24
22
20
18
Tinggi Total (m)
16 R-1
14
12 R-2
10
8
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Umur (tahun)
12
R1
10
8 R2
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Umur (tahun)
200
150
(m3/ha)
100
R-1
50 R-2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5
Umur (tahun)
Terlihat hubungan yang linier antara tinggi, diameter dan volume dengan
umur tegakan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah umur tegakan
maka dimensi pertumbuhan semakin tinggi sampai umur 5 tahun baik pada rotasi
1 maupun rotasi 2. Grafik pertumbuhan tinggi dan diameter tegakan hibrid E.
urograndis pada rotasi 1 dan 2 relatif sama dan terlihat berhimpitan.
Model matematik pertumbuhan tinggi, diameter dan volume diatas
dihitung berdasarkan model Alder (1980) dengan nilai koefisien determinasi (R2)
yang dapat dilihat pada Tabel 6.
65
Tabel 6 Model pertumbuhan tinggi (H), diameter (D) dan volume (V) tegakan
hibrid E. urograndis
tinggi, diameter dan volume untuk hibrid E. urograndis pada rotasi 1 dan 2
mempunyai kriteria sebagai model yang baik dan dapat digunakan. Model yang
baik adalah model yang cukup sederhana, mudah untuk dianalisis, mudah di
terapkan dan mempunyai ketepatan pendugaan yang cukup tinggi (Latifah 2000).
Perbandingan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian terdahulu tentang
model pertumbuhan salah satu jenis tetuanya E. urophylla yang diusahakan
secara komersil di tempat yang sama (Darwo 1999) menunjukkan bahwa potensi
volume jenis hibrid E. urograndis lebih besar untuk umur yang sama. Model
pertumbuhan jenis E. urophylla adalah tinggi : H = e 2,759869.e -1,32222/A , diameter : D = e
2,64756
.e -1,91553/A dan volume : V = e 5,706568.e -4,14016/A.
Menurut Chapman dan Meyer (1949); Spurr (1952); dan Alder (1980),
pada umumnya model pertumbuhan dari data pertumbuhan dimana pengamatan
pada suatu umur terpisah dengan umur lainnya maka akan diperoleh grafik
pertumbuhan yang lebih tegak dibandingkan grafik pertumbuhan sebenarnya.
Uji kesahihan model dilakukan dengan menggunakan data dari petak tidak
permanen (TSP), yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Penilaian uji kesahihan
model berdasarkan pada nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2 adj), khi-
kuadrat dan efisiensi model tereduksi (MEF adj), dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Uji kesahihan model pertumbuhan hibrid E. urograndis
Rotasi 1 Rotasi 2
Persamaan 2 2 2 2
R2 adj χ χ tab MEF adj R adj χ χ 2 tab MEF adj
2. Hal ini berarti pula bahwa model persamaan yang dihasilkan dalam penelitian
ini sahih dan dapat digunakan untuk menggambarkan perkembangan tinggi,
diameter dan volume tegakan hutan tanaman E. urograndis di daerah Aek Nauli
atau minimal di daerah lain yang kondisi lingkungannya sama atau hampir sama
dengan lokasi penelitian.
Tabel 8 Volume dan riap dugaan tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1 dan 2.
dilakukan umur 5 tahun sebesar 10,8 % atau sebanyak 17,2 m3/ha. Berdasarkan
tabel tegakan sementara untuk jenis Eucalyptus spp., pertumbuhan dikatakan baik
jika pada umur 5 tahun volume mencapai 93 m3/ha dan riap MAI 18,6
m3/ha/tahun; dan pertumbuhan dikatakan jelek jika volume mencapai 27m3/ha dan
riap MAI 5,4m3/ha/tahun (Puslitbang Hutan dan konservasi Alam 2000),
sehingga pertumbuhan hibrid E. urograndis di PT Toba Pulp sektor Aek Nauli
dalam penelitian ini termasuk katagori jenis dengan pertumbuhan baik karena
pada umur 5 tahun dapat menghasilkan volume tegakan dan riap MAI yang lebih
besar.
Daur volume maksimum tegakan ditentukan berdasarkan titik potong
antara kurva CAI dengan MAI karena merupakan daur dimana riap volume
maksimal dapat dicapai. Kurva hasil perpotongan antara CAI dan MAI tegakan
hibrid E. urograndis di PT Toba Pulp Lestari pada rotasi 1 dan rotasi 2 dapat
dilihat pada Gambar 16 dan 17.
50
45
40
Riap (m3/Ha/Th)
35
30
25 MAI CAI
20
15
10
5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Umur (Tahun)
perbedaan kualitas bibit secara genetik karena bibit E. urophylla yang digunakan
berasal dari biji, sedangkan bibit hibrid E. urograndis berasal dari bibit vegetatif
dengan klon unggul dimana gen baru lebih efisien dalam proses fisiologi
sehingga lebih banyak karbohidrat yang dapat dikonversi ke jaringan tanaman.
Menurut Hardiyanto (2009), kontribusi bibit unggul secara genetik pada
produktivitas jenis E. grandis di Brazil dapat meningkat sebesar 15-20% dan jika
benih unggul tersebut dibarengi dengan pemupukan Nitrogen dan pemeliharaan
tanaman secara intensif maka kenaikan dapat mencapai 100%.
Hasil penelitian terhadap jenis tanaman hibrid E. urograndis di negara lain,
yang ditanam di Congo pada tanah miskin hara sampai umur 6 tahun dapat
mencapai volume 158 m3/ha dengan riap tahunan 26 m3/ha/tahun (Laclau et al.
2005), sedangkan pada tanah subur produktivitas hibrid E. urograndis sangat
tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 m3/ha/tahun (Campinhos
1993). Hasil penelitian tegakan hibrid E. urograndis di Bahia, Brazil yang
ditanam seluas 42.000 ha pada ketinggian 0-300 meter dari permukaan laut
mempunyai riap rata-rata sekitar 30 m3/ha pada 3 jenis tanah (Oxisol berpasir,
Ultisol berpasir dan Ultisol berlempung) dengan curah hujan <1000 mm/tahun.
Pada curah hujan antara 1000-1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan dapat
mencapai sekitar 37 m3/ha pada tanah Ultisol berlempung; 34 m3/ha pada tanah
Ultisol berpasir dan sekitar 30 m3/ha pada tanah Oxisol berpasir. Pada lahan yang
mempunyai curah hujan > 1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan menjadi sekitar
58 m3/ha pada tanah Ultisol berlempung; sekitar 47 m3/ha pada tanah Ultisol
berpasir dan sekitar 38 m3/ha pada tanah Oxisol berpasir (Stape et al. 1997 dalam
Fisher dan Binkley 2000). Menurut Gonçalves et al. (1997) pertumbuhan hibrid
E. urograndis di Brazil pada tanah Ultisol sangat beragam dengan kisaran riap
rata-rata tahunan pada umur 5 tahun sebesar 12–48 m3/ha/tahun.
Riap MAI hibrid E. urograndis di Aek Nauli hasil dalam penelitian ini
dibandingkan dengan rata-rata riap untuk jenis yang sama di negara lain (APHI
2010) terlihat bahwa hibrid E. urograndis yang ditanam di Indonesia riapnya
masih di bawah jenis yang ditanam di Brazil tetapi lebih tinggi dibanding dengan
yang ditanam di Chile dan Uruguay (Gambar 18).
71
50
50
40 40
40 35
30 32 Potensial
29
30 25 25
MAI m3/ha/th
Current
20 **)
10
0
Brazil Uruguay Chile Indonesia
*)
Peningkatan total biomassa terjadi mulai dari umur 1 tahun meningkat terus
sejalan dengan bertambahnya umur tegakan sampai tegakan berumur 5 tahun baik
pada rotasi 1 maupun rotasi 2. Terjadi penurunan total biomassa dari rotasi 1 ke
rotasi 2 saat penebangan dilakukan pada umur 5 tahun. Penurunan biomassa pada
saat panen dari rotasi 1 ke rotasi 2 terjadi sebesar: untuk bagian batang
berdiameter ≥ 5 cm turun sebesar 6,3%; batang < 5 cm turun 1,8%; cabang
turun 0,2 %; ranting turun 57,6 %; daun turun 26,97% dan buah turun 79,1%.
Penurunan biomassa total mencapai 10,5% dan sebagian besar merupakan
penurunan hasil biomassa termanfaatkan sebesar 6,3%. Hasil ini sejalan dengan
hasil volume tegakan yang menurun dari rotasi 1 dan 2 sebesar 10,8%.
13%
13% 21% 6%
13% 26%
Batang d ≥ 5 cm
Batang d ≥ 5 cm Batang d < 5 cm
Batang d < 5 cm
Cabang Ranting
Daun + Buah Cabang
10% 17%
4%
6%
14%
10% 62%
4% 68%
5%
3%
R 1 Umur 3 Tahun R 2 Umur 3 Tahun
2%
7% 2%
6%
10% 8%
4%
76%
82%
83% 84%
Batang d ≥ 5 cm
Batang d ≥ 5 cm
Batang d < 5 cm
Batang d< 5 cm
86% 90%
Menurut Sanchez (1976), di daerah tropis seperti negara Zaire, Ghana dan
Panama besarnya biomassa hutan relatif tetap yaitu sekitar 75% biomassa batang,
15-20% biomassa akar, 4% biomassa daun dan sekitar 1-2% biomassa serasah.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini mendukung pernyataan Ruhiyat (1993)
bahwa komponen batang pada suatu tegakan merupakan penyusun utama biomassa
tegakan.
Berdasarkan Coledette et al. (2008), rendemen yang dihasilkan dari hibrid
E. urograndis berkisar 51-53% sehingga dari biomassa batang berdiameter ≥ 5 cm
sekitar 142-151 ton/ha maka diduga akan menghasilkan pulp sebanyak 74-79 ton
pulp/ha.
Dari data biomassa di lapangan dibuat model pendugaan biomassa hibrid
E.urograndis berdasarkan empat model yang dicobakan dalam penelitian ini
(Brown et al. 1989; Brown 1997; Laar dan Akca 1997). Hasil model penduga
biomassa disajikan pada Tabel 10 untuk rotasi 1 dan Tabel 11 untuk rotasi 2.
