Bab Ii Tinjauan Teori
Bab Ii Tinjauan Teori
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Tipe Keluarga
Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan yang
berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan
perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya.
Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perlu mengetahui bebagai tipe keluarga.
1) Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga inti)
Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua
atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik
dari sebab biologis maupun adopsi.
d) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung
jawab dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga
yang menginginkan anak.
g) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
h) Multigeneration Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9
i) Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi,
telepon, dan lain-lain.
l) Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri
dari dua rumah tangga inti, ibu dan ayah dari berbagai macam
kerja sama antara kerduanya serta waktu yang digunakan dalam
setiap rumah tangga.
2) Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga
yang sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non
tradisional yang paling umum saat ini adalah:
a) The Unmaried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
10
c) Commne Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta
sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
f) Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-marrige family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual, yang membesarkan
anaknya.
11
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga /
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
j) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.
d. Struktur Keluarga
Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural
fungsional. Struktus keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun
atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain.
14
e) Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam
keluarga merupakan proses dua arah yang dinamis sehingga
tercipta interaksi fungsional.
- Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih,
gembira.
- Komunikasi terbuka dan jujur
- Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga
- Konflik keluarga dan penyelesaian
16
e. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual)
dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi atau mengubah
perilaku orang lain (anggota keluarganya) . Beberapa macam struktur
kekuatan :
1) Legitimate power/authorty (hak untuk mengontrol) seperti orang
tua terhadap anak
2) Referent power (seseorang yang ditiru)
3) Resource or oxpert power (pendapat, ahli, dan lain)
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima)
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6) Information power (pengaruh yang dilalui melalui persuasu)
7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui menipulasi
dengan cinta kasih, misalnya hubungan sexual).
17
f. Struktur Peran
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen
dalam situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial.
Peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status
atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial tertentu.
g. Struktur Nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap, dan kenyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu. Sistem nilai
dikeluarga dia anggap sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Sebuah nilai keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam
menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai ini
akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan
dan stresor-stresor lain.
h. Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya
interaksi yang terus-menerus antara yang satu dengan yang lainnya.
Struktur didasari oleh organisasi (keanggotaan dan pola hubungan
yang terus menerus).
Fungsi keluaraga menurut Friedman (2003)
1) Fungsi efektif dan koping : keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk
identitas, dan mempertahankan saat terjadi stress.
2) Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme kopig; memberikan
feedback dan memberikan petunjuk dalam penyelesaian masalah.
3) Fungsi reproduksi : keluarga melahirkan anaknya.
19
j. Perkembangan Keluarga
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga
agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tiap individu
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus mereka capai agar
mereka merasa puas selama tahap perkembangan dan agar mereka
mampu beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil. Setiap tahap
perkembangan keluarga pun punya tugas-tugas perkembangan yang
spesifik. Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab
yang harus dicapai oleh keluarga selama setiap tahap perkembangan
sehingga dapat memenuhi:
1) Kebutuhan biologis keluarga
2) Imperatif budaya keluarga
3) Aspirasi serta nilai-nilai keluarga.
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas
disekolah maupun diluar sekolah.
Masalah yang terjadi pada tahap ini:
Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar biasa dari
komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai
25
k. Kesejahteraan Keluarga
Berbagai definisi yang berkaitan dengan keluarga
1) Keluarga sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasakan
perkawinan yang sah, maupun memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa, memiliki hubungan yang sama, selaras, dan seimbang antar
anggota keluarga denga masyarakat dan lingkungan
2) Keluarga berencana
Upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hal reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
3) Keluarga berkualitas
Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, seha, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanjung
jawab, harmonis dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.
4) Ketahanan dan kesejahteraan keluarga
Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga
yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisi materil guna hidup mandiri serta mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan
kesejahteraan kebahagian lahir dan batin.
