Anda di halaman 1dari 80

63

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan Tanaman Hibrid


Eucalyptus urograndis

Model PertumbuhanTegakan Hibrid E. urograndis Rotasi 1 dan 2


Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan dimensi pohon atau tegakan
hutan selama periode waktu tertentu (Vanclay 1994). Pertumbuhan tegakan
merupakan proses pertambahan (riap) dari suatu besaran tegakan dalam periode
tertentu. Besaran pertumbuhan atau riap tegakan dapat dilihat dari parameter
tinggi, diameter atau volume. Oleh karena itu, dinamika pertumbuhan tegakan
dapat diduga dengan menggunakan suatu model matematis berupa hubungan
antara parameter-parameter pertumbuhan: diameter, tinggi dan volume atau luas
bidang dasar dengan umur. Model matematis yang disusun dapat digunakan untuk
memproyeksikan hasil tegakan yang akan dipanen di akhir rotasi.
Dari data dimensi tegakan pada Permanent Sample Plot (PSP) dengan jarak
tanam 3 x 3 meter yaitu tinggi, diameter dan volume setiap umur tegakan
(Lampiran 2) dibuat kurva hubungan antara tinggi, diameter dan volume dengan
umur tegakan hibrid E. urograndis yang disajikan pada Gambar 13, 14 dan 15.

Pertumbuhan Tinggi E. urograndis pada Rotasi 1 dan 2

24
22
20
18
Tinggi Total (m)

16 R-1
14
12 R-2
10
8
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Umur (tahun)

Gambar 13 Kurva hubungan tinggi dengan umur tegakan hibrid E.


urograndis.
64

Pertumbuhan Diameter E. urograndis pada Rotasi 1 dan 2


18
16
14
Diameter (cm)

12
R1
10
8 R2
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Umur (tahun)

Gambar 14 Kurva hubungan diameter dengan umur tegakan hibrid E.


urograndis.

Volume Tegakan E. urograndis pada Rotasi 1 dan 2

200

150
(m3/ha)

100
R-1
50 R-2

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5
Umur (tahun)

Gambar 15 Kurva hubungan volume dengan umur tegakan hibrid E.


urograndis.

Terlihat hubungan yang linier antara tinggi, diameter dan volume dengan
umur tegakan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah umur tegakan
maka dimensi pertumbuhan semakin tinggi sampai umur 5 tahun baik pada rotasi
1 maupun rotasi 2. Grafik pertumbuhan tinggi dan diameter tegakan hibrid E.
urograndis pada rotasi 1 dan 2 relatif sama dan terlihat berhimpitan.
Model matematik pertumbuhan tinggi, diameter dan volume diatas
dihitung berdasarkan model Alder (1980) dengan nilai koefisien determinasi (R2)
yang dapat dilihat pada Tabel 6.
65

Tabel 6 Model pertumbuhan tinggi (H), diameter (D) dan volume (V) tegakan
hibrid E. urograndis

Rotasi Persamaan R2 (%)


1 Ln H = 3,35076 - 1,70468 (1/A) 97,7
Ln D = 2,95101 - 1,34829 (1/A) 96,5
Ln V = 6,08539 - 5,0607 (1/A) 97,5
2 ln H = 3,41151 - 2,02762 (1/A) 92,5
ln D = 2,99222 - 1,51973 (1/A) 86,0
ln V = 6,11650 - 5,78620 (1/A) 89,6

Pada umur 5 tahun sebelum ditebang tinggi tegakan rata-rata mencapai


sekitar 20,3 m, rata-rata diameter 14,6 cm dan volume sekitar 159,69 m3/ha
pada rotasi 1, sedangkan pada rotasi 2 tinggi rata-rata dapat mencapai 20,2 m,
rata-rata diameter mencapai 14,5 dan volume mencapai 142,49, terjadi penurunan
volume sebesar 17,2 m3/ha dari rotasi 1 ke rotasi 2. Hal ini dikarenakan jumlah
pohon yang mati sampai umur 5 tahun pada rotasi 2 lebih besar daripada rotasi 1
yaitu pada rotasi 1 kematian pohon mencapai 3,4 % sedangkan pada rotasi 2
sebesar 9 % . Jumlah pohon yang mati pada rotasi 2 lebih besar dibanding pada
rotasi 1 dikarenakan terjadi penurunan kualitas tapak pasca tebangan rotasi 1,
sedangkan pupuk yang diberikan pada awal rotasi 2 relatif sama dengan pada awal
rotasi 1 sehingga meningkatkan jumlah pohon yang mati. Kualitas tapak yang
rendah dapat menurunkan tingkat survival suatu jenis tanaman. Apabila kita
bandingkan dari data PSP dengan data TSP tentang tingkat kematian yang terjadi,
maka pada plot TSP tingkat kematian rata-rata secara operasional sebesar 19%
sampai tegakan berumur 5 tahun (lihat: Bab keadaan umum lokasi penelitian) dan
lebih besar dari tingkat kematian pada plot TSP di atas. Hal ini kemungkinan
disebabkan perbedaan perlakuan dalam menjaga dan memelihara antar plot PSP
dan TSP yang terjadi karena seringnya pemantauan dalam rangka pengukuran
secara periodik di plot PSP.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa semua persamaan model pertumbuhan
yang dihasilkan mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) yang tinggi yaitu
nilai R2 lebih dari 96% pada rotasi 1 dan lebih dari 85% pada rotasi 2. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa persamaan-persamaan model pertumbuhan
66

tinggi, diameter dan volume untuk hibrid E. urograndis pada rotasi 1 dan 2
mempunyai kriteria sebagai model yang baik dan dapat digunakan. Model yang
baik adalah model yang cukup sederhana, mudah untuk dianalisis, mudah di
terapkan dan mempunyai ketepatan pendugaan yang cukup tinggi (Latifah 2000).
Perbandingan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian terdahulu tentang
model pertumbuhan salah satu jenis tetuanya E. urophylla yang diusahakan
secara komersil di tempat yang sama (Darwo 1999) menunjukkan bahwa potensi
volume jenis hibrid E. urograndis lebih besar untuk umur yang sama. Model
pertumbuhan jenis E. urophylla adalah tinggi : H = e 2,759869.e -1,32222/A , diameter : D = e
2,64756
.e -1,91553/A dan volume : V = e 5,706568.e -4,14016/A.
Menurut Chapman dan Meyer (1949); Spurr (1952); dan Alder (1980),
pada umumnya model pertumbuhan dari data pertumbuhan dimana pengamatan
pada suatu umur terpisah dengan umur lainnya maka akan diperoleh grafik
pertumbuhan yang lebih tegak dibandingkan grafik pertumbuhan sebenarnya.
Uji kesahihan model dilakukan dengan menggunakan data dari petak tidak
permanen (TSP), yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Penilaian uji kesahihan
model berdasarkan pada nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2 adj), khi-
kuadrat dan efisiensi model tereduksi (MEF adj), dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Uji kesahihan model pertumbuhan hibrid E. urograndis
Rotasi 1 Rotasi 2
Persamaan 2 2 2 2
R2 adj χ χ tab MEF adj R adj χ χ 2 tab MEF adj

Tinggi 0,789 0,15 6,57 0,932 0,893 0,03 0,71 0,941


Diameter 0,888 0,12 6,57 0,939 0,909 0,04 0,71 0,959
Volume 0,853 1,28 6,57 0,927 0,887 0,09 0,71 0,981

Persamaan model pertumbuhan tinggi, diameter dan volume jenis E.


urograndis selaras atau sama dengan kecenderungan bentuk pertumbuhan
sebenarnya baik untuk rotasi 1 maupun rotasi 2 di lokasi sektor Aek Nauli. Hal
tersebut dilihat dari nilai determinasi terkoreksi sebesar > 78 % untuk rotasi 1
dan > 88% untuk rotasi 2; nilai khi-kuadrat χ2 < χ 2 tabel ( tidak berbeda nyata)
dan nilai MEF adj sekitar 92% - 93% untuk rotasi 1 dan 94% - 98% untuk rotasi
67

2. Hal ini berarti pula bahwa model persamaan yang dihasilkan dalam penelitian
ini sahih dan dapat digunakan untuk menggambarkan perkembangan tinggi,
diameter dan volume tegakan hutan tanaman E. urograndis di daerah Aek Nauli
atau minimal di daerah lain yang kondisi lingkungannya sama atau hampir sama
dengan lokasi penelitian.