77
Batang d<5cm
W = 2374 − 8 D − 1,3 D2 2,5 0,862
Log W = 3,37 − 0,124 log D 1,5 0,662
Penentuan status hara suatu lahan dapat dilakukan melalui analisis tanah dan
analisis jaringan tanaman terutama bagian daun (Poerwanto 2003; Dell et al.
2003; Landsberg 1997). Menurut Rusdiana (1999) tujuan analisis tanah dan
tanaman adalah untuk menetapkan kesesuaian dan produktivitas potensial lahan
pada sistem silvikultur tertentu, dan untuk mendiagnosa kemungkinan adanya
defisiensi hara yang dapat menghambat pertumbuhan dan kapasitas produksi
80
tegakan. Analisis kadar hara tanah sudah umum dilakukan baik di bidang
pertanian maupun kehutanan, tetapi analisis kadar hara pada daun di bidang
kehutanan masih sangat jarang dilakukan. Di bidang pertanian analisis hara daun
tanaman umum dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan defisiensi unsur hara
bagi tanaman dan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemupukan.
Namun demikian, menurut Fisher dan Binkley (2000) analisis menggunakan
jaringan tanaman seperti pada jaringan daun tanaman sering kurang tepat untuk
menggambarkan status hara dalam tanah. Manfaat dari mengetahui status hara
tanah suatu lahan bertegakan adalah untuk menentukan managemen tapak yang
tepat, baik berupa pemupukan maupun kegiatan pemeliharaan dan manipulasi
lingkungan.
Kualitas tanah adalah kapasitas tanah untuk dapat berfungsi secara optimal
dalam suatu ekosistem sehubungan dengan daya dukung tanah terhadap
pertumbuhan tanaman, pencegahan erosi dan pengurangan dampak negatif
terhadap sumberdaya air dan udara (Karlen et al. 1997). Kualitas tanah tidak
dapat diukur secara pasti karena bersifat kompleks, namun dapat diduga dari
sifat-sifat tanah yang dapat diukur dan dapat dijadikan indikator dari kualitas
tanah itu sendiri (Islam dan Weil 2000).
Status hara tanah pada lahan bertegakan hibrid E. urograndis rotasi 1 dan 2
telah diukur melalui analisis sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Hasil analisis dan
perbandingan sifat-sifat tanah pada rotasi 1 dan 2 adalah sebagai berikut :
Beberapa sifat kimia tanah yang penting dan berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman adalah: reaksi (pH) tanah, kandungan unsur-unsur hara
dan kandungan bahan organik tanah. Menurut Dell et al.(2003) umumnya di
Indonesia tanaman Eucalyptus mengalami kekurangan unsur hara makro N, P, K
dan Mg sehingga menyebabkan daun gugur sebelum waktunya dan volume kayu
yang dihasilkan menurun. Hasil analisis kimia tanah di bawah tegakan hibrid E.
urograndis rotasi 1 dan 2 pada berbagai umur tegakan dapat dilihat pada
Lampiran 4, sedangkan hasil uji beda kandungan unsur hara antara rotasi 1 dan 2
81
pada Lampiran 11. Perbedaan rata-rata sifat kimia tanah antara rotasi 1 dan 2
adalah sebagai berikut:
hara 96 kg/ha N + 63,18 kg/ha P + 12,45 kg/ha K + 109,61 kg/ha Ca. Pemberian
Pupuk TSP dalam bentuk garam yang dibuat dari basa kuat Ca(OH)2 dan asam
agak lemah H3PO4 dapat meningkatkan pH tanah, dan pemberian pupuk dasar
rockposfat dapat meningkatkan pH tanah, hara P dan hara Ca (Marschner 1991) .
Selanjutnya, sejalan dengan bertambahnya umur tegakan pH tanah menurun
kembali diduga karena hara yang tersedia terus diserap dan pemupukan pada umur
tersebut sudah tidak ada. Terjadi sedikit peningkatan pH tanah dari rotasi 1 ke
rotasi 2 pasca penebangan umur 5 tahun walaupun secara statistik tidak berbeda
nyata. Peningkatan pH disebabkan terjadi akumulasi serasah yang sebagian telah
terdekomposisi dan menjadi humus.
Pada umumnya tanah-tanah di daerah tropik mempunyai pH rata-rata
rendah sehingga jenis-jenis yang baik dikembangkan di daerah tropik haruslah
jenis-jenis yang mempunyai sifat toleransi tinggi terhadap kepekatan ion H+ pada
larutan tanah dan hibrid E. urograndis sudah terbukti dapat tumbuh baik pada
tanah dengan pH rendah, namun akan lebih optimal lagi pertumbuhanya jika pH
netral. Hal ini juga memperkuat pendapat Nambiar dan Brown (1997) bahwa jenis
Eucalyptus dan Pinus mampu tumbuh pada tanah yang mempunyai tingkat
keasaman tinggi (pH rendah).
Kadar Ntotal. Unsur hara N merupakan unsur hara makro penting (essensial)
bagi pertumbuhan tanaman. Kadar N tanah sangat tergantung bahan organik
tanah sebagai sumber utama. N merupakan bagian penting dalam klorofil dan
berfungsi pada proses fotosintesis. Tanaman menyerap unsur N dari tanah dalam
bentuk kation amonium (NH4+) dan anion nitrat (NO3- ) yang terlarut pada
larutan tanah (Mengel dan Kirby 1982; Marschner 1991). Keberadaan N dalam
tanah bersifat mobil yaitu mudah bergerak atau berpindah, seperti menguap ke
udara, tercuci atau terangkut melalui erosi sehingga kadar N tanah bersifat
fluktuatif (Lutz dan Chandler 1951). Kisaran kadar N di lokasi penelitian pada
rotasi 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 13.
83
Tabel 13 Rata-rata kadar unsur hara Nitrogen total tanah pada rotasi 1 dan 2
Umur Kedalaman N (%)
(th) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0 – 20 0,10 ± 0,02 0,10 ± 0,01 0,00
2 0,12 ± 0,01 0,09 ± 0,01 -0,03
3 0,13 ± 0,01 0,11 ± 0,02 -0,02
4 0,12 ± 0,01 0,11 ± 0,01 -0,01
5 0,11 ± 0,02 0,09 ± 0,02 -0,02
1 20 – 40 0,07 ± 0,01 0,07 ± 0,02 0,00
2 0,09 ± 0,01 0,06 ± 0,03 -0,03
3 0,08 ± 0,05 0,07 ± 0,03 -0,01
4 0,08 ± 0,02 0,07 ± 0,03 -0,01
5 0,08 ± 0,04 0,06 ± 0,03 -0,02
Kadar N total tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis pada lapisan atas
rotasi 1 berkisar 0,10 - 0,11% dan rotasi 2 berkisar 0,09 - 0,11%. Berdasarkan uji
beda Tukeys, kadar N tanah antara rotasi 1 dan 2 berbeda nyata (p = 0,006),
dimana secara umum terjadi penurunan kadar N dari rotasi 1 ke rotasi 2 walaupun
pemupukan dengan Urea telah dilakukan. Penurunan kadar hara N setelah tebang
antara rotasi 1 dan 2 sebesar 0,02%.
Pemberian pupuk Urea CO (NH2)2 sebanyak total 180 kg/ha belum cukup
meningkatkan kandungan hara N pada tanah karena N yang diserap oleh akar
tanaman cukup besar. Selain itu jenis Eucalyptus termasuk golongan non legume
sehingga tidak mampu mendapatkan tambahan N langsung dari atmosfer.
Kebutuhan tanaman akan unsur N sepanjang fase pertumbuhan cukup tinggi dan
bertambah sejalan dengan bertambahnya umur tanaman, terutama untuk
pembentukan batang dan tajuk. Pengalaman manajemen hutan tanaman
Eucalyptus di China (Dell et al. 2003) menunjukkan bahwa pemupukan dengan
Urea dosis 200 kg/ha hanya cukup untuk 1 rotasi saja pada kondisi lahan
marginal.
Kadar P. Unsur hara P tanah merupakan hara makro penting kedua sete-
lah N bagi pertumbuhan tanaman. Unsur ini berperan dalam proses pembentukan
protein. Unsur P diserap dalam bentuk anion-anion H2PO4- dan atau HPO42-
serta PO43-. Kandungan hara P tersedia tinggi akan menyebabkan kecenderungan
tanah menjadi lebih subur sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman
(Mengel dan Kirby 1982; Marschner 1991). Jumlah P tersedia dalam tanah
84
Kadar P tersedia lapisan atas pada rotasi 1 sekitar 3,67 - 9,07 mg/kg,
sedangkan pada rotasi 2 kadar P sekitar 4,40 - 12,57 mg/kg. Kadar P pada rotasi 2
lebih tinggi jika dibanding dengan rotasi 1 pada semua kelas umur tegakan dan
sangat berbeda nyata (p = 0,001) baik pada lapisan atas maupun pada lapisan
bawah. Terjadi kenaikan kadar hara P setelah tebang sebesar 2,87 mg/kg di
lapisan atas dan 0,87 mg/kg di lapisan bawah. Hal ini terjadi karena ada kegiatan
input hara berupa pemupukan yang diberikan dalam pemeliharaan. Pemupukan
TSP yang dilakukan sebanyak 3 kali (saat tanam, saat umur 1 bulan dan 5 bulan
setelah tanam) dengan dosis kumulatif 145 kg//ha telah menyebabkan kenaikan
kadar P tersedia dalam tanah karena pupuk P lebih bersifat persisten dalam tanah
dan tidak mudah hilang tercuci keluar lahan serta tidak mudah menguap.