29
2. Klasifikasi Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi
sel-sel radang di daerah tersebut. Secara umum, gastritis yang merupakan
salah satu jenis penyakit dalam, dapat di bagi menjadi beberapa macam:
a. Gastritis akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan parah pada pernukaan mukosa
lambung dengan kerusakan-kerusakan erosi. Kebiasaan ini paling
sering berkaitan dengan penggunaan obat-obatan inflamasi nonsteroid
(khususnya aspirin ) dosis tinggi dalam jangka waktu, dan kebiasaan
merokok.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis merupakan keadaan terjadinya perubahan inflamatorik
yang kronis pada mukosa lambung sehingga akhirnya terjadi atrofi
mukosa dan metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi latar belakang
munculnya dysplasia dan karsinoma (Robbins, 2009).
3. Etiologi
Ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menderita
gastritis antara lain mengkonsumsi obat-obatan kimiaseperti asetaminofen,
30
4. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, dan zat iritan lain dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting
dalam melindungi autodigesti oleh asam hidrogen klorida (HCl) dan
pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCL ke mukosa,
HCL akan merusak mukosa.
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi
terus menerus. Jaringan yang meradang diisi oleh jaringan fibrin sehingga
lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa
lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
31
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan gastritis adalah sebagai berikut :
(Robbins, 2009).
a. Gastritis akut. Gambaran gastritis akut berkisar dari keadaan
asimtomatik, nyeri abdomen yang ringan hingga nyeri abdomen akut
dengan hematemesis.
b. Gastritis kronis. Gastritis kronis biasanya asimtomatik, kendati gejala
nausea, vomitus atau keluhan tidak nyaman pada abdomen atas dapat
terjadi. Kadang-kadang terjadi anemia pernisiosa. Hasil laboratorium
meliputi hipoklorhidria lambung dan hipergastrinemia serum.Resiko
terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2-4%.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gastritis meliputi gastroskopi,
untuk mengetahui kemungkinan perdarahan (hemoragi) pada lambung,
erosi atau ulser gaster, perforasi lambung. Selain itu pemeriksaan mungkin
meliputi ketidak seimbangan elektrolit, pre-syok atau syok (Priyanto,
2008).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien gastritis (Huda dan Kusuma,
2015).
a. Mengurangi ansietas
1) Laksanakan tindakan darurat untuk kasus ingesti asam atau alkali.
32
2. Fisiologi Nyeri
a. Nesisepsi
Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer yang khusus
bertugas mendektesi kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi
sentuhan, panas, dingan, nyeri, dan tekanan. Reseptor yang bertugas
merambatkan sensasi nyeri disebut nosiseptor. Proses tersebut terdiri
atas empat fase.
33
b. Transdukdi
Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan
(misalya : bahan kimia, suhu, listruk atau mekanis) memicu pelepasan
mediator biokimia (misalnya: prostaglandin, bradikinin, histamin,
substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor.
c. Transmisi
Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama,
nyeri merambat dari serabut saraf ferifer ke medulla spinalis.
d. Persepsi
Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya
persepsi nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga
memunkinkan munculnya berbagai strategi perilaku-kognitif untuk
mengurangi komponen sensorik dan efektif nyeri (Paseo, 2009).
e. Modulasi
Fase ini disebut juga “sistem desenden”. Pada fase ini, neuron dibatang
otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut
desenden tersebut melepaskan subtansi seperti opioid, serotonin, dan
norepinefrin yang akan menghambat implus asenden yang
membahayakan dibagian dorsal medula spinalis.
f. Teori gate control
Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri, namun yang paling
sederhana adalah teori gate control. Dalam teorinya, kedua orang ahli
ini menjelaskan bahwa subtansi gelatinosa (SG) pada medula spinalis
bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau
menghalangi masuknya implus nyeri menuju otak.
3. Jenis Nyeri
Ada 3 klasifikasi nyeri :
a. Nyeri perifer
Nyeri ini ada 3 macam 1. Nyeri superfisial, yakni rasa nyeri muncul
akibat rangsangan pada kulit dan mukosa, 2. Nyeri viseral, yakni rasa
nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga
34
4. Bentuk Nyeri
Bentuk nyeri berbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
a. Nyeri akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awalnya
gejala mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah
diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan
kecemasan yang keduanya meningkat persepsi nyeri.
b. Nyeri kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa
diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak
dapat disembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebih
dalam sehingga penderita sukar untuk menunjukan lokasinya. Dampak
dari nyeri ini antara lain penderita menjadi mudah tersinggung dan
sering mengalami insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang
perhatian, sering merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan
keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu
tertentu. Ada kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (misalnya,
sakit kepala migran).
