutkan upaya
masyarakat sanitasi lingkungan
berkesinambungan
3. Penurunan angka masyarakat
dalam rangka 2. Memantapkan upaya
kesakitan, kematian
penurunan angka penurunan angka 2. Pelembagaan upaya
dan kecacatan yang
kesakitan, kematian kesakitan, kematian pemantapan
disebabkan oleh
dan kecacatan yang dan kecacatan yang penurunan angka
penyakit menular dan
disebabkan oleh disebab kan oleh kesakitan, kematian
tidak menular serta
penyakit menular dan penyakit menular dan dan kecacatan yang
angka penyakit
tidak menular serta tidak menular serta disebabkan oleh
potensial wabah
angka penyakit angka penyakit penyakit menular dan
potensial wabah potensial wabah tidak menular serta
angka penyakit
potensial wabah

5.3 | 4
3.3 Terwujudnya peningkatan 1. Belum sepenuhnya 1. Peningkatan cakupan 1. Peningkatan 1. Peningkatan dan 1. Melanjutkan upaya
kualitas serta fungsi terpenuhi standar pelayanan kesehatan aksesibilitas perluasan peningkatan dan
pelayanan kesehatan bagi cakupan pelayanan di Rumah Sakit, masyarakat aksesibilitas perluasan
masyarakat, terutama kesehatan di Rumah Puskesmas dan khususnya masyarakat aksesibilitas
penduduk miskin, melalui Sakit, Puskesmas jaringannya masyarakat miskin khususnya masyarakat
puskesmas dan rumah sakit. dan jaringannya terhadap pelayanan masyarakat miskin khususnya
2. Peningkatan kualitas terhadap pelayanan masyarakat miskin
kesehatan yang
2. Belum optimalnya pelayanan kesehatan
berkualitas dan kesehatan yang terhadap pelayanan
upaya peningkatan untuk masyarakat
terjangkau di Rumah berkualitas dan kesehatan yang
kualitas pelayanan miskin di Rumah Sakit
Sakit dan Puskesmas terjangkau di Rumah berkualitas dan
kesehatan untuk dan Puskesmas
dan jaringannya Sakit dan Puskes terjangkau di Rumah
masyarakat miskin
3. Peningkatan sarana mas dan jaringannya. Sakit dan
3. Belum optimalnya 2. Peningkatan kualitas Puskesmas dan
dan prasarana 2. Peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan jaringannya
pelayana kesehatan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat untuk masyarakat
bagi masyarakat untuk masyarakat 2. Peningkatan
miskin miskin di Rumah
miskin miskin di Rumah kualitas pelayanan
Sakit dan Puskesmas
Sakit dan Puskesmas kesehatan untuk
3. Peningkatan sarana masyarakat miskin
dan prasarana 3. Peningkatan sarana
di Rumah Sakit dan
pelayana kesehatan dan prasarana
Puskesmas
bagi masyarakat pelayana kesehatan
miskin bagi masyarakat 3. Peningkatan sarana
miskin dan prasarana
pelayana kesehatan
bagi masyarakat
miskin

3.4 Terjaminnya 1. Belum optimalnya u- 1. Optimalisasi upaya 1. Melanjutkan 1. Melanjutkan 1. Melanjutkan


ketersediaan, pemerataan, paya pemenuhan pemenuhan terhadap kebijakan optmalisasi kebijakan optmalisasi kebijakan optmalisasi
mutu, keterjangkauan obat terhadap standar standar mutu, upaya pemenuhan upaya peme nuhan upaya pemenuhan
dan perbekalan kesehatan mutu, ketersediaan ketersediaan dan terhadap standar mengi kuti perkem mengi kuti
dan pemerataan pemerataan obat di mutu, ketersediaan bangan standar perkembangan
obat di Rumah Rumah Sakit, dan pemerataan obat mutu, keterse diaan standar mutu,
Sakit, Puskesmas Puskesmas dan di Rumah Sakit, dan pemera taan keterse diaan dan
dan jaringannya jaringannya Puskesmas dan obat di Rumah Sakit, pemerataan obat di
jaringannya. Puskes mas dan Rumah Sakit,
2. Belum terpenuhinya 2. Pemenuhan standart jaringannya Puskesmas dan
peralatan medis di peralatan medis di 2. Pemenuhan standart
jaringannya
Rumah Sakit peralatan medis di 2. Pemenuhan standart