Kenaikan P tersedia pada sub soil tidak sebesar pada top soil karena sistem
pemberian pupuk sebagian besar dengan cara meletakan pupuk di atas permukaan
tanah dekat batang tanaman dan tidak dibenamkan. Kadar hara P tanah meningkat
diduga juga karena tanaman Eucalyptus bersimbiosis dengan mikorhiza yang
dapat menyebabkan peningkatan ketersediaan hara P. Selain itu, kondisi pH
tanah meningkat dari rotasi 1 ke rotasi 2 sehingga terjadi mineralisasi sebagian
hara P yang terfiksasi dalam tanah. Menurut Sarwono (2010) pH tanah jika
85
Kadar Mg. Unsur hara Mg merupakan unsur hara penting setelah unsur N,
P, K dan Ca yang diperlukan tanaman untuk pembentukan klorofil dan
mempengaruhi aktivitas enzim. Unsur hara Mg diserap akar tanaman dalam
bentuk ion-ion positif Mg2+. Keberadaan unsur Mg yang cukup dalam tanah dapat
menyeimbangkan kesuburan tanah. Rata-rata nilai kadar Mg tanah di lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Perbandingan rata-rata kadar Mg tanah rotasi 1 dan 2
Umur Kedalaman Mg (%)
(th) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0 – 20 0,016 ± 0,000 0,016 ± 0,000 0,000
2 0,028 ± 0,001 0,015 ± 0,000 -0,013
3 0,015 ± 0,000 0,023 ± 0,001 0,008
4 0,018 ± 0,001 0,018 ± 0,001 0,000
5 0,010 ± 0,000 0,008 ± 0,000 -0,006
1 20 – 40 0,014 ± 0,000 0,015 ± 0,000 0,001
2 0,018 ± 0,001 0,014 ± 0,001 -0,004
3 0,013 ± 0,000 0,022 ± 0,001 0,009
4 0,014 ± 0,000 0,017 ± 0,001 0,003
5 0,010 ± 0,000 0,006 ± 0,000 -0,004
Berat jenis tanah. Berat jenis tanah (bulk density) adalah salah satu
parameter sifat fisik tanah yang sangat penting dan berhubungan dengan
pertumbuhan tanaman karena dapat memberi gambaran mengenai kondisi fisik
tanah secara keseluruhan. Berat jenis tanah merupakan gambaran tingkat
kepadatan tanah dimana makin besar nilai berat jenis suatu tanah berarti tingkat
kepadatan tanah makin tinggi dalam keadaan lapang. Apabila tanah makin padat
maka pertumbuhan tanaman akan mengalami hambatan karena perkembangan
akar terhambat kondisi fisik tanah yang makin padat. Berat jenis tanah di lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 19.
Berat jenis tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis berkisar 1,15 - 1,26
gr/cc pada rotasi 1 dan pada rotasi 2 berkisar 1,07- 1,29 gr/cc dan tidak berbeda
nyata (p > 0,050), meskipun dari pasca tebang rotasi 1 ke pasca tebang rotasi 2
90
terjadi penurunan berat jenis tanah sekitar 2%. Kisaran berat jenis di atas termasuk
sedang (moderate) jika dibanding kondisi berat jenis tanah di hutan alam yang
tidak terganggu sekitar 1,00 gr/cc (Lutz dan Chandler 1951). Sifat fisik tanah lain
yang dianalisa adalah jumlah ruang pori tanah, air tersedia dan permeabilitas
yang rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 19 Perbandingan rata-rata berat jenis tanah rotasi 1 dan 2
Umur Kedalaman Bulk density (gr/cc)
(thn) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0-20 1,20 ± 0,03 1,07 ± 0,01 -0,13
2 1,13 ± 0,01 1,18 ± 0,16 0,05
3 1,26 ± 0,02 1,19 ± 0,08 -0,03
4 1,16 ± 0,02 1,18 ± 0,04 0,02
5 1,26 ± 0,01 1,23 ± 0,02 -0,03
1 20-40 1,22 ± 0,03 1,07 ± 0,01 -0,15
2 1,13 ± 0,01 1,29 ± 0,16 0,16
3 1,26 ± 0,01 1,26 ± 0,05 0,00
4 1,15 ± 0,02 1,27 ± 0,02 0,12
5 1,26 ± 0,01 1,24 ± 0,01 -0,02
Tabel 20 Rata-rata jumlah ruang pori, air tersedia dan permeabilitas rotasi dan 2
Kedala
Umur
man
Ruang pori tanah (%) Air tersedia (%) Permeabilitas (cm/jam)
(thn) Rotasi1 Rotasi 2 Rotasi1 Rotasi 2 Rotasi1 Rotasi 2
(cm)
1 0-20 54,84 59,62 10,19 17,23 14,73 14,64
2 57,48 55,60 7,65 19,66 12,46 11,18
3 52,45 51,32 7,10 11,06 15,60 13,77
4 56,23 51,82 12,26 16,48 9,16 16,50
5 52,45 53,71 8,93 10,19 22,62 9,21
1 20-40 54,09 59,62 7,33 18,63 12,81 13,62
2 57,23 51,32 7,22 12,82 7,93 10,20
3 52,58 52,58 5,99 10,52 12,39 9,54
4 56,60 52,20 6,98 12,43 10,54 15,33
5 52,58 53,33 8,08 8,92 23,34 8,14
Ruang pori tanah. Jumlah ruang pori adalah bagian volume dari massa
tanah yang ditempati molekul-molekul air dan udara sewaktu tanah dalam
keadaan lapang atau porsi volume tanah yang tidak ditempati partikel tanah.
Jumlah ruang pori menggambarkan jumlah kandungan oksigen tanah bagi akar
untuk melakukan proses respirasi walaupun tanah dalam kondisi lembab. Jumlah
ruang pori tanah rotasi 1 sangat fluktuatif untuk tiap umur tegakan berkisar 52,45
91
- 57,48% dan pada rotasi 2 sekitar 51,32 - 59,62%. Terjadi kecenderungan yang
menurun dari rotasi 1 ke rotasi 2 pada umur 2, 3 dan 4 tahun, sedangkan pada
akhir dan awal rotasi terjadi peningkatan. Penurunan tersebut secara statistik nilai
tersebut tidak berbeda nyata (p > 0,050), yang berarti bahwa penanaman hibrid E.
urograndis tidak menyebabkan perubahan yang berarti dalam jumlah ruang pori
tanah.
Air tersedia. Air tersedia dalam tanah menggambarkan sejumlah kadar air
yang mampu dipegang (diretensi) massa tanah dan tersedia bagi tanaman.
Parameter air tersedia secara alami ditentukan oleh sifat tekstur tanah dan kadar
bahan organik tanah (Lutz dan Chandler 1951). Pada tanah bertekstur sangat
ringan dengan partikel-partikel yang berukuran besar (berpasir) maka kemampuan
meretensi air dalam tanah lebih rendah dibanding fraksi debu (tekstur sedang)
atau liat (tekstur berat). Hal sebaliknya terjadi pada tanah-tanah bertekstur berat
atau tanah-tanah sangat liat.
Air tersedia di dalam tanah pada semua kelas umur tegakan lebih banyak
pada rotasi 2. Air tersedia di bawah tegakan hibrid E. urograndis antara rotasi 1
dan rotasi 2 berbeda sangat nyata (p = 0,002), artinya pengembangan hibrid E.
urograndis tidak mengakibatkan penurunan air tersedia tanah disekitar perakaran
tetapi secara nyata meningkatkan jumlah air tersedia tanah dari rotasi 1 ke rotasi
2. Peningkatan air tersedia pada rotasi 2 terutama awal rotasi baik pada lapisan
atas maupun lapisan bawah sejalan dengan jumlah ruang pori yang meningkat
pasca tebangan sampai tanaman umur 1 tahun. Hal ini lebih disebabkan adanya
kenaikan jumlah bahan organik setelah penebangan dimana sisa- sisa biomassa
bagian tegakan tidak di angkut ke luar areal tetapi dibiarkan tetap tinggal di lahan
tersebut sebagai bagian dari input hara bila terdekomposisi. Selain itu curah hujan
yang relatif tinggi di sektor Aek Nauli sekitar 2824 mm per tahun menyebabkan
areal tersebut cocok untuk pengembangan jenis Eucalyptus yang mempunyai nilai
evaporasi tinggi di atas 25% (FAO 1980).
Permeabilitas. Permeabilitas tanah menggambarkan kelancaran aliran
lateral air pada masa tanah. Nilai permeabilitas rendah berarti kondisi tanah terlalu
padat. Pada umumnya nilai permeabilitas suatu tanah akan lebih besar atau cepat
92
pada lapisan atas karena struktur tanah lebih sarang (porous) dan kadar bahan
organik lebih tinggi dibanding pada lapisan bawah.
Permeabilitas tanah rotasi 1 berkisar 9,16 - 22,62 cm/jam dan rotasi 2
berkisar 9,21 - 16,50 cm/jam pada lapisan atas, sedangkan di lapisan bawah
berkisar 7,93- 23,34 cm/jam pada rotasi 1 dan pada rotasi 2 sekitar 8,14 - 15,33
cm/jam. Hal ini menunjukkan bahwa pada umur-umur tertentu terjadi penurunan
permeabilitas dari rotasi 1 ke rotasi 2 pada lapisan atas kecuali pada umur 1 dan
4 tahun dimana aliran lateral air lebih cepat, namun secara statistik tidak berbeda
nyata (p > 0,050).
Tabel 22 Rata-rata jumlah mikroorganisme, fungi dan laju respirasi CO2 tanah
rotasi 1 dan 2
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa yang ada hubungan secara nyata
dengan peninggi tegakan hibrid E. urograndis adalah hara P dan Ca, sedangkan
hara N, K, Mg, C-org dan pH tidak berhubungan secara nyata.
Pada tahap kedua, untuk menyaring peubah-peubah bebas berupa sifat
kimia tanah (N, P, K, Ca, Mg, C-org dan pH) yang memberikan peran penting
terhadap laju pertumbuhan tegakan hibrid E. urograndis di sektor Aek Nauli
secara statistika digunakan metode regresi bertatar dengan melakukan penyusupan
peubah bebas. Besar kecilnya kontribusi peubah bebas terhadap peubah tak bebas
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi, artinya semakin besar kontribusi suatu
peubah bebas maka peubah bebas tersebut semakin penting dalam menentukan
peubah tak bebasnya. Persamaan yang terbentuk dari hasil regresi bertatar pada
selang kepercayaan 90% sebagai berikut:
Koefisien korelasi
Variabel (Xi) P
(R2)
Rotasi 1 :
Umur pohon +0,777 0,000**
Unsur hara P + 77 0,000**
Unsur hara Ca + 0,51 0,068*
C-organik −0,051 0,074*
pH tanah + 0,025 0,052*
Keterangan: ** = sangat nyata dan * = nyata pada tingkat kepercayaan 90%.