Skala Ketengaran
0 Tidak nyeri
4) Kesukaan
Kesukaan yang berlebih terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, oleh
karena itu, masyarakat denga kondisi perekonomian yang tinggi
biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
6) Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme bisa bertambah
dengan cepat hal ini sehubungan dengan factor pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat pada usia tersebut. Seelah usia 20 tahun
energy basal relative konstan.
7) Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar
dibandinkan dengan wanita pada laki-laki kebutuhan bmr 1,0
kkal/kg BB/ jam dan pada wanita 0.9 kkal/kg BB/jam.
8) Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan
tubuh, samakin luas permukaan tubuh maka semakin besar
pengeluaran panas sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh
juga menjadi lebih besar.
9) Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia
(kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek
samping obat.
10) Faktor psikologi serta stres dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan
persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat.
Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang
39
c. Data lingkungan
Lingkungan dimana kita berada sangat memengaruhi keluarga dalam
hal kesehatan. Menciptakan lingkungan yang positif akan berdampak
lebih baik bagi setiap anggota keluarga. Dalm hal ini beberapa data
lingkungan yang diperlukan untuk kajian proses keprawatan keluarga
adalah :
1) Karakteristik rumah
Sebuah rumah bisa memengaruhi kesehatan penghuni. Oleh sebab
itu, perawat membutuhkan data karakteristik rumah yang dihuni
sebuah keluarga dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan dan fungsinya, sirkulasi udara dan sianr matahari yang
masuk, pendinginan udara AC atau kipas angin, pencahayaan,
banyaknya jendela, tata letak perabotan, penempatan septictank
beserta kapasitas dan jenisnya, jarak sumber air dari septictank,
konsumsu makanan olahan dan konsumsi air minum keluarga, dan
lain sebagainya.
2) Karakteristik tetangga
Setelah dari dalam rumah, data yang harus dicari selanjutnya
adalah lingkungan di sekitas rumah. Perawat perlu mencari tahu
lingkungan fisik, kebiasaan, kesepakatan atau aturan penduduk
setemapat, dan budaya yang memengaruhi kesehatan.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Selain interaksi dengan tetangga dan lingkunga RT-RW, tentu
setiap individu atau keluarga memiliki pergaulan sendiri, baik di
komunikasi hobi, kantor, sekolah, maupun hanya teman main.
Interaksi ini juga bisa digunakan untuk melacak jejak dariman
penyakit yang didapatkan oleh pasien. Apakah iya mendapatkan
penyakit dari pergaulannya dari luar atau bukan.
4) Mobilitas geografis keluarga
Salah satu dari perkembangan keluarga adalah mobilitas geografis.
Apakah pasien beserta keluarga sering berpindah tempah tinggal ?
paling minimal berpindah dari rumah orang tua menuju rumah
46
d. Struktur keluarga
Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai struktur keluarga.
Dari seluruh struktur itu, perawat harus memiliki datanya. Data yang
dibutuhkan untuk proseskeperawtan proses keperawatan keluarga ini
adalah :
1) Pola komunikasi keluarga
Perawat diharuskan untuk melakukan observasi terhadap seluruh
anggota keluarga dalam berhubungnsatu sama lain. Apakah
komunikasi dalam keluarga berfungsi dengan baik atau sebaiknya.
Komunikasi yang berjalan baik mudah diketahui dari anggota
keluarga yang menjadi pendengar yang baik, pola komunikasi yang
tepat, penyampaian pesan yang jelas, keterlibatan perasaan dalam
berinteraksi.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga diukur dari peran dominan anggota keluarga.