5.3 | 5
3. Belum sesuai luasan Rumah Sakit Rumah Sakit peralatan medis di
2. Pemenuhan standart
standart luas tempat Rumah Sakit
pelayanan Rumah 3. Rencana Perluasan 3. Pemenuhan Luasan peralatan medis di
luasan Rumah Sakit Tanah, 3. Pemenuhan Luasan Rumah Sakit
Sakit Kelas B
sesuai Standart pembangunan/Relok Tanah,
3. Pemenuhan Luasan
Rumah Sakit Kelas B asi sesuai standart pembangunan/Relok
Tanah,
Rumah Sakit Kelas B asi sesuai standart
pembangunan/Relok
Rumah Sakit Kelas B
asi sesuai standart
Rumah Sakit Kelas B
4 4.1 Terwujudnya 1. Belum sepenuhnya 1. Peningkatan derajat 1. Pemberdayaan 1. Meningkatkan jumlah 1. Menjamin
keberdayaan masyarakat tersedia sumber ketahanan dan masyarakat miskin dan memantapkan aksesibilitas
miskin dalam mengakses daya produktif yang keberdayaan keluarga untuk mampu meng lembaga ekonomi masyarakat miskin
sumber daya produktif dan dapat dan mudah khusus nya keluarga akses lembaga produktif yang terhadap sumber
pelayanan dasar diakses mesyarakat, miskin di bidang ekonomi produk tif profesional daya produktif
utamanya ekonomi keluarga secara maksimal
2. Mempermudah 2. Meningkatkan
masyarakat miskin
2. Peningkatan akses pembentukan kualitas pelayanan 2. Menjamin
2. Belum optimalnya keberdayaan dan lembaga ekonomi dasar yang dapat aksesibilitas
upaya pemenuhan pengembangan produktif diakses dengan masyarakat miskin
kebutuhan pelayanan lembaga ekonomi mudah oleh untuk mendapatkan
3. Memperluas akses
dasar bagi masyarakat masyarakat miskin pelayanan dasar
masyarakat miskin
masyarakat miskin yang berkualitas
3. Optimalisasi upaya untuk mendapatkan
pemenuhan pemenuhan
kebutuhan pelayanan kebutuhan
dasar bagi pelayanan dasar
masyarakat miskin

4.2 Meningkatnya kualitas 1. Belum dapat terpe- 1. Meningkatkan kualitas 1. Meningkatkan 1. Terus memenuhi 1. Melanjutkan peme
dan produktivitas tenaga nuhinya jumlah te- dan produktivitas kualitas dan tuntutan peningkatan nuhan tuntutan
kerja naga kerja yang tenaga kerja. produktivitas tenaga kualitas dan peningkatan kualitas
memenuhi keten-tuan kerja sesuai tuntan produktivitas tenaga dan produktivitas
standar kompetensi standar kerja kerja tenaga kerja
kerja

5.3 | 6
1. Meningkatkan usaha-
2. Belum dapat 2. Mendorong sektor 2. Memantapkan peran 2. Melanjutkan ke bijakan
usaha pe-latihan untuk
terpenuhinya jumlah swasta untuk aktif sebagai regulator memantapkan peran
mem-bangun kewira-
tenaga kerja yang meningkatkan untuk mendorong pemerintah daerah sbg
usahaan masy
mendapatkan kualitas dan sektor swasta untuk regulator untuk
2. Mengadakan
sertifikasi produktivitas tenaga aktif meningkatkan mendorong sektor
pengawasan norma K3,
kompetensi kerja kerja, mewujudkan kualitas dan swasta untuk aktif
pembinaan hubungan
norma hubungan produktivitas tenaga meningkatkan kualitas
industrial dan syarat kerja
industrial dan kerja, mewujudkan dan produktivitas te-
untuk meningkat kan
meningkakan norma hubungan naga kerja, mewujud-
motivasi kerja dan
kesejahteraan industrial dan kan norma hubungan
kesejahteraan pekerja
tenaga kerja meningkakan industrial dan mening-
kesejahteraan tenaga kaTkan kesejahteraan
kerja tenaga kerja