Pendugaan Volume dan Daur Volume Maksimum Tegakan E. urograndis

Berdasarkan model pertumbuhan (Tabel 6), maka pendugaan volume dan


riap tegakan (MAI dan CAI) hibrid E. urograndis disajikan pada Tabel 8. Dalam
penelitian ini yang dimaksud volume adalah volume kayu yang dipanen dan
diangkut ke pabrik dengan ukuran diameter batang sama dan atau lebih besar dari 5
centi meter, disebut juga volume kayu termanfaatkan (Hush et al. 2003).

Tabel 8 Volume dan riap dugaan tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1 dan 2.

Umur Rotasi 1 Rotasi 2


(thn) Volume MAI CAI Volume MAI CAI
(m3/ha) (m3/ha) (m3/ha) (m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
0,5 0,02 0,04 0,04 0,00 0,01 0,01
1,0 2,79 2,79 5,54 1,39 1,39 2,77
1,5 15,05 10,04 24,53 9,57 6,38 16,36
2,0 34,99 17,49 39,87 25,11 12,56 31,08
2,5 58,04 23,22 46,10 44,79 17,92 39,36
3,0 81,33 27,11 46,58 65,88 21,96 42,17
3,5 103,49 29,57 44,32 86,77 24,79 41,81
4,0 123,99 31,00 41,00 106,69 26,67 39,84
4,5 142,71 31,71 37,43 125,30 27,84 37,21
5,0 159,69 31,94 33,97 142,49 28,50 34,38
5,5 175,08 31,83 30,78 158,30 28,78 31,61
6,0 189,04 31,51 27,91 172,80 28,80 29,01
6,5 201,71 31,03 23,07 186,11 28,63 26,61
7,0 213,24 30,46 25,34 198,32 28,33 24,44

Dugaan volume tegakan hibrid E. urograndis siap tebang umur 5 tahun


dapat mencapai sekitar 159,69 m3/ha dengan riap MAI sebesar 31,94 m3/ha pada
rotasi 1 dan sekitar 142,49 m3/ha dengan riap MAI sebesar 28,50 m3/ha pada
rotasi 2. Terjadi penurunan volume dari rotasi 1 ke rotasi 2 jika penebangan
68

dilakukan umur 5 tahun sebesar 10,8 % atau sebanyak 17,2 m3/ha. Berdasarkan
tabel tegakan sementara untuk jenis Eucalyptus spp., pertumbuhan dikatakan baik
jika pada umur 5 tahun volume mencapai 93 m3/ha dan riap MAI 18,6
m3/ha/tahun; dan pertumbuhan dikatakan jelek jika volume mencapai 27m3/ha dan
riap MAI 5,4m3/ha/tahun (Puslitbang Hutan dan konservasi Alam 2000),
sehingga pertumbuhan hibrid E. urograndis di PT Toba Pulp sektor Aek Nauli
dalam penelitian ini termasuk katagori jenis dengan pertumbuhan baik karena
pada umur 5 tahun dapat menghasilkan volume tegakan dan riap MAI yang lebih
besar.
Daur volume maksimum tegakan ditentukan berdasarkan titik potong
antara kurva CAI dengan MAI karena merupakan daur dimana riap volume
maksimal dapat dicapai. Kurva hasil perpotongan antara CAI dan MAI tegakan
hibrid E. urograndis di PT Toba Pulp Lestari pada rotasi 1 dan rotasi 2 dapat
dilihat pada Gambar 16 dan 17.

Daur volume maksimum E. urograndis pada Rotasi 1

50
45
40
Riap (m3/Ha/Th)

35
30
25 MAI CAI
20
15
10
5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Umur (Tahun)

Gambar 16 Daur volume maksimum rotasi 1 hibrid E. urograndis


69

Gambar 17 Daur volume maksimum rotasi 2 hibrid E. urograndis.

Riap volume tegakan hibrid E. urograndis di sektor Aek Nauli maksimum


terjadi pada kisaran umur antara 5 – 6 tahun dimana pada umur tersebut terjadi
perpotongan antara grafik MAI dan CAI. Pada rotasi 1 daur volume maksimum
terjadi pada umur 5,4 tahun dengan riap volume tertinggi 31,85 m3/ha/tahun
sehingga akan didapat volume sebesar 171,99 m3/ha, sedangkan untuk rotasi 2
daur volume maksimum terjadi pada umur 6 tahun dengan rata-rata riap volume
tahunan sekitar 28,80 m3/ha/tahun sehingga akan didapat volume sebesar 172,8
m3/ha. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan daur tebang 5 tahun pada rotasi 1
belum tepat karena volume yang dihasilkan masih bisa meningkat, begitu juga
pada rotasi 2 penggunaan daur tebang 5 tahun tidak tepat karena akan
menghasilkan volume yang lebih kecil sehingga terjadi penurunan hasil jika
dibandingkan dengan hasil pada rotasi 1.
Apabila kita bandingkan hasil volume dugaan hibrid E. urograndis dalam
penelitian ini dengan tetua jenis E. urophylla pada umur sama dan di lokasi yang
sama (Darwo 1999), dimana daur volume maksimum jenis E. urophylla terjadi
pada umur 5 tahun dengan MAI sebesar 26,29 m3/ha/tahun dan volume tegakan
sebesar 131,44 m3/ha, maka volume dugaan hibrid E. urograndis lebih tinggi
17,69 % setelah konversi dari tegakan E. urophylla menjadi tegakan hibrid E.
urograndis rotasi 1. Volume hibrid E. urograndis lebih tinggi diakibatkan oleh
70

perbedaan kualitas bibit secara genetik karena bibit E. urophylla yang digunakan
berasal dari biji, sedangkan bibit hibrid E. urograndis berasal dari bibit vegetatif
dengan klon unggul dimana gen baru lebih efisien dalam proses fisiologi
sehingga lebih banyak karbohidrat yang dapat dikonversi ke jaringan tanaman.
Menurut Hardiyanto (2009), kontribusi bibit unggul secara genetik pada
produktivitas jenis E. grandis di Brazil dapat meningkat sebesar 15-20% dan jika
benih unggul tersebut dibarengi dengan pemupukan Nitrogen dan pemeliharaan
tanaman secara intensif maka kenaikan dapat mencapai 100%.
Hasil penelitian terhadap jenis tanaman hibrid E. urograndis di negara lain,
yang ditanam di Congo pada tanah miskin hara sampai umur 6 tahun dapat
mencapai volume 158 m3/ha dengan riap tahunan 26 m3/ha/tahun (Laclau et al.
2005), sedangkan pada tanah subur produktivitas hibrid E. urograndis sangat
tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 m3/ha/tahun (Campinhos
1993). Hasil penelitian tegakan hibrid E. urograndis di Bahia, Brazil yang
ditanam seluas 42.000 ha pada ketinggian 0-300 meter dari permukaan laut
mempunyai riap rata-rata sekitar 30 m3/ha pada 3 jenis tanah (Oxisol berpasir,
Ultisol berpasir dan Ultisol berlempung) dengan curah hujan <1000 mm/tahun.
Pada curah hujan antara 1000-1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan dapat
mencapai sekitar 37 m3/ha pada tanah Ultisol berlempung; 34 m3/ha pada tanah
Ultisol berpasir dan sekitar 30 m3/ha pada tanah Oxisol berpasir. Pada lahan yang
mempunyai curah hujan > 1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan menjadi sekitar
58 m3/ha pada tanah Ultisol berlempung; sekitar 47 m3/ha pada tanah Ultisol
berpasir dan sekitar 38 m3/ha pada tanah Oxisol berpasir (Stape et al. 1997 dalam
Fisher dan Binkley 2000). Menurut Gonçalves et al. (1997) pertumbuhan hibrid
E. urograndis di Brazil pada tanah Ultisol sangat beragam dengan kisaran riap
rata-rata tahunan pada umur 5 tahun sebesar 12–48 m3/ha/tahun.
Riap MAI hibrid E. urograndis di Aek Nauli hasil dalam penelitian ini
dibandingkan dengan rata-rata riap untuk jenis yang sama di negara lain (APHI
2010) terlihat bahwa hibrid E. urograndis yang ditanam di Indonesia riapnya
masih di bawah jenis yang ditanam di Brazil tetapi lebih tinggi dibanding dengan
yang ditanam di Chile dan Uruguay (Gambar 18).
71

50
50
40 40
40 35
30 32 Potensial
29
30 25 25
MAI m3/ha/th
Current
20 **)
10
0
Brazil Uruguay Chile Indonesia
*)

Keterangan : *) Hasil penelitian ini


**) pada rotasi 1

Gambar 18 Perbandingan MAI (m3/ha/tahun) hutan tanaman hibrid Eucalyptus


urograndis di beberapa negara.