Oleh sebab itu, seseorang perawat membutuhkan data tentang siapa
yang dominan dalam mengambilan keputusan untuk keluarga,
mengelola anggaran, tempat tinggal, tempat kerja, mendidik anak
dan lain sebagainya.
3) Struktur peran keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing. Tidak
ada satu pun anggota keluarga yang terlepas dari perannya, baik
47
e. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga ini juga telah dibahas pada bab sebelunya. Namun dari
setiap fungsi, beberapa hal perlu ditekankan dan harus diketahui oleh
perawat.
1) Fungsi efektif
a) Bagaimana pola kebutuhan keluarga dan responnya?
b) Apakah individu merasakan individu lain dalam keluarga?
c) Apakah pasangan suami istri mampu menggambarkan
kebutuhan personal lain dan anggota yang lain ?
d) Bagaimana sensitivitas antara anggota keluarga ?
e) Bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan
dengan anggota keluarga ?
f) Bagaimana anggota keluarga saling memercayai, memberikan
perhatian dan saling mendukung satu sama lain?
g) Bagaimana hubungan dan interaksi keluarga dengan
lingkungan?
h) Apakah adanya kedekatan khusus anggota keluarga dengan
anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan ?
2) Fungsi sosial
a) Bagaimana keluarga membesarkan anak, termasuk pula kontrol
perilaku, penghargaan, disiplin, kebebasan dan ketergantungan,
hukuman, memberi dan menerima cinta sesuai tingkatan usia ?
siapa yang paling bertanggung jawab ?
b) Kebudayaan yang dianut dalam membesarkan kesehatan ?
48
g. Pemeriksaan kesehatan
Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data
tentang kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan
kesehatan seluruh anggota keluarga. Beberapa bagian yang harus
diperiksa adalah sebagai berikut :
1) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang harus diperiksa adalah suhu badan, nadi,
pernafasan, dan tekanan darah.
2) Antropometri
Pemeriksaan ii meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar perut,
lingkar kepala, dan lingkar lengan. Pada beberapa kasus, berat
badan akan mengalami penurunan.
3) Pernafasan
Pernafasan yang harus diperiksa meliputi pola pernafasan, bentuk
dada saat bernafas, dan apakah ada bunyi yang di luar kebiasaan
orang bernafas.
49
4) Cardiovasculer
Dalam pemeriksaan cardiovasculer ini biasanya tidak ditemukan
adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5) Pencernaan
Pemeriksaan pada pencernaan untuk mengetahui gejala mual dan
muntah, peristaltik usus, mukosa bibir dan mulut, anoreksia, dan
buang air besar.
6) Perkemihan
Perawat mencari tahu tentang volume diuresis. Apakah mengalami
penurunan atau justru peningkatan.
7) Muskuloskeletal
Dari pemeriksaan ini perawat akan mengetahui apakah ada outpu
yang berlebihan sehingga membuat fisik menjadi lemah.
8) Pengindraan
Indra yang perlu diperiksa oleh perawat utamanya adalah mata,
hidung dan telinga. Apakh masih normal atau sudah mengalami
perubahan atau kelainan.
9) Reproduksi
Apakah reproduksi masih berfungsi dengan baik atau sebaliknya.
Jika sebaliknya, maka gejala apa saja yang menunjukkan akan hal
itu.
10) Bagaimana kesadaran pasien selama menjalanin masa pengobatan
? apa yang membuat kesadaran menurun?
h. Harapan keluarga
Pada bagian ini perlu diuraikan bagaimana harapan keluarga pasien
terhadap penyakit yang diderita pasien. Selain itu, sebagai pendukung
dan motivasi, perawat juga perlu mengetahui bagaimana atau apa saja
harapan keluarga terhadap perawat.
50
2. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan pengkajian, maka dapat dirumuskan masalah kesahatan
dalam keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan keluarga yang
dibuat tersebut harus menggambarkankeadaan kesehatan dan status
kesehatankeluarga. Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga, kita harus mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan
keperawatan serta sejumlah alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan. Berikut
tipologi masalah kesehatan keluarga yang dikelompokan menjadi 3
kelompok masalah besar :
a. Ancaman kesehatan
Ancaman kesehatan merupakan keadaan-keadaan yang dapat
memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan, dan kegagalan dalam
mencapai potensi kesehatan. Ancaman kesehatan ini antara lain
sebagai berikut :
1) Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes.