1. Umur
Faktor umur tegakan berkorelasi positif dalam menerangkan keragaman
peninggi sebesar 0,777 dan sangat nyata (p = 0,000). Korelasi tersebut
menerangkan bahwa semakin tua tanaman maka peninggi yang dihasilkan
semakin tinggi sampai batas tertentu. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian terdahulu terhadap tegakan Acacia mangium yang menyebutkan
bahwa umur mempunyai korelasi terbesar terhadap pertumbuhan Acacia
mangium dan dengan bertambah umur tegakan maka peninggi A. mangium
cenderung meningkat (Wasis 2005). Menurut Bidwel (1979) pertumbuhan
suatu tanaman pada awal akan berjalan lambat dan akan semakin cepat dengan
bertambahnya umur tanaman yang berlangsung hingga mencapai titik
pertumbuhan maksimal, dan setelah titik maksimal tercapai maka pertumbuhan
selanjutnya akan berjalan konstan.
97
2. Unsur hara P
Unsur hara P tersedia di dalam tanah mempunyai korelasi positif terbesar
terhadap peninggi tegakan sebesar 77 dan sangat nyata (p = 0,000). Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi kandungan unsur hara P tersedia
dalam tanah maka peninggi akan makin meningkat sampai batas tertentu.
Kadar unsur hara P tersedia tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis
berkisar 3,67-12,57 mg/kg. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
terdahulu untuk jenis A. mangium dimana terjadi korelasi erat antara hara P
dengan peninggi jenis tersebut (Latifah, 2000; Wasis 2005).
Unsur hara P adalah unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak untuk pertumbuhan. Hara P berfungsi dalam transfer energi sehingga
sangat diperlukan dalam proses metabolisme tanaman. Unsur hara P di dalam
tanah berasal dari bahan organik, pelapukan mineral dan pemupukan yang
diberikan, namun sering hara P dalam kondisi terikat pada pH rendah sehingga
menjadi tidak tersedia. P tersedia berada pada kisaran pH yang sangat sempit.
Ketersediaan P akan berkurang jika nilai pH berada pada selang 6,5 > pH >
7,5. Di tanah asam (pH< 5), P dalam ikatan H2PO4 bereaksi dengan Fe dan Al
membentuk senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan pada pH > 7, unsur
hara P akan bereaksi dengan Ca yang tidak larut sehingga P tersedia dalam
tanah berada pada level yang sangat sedikit (Soekotjo 2004).
3. Unsur hara Ca
Unsur hara Ca tanah berkorelasi positif terhadap peninggi tegakan hibrid
E. urograndis sebesar 0,510. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
kandungan unsur hara Ca dalam tanah maka akan semakin besar peninggi
hibrid E. urograndis sampai batas tertentu. Di lokasi penelitian, kadar unsur
hara Ca tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis berkisar 3,10 - 4,48
me/100gr .
tumbuhan dan sebagai zat pengikat antara dinding-dinding sel yang saling
berdekatan (Hall 1976).
4. Kandungan C-organik
Kandungan C-organik tanah berkorelasi negatif secara nyata terhadap
peninggi tegakan hibrid E. urograndis sebesar 0,051. Berarti bahwa
peningkatan C-organik sampai batas tertentu akan menghambat pertumbuhan
tinggi. Hasil tersebut bertentangan dengan fungsi bahan organik sebagai
penyubur tanah dan sebagai penyumbang unsur hara yang diperlukan tanaman.
Fenomena bahwa jika bahan organik meningkat akan menghambat
pertumbuhan tinggi sampai batas tertentu, kemungkinan disebabkan oleh sifat
serasah daun hibrid E. urograndis yang lambat terurai sehingga laju
penumpukan serasah lebih besar dari laju dekomposisi. Akumulasi serasah
yang belum terdekomposisi jika terlalu banyak akan bersifat masam dan
menghambat pertumbuhan. Selain itu juga diduga karena ada kandungan
phenol dalam serasah Eucalyptus sehingga dapat bersifat allelopathy. Namun
untuk hibrid E. urograndis nilai korelasi C-organik dengan peninggi sangat
kecil 0,051 sehingga tidak akan berpengaruh banyak .
Kadar hara Kadar hara Kadar hara daun hasil penelitian ini
Unsur hara (%) normal** (cukup) defisiensi** Rotasi 1 Rotasi 2
N 1,8 – 2, 9 0,8 – 1,3 1,21-1,33 (D) 1,26-1,34 (D)
P 0,12 – 0,26 0,08 – 0,10 0,14-0,22 (C) 0,17-0,23 (C)
K 0,9 – 1,5 0,2 – 0,6 1,65-1,98 (C) 1,84-2,08 (C)
Ca 0,21 – 0,75 < 0,1* 0,14-0,36 (CD) 0,13-0,34 (CD)
Mg 0,11 – 0,36 0,02 – 0,04 0,08 -0,15 (CD) 0,08-0,19 (CD)
Keterangan : D = defisiensi/sangat kurang; C = cukup; CD = marginal/kurang
* = data dari E. grandis
** = data dikonversi ke dalam %
Hasil analisis jaringan daun memperlihatkan bahwa tingkat status kadar hara
daun sama antara rotasi 1 maupun rotasi 2 yaitu sangat kekurangan unsur hara N,
cukup atau normal untuk hara P dan K dan status kurang atau marginal untuk
unsur hara Ca dan Mg. Defisiensi hara N akan menghambat proses fotosintesis
karena unsur hara N sangat dibutuhkan untuk pembentukan klorofil.
Rendahnya N daun disebabkan oleh kadar unsur hara N dalam tanah rendah
untuk dua kedalaman (0-20 cm dan 20-40cm), cara pemberian pupuk yang kurang
tepat dan sifat N yang selalu bergerak. Pemberian pupuk yang tidak dibenamkan
tetapi ditabur di sekitar tanaman akan mengakibatkan sebagian mudah terurai
menjadi unsur-unsur berbentuk gas yang menguap ke udara. Unsur hara N
bersifat selalu bergerak (mobile) sehingga N cepat berpindah dari daun ke batang
100
untuk pertumbuhan batang (Landsberg dan Gower 1997). Unsur hara P daun
menunjukkan tingkat cukup, walaupun kadar P tersedia tanah sangat rendah. Hal
ini menunjukkan bahwa hara P tersedia dalam tanah banyak terserap oleh akar
tanaman atau kandungan P total tanah lebih besar namun tidak dalam bentuk yang
mudah tersedia karena berada dalam kondisi terikat. Selain itu kemungkinan
selama proses pertumbuhan, tanaman banyak menyerap unsur P terlarut yang
berasal dari input pemupukan berupa rockfosfat, NPK dan TSP. Hasil lainnya
adalah hara Ca dan Mg di daun termasuk kurang karena kadar hara Ca dan Mg
dalam tanah rendah.
Untuk melihat waktu terjadinya suatu tanaman kekurangan atau kecukupan
suatu unsur hara, telah dilakukan analisis kandungan unsur hara pada daun muda
yang telah berkembang penuh selama 8 bulan dari bulan April sampai Nopember
pada semua kelas umur tegakan. Hasil analisa dibandingkan dengan kriteria
kisaran kadar hara normal di beberapa Negara untuk pertumbuhan hibrid E.
urograndis umur 1-2 tahun (Dell et al. 2003). Hasil sebaran kondisi hara daun dan
status kualitas hara pada setiap unsur hara makro (N, P, K, Ca dan Mg) pada rotasi
1 dan rotasi 2 dapat dilihat pada Gambar 24 sampai Gambar 28.
.
Rotasi 1 Rotasi 2
1,40 1,40
1,20 Kadar defiesiensi 0,8 - 1,3 1,20
Kadar defiesiensi 0,8 - 1,3
APRIL 1,00 APRIL
1,00
N Total (%)
N Total (%)
Rotasi 1 Rotasi 2
0,30
0,30
0,25
0,25 Kadar normal 0, 12 - 0,26 Kadar normal 0,12 - 0,26
APRIL 0,20 APRIL
0,20
MEI MEI
P (%)
P (%)
Rotasi 1
0,40
Kadar normal 0,21 - 0,75 Kadar normal 0,21 – 0,75
0,35
0,30
APRIL
0,25
MEI
Ca (%)
0,20 JUNI
0,15 JULI
AGST
0,10
SEPT
0,05 OKT
NOP
0,00
1 2 3 4 5
th th th th th
Umur (tahun)
Rotasi 2
0,20
Kadar normal 0,11 - 0,36
0,18
0,16
0,14 APRIL
0,12 MEI
Mg (%)
0,10 JUNI
0,08 JULI
0,06
AGST
0,04
SEPT
0,02
OKT
0,00
NOP
1 2 3 4 5
th th th th th
Umur (tahun)
bawah tajuk akan berubah menjadi hijau kuning atau coklat muda. Kekurangan
hara Ca tampak pada daun-daun yang masih muda, pada batang dan akar dekat
titik tumbuh. Kekurangan hara Mg menyebabkan daun tanaman menjadi
berwarna kemerahan dan kadang-kadang timbul bercak-bercak nekrotik pada
daun-daun muda maupun daun-daun tua. Untuk tanaman jenis Eucalyptus gejala
defisiensi Mg pertama sekali muncul pada daun-daun yang telah mengembang
penuh dan bila defisiensi lebih parah maka gejala tersebut akan terlihat pula pada
daun-daun yang masih muda (Dell et al. 2003; Sugiharso dan Rusmilah 1982 ).
Dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor pembatas utama dalam
pertumbuhan dan produktivitas hibrid E. urograndis di sektor Aek Nauli adalah
unsur hara N (sangat kurang) disusul hara Ca dan Mg (kurang) sehingga perlu
penambahan hara N, Ca dan Mg.