4.4 Terwujudnya iklim 1. Belum optimalnya 1. Peningkatan iklim usaha 1. Terus memelihara 1. Memelihara iklim 1. Mempertahan kan
investasi yang kondusif jumlah dan nilai yang kondusif bagi iklim usaha yang usaha yang kondusif kondisi iklim usaha
investasi peningkatan daya tarik kondusif guna secara berkesi yang kondusif
pembangunan investasi pembangunan mendorong nambungan agar secara berkesi
daerah di daerah akselerasi investasi tetap terjaga nambungan agar
pembangunan di kebijakan akselerasi tetap terjaga
2. Masih kurangnya 2. Peningkatan kesem daerah investasi kebijakan akselerasi
daya tarik investasi patan berusaha dan pembangunan investasi
dalam bentuk jumlah penciptaan peluang 2. Mengembang kan
daerah dan tetap pembangunan
pelaku investasi terus upaya
usaha baru yang terbukanya peluang daerah dan tetap
pembangunan di membuka peluang
mendorong tumbuh dan berusaha untuk terbukanya peluang
daerah usaha guna
berkembang nya jumlah mendorong
tumbuhnya investasi berusaha untuk
dan nilai investasi tumbuhnya investasi
baru tumbuhnya investasi
pembangunan drh pembangunan
baru
daerah

5 5.1 Berkembangnya kegiatan 1. Belum terwujudnya 1. Pengembangan dan 1. Pengembangan dan 1. Menjaga kondisi 1. Menjaga kondisi
kewirausahaan dan iklim usaha yang penguatan UKM untuk penguatan UKM terus tumbuh terus tumbuh
terwujudnya keunggulan benar-benar kondusif memberikan kontribusi untuk memberikan berkembang nya berkembangnya
kompetitif UKM bagi tumbuh dan terha dap kontribusi terha dap kemandirian UKM kemandirian UKM
berkembangnya UKM pertumbuhan pertumbuhan sehingga sehingga
sehingga ekonomi, pencip taan ekonomi, pencip taan memberikan memberikan
berpengaruh pada lapangan kerja dan lapangan kerja dan kontribusi yang kontribusi yang
belum optimalnya peningkatan daya peningkatan daya semakin besar terha semakin besar
persentase
saing daerah saing daerah dap pertumbuhan terhadap pertum
peningkatan jumlah ekonomi, pencip taan buhan ekonomi,

5.3 | 7
investasi UKM, lapangan kerja dan penciptaan lapangan
2. Penguatan dan 2. Penguatan dan
sereta rendahnya peningkatan daya kerja dan pening
peningkatan kualitas peningkatan kualitas
produktivitas dan saing daerah katan daya saing
kelembagaan, SDM kelembagaan, SDM
daya saing UKM. daerah
dan kemandirian UKM dan kemandirian
2. Belum UKM
berkembangnya
sistem pendukung
usaha bagi UKM
yang berdampak
pada tingkat
berkembangnya UKM

5,2 Terwujudnya pemenuhan 1. Belum mantapnya 1. Membangun 1. Memantapkan 1. Memantapkan 1. Memantapkan


dan pemerataan penyediaan infra struktur kota infrastruktur infrastruktur infrastruktur infrastruktur
infrastruktur kota yang sangat perekonomian kota perekonomian kota perekonomian kota perekonomian kota
diperlukan untuk sebagai bentuk insentif untuk mendorong untuk mendorong untuk mendorong
mendukung kegiatan untuk mendorong percepatan percepatan percepatan
investasi guna percepatan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
medorong pertumbuhan perekonomian kota, perekonomian kota, perekonomian kota,
percepatan perekonomian kota dan mengantisipasi dan meng antisipasi dan mengantisipasi
pertumbuhan berkembangnya berkem bangnya berkembangnya
perekonomian kota
ekonomi agropolitan ekonomi agropolitan ekonomi agropolitan
di kawasan sekitar di kawasan sekitar di kawasan sekitar
kota kota kota

6 6.1 Meningkatnya kualitas 1. Tingkat pencemaran 1. Peningkatan kapasitas 1. Peningkatan 1. Melanjutkan 1. Melanjutkan
lingkungan hidup dan lingkungan hidup dan kualitas kapasitas dan kualitas kebijakan kebijakan
menurunnya tingkat kerusak- perkotaan yang pengendalian pengendalian pengendalian pengendalian
an dan/atau pencemaran belum sepenuhnya pencemaran pencemaran pencemaran pencemaran
lingkungan hidup, baik di dapat dikendalikan lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan berbasis lingkungan berbasis
darat, air, maupun udara, perkotaan serta perkotaan serta pemberdayaan pemberdayaan
2. Belum efektifnya
sehingga masya rakat mengefektifkan upaya mengefektifkan masyarakat disertai masyarakat disertai
upaya perlindungan
memper- oleh kualitas perlindungan dan upaya perlindungan upaya penguatan upaya penguatan
dan konservasi
lingkungan hidup yang bersih sistem penegakkan sistem penegakkan
sumber daya alam konservasi sumber dan konservasi
dan sehat hukum lingkungan hukum lingkungan
daya alam sumber daya alam
3. Belum terpenuhinya
melalui 2. Pemantapan kinerja 2. Pemantapan kinerja
standar kinerja yang 2. Optimalisasi kinerja
pemberdayaan pengelolaan pengelolaan
optimal dalam pengelolaan
masyarakat persampahan kota persampahan kota
pengelolaan persampahan kota dan pengelolaan dan pengelolaan
persampahan kota 2. Optimalisasi kinerja