2) Keluarga/anggota keluarga penderita penyakit menular, seperti
TBc, gonore, hepatitis.
3) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya keluarga. Seperti keluarga
denganpemasukan kecil, tapi memiliki anak banyak.
4) Risiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga. Seperti kebiasaan
meletakkan benda tajam disembarang tempat atau kondisi tangga
rumah yang terlalu curam.
5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota
keluarga.
6) Sanitasi lingkungan buruk antara lain :
a) Ventilasi dan penerangan kurang baik
b) Tempat pembuangan samoah tidak memenuhi standar
c) Sumber air tercemari oleh tempat pembuangan tinja yang tidak
diperhitungkan
d) Tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat
51
3. Penerapan Prioritas
Dalam berbagai kasus, skala prioritas selalu dibutuhkan untuk
meminimalisir risiko, memaksimalkan perawatan dan pengobatan, serta
untukpengambilan keputusan yang tepat. Skala prioritas ini diperoleh dari
berbagai data yang telas didapat, untuk kemudian diolah dan pada
akhirnya skala perioritas ini akan membantu dalam penangan pada pasien,
baik untuk perawatan maupun keluarga. Contoh skala prioritas sebagai
berikut :
a. Skala prioritas keperawatan keluarga
NO. KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
Sifat Masalah
1. Skala : 1
Potensial = 1
Resiko =2
Aktual =3
Mudah = 2
Sebagian =1
Tidak dapat = 0
Tinggi =3
Cukup =2
Rendah =1
55
4. Menonjolnya masalah : 1
Cegah
Skala :
Segera ditangani =2
Jumlah
Skoring
Skor
Bobot
Angka tertinggi
4. Diagnosa Keprawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai keluarga, atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
a. Komponen diagnosa keperawtan
1) Problem (P/Masalah)
Masalah merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi
ideal, atau sesuai dengan perkembangan. Hal ini menjadi acuan
perawat untuk memberikan gambaran kondisi pesien sebelum
dilakukan tindakan keperawatan. Tujuan dari diagnosis ini adalah
untuk menjelaskan status kesehatan pasien atau masalah kesehatan
yang sedang dihadapi dengan cara yang jelas dan singkat sehingga
mudah dipahami oleh pasien.
2) Etiologi (E/Penyebab)
Dari masalah yang ada, memudian dicari berbagai penyebab yang
dapat menunjukan permasalahan. Penyebab inilah yang akan
memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebab yang
terjadi biasanya meliputi perilaku, lingkungan, interaksi, antara
perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi adalah :
a) Patofisiologi penyakit, yaitu semua proses penyakit, akut atau
kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b) Situasional yaitu pengaruh individu dan lingkungan. Hal ini
bisa menjadi sebab kurangnya pengetahuan, sosial, dan lain
sebagainya.
58
5. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurahi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada
diagnosis keperawatan tahap ini, dimulai setelah menentukan diagnosis
keperawatan dan mengimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2002).
59
7. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa yang
kurang dapat ditambahkan, dan apabila mendapatkan kasus baru dan
mampu diselesaikan dengan baik, maka hal itu disebut sebagai
keberhasilan atau temuan sebuah penelitian.
Evaluasi bisa dimulai dari pengumpulan data, apakah masih perlu direvisi
untuk menentukan, apakah informasi yang telah dikumpukan sudah
mencukupi, dan apakah perilaku yang diobservasi yang sudah sesuai.
Diagnosa juga perlu di evaluasi dala hal keakuratan dan kelengkapannya..
tujan dan intervensi evaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan
tersebut dapat dicapai secara efektif.
60
Tahap ini dilakukan sesuai dengan formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asahun keperawatan,
seangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
tujuan yang terkait dengan diagnosis.