Produktivitas hibrid E. urograndis sangat ditentukan oleh jenis tanah dan


curah hujan tahunan (Fisher dan Binkley 2000). Namun jika dibandingkan dengan
kondisi tapak di Aek Nauli yang mempunyai jenis tanah Inceptisol dengan curah
hujan rata-rata tahunan sebesar 2824 mm, seharusnya hibrid E. urograndis
tumbuh lebih baik dengan produktivitas lebih tinggi karena disamping curah hujan
tinggi juga tanah jenis Inceptisol merupakan tanah yang masih muda dan relatif
subur. Lebih kecilnya produktivitas hibrid E. urograndis di Indonesia diduga
disebabkan oleh perbedaan ketinggian tempat dimana di Aek Nauli jenis tersebut
tumbuh pada dataran tinggi sehingga mengakibatkan laju fotosintesis lebih rendah
dan pertumbuhan lebih lambat, sedangkan di Brazil hibrid E. urograndis di atas
yang ditanam pada dataran rendah. Selain itu beberapa faktor yang menyebabkan
masih rendahnya produktivitas adalah: keragaman genetik dari klon yang
dihasilkan masih rendah dibanding dengan klon di Brazil; input hara yang masih
rendah; ketidakdisiplinan dari pelaksana di lapangan dalam menerapkan standar
operasional yang berlaku dan standar operasional yang belum sempurna (APHI
2010).
72

Produksi Biomassa Tegakan Hibrid E. urograndis

Ukuran produktivitas tegakan dapat diukur dalam bentuk biomassa


tergantung tujuan pemanfaatan dari jenis yang diusahakan. Biomassa tegakan
adalah jumlah total bahan hidup jaringan tanaman pada suatu waktu (Rusdiana
2007). Biomassa tegakan diukur berdasarkan berat kering open dan dibagi ke
dalam bagian-bagian jaringan tegakan (batang dan kulit, cabang, ranting, daun dan
buah). Perhitungan produksi biomassa dilakukan berdasarkan data dimensi
tegakan pohon contoh pada petak ukur tidak permanen. Jumlah biomassa setiap
bagian tegakan berdasarkan berat kering dapat dilihat pada Tabel 9.

Peningkatan total biomassa terjadi mulai dari umur 1 tahun meningkat terus
sejalan dengan bertambahnya umur tegakan sampai tegakan berumur 5 tahun baik
pada rotasi 1 maupun rotasi 2. Terjadi penurunan total biomassa dari rotasi 1 ke
rotasi 2 saat penebangan dilakukan pada umur 5 tahun. Penurunan biomassa pada
saat panen dari rotasi 1 ke rotasi 2 terjadi sebesar: untuk bagian batang
berdiameter ≥ 5 cm turun sebesar 6,3%; batang < 5 cm turun 1,8%; cabang
turun 0,2 %; ranting turun 57,6 %; daun turun 26,97% dan buah turun 79,1%.
Penurunan biomassa total mencapai 10,5% dan sebagian besar merupakan
penurunan hasil biomassa termanfaatkan sebesar 6,3%. Hasil ini sejalan dengan
hasil volume tegakan yang menurun dari rotasi 1 dan 2 sebesar 10,8%.

Biomassa batang dan kulit berdiameter ≥ 5 cm yang dipanen pada umur 5


tahun mencapai 142-151 ton/ha, batang berdiameter < 5 cm 1 ton/ha, cabang 7-8
ton/ha, ranting 3-8 ton/ha dan daun 4-5 ton.

Tabel 9 Rata-rata biomassa (ton/ha) bagian tegakan hibrid E. urograndis

Umur Batang Batang Jumlah


Rotasi Cabang Ranting Daun Buah
(thn) d≥5cm d<5cm Biomassa
1 1 1,92 1,56 1,00 0,95 2,13 - 7,56
2 36,02 2,11 7,11 2,22 5,35 0,02 52,83
3 58,67 2,84 7,55 2,65 5,28 0,07 77,06
4 89,83 2,39 10,71 2,18 3,43 - 108,54
5 151,28 0,99 8,04 7,70 5,31 2,21 175,53
2 1 3,81 2,03 4,19 1,06 4,99 - 16,08
2 31,37 2,76 4,95 3,20 8,47 0,06 50,81
3 80,92 2,21 8,21 2,21 5,67 0,01 99,23
4 98,79 1,52 7,50 2,92 6,16 0,71 117,60
5 141,81 0,97 6,66 3,26 3,88 0,46 157,04
73

Hasil di atas jika dibandingkan dengan jenis Acacia mangium yang di


tanam di Riau pada umur yang sama 5 tahun dapat menghasilkan berat batang
yang dipanen sekitar 197 ton/ha (Mindawati dan Pratiwi 2008), dan jenis A.
mangium di Sumatera Selatan dapat menghasilkan sebesar 146-190 ton/ha
(Hardiyanto et al. 1999 dalam Koranto 2003), maka produktivitas hibrid E.
urograndis lebih kecil, sedangkan jika dibandingkan dengan tanaman Gmelina
arborea di Kalimantan yang menghasilkan biomassa batang pada umur 6 tahun
sebesar 120 ton/ha di lahan yang subur (Koranto 2003), maka produktivitas
hibrid E. urograndis lebih besar.
Hasil penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan biomassa jenis
yang sama yang ditanam di Congo pada umur 4,5 tahun dapat mencapai rata-rata
berat kering batang 77,4 ton/ha, kulit 11,8 ton/ha, cabang 15,2 ton/ha dan daun 3,3
ton/ha (Spangenberg et al. 1995). Hal ini lebih disebabkan perbedaan kondisi
tempat tumbuh terutama iklim setempat dari kedua negara. Menurut Koranto
(2003) meskipun sifat kimia dan fisik tanah di wilayah tropis lebih rendah dari
pada di wilayah temperate, tetapi pada umumnya produktivitas biomassa di daerah
tropis lebih besar daripada di daerah temperate karena temperatur, curah hujan,
kelembaban, jumlah mikroorganisme dan periode tumbuh lebih tinggi di daerah
tropis dibanding daerah temperate.
Selanjutnya, perkembangan dan perbandingan data sebaran persentase
biomassa tiap bagian tegakan hibrid E. urograndis antara rotasi 1 dan rotasi 2
dapat dilihat pada Gambar 19 sampai Gambar 23.

Biomassa terbesar terdapat pada bagian batang berdiameter ≥ 5 cm.


Semakin bertambah umur tegakan semakin besar biomassa batang berdiameter ≥
5 cm yang diangkut ke luar lahan. Pada umur 1 tahun biomassa batang
berdiameter ≥ 5 cm sekitar 24 - 25%, umur 2 tahun sekitar 62 - 68%, umur 3
tahun sekitar 76% -82%, umur 4 tahun sekitar 83 - 84% dan umur 5 tahun sekitar
86-90% dari total tegakan. Hasil ini relatif sama dengan jenis-jenis rotasi pendek
di India dimana kontribusi batang dan cabang sekitar 82 – 96% dari total tegakan
(Garg dan Singh 2003).
74

R 1 Umur 1 Tahun R 2 Umur 1 Tahun

28% 25% 24%


31%

13%
13% 21% 6%

13% 26%

Batang d ≥ 5 cm
Batang d ≥ 5 cm Batang d < 5 cm
Batang d < 5 cm
Cabang Ranting
Daun + Buah Cabang

Gambar 19 Perbandingan sebaran biomassa (%) umur 1 tahun rotasi 1 dan 2.