Menurut Fisher dan Binkley (2000), produktivitas hutan dibatasi oleh
supplai satu atau lebih nutrisi hara hampir dalam semua hutan dan pertumbuhan
hutan sering dibatasi oleh ketersediaan hara N dan P. Dell et al. (2003)
menyatakan bahwa pada umumnya di Indonesia tegakan Eucalyptus mengalami
kekurangan unsur hara makro N, P, K dan Mg yang mengakibatkan gugur daun
sebelum waktunya. Hasil penelitian lain untuk jenis yang sama di Congo, faktor
pembatas pertumbuhan hibrid E. urograndis adalah unsur hara Ca tanah (Nzilla et
al. 2002 dalam Matondo et al. 2005), sedangkan hasil penelitian Koranto (2003),
menyatakan bahwa faktor-faktor pembatas dalam pertumbuhan tegakan G.
arborea di Kalimantan adalah unsur hara N dan P. Oleh karena itu, pengelolaan
nutrisi hutan yang baik merupakan salah satu kunci sukses dalam pengelolaan
hutan komersial (Evans 1995).
akan tetap ada di lahan. Nilai rata-rata kadar unsur hara makro (N, P, K, Ca dan
Mg) pada setiap bagian tegakan dan di bawah tegakan disajikan pada Gambar 29
sampai Gambar 33 yang dapat dilihat pada Lampiran 4.
T 20-40 cm
T 0-20 cm
Humus
Serasah
Bunga+Buah
Daun
Ranting
Cabang
B d<5cm
B d ≥5cm
Gambar 29 Kadar unsur hara Nitrogen pada bagian tegakan dan di bawah
tegakan hibrid E. urograndis.
TT20-40
20-40cmcm
T 0-20 cm
T 0-20 cm
Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah
Daun
Bunga+Buah
Ranting
Daun
Cabang
BRanting
d<5cm
BCabang
d ≥5cm
B d<5cm
B d ≥5cm
Gambar 30 Kadar unsur hara Fosfor pada bagian tegakan dan di bawah tegakan
E. urograndis.
106
T 20-40 cm
T 20-40 cm
TT 0-20 cm
0-20 cm
Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah
Bunga+Buah
Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
Cabang
B d<5cm
B d<5cm
B d ≥5cm
B d ≥5cm
Gambar 31 Kadar unsur hara Kalium pada bagian tegakan dan di bawah tegakan
hibrid E. urograndis.
TT 20-40
20-40cmcm
TT 0-20
0-20cm
cm
Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah
Bunga+Buah
Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
Cabang
BB d<5cm
d<5cm
BB dd≥5cm
≥5cm
Gambar 32 Kadar unsur hara Calsium pada bagian tegakan dan di bawah tegakan
hibrid E. urograndis.
107
TT20-40
20-40cmcm
TT0-20
0-20cmcm
Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah
Bunga+Buah
Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
B d<5cm
Cabang
BBd<5cm
d ≥5cm
B d ≥5cm
Gambar 33 Kadar unsur hara Magnesium pada bagian tegakan dan di bawah
tegakan hibrid E. urograndis.
Kadar unsur hara makro yang terkandung di tegakan lebih banyak dibanding
yang ada dalam tanah. Susunan kadar unsur hara N dari yang terbanyak ke yang
sedikit adalah humus > daun > serasah > ranting > cabang > batang berdiameter
kurang dari 5 cm > batang berdiameter sama dan lebih besar 5 cm > lapisan tanah
0-20 cm > lapisan tanah 20-40 cm.
Susunan kadar unsur hara P dan Mg sama yaitu humus > serasah > daun >
ranting > cabang > batang diameter kurang 5 cm > batang diameter sama dan
lebih 5 cm > tanah lapisan atas > tanah lapisan bawah. Susunan kadar hara K
daun > serasah > cabang > ranting> humus > batang diameter kurang 5 cm >
batang diameter sama dan lebih 5 cm > tanah lapisan atas > tanah lapisan bawah.
Susunan kadar hara Ca terbesar pada daun > ranting > cabang > batang diameter
kurang 5 cm > batang diameter sama dan lebih 5 cm > humus > serasah > tanah
lapisan atas > tanah lapisan bawah.
108
Daun, humus dan serasah mempunyai kadar hara yang lebih tinggi karena
daun merupakan tempat proses fotosintesis berlangsung. Sementara di batang,
semakin besar ukuran diameter bagian tegakan (batang, cabang dan ranting) maka
kadar hara semakin kecil, begitu juga kadar hara tanah semakin dalam semakin
kecil. Kadar unsur hara makro pada bagian tegakan secara statistik tidak berbeda
nyata kecuali unsur hara N dan hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 11.
T 20-40 cm
T 0-20 cm
Humus
Serasah
Bunga+Buah
Daun
Ranting
Cabang
B d<5cm
B d ≥5cm
Keterangan : R1-1.....dst `= Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,,dst
R2-1......dst `= Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm ````= Batang diameter ≥5cm ; B d<5cm = Batang diameter<5cm
T 20-40 cm
T 0-20 cm
Humus
Serasah
Bunga+Buah
Daun
Ranting
Cabang
B d<5cm
B d ≥5cm
T 20-40
T 20-40 cm
T 0-20
Jumlah kandungan K (kg/ha
T 0-20 cm
Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah
Bunga+ Buah
Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
Cabang
B d<5cm
B d<5cm
B d ≥5cm
B d>5cm
R1-1 R2-1 R1-2 R2-2 R1-3 R2-3 R1-4 R2-4 R1-5 R2-5
TT20-40
20-40 cm
Jumlah kandungan Ca (kg/ha)
TT0-20
0-20 cm
Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah
Bunga+ Buah
Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
Cabang
BBd<5cm
d<5cm
BBd>5cm
d ≥5cm
R1-1 R2-1 R1-2 R2-2 R1-3 R2-3 R1-4 R2-4 R1-5 R2-5
T 20-40 cm
T 0-20 cm
Humus
Serasah
Bunga+Buah
Daun
Ranting
Cabang
B d<5cm
B d ≥5cm
Dari data jumlah kandungan hara (Gambar 34 sampai 38), dapat diketahui
jumlah hara yang tersimpan dalam tegakan, jumlah hara yang hilang akibat
pemanenan, jumlah hara yang tersimpan di bawah tegakan sebagai cadangan hara,
dan kebutuhan hara minimal untuk pertumbuhan hibrid E. urograndis.
Jumlah hara dalam tegakan. Total unsur hara dalam tegakan dihitung
berdasarkan penjumlahan unsur-unsur hara yang terkandung pada bagian tegakan
dan disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26 Jumlah unsur hara dalam tegakan hibrid E. urograndis pada berbagai
umur tegakan
N total P K Ca Mg
Rotasi Umur
(kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha
1 1 54,91 9,25 90,59 27,29 1,96
2 285,36 56,26 537,06 182,01 14,54
3 443,15 80,97 717,01 237,29 17,99
4 583,54 83,78 1.137,50 306,82 29,49
5 939,90 147,39 1.589,24 585,27 43,08
2 1 121,32 22,14 203,07 53,59 5,22
2 300,47 66,13 575,52 174,29 16,74
3 548,78 113,48 1.084,00 310,26 28,67
4 640,61 109,08 1.208,92 352,46 35,25
5 853,46 167,27 1.502,05 431,25 42,31
Jumlah hara terbawa panen. Jumlah unsur hara yang terkandung pada
tegakan hibrid E. urograndis sebagian besar akan hilang dari ekosistem melalui
pemanenan, terutama pada batang dan kulit karena komponen itu merupakan
penyusun utama biomassa tegakan dan penimbun utama unsur-unsur hara
112
(Ruhiyat 1993). Jumlah hara yang hilang melalui pemanenan merupakan jumlah
hara yang ada pada batang berdiameter ≥ 5 cm yang disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Unsur hara yang hilang melalui panen umur 5 tahun
N total P K Ca Mg
Rotasi
(kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha
1 761,82 114,26 1288,36 505,61 34,26
2 741,79 146,84 1318,98 377,06 36,68
Unsur hara yang hilang melalui panen sangat besar pada setiap kegiatan
pemanenan di lakukan. Pemanenan yang terus menerus dengan daur yang pendek
menyebabkan sejumlah hara ke luar ekosistem sehingga berpengaruh terhadap
ketersediaan hara dan kualitas tapak. Agar penurunan kualitas tapak tidak terjadi,
maka kehilangan hara melalui panen harus diganti melalui input hara setara
dengan hara yang terkandung dalam kayu yang di panen.
Hasil di atas lebih besar jika dibandingkan dengan hasil panen pada salah
satu jenis tetuanya E. urophylla umur 7 tahun di tempat yang sama dengan hasil
panen sebesar 427,2 kg N/ha; 116,83 kg P/ha; 792 kg K/ha; 19,8 kg Ca/ha dan
9,9 kg Mg/ha (Napitupulu 1995). Perbedaan ini lebih disebabkan pengaruh
faktor genetik dari bibit unggul hibrid E. urograndis yang digunakan, dimana
secara genetik E. urograndis lebih unggul dalam pertumbuhan sebesar 17,69%.
Jumlah hara dalam sisa tebangan. Biomassa bagian jaringan tanaman
dari tegakan hutan tanaman hibrid E. urograndis seperti batang diameter kecil <
5cm, cabang, ranting, daun, buah dan bunga merupakan sisa tebangan yang
ditinggal di lahan dan merupakan unsur hara yang masuk ke lahan sebagai pupuk
karena di sektor Aek Nauli sisa tebangan tidak dimanfaatkan dan dibiarkan tetap
berserakan di lantai hutan pasca penebangan. Hal ini berarti bahwa sisa tebangan
merupakan tambahan input unsur hara yang akan menambah ketersediaan hara
tanah pada rotasi berikutnya. Mengembalikan sisa tebangan berarti
mengembalikan unsur–unsur hara agar kerusakan yang terjadi sekecil mungkin
dan diharapkan keseimbangan sistem di lahan tidak mengalami gangguan yang
berarti. Jumlah unsur hara yang masuk ke lahan dari biomassa sisa tebangan
(tidak termasuk akar) dapat dilihat pada Tabel 28.