5.3 | 8
pengelolaan ekosistem pesisir dan ekosistem pesisir dan
4. Belum terpenuhinya 3. Optimalisasi kinerja
persampahan kota laut berbasis laut berbasis
standar kinerja pengelolaan dan
melalui pemberdayaan pemberdayaan
optimal dalam rehabilitasi ekosistem
pemberdayaan masyarakat masyarakat
pengelolaan dan pesisir dan laut
rehabilitasi ekosistem masyarakat
pesisir dan laut 3. Optimalisasi kinerja
pengelolaan dan
rehabilitasi ekosistem
pesisir dan laut
melalui
pemberdayaan
masyarakat

7. 7.1 Terwujudnya rasa aman, 1. Belum optimalnya 1. Penataan kelembagaan 1. Pemantapan 1. Pemantapan 1. Pemantapan
tentram, tertib dan damai di upaya penurunan dan peningkatan kelembagaan dan kelembagaan dan kelembagaan dan
masyarakat. tingkat gangguan profesionalisme Satuan profesio- nalisme profesionalisme profesionalisme
terhadap keamanan Polisi Pamong Praja Satuan Polisi Satuan Polisi Satuan Polisi
dan kenyamanan dan AparatLinmas Pamong Praja dan Pamong Praja dan Pamong Praja dan
lingkungan Aparat Linmas Aparat Linmas Aparat Linmas

2. Belum optimalnya 2. Pengembangan sistem 2. Peningkatan 2. Peningkatan 2. Peningkatan


partisipasi keamanan berbasis kapasitas kapasitas masyarakat kapasitas
masyarakat dalam masyarakat dalam masyarakat dalam dalam menjaga masyarakat dalam
pemeliharaan rangka pengembangan menjaga ketentraman dan menjaga
keamanan, sistem deteksi dini ketentraman dan ketertiban masyarakat ketentraman dan
ketenteraman dan ketentraman ketertiban ketertiban
3. Memantapkan
ketertiban lingkungan masyarakat masyarakat
kerukunan intra dan
masyarakat
3. Memantapkan dasar- 3. Memantapkan antar umat 3. Memantapkan
3. Perlunya dasar kerukunan intra kerukunan intra dan beragama, dilandasi kerukunan intra dan
pemantapan dan antar umat antar umat nilai-nilai luhur antar umat
kerukunan dan beragama, dilandasi beragama, dilandasi agama untuk beragama, dilandasi
partisipasi nilai-nilai luhur agama nilai-nilai luhur mencapai nilai-nilai luhur
masyarakat dalam untuk mencapai agama untuk keharmonisan sosial agama untuk
kehidupan keharmonisan sosial mencapai menuju persatuan mencapai
bermasyara kat, menuju persatuan dan keharmonisan sosial dan kesatuan keharmonisan sosial
berbangsa dan kesatuan bangsa. menuju persatuan bangsa. menuju persatuan
bernegara dan kesatuan dan kesatuan
4. Penegakkan 4. Penegakkan
bangsa. bangsa.
4. Perlunya supremasi hukum, supremasi hukum,
penegakkan pemba- ngunan 4. Penegakkan pemba- ngunan 4. Penegakkan

5.3 | 9
supremasi hukum budaya hukum dan supremasi hukum, budaya hukum dan supremasi hukum,
dan penghormatan pengembangan akses pemba- ngunan pengembangan pemba- ngunan
terhadap hak asasi masya- rakat terhadap budaya hukum dan akses masya- rakat budaya hukum dan
manusia keadilan serta pengembangan terhadap keadilan pengembangan
peningkatan upaya akses masya- rakat serta peningkatan akses masya- rakat
penghor- matan terhadap keadilan upaya penghor- terhadap keadilan
terhadap hak asasi serta peningkatan matan terhadap hak serta peningkatan
manusia upaya penghor- asasi manusia upaya penghor-
matan terhadap hak matan terhadap hak
asasi manusia asasi manusia