R 1 Umur 2 Tahun R 2 Umur 2 Tahun

10% 17%
4%
6%
14%
10% 62%
4% 68%
5%

Batang d ≥ 5 cm Batang d < 5 cm


Batang d ≥ 5 cm Batang d< 5 cm Cabang Ranting
Cabang Ranting Daun + Buah

Gambar 20 Perbandingan sebaran biomassa (%) bagian tanaman umur 2 tahun


antara rotasi 1 dan rotasi 2.
75

3%
R 1 Umur 3 Tahun R 2 Umur 3 Tahun
2%

7% 2%
6%
10% 8%

4%

76%
82%

Batang d ≥ 5 cm Batang d< 5 cm Batang d ≥ 5 cm Batang d < 5 cm


Cabang Ranting Cabang Ranting
Daun + Buah Daun + Buah

Gambar 21 Perbandingan sebaran biomassa (%) bagian tanaman umur 3 tahun


antara rotasi 1 dan rotasi 2.

R 1 Umur 4 Tahun R 2 Umur 4 Tahun


3% 3%
2%
1%
2%
6%
10% 6%

83% 84%

Batang d ≥ 5 cm
Batang d ≥ 5 cm
Batang d < 5 cm
Batang d< 5 cm

Gambar 22 Perbandingan sebaran biomassa (%) bagian tanaman umur 4 tahun


antara rotasi 1 dan rotasi 2.
76

R 1 Umur 5 Tahun R 2 Umur 5 Tahun


2%
1%
1% 3%
4% 5% 4%
4%

86% 90%

Batang d ≥ 5 cm Batang d< 5 cm Batang d ≥ 5 cm Batang d< 5 cm


Cabang Ranting Cabang Ranting

Gambar 23 Perbandingan sebaran biomassa (%) bagian tanaman umur 5 tahun


antara rotasi 1 dan rotasi 2

Apabila dibandingkan dengan jenis Gmelina arborea di Kalimantan


dimana batang merupakan komponen terbesar sekitar 80% dari biomassa total
(Koranto 2003) dan jenis A. mangium pada umur 5 tahun yang mempunyai
persentase batang ≥ 8 cm sekitar 70,6% dari total biomassa (Mindawati dan
Pratiwi 2008), maka biomassa hibrid E. urograndis lebih besar.

Menurut Sanchez (1976), di daerah tropis seperti negara Zaire, Ghana dan
Panama besarnya biomassa hutan relatif tetap yaitu sekitar 75% biomassa batang,
15-20% biomassa akar, 4% biomassa daun dan sekitar 1-2% biomassa serasah.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini mendukung pernyataan Ruhiyat (1993)
bahwa komponen batang pada suatu tegakan merupakan penyusun utama biomassa
tegakan.
Berdasarkan Coledette et al. (2008), rendemen yang dihasilkan dari hibrid
E. urograndis berkisar 51-53% sehingga dari biomassa batang berdiameter ≥ 5 cm
sekitar 142-151 ton/ha maka diduga akan menghasilkan pulp sebanyak 74-79 ton
pulp/ha.
Dari data biomassa di lapangan dibuat model pendugaan biomassa hibrid
E.urograndis berdasarkan empat model yang dicobakan dalam penelitian ini
(Brown et al. 1989; Brown 1997; Laar dan Akca 1997). Hasil model penduga
biomassa disajikan pada Tabel 10 untuk rotasi 1 dan Tabel 11 untuk rotasi 2.
77

Model pendugaan biomassa tegakan yang terbaik dicirikan dengan nilai


koefisien determinasi tertinggi dari ke empat model yang dicobakan. Persamaan
allometrik model penduga biomassa batang berdiameter ≥ 5 cm tegakan hibrid E.
urograndis untuk rotasi 1 dapat didekati dengan ke 4 model persamaan karena
semua persamaan mempunyai nilai koefisien determinasi tinggi sebesar 82,7-
95,2%. Untuk rotasi 2 hanya 2 model yaitu yang menyertakan diameter dengan
R2 sebesar 75,4 dan persamaan yang menyertakan diameter dan tinggi dengan
nilai koefisien determinasi 93,6%.
Tabel 10 Model penduga biomassa tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1

Rotasi Model pendugaan biomassa kering (kg/ha) R2(%) P


Batang d ≥5cm
 W = − 8918 + 1763 D + 373 D2 82,7 0,000
 Log W = 1,54 + 2,97 log D 92,3* 0,000
 W = 22461 + 18,3 (D H) 2 86,9 0,000
 Log W = 1,47 + 2,55 log D + 0,491 Log H 95,2* 0,000
Batang d<5cm
 W = 70 + 473 D − 23,1 D2 61,1* 0,003
 Log W = 3,32 − 0,065 Log D 0,5 0,795
22,5 0,074
 W = 2318 − 0,139 (D2 H)
0,5 0,968
 Log W = 3,32 − 0,059 log D − 0,007Log H
Cabang
41,7 0,039
 W = − 5935 + 2095 D − 73,2 D2
72,1* 0,000
 Log W = 2,19 + 1,51 log D
 W = 5619 + 0,513 (D2 H) 10,0 0,251

 Log W = 2,18 + 1,47 log D + 0,047 Log H 72,2* 0,000


Ranting
 W = 1038 − 155 D + 25,6 D2 28,7 0,132
 Log W = 2,29 + 1,04 log D 52,4 0,002
 W = 1289 + 0,752 (D2 H) 27,8 0,043
 Log W = 2,25 + 0,786 log D + 0,303 log H 57,3* 0,006
Daun
42,6 0,036
 W = 105 + 599 D − 17,4 D2
49,5 0,003
 Log W = 2,97 + 0,618 log D
17,6 0,120
 W = 3671 + 0,255 (D2 H)
49,8* 0,016
 Log W = 2,96 + 0,581 log D + 0,043 Log H
Keterangan : * = persamaan terbaik tiap bagian tegakan
W = berat kering oven; D = Diameter (cm); H = Tinggi (m)
78

Tabel 11 Model penduga biomassa tegakan hibrid E. urograndis rotasi 2

Rotasi Model pendugaan biomassa kering (kg/ha) R2(%) P


2 Batang d ≥5cm
 W = −91676 + 23307 D - 700 D2 37,7 0,058
 Log W = 1,74 + 2,82 log D 75,4 0,000
 W = 27586 + 17,1 (D2 H) 36,8 0,016
 Log W = 1,42 + 0,353 log D + 2,46 Log H 93,6* 0,000

Batang d<5cm
 W = 2374 − 8 D − 1,3 D2 2,5 0,862
 Log W = 3,37 − 0,124 log D 1,5 0,662

 W = 2137 − 7 D − 1,1 (D2 H) 8,9 0,280


44,3* 0,030
 Log W = 3,52 + 1,06 log D − 1,18 Log H
Cabang
39,1 0,051
 W = 4535 − 244 D + 31,6 D2
42,7* 0,008
 Log W = 2,70 + 1,01 log D
 W = 3783 + 0,985 (D2 H) 38,2 0,014
 Log W = 2,70 + 1,02 log D− 0,010 Log H 42,7* 0,036
Ranting
 W = − 951 + 494 D − 14,6 D2 34,7 0,077
 Log W = 2,38 + 0,946 log D 48,5 0,004
 W = 1753 + 0,303 (D2 H) 22,8 0,072
 Log W = 2,34 + 0,634 log D + 0,312 Log H 50,2* 0,015
Daun
9,7 0,541
 W = 4802 − 42 D + 10,5 D2
14.1 0,168
 Log W = 3,33 + 0,388 log D
3,5 0,505
 W = 5204 + 0,245 (D2 H)
49,4* 0,017
 Log W = 3,52 + 1,48 Log D − 1,09 Log H
Keterangan : * = persamaan terbaik tiap bagian tegakan
W = berat kering oven; D = Diameter (cm); H = Tinggi (m)