113
Unsur hara yang masuk lahan pasca penebangan pada daur tebang 5 tahun
sekitar 198 kg N/ha; 33 kg P/ha; 300 kg K/ha; 80 kg Ca/ha dan 9 kg Mg/ha pada
rotasi 1 dan pada rotasi 2 lebih sedikit yaitu sekitar 111 kg N/ha ; 20 kg P/ha; 103
kg K/ha; 54 kg Ca/ha dan 6 kg Mg/ha. Unsur hara yang masuk dari sisa tebangan
ke lahan tidak terjadi secara langsung tetapi secara bertahap karena dipengaruhi
oleh laju dekomposisi dari sisa tebangan tersebut.
Kebutuhan hara hibrid E. urograndis. Serapan hara dapat
menggambarkan kisaran kebutuhan hara untuk pertumbuhan tanaman hibrid E.
urograndis sampai akhir daur. Serapan hara dihitung dengan menjumlahkan
kandungan hara yang ada di tegakan dengan jumlah hara dari serasah yang jatuh
selama tanaman tumbuh, disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29 Serapan hara kumulatif pada berbagai umur tegakan hibrid
E. urograndis
N total P K Ca Mg
Rotasi Umur
(kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha
1 1 88,52 18,30 133,75 32,19 7,79
2 360,73 76,36 625,55 191,13 28,15
3 559,64 111,84 853,90 251,77 40,45
4 752,31 128,11 1.338,58 327,31 61,52
5 1152,62 204,34 1.845,02 610,58 83,20
2 1 154,80 34,35 248,90 57,99 13,18
2 381,46 91,13 673,51 184,53 32,58
3 687,05 154,10 1.246,30 328,46 53,15
4 843,20 169,44 1.450,92 380,62 72,18
5 1106,42 240,48 1.798,54 465,92 88,23
K/ha (16%), Ca sebesar 116 kg Ca/ha (6%) dan hara Mg sebesar 161 kg Mg/ha
(16%).
Produktivitas serasah
Rata-rata produksi total serasah hibrid E. urograndis dihitung berdasarkan
jumlah serasah yang jatuh ke lantai hutan per satuan waktu (Lampiran 12). Jumlah
serasah yang jatuh setiap umur tegakan disajikan pada Tabel 32, sedangkan
jumlah serasah selama tegakan tumbuh dihitung dengan menjumlahkan produksi
serasah secara kumulatif yang dapat dilihat pada Tabel 33.
Produksi
Umur N P K Ca Mg
Rotasi serasah
(thn) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)
(kg/ha/thn)
1 1 3.576 33,61 9,05 43,16 4,90 5,83
2 4.094 41,76 11,05 45,33 4,22 7,78
3 4.361 41,12 10,77 48,4 5,36 8,85
4 5.318 52,28 13,46 64,19 6,01 9,57
5 4.676 43,95 12,62 54,7 4,82 8,09
2 1 3.667 33,48 12,21 45,83 4,4 7,96
2 4.084 47,51 12,79 52,16 5,84 7,88
3 4.883 57,28 15,62 64,31 7,96 8,64
4 6.227 64,32 19,74 79,70 9,96 12,45
5 4.430 50,37 12,85 54,49 6,51 8,99
116
Tabel 33 Masukan unsur hara dari serasah selama umur tegakan hibrid
E. urograndis
N total P K Ca Mg
Rotasi Umur
(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)
1 1 33,61 9,05 43,16 4,90 5,83
2 75,37 20,1 88,49 9,12 13,61
3 116,49 30,87 136,89 14,48 22,46
4 168,77 44,33 201,08 20,49 32,03
5 212,72 56,95 255,78 25,31 40,12
2 1 33,48 12,21 45,83 4,40 7,96
2 80,99 25 97,99 10,24 15,84
3 138,27 40,62 162,3 18,2 24,48
4 202,59 60,36 242 28,16 36,93
5 252,96 73,21 296,49 34,67 45,92
Gambar 39 Hubungan antara produksi serasah dengan curah hujan pada umur 1
tahun hibrid E. urograndis.
Gambar 38 Hubungan antara produksi serasah dan curah hujan pada umur 2
tahun E. urograndis.
Gambar 40 Hubungan antara produksi serasah dengan curah hujan pada umur 2
tahun hibrid E. urograndis.
Gambar 41 Hubungan produksi serasah dengan curah hujan pada umur 3 tahun
hibrid E. urograndis.
118
Gambar 42 Hubungan produksi serasah dengan curah hujan pada umur 4 tahun
hibrid E. urograndis.
Gambar 43 Hubungan produksi serasah dan curah hujan pada umur 5 tahun
hibrid E. urograndis.
Dari gambar terlihat jelas bahwa semakin tinggi curah hujan maka produksi
serasah yang jatuh relatif menurun dan sebaiknya semakin kering lingkungan
maka produksi serasah semakin banyak.
119
selama 4 bulan pengamatan (Gambar 44). Semakin rendah nilai C/N maka
semakin tinggi jumlah bobot serasah yang hilang yang berarti serasah yang
terdekomposisi semakin banyak.
Rotasi 1 Rotasi 2
60 60
C
C
/
/
N
50 50 N
1
1
40 40
t
t
h
h
30 30
C C
/ /
20 N 20
N
2 2
10 10
t t
h h
0 0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Bulan ke Bulan ke
Gambar 44 Hubungan nilai ratio C/N dengan bobot serasah yang hilang selama
dekomposisi.
0,45
0,40
0,35 k per
bulan R 1
0,30
K per
0,25 bulan R 2
0,05
0,00
1 th 2 th 3 th 4 th 5 th
permukaan dan erosi tanah yang terjadi di lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 46.
400 357,95
350 307,61
326,26
278,98 271,59
300 300,89 253,11
250 194,53
200
141,12 134,52
150
100
50
0
1 thn 2 thn 3 thn 4 thn 5 thn
Umur
Aliran permukaan (m3/ha/thn) Erosi (kg/ha/thn)
Jumlah erosi dan aliran permukaan yang terjadi di bawah tegakan hibrid E.
urograndis menurun sejalan dengan peningkatan umur tegakan. Penurunan
jumlah erosi berbeda nyata antara umur 1 tahun dengan umur 3 tahun, tetapi tidak
berbeda nyata untuk umur tegakan 4 dan 5 tahun yang besarnya berkisar 134-141
kg/ha/tahun. Penurunan jumlah aliran permukaan tidak terlalu tajam antar umur
tanaman muda dengan umur tua 5 tahun yaitu sekitar 279- 253 m3/ha/tahun dan
tidak berbeda nyata. Hal ini karena dengan semakin tua umur tegakan maka
penutupan tajuk semakin baik sehingga dapat melindungi tanah dari tenaga
kinetik hujan. Selain itu, penumpukan serasah di atas permukaan tanah semakin
banyak dengan bertambahnya umur tegakan yang dapat berfungsi sebagai
penahan air hujan yang jatuh dan menghambat laju erosi dan aliran permukaan.
Menurut Wiersum (1984) tingkat erosi dalam hutan tropis dan sub tropis rata-rata
sebesar 0,3 ton/ha/tahun (berkisar antara 0,03 sampai maksimal 6,2 ton/ha/tahun),
sedangkan di hutan tanaman tidak terganggu dan memiliki lapisan organik yang
berkembang dengan baik, tingkat erosi tahunan rata-rata sekitar 0,6 ton/ha.
lebih rendah dari batasan laju erosi yang diizinkan. Demikian pula bila
dibandingkan dengan erosi yang terjadi di hutan tanaman A. mangium di PT.
Arara Abadi sebesar 0,28 - 0,38 ton/ha/tahun (Mindawati dan Pratiwi 2008),
maka erosi di bawah tegakanhibrid E. urograndis ini pada saat umur tegakan
muda sampai 2 tahun erosi terjadi relatif sama tetapi saat tegakan berumur di atas
2 tahun erosi lebih kecil. Hal ini disebabkan di lokasi penelitian kelerengan lahan
relatif datar (0-14%), jenis tanah Inceptisol yang mempunyai sifat tanah bersolum
cukup dalam sekitar 75 cm dan cara-cara persiapan lahan yang dilakukan dengan
membiarkan sisa tebangan tetap berserakan di lahan serta tanaman bawah yang
hanya disemprot dengan herbisida sehingga dapat menghambat laju erosi dan
aliran permukaan.
Besaran hara yang hilang dari sistem lahan bertegakan hibrid E. urograndis
melalui erosi dan aliran permukaan dihitung melalui penjumlahan kandungan hara
dari erosi dan aliran permukaan, disajikan pada Tabel 36. Sedangkan besaran
kumulatif erosi, aliran permukaan dan jumlah hara yang hilang sampai umur
tegakan tertentu dapat dilihat pada Tabel 37.
Kandungan unsur hara yang hilang melalui aliran permukaan dan erosi tidak
selalu menurun dari umur tegakan muda 1 tahun ke tegakan umur tua, tetapi
secara kumulatif jumlah unsur hara yang hilang melalui aliran permukaan dan
erosi meningkat dengan lamanya tegakan tumbuh. Jumlah unsur hara yang
terbawa aliran permukaan dan erosi berfluktuasi antar umur tegakan dan sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama oleh curah hujan yang terjadi.
Unsur hara yang hilang melalui aliran permukaan lebih besar dibanding hara yang
hilang melalui erosi. Hal ini dapat dimengerti karena air hujan akan mengikis hara
di permukaan yang besarannya sangat tergantung pada lebar tajuk dan serasah di
lantai hutan. Lebar tajuk dan serasah berfungsi sebagai penahan aliran air hujan
sebelum ke permukaan tanah.