8 8.1 Terwujudnya pelayanan 1. Masih perlu terus 1. Membangun 1. Melaksanakan 1. Memantapkan 1. Memantapkan upaya
publik yang sesuai dengan ditumbuhkan kepercayaan reformasi pelayanan reformasi pelayanan pengem bangan tata
standar pelayanan publik kepercayaan publik masyarakat (public publik melalui publik melalui laksana pelayanan
yang prima terhadap kinerja trust) terhadap penataan penataan publik dan
pelayanan publik pemerintah melalui kelembagaan kelembagaan peningkatan
pemerintah daerah praktek terbaik dalam pelayanan, tata pelayanan, tata profesionalisme
pemberian pelayanan laksana pelayanan laksana pelayanan aparat pelaksana
2. Belum optimalnya
publik dan aparat pelaksana dan aparat pelaksana pelayanan publik guna
upaya pemenuhan
pelayanan publik pelayanan publik memenuhi tuntan
keinginan dan
2. Meningkatkan kualitas keinginan dan
harapan masyarakat 2. Meningkatkan 2. Mengembang kan
pelayanan publik guna harapan masy.
untuk mendapatkan partisipasi partisipasi masyarakat
memenuhi keingin an
pelayanan publik masyarakat untuk untuk ikut serta secara 2. Mengembang kan
yang prima dari dan harapan ikut serta secara aktif aktif meningkatkan partisipasi masyarakat
pemerintah daerah masyarakat untuk meningkatkan kualitas pelayanan untuk aktif ikut
mendapatkan kualitas pelayanan publik mening katkan
pelayanan prima publik kualitas pelayanan
publik

8.2 Terwujudnya birokrasi 1. Belum optimalnya 1. Melaksanakan 1. Mengoptimal- kan 1. Memantapkan 1.Memantapkan dan
yang efisien, kreatif, inovatif, usaha untuk reformasi birokrasi, reformasi birokrasi, reformasi birokrasi, mengembang kan
dan bertanggung jawab serta meningkatkan capai an yakni reformasi yakni reformasi yakni reformasi pelaksanaan
profesional untuk indeks efektivitas struktur kelembagaan kelem bagaan peme kelembagaan kebijakan reformasi
menciptakan tata kelola pemerintahan (IEP) pemerintah daerah, rintah daerah, pemerintah birokrasi yang telah
pemerintahan yang baik reformasi tatalaksana reformasi tata daerah,reformasi dilaksanakan pada
2. Belum optimalnya
penyelanggaraan aksana penye tatalaksana periodesasi
upaya peningkatan
otonomi daerah dan lenggaraan otonomi penyelanggaraa sebelumnya
capaian indeks
persepsi korupsi (IPK) reformasi aparatur daerah dan otonomi daerah dan
guna meningkatkan reformasi aparatur reformasi aparatur
3. Belum optimalnya
kompetensi dan guna meningkatkan guna meningkatkan

5.3 | 10
upaya meningkatkan profesionalisme kompetensi dan kompetensi dan
capaian indeks aparatur dalam profesionalisme profesionalisme
pelayanan publik pelaanan publik aparatur dlm aparatur dalam
4. Belum tercapainya pelayanan pblk pelayanan publik
opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
secara mantap

2. Meningkatkan upaya 2.Memantapkan upaya 2.Terus meman tapkan 2.Terus meman tapkan
untuk mewujudkan untuk mewujudkan implementasi implementasi
tata kelola pemerin tata kelola kebijakan mewjudkan kebijakan mewjudkan
tahan yang baik pemerintahan ang tata kelola tata kelola
dengan mengede baik, dengan pemerintahan yang pemerintahan yang
pankan upaya membangun peran baik guna baik guna
membangun aktif domain swasta mewujudkan otonomi mewujudkan otonomi
transparansi , dan masyarakat dan daerah yang mampu daerah yang mampu
tetap mempertahan- meningkatkan meningkatkan
akuntabilitas dan
kan berkem bangnya kesejahteraan rakyat kesejahteraan rakyat
partisipasi masyarakat
prinsip transparansi
dalam kebijakan publik dan akuntabi litas
publik

5.3 | 11

Anda mungkin juga menyukai