Persamaan terbaik biomasa panen untuk batang berdiameter ≥ 5 cm adalah


Log W = 1,47 + 2,55 log D + 0,491 Log H dengan nilai koefisien determinasi
sebesar 95,2% untuk rotasi 1, sedangkan untuk rotasi 2 persamaan model
penduga biomassa batang berdiameter ≥ 5 cm terpilih berdasarkan peubah tinggi
dan diameter yaitu Log W = 1,42 + 0,353 log D + 2,46 Log H dengan nilai
koefisien determinasi sebesar 93,6 %. Walaupun demikian, persamaan model
ke dua untuk rotasi 1 dapat dipilih yaitu : Log W = 1,54 + 2,97 log D dengan
79

koefisien determinasi sebesar 92,3% karena lebih sederhana dan hanya


melibatkan satu peubah yaitu diameter .
Model persamaan penduga biomassa batang berdiameter <5 cm rotasi 1
adalah W = 70 + 473 D − 23,1 D2 dan rotasi 2 adalah persamaan Log W = 3,52
+ 1,06 log D − 1,18 Log H . Model penduga biomassa cabang dapat dipilih untuk
rotasi 1 adalah Log W = 2,19 + 1,51 log D atau persamaan Log W = 2,18 +
1,47 log D + 0,047 Log H dan untuk rotasi 2 adalah Log W = 2,70 + 1,01 log D
atau dengan persamaan Log W = 2,70 + 1,02 log D − 0,010 Log H karena
mempunyai nilai R2 yang sama. Model penduga biomassa ranting terbaik untuk
rotasi 1 adalah Log W = 2,25 + 0,786 log D + 0,303 log H dan rotasi 2 adalah Log
W = 2,34 + 0,634 log D + 0,312 Log H, sedangkan model penduga biomassa daun
termasuk buah dan bunga terbaik untuk rotasi 1 didapat persamaan Log W =
2,96 + 0,581 log D + 0,043 Log H dan rotasi 2 adalah Log W = 3,52 + 1,48 Log
D − 1,09 Log H .
Dari semua model terbaik di atas tampak bahwa penyertaan dua peubah
yaitu peubah tinggi dan diameter menghasilkan pendugaan biomassa dengan
persamaan allometrik terbaik dari ke 4 model yang dicobakan untuk rotasi 1 dan
rotasi 2, namun demikian untuk biomassa batang diameter ≥ 5 cm, batang
diameter < 5 cm, cabang dan ranting pada rotasi 1 dan untuk cabang pada rotasi 2
dapat dipilih atau sebaiknya dipilih persamaan yang lebih sederhana dan effisien
yaitu persamaan yang menyertakan satu peubah diameter karena selisih R2 nya
sangat kecil dan relatif sama.

Kualitas Tapak Tegakan Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis

Status Hara Hutan Tanaman Hibrid E. urograndis

Penentuan status hara suatu lahan dapat dilakukan melalui analisis tanah dan
analisis jaringan tanaman terutama bagian daun (Poerwanto 2003; Dell et al.
2003; Landsberg 1997). Menurut Rusdiana (1999) tujuan analisis tanah dan
tanaman adalah untuk menetapkan kesesuaian dan produktivitas potensial lahan
pada sistem silvikultur tertentu, dan untuk mendiagnosa kemungkinan adanya
defisiensi hara yang dapat menghambat pertumbuhan dan kapasitas produksi
80

tegakan. Analisis kadar hara tanah sudah umum dilakukan baik di bidang
pertanian maupun kehutanan, tetapi analisis kadar hara pada daun di bidang
kehutanan masih sangat jarang dilakukan. Di bidang pertanian analisis hara daun
tanaman umum dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan defisiensi unsur hara
bagi tanaman dan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemupukan.
Namun demikian, menurut Fisher dan Binkley (2000) analisis menggunakan
jaringan tanaman seperti pada jaringan daun tanaman sering kurang tepat untuk
menggambarkan status hara dalam tanah. Manfaat dari mengetahui status hara
tanah suatu lahan bertegakan adalah untuk menentukan managemen tapak yang
tepat, baik berupa pemupukan maupun kegiatan pemeliharaan dan manipulasi
lingkungan.

Status hara tanah

Kualitas tanah adalah kapasitas tanah untuk dapat berfungsi secara optimal
dalam suatu ekosistem sehubungan dengan daya dukung tanah terhadap
pertumbuhan tanaman, pencegahan erosi dan pengurangan dampak negatif
terhadap sumberdaya air dan udara (Karlen et al. 1997). Kualitas tanah tidak
dapat diukur secara pasti karena bersifat kompleks, namun dapat diduga dari
sifat-sifat tanah yang dapat diukur dan dapat dijadikan indikator dari kualitas
tanah itu sendiri (Islam dan Weil 2000).
Status hara tanah pada lahan bertegakan hibrid E. urograndis rotasi 1 dan 2
telah diukur melalui analisis sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Hasil analisis dan
perbandingan sifat-sifat tanah pada rotasi 1 dan 2 adalah sebagai berikut :

Sifat kimia tanah

Beberapa sifat kimia tanah yang penting dan berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman adalah: reaksi (pH) tanah, kandungan unsur-unsur hara
dan kandungan bahan organik tanah. Menurut Dell et al.(2003) umumnya di
Indonesia tanaman Eucalyptus mengalami kekurangan unsur hara makro N, P, K
dan Mg sehingga menyebabkan daun gugur sebelum waktunya dan volume kayu
yang dihasilkan menurun. Hasil analisis kimia tanah di bawah tegakan hibrid E.
urograndis rotasi 1 dan 2 pada berbagai umur tegakan dapat dilihat pada
Lampiran 4, sedangkan hasil uji beda kandungan unsur hara antara rotasi 1 dan 2
81

pada Lampiran 11. Perbedaan rata-rata sifat kimia tanah antara rotasi 1 dan 2
adalah sebagai berikut:

Derajat keasaman (pH). Derajat keasaman atau reaksi tanah merupakan


salah satu indikator penting dalam menduga potensi kesuburan tanah dan sebagai
petunjuk kondisi ketersediaan unsur-unsur hara bagi tanaman. Kondisi pH tanah
yang optimum adalah sekitar pH netral (pH 6,5 - pH 7,0). Pada level pH
demikian sebagian besar unsur hara berada dalam kondisi “tersedia” bagi tanaman
apabila jumlah cadangan unsur hara tanah sebelumnya cukup (USDA 1998).
Perbandingan rata-rata pH antara rotasi 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 12 .
Tabel 12 Rata-rata nilai pH tanah rotasi 1 dan 2
Umur Kedalaman pH (1:1) (H2O)
(thn) (cm) Δ
Rotasi I Rotasi II
1 0-20 4,27 ± 0,12 4,80 ± 0,20 0,53
2 4,27 ± 0,21 4,00 ± 0,10 -0,27
3 4,10 ± 0,10 4,07 ± 0,15 -0,03
4 4,57 ± 0,06 4,37 ± 0,06 -0,20
5 3,90 ± 0,10 4,43 ± 0,55 0,53
1 20-40 4,20 ± 0,10 4,80 ± 0,10 0,60
2 4,07 ± 0,12 3,93 ± 0,06 -0,14
3 4,03 ± 0,15 3,97 ± 0,06 -0,06
4 4,47 ± 0,06 4,23 ± 0,06 -0,24
5 3,97 ± 0,15 4,33 ± 0,29 0,36

Secara keseluruhan pH tanah di lokasi penelitian masih berada di bawah


kisaran pH optimum yaitu termasuk masam (pH 3,9- 4,7), dan antara rotasi 1 dan
2 tidak berbeda nyata (p > 0,050). Pada pH tanah rendah akan menyebabkan hara
P difiksasi oleh Al sehingga sukar diserap tanaman dan unsur mikro (Fe, Mn, Zn,
Cu dan Co) menjadi mudah larut sehingga dapat bersifat racun jika dalam jumlah
terlalu banyak (Sarwono 2010).
Pada awal rotasi 2 terjadi peningkatan nilai pH setelah penebangan rotasi
1 sebesar 0,53% (setara 12%) pada lapisan atas dan 0,36% (setara 14%) pada
lapisan bawah. Hal ini disebabkan oleh adanya pemupukan secara bertahap yang
diberikan ke lahan mulai saat tanam sebagai pupuk dasar sampai tanaman
berumur 9 bulan dengan pupuk rock posphat 300 kg/ha + 100 kg/ha NPK + 180
kg/ha Urea + 145 kg/ha TSP. Pemupukan di atas setara dengan jumlah unsur
82