124
Tabel 36 Unsur hara terlarut dari erosi dan aliran permukaan setiap umur tegakan
hibrid E. urograndis
Tabel 37 Jumlah kumulatif dan unsur hara yang hilang melalui erosi dan aliran
permukaan selama umur tegakan
Sampai Unsur hara yang hilang (kg/ha)
Parameter
umur N P K Ca Mg
Erosi 1 0,25 0,0003 0,11 0,21 0,01
(kg/ha) 2 0,52 0,0005 0,20 0,37 0,02
3 0,68 0,0006 0,24 0,44 0,02
4 0,83 0,0007 0,28 0,54 0,03
5 0,95 0,0008 0,32 0,61 0,03
Aliran 1 0,85 0,13 1,00 0,52 0,08
permukaan 2 1,53 0,24 1,87 0,90 0,14
(m3/ha) 3 2,20 0,36 3,12 1,21 0,23
4 2,89 0,46 3,79 1,45 0,28
5 3,53 0,57 4,77 1,73 0,37
Kehilangan unsur hara melalui erosi dan aliran permukaan sampai umur 5
tahun pada jenis tanah Inceptisol yang ditanami hibrid E. urograndis sangat kecil
yaitu sebesar 4,48 kg N/ha, 0,57 kg P/ha, 5,09 kg K/ha, 2,34 kg Ca/ha dan 0,40 kg
Mg/ha. Hal ini menandakan bahwa hibrid E. urograndis yang di tanam di Aek
Nauli dengan perlakuan berdasarkan SOP yang berlaku saat ini (lihat sub bab
teknik silvikultur) tidak menyebabkan erosi dan aliran permukaan tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa penurunan kandungan hata tanah dari rotasi 1 ke rotasi 2 yang
terjadi di lahan bertegakan hibrid E. urograndis tidak disebabkan oleh erosi dan
aliran permukaan.
Secara keseluruhan dari hasil-hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa penurunan volume atau biomassa termanfaatkan yang dihasilkan
125
3. Laju dekomposisi batang diameter < 5cm, cabang, akar sama dengan laju
dekomposisi ranting yaitu 2 kali laju dekomposisi serasah (Arunachalam dan
Singh 2004)
4. Kadar hara semua bagian tegakan dan tapak diasumsikan mengikuti nilai
minimum hingga maksimum kadar hara hasil pengukuran dalam hasil
penelitian ini (kadar hara tidak berubah).
5. Kehilangan hara saat penyiapan lahan sama dengan hilangnya hara melalui
erosi dan aliran permukaan selama 2 bulan kegiatan penyiapan lahan sebelum
tanam dengan rata-rata sebanyak 0,37 kg N/ha; 0,04 kg P/ha; 0,34 kg K/ha;
0,16 kg Ca/ha dan 0,03 kg Mg/ha.
6. Penambahan unsur hara tertentu tidak mempengaruhi unsur hara yang lain.
7. Proses pembentukan tanah dari pelapukan bahan induk diasumsikan tidak
terjadi.
Dalam penelitian ini diagram umpan balik didasari dan dimodifikasi dari
model dinamika hara N pada tegakan Pinus (Rusdiana 2007). Diagram umpan
balik dinamika neraca hara dapat dilihat pada Gambar 47.
Pertumbuhan dan biomassa tegakan dipengaruhi oleh kondisi hara dalam
tanah. Menurut Indrawan (2000) di alam hara yang terkandung dalam tanah dapat
berkurang dan dapat bertambah. Fluktuasi kandungan hara tanah akan dipengaruhi
oleh hara dari produksi serasah yang jatuh selama tegakan tumbuh melalui proses
pelapukan, dari proses pelapukan sisa tebangan dan dari tambahan hara yang
diberikan pada lahan baik melalui pemupukan, penerapan bioteknologi maupun
melalui teknik silvikultur intensif (persiapan lahan, pemeliharaan dan penerapan
teknologi). Ini semua diekspresikan melalui pemodelan perhitungan neraca hara.
Neraca unsur hara dari suatu ekosistem dapat dihitung berdasarkan unsur
hara yang masuk ke dalam tanah diukur sebagai penambahan (fluks positip) dan
unsur hara yang keluar dari tanah diukur sebagai pengurangan (fluks negatip).
127
Dalam penelitian ini yang termasuk unsur hara yang masuk ke dalam tanah
adalah unsur hara dari sisa tebangan yang ditinggalkan di lantai hutan (batang
diameter <5cm, cabang, ranting, daun, bunga, buah dan akar), unsur hara dari
serasah yang jatuh ke lantai hutan dan unsur hara dari pemupukan yang diberikan
saat tanaman masih muda, sedangkan unsur hara yang keluar dari lahan adalah
unsur hara dari hasil panen yang diangkut ke pabrik, unsur hara yang terbawa oleh
erosi dan aliran permukaan serta unsur hara yang keluar saat kegiatan penyiapan
lahan dilakukan. Besaran kandungan hara pada setiap parameter di atas untuk
rotasi 1 dan 2 dapat dilihat pada Lampiran 9.
Diagram Alir
ditentukan melalui jumlah produksi serasah selama tegakan tumbuh dan dari sisa
tebangan yang ditinggalkan di lapangan. Keduanya akan termineralisasi secara
bertahap tergantung pada laju dekomposisi. Selain itu, pemberian input hara yang
dilakukan pihak manajemen dalam memelihara tegakan akan menambah jumlah
asupan hara ke lahan pada awal penanaman. Hara keluar dipengaruhi oleh
besaran hara yang terkandung dalam kayu hasil panen, erosi dan aliran
permukaan yang membawa sejumlah unsur hara keluar lahan, dan oleh kegiatan
saat persiapan lahan dilakukan.
input dan output pada lahan bertegakan klon Eucalyptus. Perkiraan kekurangan
unsur hara N pada akhir daur tanaman klon Eucalyptus yang pengembangannya
melalui permudaan secara vegetatif sebesar –165 N kg/ha setelah rotasi pertama,
sedangkan pada tegakan yang berasal dari trubusan prediksi kekurangan hara N
sebesar – 375 kg N/ha setelah rotasi pertama dan kekurangan sebesar –550 kg
N/ha setelah akhir rotasi ke dua. Hasil penelitian lain tentang siklus hara pada
tanah bertegakan klon Eucalyptus umur 6 tahun di Congo menghasilkan neraca
hara (input-output) yang negatif untuk hara N, P, K dan Mg (Laclau et al. 2005).
Di lokasi penelitian, sejak rotasi pertama untuk hibrid E. urograndis telah
dilakukan pemupukan pada awal penanaman berdasarkan SOP yaitu pupuk dasar
rock posphat 300 kg/ha dan pupuk NPK majemuk 100 kg/ha) dan pupuk lanjutan
secara bertahap sebagai pemeliharaan (180 kg/ha Urea + 145 kg/ha TSP) yang
setara dengan 96 kg N/ha + 63,18 kg P/ha + 12,45 kg K/ha + 109,61 kg Ca/ha.
Terbukti berdasarkan hasil simulasi bahwa pemupukan sebesar itu belum dapat
menyeimbangkan neraca hara jika daur yang digunakan 5 tahun.
Daur tebang 6 dan 7 tahun mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap
neraca hara karena jumlah input hara yang lebih besar, terutama daur 6 tahun
dimana rotasi pertama neraca hara untuk semua unsur hara masih positif. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu untuk jenis Acacia mangium
dimana daur tebang lebih besar 5 tahun (6 dan 7 tahun) lebih baik dibanding daur
tebang 5 tahun dari aspek kesuburan tanah, walaupun dari aspek produktivitas
maksimum dicapai pada umur 5-5,5 tahun dan dari aspek ekonomi financial
dicapai pada umur 5 tahun (Wahyono dkk. 2005). Folster dan Khanna (1997)
menyatakan bahwa panjang daur dalam setiap rotasi sangat mempengaruhi laju
kehilangan hara melalui tebangan.
Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek ekologi
ternyata daur tebang 6 tahun lebih baik untuk diterapkan dalam pengelolaan HTI
E. urograndis dibanding daur tebang 5 tahun, sedangkan dari aspek ekonomi yaitu
produksi yang dihasilkan berdasarkan daur volume maksimum dimana daur
volume maksimum dicapai pada umur 5,4 - 6 tahun. Oleh karena itu maka daur
tebang optimal dapat dicapai pada umur 6 tahun sehingga disarankan sebaiknya
untuk HTI hibrid E. urograndis gunakan daur tebang umur 6 tahun.
134
Strategi pemulihan kualitas tapak didasarkan pada neraca hara yang tidak
seimbang yaitu neraca hara yang negatif melalui pendekatan skenario
penambahan input hara pada periode daur berikutnya. Penentuan input hara
dilakukan melalui skenario dengan menaikkan jumlah hara sampai neraca hara
seimbang atau sampai jumlah unsur hara yang masuk sama dengan atau lebih
tinggi dari jumlah unsur hara yang keluar. Hasil simulasi dalam rangka perbaikan
kondisi hara tanah setelah tebang dengan skenario penambahan hara untuk semua
unsur hara dapat dilihat pada Lampiran 16, sedangkan prediksi kebutuhan hara
agar neraca hara seimbang dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38 Kebutuhan jumlah hara untuk perbaikan kualitas tanah
Berdasarkan Tabel 38, terlihat bahwa daur tebang 5 tahun memerlukan input
hara lebih banyak untuk pemulihan kondisi kandungan hara tanah agar
keseimbangan neraca hara terjadi dibanding daur 6 tahun dan 7 tahun hampir pada
semua jenis unsur hara. Sebagai contoh pada daur tebang 5 tahun, untuk
135
memulihkan kandungan hara tanah maka pada awal rotasi 2 diprediksi perlu
penambahan input hara N sebanyak 8 kali SOP (768 kg N/ha) setara dengan
sekitar 1,70 ton Urea/ha, unsur hara P sebanyak 2 kali SOP (126 kg P/ha) setara
dengan 628 kg TSP/ha, unsur hara K sebanyak 95 kali SOP (1183 kg K/ha) setara
dengan sekitar 2,84 ton KCl/ha, unsur hara Ca sebanyak 5 kali SOP (548 kg
Ca/ha) setara dengan sekitar 1,37 ton kapur murni/ha dan unsur hara Mg
sebanyak 20 kali SOP (20 kg Mg/ha) setara dengan 185 kg dolomit/ha. Pada awal
rotasi 3 kebutuhan input hara sebanyak 768 kg N/ha, 126 kg P/ha, 1494 kg K/ha,
439 kg Ca/ha dan 30 kg Mg/ha. Jika daur tebang 6 tahun, input hara N cukup satu
kali SOP pada awal rotasi 2 dan rotasi 3, kemudian pada awal rotasi 4 perlu input
hara N sebanyak 4 kali SOP dan awal rotasi 5 perlu input hara N sebanyak 7 kali
SOP. Jika daur tebang yang digunakan 7 tahun maka pada awal rotasi 2 hanya
perlu input hara 1 kali SOP tetapi pada awal rotasi 3 perlu input hara lebih
banyak yaitu sekitar 7 kali SOP. Begitu pula untuk kebutuhan unsur hara N, P,
K, Ca dan Mg pada daur tebang 6 tahun lebih sedikit dibanding jika daur tebang
yang digunakan 5 tahun dan 7 tahun.