hara 96 kg/ha N + 63,18 kg/ha P + 12,45 kg/ha K + 109,61 kg/ha Ca. Pemberian
Pupuk TSP dalam bentuk garam yang dibuat dari basa kuat Ca(OH)2 dan asam
agak lemah H3PO4 dapat meningkatkan pH tanah, dan pemberian pupuk dasar
rockposfat dapat meningkatkan pH tanah, hara P dan hara Ca (Marschner 1991) .
Selanjutnya, sejalan dengan bertambahnya umur tegakan pH tanah menurun
kembali diduga karena hara yang tersedia terus diserap dan pemupukan pada umur
tersebut sudah tidak ada. Terjadi sedikit peningkatan pH tanah dari rotasi 1 ke
rotasi 2 pasca penebangan umur 5 tahun walaupun secara statistik tidak berbeda
nyata. Peningkatan pH disebabkan terjadi akumulasi serasah yang sebagian telah
terdekomposisi dan menjadi humus.
Pada umumnya tanah-tanah di daerah tropik mempunyai pH rata-rata
rendah sehingga jenis-jenis yang baik dikembangkan di daerah tropik haruslah
jenis-jenis yang mempunyai sifat toleransi tinggi terhadap kepekatan ion H+ pada
larutan tanah dan hibrid E. urograndis sudah terbukti dapat tumbuh baik pada
tanah dengan pH rendah, namun akan lebih optimal lagi pertumbuhanya jika pH
netral. Hal ini juga memperkuat pendapat Nambiar dan Brown (1997) bahwa jenis
Eucalyptus dan Pinus mampu tumbuh pada tanah yang mempunyai tingkat
keasaman tinggi (pH rendah).

Kadar Ntotal. Unsur hara N merupakan unsur hara makro penting (essensial)
bagi pertumbuhan tanaman. Kadar N tanah sangat tergantung bahan organik
tanah sebagai sumber utama. N merupakan bagian penting dalam klorofil dan
berfungsi pada proses fotosintesis. Tanaman menyerap unsur N dari tanah dalam
bentuk kation amonium (NH4+) dan anion nitrat (NO3- ) yang terlarut pada
larutan tanah (Mengel dan Kirby 1982; Marschner 1991). Keberadaan N dalam
tanah bersifat mobil yaitu mudah bergerak atau berpindah, seperti menguap ke
udara, tercuci atau terangkut melalui erosi sehingga kadar N tanah bersifat
fluktuatif (Lutz dan Chandler 1951). Kisaran kadar N di lokasi penelitian pada
rotasi 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 13.
83

Tabel 13 Rata-rata kadar unsur hara Nitrogen total tanah pada rotasi 1 dan 2
Umur Kedalaman N (%)
(th) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0 – 20 0,10 ± 0,02 0,10 ± 0,01 0,00
2 0,12 ± 0,01 0,09 ± 0,01 -0,03
3 0,13 ± 0,01 0,11 ± 0,02 -0,02
4 0,12 ± 0,01 0,11 ± 0,01 -0,01
5 0,11 ± 0,02 0,09 ± 0,02 -0,02
1 20 – 40 0,07 ± 0,01 0,07 ± 0,02 0,00
2 0,09 ± 0,01 0,06 ± 0,03 -0,03
3 0,08 ± 0,05 0,07 ± 0,03 -0,01
4 0,08 ± 0,02 0,07 ± 0,03 -0,01
5 0,08 ± 0,04 0,06 ± 0,03 -0,02

Kadar N total tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis pada lapisan atas
rotasi 1 berkisar 0,10 - 0,11% dan rotasi 2 berkisar 0,09 - 0,11%. Berdasarkan uji
beda Tukeys, kadar N tanah antara rotasi 1 dan 2 berbeda nyata (p = 0,006),
dimana secara umum terjadi penurunan kadar N dari rotasi 1 ke rotasi 2 walaupun
pemupukan dengan Urea telah dilakukan. Penurunan kadar hara N setelah tebang
antara rotasi 1 dan 2 sebesar 0,02%.
Pemberian pupuk Urea CO (NH2)2 sebanyak total 180 kg/ha belum cukup
meningkatkan kandungan hara N pada tanah karena N yang diserap oleh akar
tanaman cukup besar. Selain itu jenis Eucalyptus termasuk golongan non legume
sehingga tidak mampu mendapatkan tambahan N langsung dari atmosfer.
Kebutuhan tanaman akan unsur N sepanjang fase pertumbuhan cukup tinggi dan
bertambah sejalan dengan bertambahnya umur tanaman, terutama untuk
pembentukan batang dan tajuk. Pengalaman manajemen hutan tanaman
Eucalyptus di China (Dell et al. 2003) menunjukkan bahwa pemupukan dengan
Urea dosis 200 kg/ha hanya cukup untuk 1 rotasi saja pada kondisi lahan
marginal.

Kadar P. Unsur hara P tanah merupakan hara makro penting kedua sete-
lah N bagi pertumbuhan tanaman. Unsur ini berperan dalam proses pembentukan
protein. Unsur P diserap dalam bentuk anion-anion H2PO4- dan atau HPO42-
serta PO43-. Kandungan hara P tersedia tinggi akan menyebabkan kecenderungan
tanah menjadi lebih subur sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman
(Mengel dan Kirby 1982; Marschner 1991). Jumlah P tersedia dalam tanah
84

ditentukan oleh jumlah P dalam komplek jerapan (Ptotal) yang mekanisme


ketersedian P diatur oleh pH. Perbandingan kadar P tersedia tanah di lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Rata-rata kadar Fosfor tersedia tanah rotasi 1 dan 2


Umur Kedalaman P (x 10-4 %) Δ
(th) (cm) Rotasi I Rotasi II (x10-4 %)
1 0-20 3,67 ± 0,40 12,50 ± 1,10 8,83
2 9,07 ± 0,61 9,83 ± 0,40 0,77
3 5,03 ± 0,80 12,57 ± 1,75 7,53
4 3,70 ± 0,26 4,40 ± 0,56 0,70
5 2,90 ± 0,20 5,77 ± 0,55 2,87
1 20-40 1,90 ± 0,26 4,88 ± 2,96 2,98
2 4,23 ± 0,35 4,51 ± 1,07 0,28
3 1,64 ± 0,89 5,02 ± 2,65 3,38
4 1,80 ± 0,65 2,26 ± 0,33 0,47
5 1,39 ± 0,53 2,26 ± 1,56 0,87

Kadar P tersedia lapisan atas pada rotasi 1 sekitar 3,67 - 9,07 mg/kg,
sedangkan pada rotasi 2 kadar P sekitar 4,40 - 12,57 mg/kg. Kadar P pada rotasi 2
lebih tinggi jika dibanding dengan rotasi 1 pada semua kelas umur tegakan dan
sangat berbeda nyata (p = 0,001) baik pada lapisan atas maupun pada lapisan
bawah. Terjadi kenaikan kadar hara P setelah tebang sebesar 2,87 mg/kg di
lapisan atas dan 0,87 mg/kg di lapisan bawah. Hal ini terjadi karena ada kegiatan
input hara berupa pemupukan yang diberikan dalam pemeliharaan. Pemupukan
TSP yang dilakukan sebanyak 3 kali (saat tanam, saat umur 1 bulan dan 5 bulan
setelah tanam) dengan dosis kumulatif 145 kg//ha telah menyebabkan kenaikan
kadar P tersedia dalam tanah karena pupuk P lebih bersifat persisten dalam tanah
dan tidak mudah hilang tercuci keluar lahan serta tidak mudah menguap.
Kenaikan P tersedia pada sub soil tidak sebesar pada top soil karena sistem
pemberian pupuk sebagian besar dengan cara meletakan pupuk di atas permukaan
tanah dekat batang tanaman dan tidak dibenamkan. Kadar hara P tanah meningkat
diduga juga karena tanaman Eucalyptus bersimbiosis dengan mikorhiza yang
dapat menyebabkan peningkatan ketersediaan hara P. Selain itu, kondisi pH
tanah meningkat dari rotasi 1 ke rotasi 2 sehingga terjadi mineralisasi sebagian
hara P yang terfiksasi dalam tanah. Menurut Sarwono (2010) pH tanah jika
85

meningkat atau ditingkatkan dapat menentukan mudah tidaknya unsur hara


diserap tanaman, terutama hara P yang terikat dapat menjadi tersedia dan dapat
mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.

Kadar K. Unsur hara K merupakan unsur hara makro penting bagi


pertumbuhan tanaman dan berperan sebagai katalisator proses enzimatik dalam
jaringan tanaman. Hara K diserap dalam bentuk ion-ion positif (K+). Penyerapan
unsur hara K+ adalah unik (khas) sebab tanaman mengabsorpsi K melebihi dari
jumlah yang diperlukan (Marschner 1991). Di dalam jaringan tanaman unsur K
bersifat mobil dan keberadaan unsur K yang cukup pada tanah dapat
menyeimbangkan kesuburan tanah. Kadar K tanah pada berbagai umur dapat
dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Rata-rata kadar Kalium tanah rotasi 1 dan 2


Umur Kedalaman K (%)
(th) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0 – 20 0,02 ± 0,00 0,02 ± 0,00 0,00
2 0,02 ± 0,00 0,01 ± 0,00 -0,01
3 0,01 ± 0,00 0,02 ± 0,00 0,01
4 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,00
5 0,02 ± 0,00 0,01 ± 0,00 -0,01
1 20 – 40 0,02 ± 0,00 0,01 ± 0,00 -0,01
2 0,02 ± 0,00 0,01 ± 0,00 -0,01
3 0,01 ± 0,01 0,01 ± 0,01 0,00
4 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,00
5 0,01 ± 0,01 0,01 ± 0,00 0,00

Kadar hara K rotasi 1 dan 2 berkisar 0,01- 0,02% (0,31 - 0,43


me/100gram) dan menurun pada lapisan atas dari rotasi 1 ke rotasi 2 pasca
tebangan sebesar 0,01%, namun secara statistik tidak berbeda nyata (p > 0,050).
Hal ini menunjukan bahwa kadar unsur hara K dalam tanah sama antara rotasi 1
dan rotasi 2.
Kadar Ca. Unsur hara Ca merupakan unsur hara makro penting lain bagi
pertumbuhan tanaman dan diserap dalam bentuk ion-ion positif (kation-kation
basa dapat ditukar). Keberadaan unsur Ca dalam tanah yang cukup dapat
menyeimbangkan kesuburan tanah. Kadar Ca tanah di lokasi penelitian dapat
dilihat pada Tabel 16.
86

Tabel 16 Rata-rata kadar Calsium tanah rotasi 1 dan 2


Umur Kedalaman Ca (%)
(th) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0 – 20 0,07 ± 0,00 0,04 ± 0,01 -0,03
2 0,09 ± 0,00 0,05 ± 0,01 -0,04
3 0,07 ± 0,00 0,05 ± 0,01 -0,02
4 0,06 ± 0,00 0,04 ± 0,00 -0,02
5 0,04 ± 0,00 0,04 ± 0,00 0,00
1 20 – 40 0,06 ± 0,00 0,03 ± 0,01 -0,03
2 0,07 ± 0,00 0,03 ± 0,01 -0,04
3 0,04 ± 0,03 0,03 ± 0,02 -0,01
4 0,04 ± 0,01 0,03 ± 0,01 -0,01
5 0,03 ± 0,01 0,02 ± 0,01 -0,01

Kadar Ca dibawah tegakan hibrid E. urograndis pada rotasi 1 berkisar 0,03-


0,09% ( 2,14 - 4,24 me/100gr) dan pada rotasi 2 berkisar 0,02 - 0,05% (1,83 -2,65
me/100gr). Berdasarkan hasil uji Tukey kadar Ca antara rotasi 1 dan rotasi 2
sangat berbeda nyata (p = 0,000). Terjadi penurunan kadar Ca tanah pasca
tebangan dari rotasi 1 ke rotasi 2 hanya pada lapisan bawah sebesar 0,01% (setara
33,3%) dan dari lahan dengan tegakan berumur muda ke lahan bertegakan umur
lebih tua. Hal ini dikarenakan untuk pertumbuhan tanaman hibrid E. urograndis
membutuhkan unsur hara Ca dalam jumlah cukup besar terutama untuk
pembentukan jaringan tanaman seperti batang, cabang, ranting dan akar. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian untuk jenis yang sama di Congo bahwa
kandungan hara Ca tanah turun dari rotasi 1 ke rotasi 2 ke rotasi 3 dan ke rotasi 4
(Spangenberg et al. 1996).
Penambahan unsur hara Ca dalam pengelolaan hibrid E. urograndis
dilakukan melalui pemberian rockposphat 300 kg/ha sebagai pupuk dasar dan
pupuk TSP sebanyak 145 kg /ha yang juga mengandung Ca. Pemupukan tersebut
belum mencukupi untuk menjadikan unsur hara Ca tersedia cukup dalam tanah.
Selain itu, tambahan unsur Ca didapat dari air hujan yang masuk ke lahan, namun
dalam penelitian ini tidak dilakukan hitungan hara dari air hujan karena menurut
Chijicke (1980) dan Sanchez (1976) asupan hara Ca ke tanah dari air hujan
sangat kecil. Sebagai contoh, asupan hara Ca pada lahan hutan tanaman Pinus
caribaea di Ghana sebesar 12,7 kg Ca/ha/tahun dengan curah hujan 1850
87

mm/tahun, pada tanaman kelapa sawit di Malaysia 12,5 kg Ca/ha/tahun dengan


curah hujan 2300 mm/tahun dan pada tegakan Gmelina arborea di Panama
sebesar 9,51 kg Ca/ha/tahun dengan curah hujan rata-rata 1930 mm/tahun.

Kadar Mg. Unsur hara Mg merupakan unsur hara penting setelah unsur N,
P, K dan Ca yang diperlukan tanaman untuk pembentukan klorofil dan
mempengaruhi aktivitas enzim. Unsur hara Mg diserap akar tanaman dalam
bentuk ion-ion positif Mg2+. Keberadaan unsur Mg yang cukup dalam tanah dapat
menyeimbangkan kesuburan tanah. Rata-rata nilai kadar Mg tanah di lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Perbandingan rata-rata kadar Mg tanah rotasi 1 dan 2
Umur Kedalaman Mg (%)
(th) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0 – 20 0,016 ± 0,000 0,016 ± 0,000 0,000
2 0,028 ± 0,001 0,015 ± 0,000 -0,013
3 0,015 ± 0,000 0,023 ± 0,001 0,008
4 0,018 ± 0,001 0,018 ± 0,001 0,000
5 0,010 ± 0,000 0,008 ± 0,000 -0,006
1 20 – 40 0,014 ± 0,000 0,015 ± 0,000 0,001
2 0,018 ± 0,001 0,014 ± 0,001 -0,004
3 0,013 ± 0,000 0,022 ± 0,001 0,009
4 0,014 ± 0,000 0,017 ± 0,001 0,003
5 0,010 ± 0,000 0,006 ± 0,000 -0,004

Kadar Mg di bawah tegakan hibrid E. urograndis pada rotasi 1 berkisar


antara 0,010 - 0,028 % (0,82 – 2,32 me/100 gr) dan pada rotasi 2 berkisar antara
0,006 -0,023% (0,63 – 1,96 me/100 gr). Kadar hara Mg setelah tebang pada umur
5 tahun menurun sebanyak 0,002 - 0,004 % dari rotasi 1 ke rotasi 2 tetapi secara
statistik tidak berbeda nyata (p > 0,050). Penurunan Mg karena pertumbuhan
tanaman berlangsung terus artinya penyerapan hara Mg untuk pertumbuhan terus
terjadi meskipun dalam jumlah sedikit dan dalam pengelolaan tidak dilakukan
pemupukan hara Mg. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian
sebelumnya pada jenis yang sama di Congo bahwa kandungan hara Mg tanah
menurun dari rotasi 1 ke rotasi 2 ke rotasi 3 dan ke rotasi 4 (Spangenberg et al.
1996).
88

Kadar C organik. Kadar bahan organik tanah merupakan parameter


kesuburan tanah yang cukup penting disamping reaksi tanah (pH) dan kandungan
hara. Bahan organik didalam tanah mempunyai peranan penting dan berfungsi
sebagai: sumber karbon dan sumber energi bagi jasad renik tanah, untuk
stabilisasi agregat tanah, penyokong tanaman dalam menyimpan dan
memindahkan udara dan air; sebagai salah satu sumber unsur hara, dapat
meningkatkan KTK tanah, menurunkan berat jenis tanah serta dapat mengurangi
efek pestisida, logam berat dan pollutan (USDA 1996). Bahan organik berguna
untuk pembentukan sifat fisik dan biologi tanah yang secara langsung
mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Besarnya kadar C-organik tanah di
lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Rata-rata kadar C-organik rotasi 1 dan 2