Penambahan pupuk sebesar hasil simulasi di atas (N, P, K, Ca dan Mg)
harus melalui uji coba secara langsung di lapangan terlebih dahulu. Disarankan
pemupukan dilakukan secara bertahap karena pemberian pupuk pada awal tanam
saja hanya berfungsi dalam memacu pertumbuhan awal dan mengembangkan
sistem perakaran, tetapi sangat sedikit pengaruhnya untuk jangka panjang
terhadap kesuburahn tanah. Menurut Gonçalves et al. (1997) pemupukan pada
jenis berdaur pendek lebih baik dilakukan pada waktu antara penanaman dan
sebelum tajuk menutup.
Penambahan unsur hara melalui pemupukan harus memperhatikan
beberapa faktor, seperti: tingkat effisiensi penyerapan hara suatu jenis pohon,
effisiensi penggunaan hara dalam proses metabolisme, kebutuhan hara tanaman,
kemampuan mengabsorpsi hara dari tanah, kehilangan hara (panen, erosi dan
aliran permukaan), ketersediaan hara dalam tanah, penambahan hara (dari udara,
air irigasi, bahan organik, fiksasi N) dan adanya interaksi yang saling
mempengaruhi antar unsur hara yang berbeda, seperti contoh penambahan unsur
136
20-35% dan biaya total investasi 9-16%. Kompensasi pemupukan sebesar hara
yang hilang melalui panen, erosi dan pencucian serta pembakaran sisa tebangan
akan meningkatkan biaya penanaman 29-62% dan biaya total investasi 13-29%,
sehingga konsekwensinya adalah terjadi penurunan keuntungan berdasarkan IRR
(internal rate of return) dari 14% turun menjadi 9-12%. Biaya pemupukan untuk
jenis Eucalyptus lebih tinggi dibanding jenis Acacia mangium (Mackensen dan
Folster 2000). Peningkatan biaya tersebut kemungkinan besar akan lebih tinggi
lagi karena tambahan biaya yang timbul dalam kegiatan pemupukan seperti
perencanaan, penelitian dan pelatihan petugas lapangan (Mackensen 2000a).
Sehubungan dengan jumlah pupuk yang harus diberikan sangat besar dan
biaya pemupukan sangat mahal, maka perlu strategi pengelolaan hara berupa
penerapan teknik-teknik silvikultur yang efektif, efisien dan ramah lingkungan
(low impact management) agar jumlah input hara yang dibutuhkan menurun.
Beberapa strategi teknik silvikultur yang dapat diterapan dalam pengelolaan HTI
hibrid Eucalyptus urograndis di Simalungun, Sumatera Utara adalah :
Penyiapan lahan
Penyiapan lahan dilakukan sesedikit mungkin mengolah lahan dengan alat
berat (minimum tillage) agar kehilangan unsur hara melalui erosi dapat ditekan
sekecil mungkin. Tidak melakukan tebang bakar karena akan meningkatkan
kehilangan unsur hara dalam tanah. Menurut Mackensen (2000a), kehilangan
unsur hara ke atmosfir akibat kegiatan tebang bakar diperkirakan cukup tinggi,
yaitu untuk jenis Acacia mangium 2,5 kg P/ha lebih tinggi dari E. deglupta 1,1 kg
P/ha dan kehilangan Ca dan Mg sama untuk kedua jenis tersebut sekitar 63-64 kg
Ca/ha dan sekitar 20-21 kg Mg/ha. Pembakaran akan memicu kehilangan unsur
hara terutama hara N karena N dapat hilang dalam jumlah banyak melalui
volatilisasi.
Penanaman
Dalam rangka meningkatkan jumlah hara N tanah dapat dilakukan melalui
penanaman dengan pola tanam campuran dengan tanaman yang mempunyai bintil
akar sehingga dapat menfiksasi nitrogen langsung dari atmosfer. Menurut Fisher
dan Binkley (2000) tanaman hutan yang dicampur dengan jenis pemfiksasi
nitrogen mengalami peningkatan kadar nitrogen. Di daerah tropik, pohon-pohon
pengikat nitrogen yang sudah ditanam secara komersial adalah : Casuarina,
Leucaena, Paraserianthes dan Acacia. Hasil penelitian Parrotta et al.(1996)
yang menanam campuran antara Eucalyptus dan Leucaena di Puerto Rico
menyatakan bahwa pohon Eucalyptus dapat menyerap N yang difiksasi oleh
Leucaena pada umur 2-3,5 tahun. Tanaman Leucaena menfiksasi N dari udara
sekitar 70% N dan pada umur 6 tahun tanaman pokok di bawah tegakan Leucaena
mampu menyerap N hasil fiksasi Leucaena sebanyak Leucaena mengikatnya (Van
Kessel et al. 1994 dalam Fisher dan Binkley 2000). Hasil penelitian tegakan
campuran Eucalyptus dan Falcataria menghasilkan akumulasi biomassa
Eucalyptus 40% lebih besar dibandingkan jika ditanam secara murni (DeBell et
al. 1997). Biomas Eucalyptus jauh lebih tinggi jika ditanam campuran dengan
Falcataria dan terjadi perubahan ketersediaan N dan P pada tegakan campuran
139
Eucalyptus dan Falcataria, dimana suplai N akan meningkat bila jumlah tanaman
Eucalyptus lebih banyak dari jumlah tanaman Falcataria (Ewers et al. 1996;
Fisher dan Blinkey 2000).
Disarankan pola tanam yang dikembangkan untuk hibrid E. urograndis
adalah campuran dengan jenis Falcataria moluccana karena kedua jenis tersebut
dapat digunakan sebagai bahan baku pulp atau hibrid E. urograndis dicampur
dengan A. mangium karena keduanya berdaur sama, sudah dikembangkan dalam
skala operasional dan sudah digunakan lama sebagai bahan baku industri pulp.
Selain itu kedua jenis pencampur tersebut dapat menfiksasi nitrogen langsung
dari atmosfer sehingga diharapkan kandungan hara N meningkat.
Pemeliharaan
Pemeliharaan di lapangan dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan yang
bertujuan meningkatkan ketersediaan unsur hara guna memperkecil kebutuhan
pupuk, diantaranya adalah :
Pemanfaatan kulit kayu. Kulit kayu lebih kaya akan unsur hara di banding
kayu itu sendiri (Nzila et al. 2002). Meninggalkan kulit kayu di lahan berarti
menambah hara dan mengganti sebagian hara yang hilang karena kulit kayu kaya
akan hara K, Ca dan Mg. Pemanfaatan kulit kayu sebagai tambahan input hara
dapat dilakukan dengan pengelupasan kulit batang di lapangan agar unsur hara
dalam kulit kayu masuk kembali sebagai input hara ke tanah. Menurut hasil
penelitian Mackensen (2000a) bahwa proporsi kehilangan unsur hara dari kulit
kayu A. mangium sebesar 45-70% dan dari kulit kayu E. deglupta sekitar 30-46%.
Hasil penelitian Folster dan Khanna (1997) menghasilkan bahwa kulit kayu hibrid
E. urograndis umur 4-5 tahun mempunyai biomassa sebesar 13% dari total
biomassa pohon yang mengandung 78% Ca, 48% K dan 68% Mg. Keluarnya
kulit kayu hibrid E. urograndis dari lahan akan memerlukan pengganti berupa
pupuk yang setara dengan 43 kg K/ha,72 kg Ca/ha dan 22 kg Mg/ha untuk tiap
satu kali rotasi. Jika kulit batang E. deglupta dan A. mangium yang ditanam di
Kalimantan Timur tidak dikeluarkan dari lahan setelah panen, maka kehilangan
unsur hara K dan Ca dapat berkurang 1/2 sampai 2/3nya (Ruhiyat 1989 dalam
Folster dan Khanna 1997).
Penggunaan limbah industri kertas (sludge) dan abu dari industri pulp.
Sludge pabrik kertas dan abu dari limbah pabrik pulp dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu bentuk pupuk setelah terlebih dahulu dikomposkan. Sludge dan abu
merupakan sumber bahan organik bagi tanah serta sumber carbon bagi mikroba
tanah yang berperan dalam proses pembentukan tanah. Menurut Widyati (2006)
potensi sludge saat ini sekitar 1,3 juta ton dan pemberian sludge dapat
meningkatkan C organik tanah, pH tanah, Kapasitas Tukar Kation tanah,
142
Berdasarkan hasil penelitian ini, neraca hara pada daur tebang 5 tahun
terjadi ketidakseimbangan yang negatif dan dalam pemulihannya memerlukan
input hara yang lebih besar dibanding jika daur tebang yang digunakan 6 tahun
atau 7 tahun. Oleh karena itu disarankan daur tanaman diperpanjang menjadi
lebih besar dari 5 tahun Perlakuan-perlakuan harus diujicobakan terlebih dahulu
sebelum diterapkan dalam skala operasional. Disarankan setiap perusahaan hutan
tanaman membuat perhitungan neraca hara setiap selesai tebangan dan hasil
perhitungan neraca hara dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan
dalam rangka perencanaan pemenuhan unsur hara jangka panjang, terutama dalam
menentukan SOP yang harus dilakukan pada rotasi berikutnya.