Umur Kedalaman C-organik (%)
(thn) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0 – 20 0,80 ± 0,20 1,27 ± 0,04 0,47
2 1,14 ± 0,08 1,20 ± 0,05 0,06
3 1,11 ± 0,07 1,04 ± 0,07 -0,07
4 0,99 ± 0,03 0,99 ± 0,05 0,00
5 1,02 ± 0,08 0,83 ± 0,10 -0,19
1 20 – 40 0,59 ± 0,03 1,00 ± 0,09 0,41
2 0,89 ± 0,03 0,79 ± 0,04 -0,10
3 0,89 ± 0,04 0,87 ± 0,03 -0,02
4 0,82 ± 0,03 0,82 ± 0,10 0,00
5 0,78 ± 0,14 0,72 ± 0,09 -0,06

Terjadi penurunan kadar C-organik di bawah tegakan hibrid E. urograndis


setelah tebang umur 5 tahun dari rotasi 1 ke rotasi 2 yaitu dari 1,02% menjadi
0,83% pada lapisan atas dan dari 0,78% menjadi 0,72% pada lapisan bawah, tetapi
secara statistik kadar C organik antara rotasi 1 dan 2 tidak berbeda nyata
(p>0,050).

Sifat fisik tanah

Sifat fisik tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam


mempengaruhi kesuburan tanah secara keseluruhan dan akan menentukan
pertumbuhan tegakan hutan yang diusahakan, bahkan lebih penting pengaruhnya
dibanding dengan sifat kimia dan biologi tanah (Wasis 2005).
89

Produktifitas hutan tanaman sangat bergantung pada produktifitas lahan


dimana hutan tanaman tersebut diusahakan. Tingkat produktivitas tanah tidak
hanya ditentukan oleh sifat kesuburan kimia tanah yang tinggi (unsur-unsur hara
yang cukup dan tak ada toksisitas) tetapi juga ditentukan oleh sifat-sifat fisik
tanah yang ditunjukkan oleh kandungan air (kelembaban), oksigen (udara dalam
tanah) dan energy thermal (panas) yang optimum di dalam tanah (Hillel 1980).
Parameter sifat fisik tanah yang berkaitan dengan kandungan air dan udara
dalam tanah dapat diduga dari hasil pengamatan lapangan maupun hasil analisis
laboratorium dari contoh tanah tidak terganggu besaran-besaran fisika tanah
seperti: berat jenis tanah, porositas total, ruang pori makro dan mikro, air tersedia
dan permeabilitas tanah.
Pengusahaan hutan tanaman sejenis secara terus menerus pada lahan yang
sama diduga akan menyebabkan pergeseran besaran sifat-sifat fisik tanah, baik ke
arah positif (lebih baik) maupun ke arah negatif (kurang baik) dari segi
kesuburan fisik tanah. Perubahan tersebut tergantung pada sistem pengelolaan
lahan atau teknik sivikulktur yang di terapkan mulai saat kegiatan penyiapan
lahan, penanaman, pemeliharaan, penebangan dan penanaman kembali. Hasil
analisis sifat-sifar fisik tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1 dan 2
dapat dilihat pada Lampiran 5, sedangkan perbandingan sifat fisik antara rotasi 1
dan 2 adalah sebagai berikut :

Berat jenis tanah. Berat jenis tanah (bulk density) adalah salah satu
parameter sifat fisik tanah yang sangat penting dan berhubungan dengan
pertumbuhan tanaman karena dapat memberi gambaran mengenai kondisi fisik
tanah secara keseluruhan. Berat jenis tanah merupakan gambaran tingkat
kepadatan tanah dimana makin besar nilai berat jenis suatu tanah berarti tingkat
kepadatan tanah makin tinggi dalam keadaan lapang. Apabila tanah makin padat
maka pertumbuhan tanaman akan mengalami hambatan karena perkembangan
akar terhambat kondisi fisik tanah yang makin padat. Berat jenis tanah di lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 19.
Berat jenis tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis berkisar 1,15 - 1,26
gr/cc pada rotasi 1 dan pada rotasi 2 berkisar 1,07- 1,29 gr/cc dan tidak berbeda
nyata (p > 0,050), meskipun dari pasca tebang rotasi 1 ke pasca tebang rotasi 2
90

terjadi penurunan berat jenis tanah sekitar 2%. Kisaran berat jenis di atas termasuk
sedang (moderate) jika dibanding kondisi berat jenis tanah di hutan alam yang
tidak terganggu sekitar 1,00 gr/cc (Lutz dan Chandler 1951). Sifat fisik tanah lain
yang dianalisa adalah jumlah ruang pori tanah, air tersedia dan permeabilitas
yang rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 19 Perbandingan rata-rata berat jenis tanah rotasi 1 dan 2
Umur Kedalaman Bulk density (gr/cc)
(thn) (cm) Rotasi I Rotasi II Δ
1 0-20 1,20 ± 0,03 1,07 ± 0,01 -0,13
2 1,13 ± 0,01 1,18 ± 0,16 0,05
3 1,26 ± 0,02 1,19 ± 0,08 -0,03
4 1,16 ± 0,02 1,18 ± 0,04 0,02
5 1,26 ± 0,01 1,23 ± 0,02 -0,03
1 20-40 1,22 ± 0,03 1,07 ± 0,01 -0,15
2 1,13 ± 0,01 1,29 ± 0,16 0,16
3 1,26 ± 0,01 1,26 ± 0,05 0,00
4 1,15 ± 0,02 1,27 ± 0,02 0,12
5 1,26 ± 0,01 1,24 ± 0,01 -0,02

Tabel 20 Rata-rata jumlah ruang pori, air tersedia dan permeabilitas rotasi dan 2
Kedala
Umur
man
Ruang pori tanah (%) Air tersedia (%) Permeabilitas (cm/jam)
(thn) Rotasi1 Rotasi 2 Rotasi1 Rotasi 2 Rotasi1 Rotasi 2
(cm)
1 0-20 54,84 59,62 10,19 17,23 14,73 14,64
2 57,48 55,60 7,65 19,66 12,46 11,18
3 52,45 51,32 7,10 11,06 15,60 13,77
4 56,23 51,82 12,26 16,48 9,16 16,50
5 52,45 53,71 8,93 10,19 22,62 9,21
1 20-40 54,09 59,62 7,33 18,63 12,81 13,62
2 57,23 51,32 7,22 12,82 7,93 10,20
3 52,58 52,58 5,99 10,52 12,39 9,54
4 56,60 52,20 6,98 12,43 10,54 15,33
5 52,58 53,33 8,08 8,92 23,34 8,14

Ruang pori tanah. Jumlah ruang pori adalah bagian volume dari massa
tanah yang ditempati molekul-molekul air dan udara sewaktu tanah dalam
keadaan lapang atau porsi volume tanah yang tidak ditempati partikel tanah.
Jumlah ruang pori menggambarkan jumlah kandungan oksigen tanah bagi akar
untuk melakukan proses respirasi walaupun tanah dalam kondisi lembab. Jumlah
ruang pori tanah rotasi 1 sangat fluktuatif untuk tiap umur tegakan berkisar 52,45
91

- 57,48% dan pada rotasi 2 sekitar 51,32 - 59,62%. Terjadi kecenderungan yang
menurun dari rotasi 1 ke rotasi 2 pada umur 2, 3 dan 4 tahun, sedangkan pada
akhir dan awal rotasi terjadi peningkatan. Penurunan tersebut secara statistik nilai
tersebut tidak berbeda nyata (p > 0,050), yang berarti bahwa penanaman hibrid E.
urograndis tidak menyebabkan perubahan yang berarti dalam jumlah ruang pori
tanah.
Air tersedia. Air tersedia dalam tanah menggambarkan sejumlah kadar air
yang mampu dipegang (diretensi) massa tanah dan tersedia bagi tanaman.
Parameter air tersedia secara alami ditentukan oleh sifat tekstur tanah dan kadar
bahan organik tanah (Lutz dan Chandler 1951). Pada tanah bertekstur sangat
ringan dengan partikel-partikel yang berukuran besar (berpasir) maka kemampuan
meretensi air dalam tanah lebih rendah dibanding fraksi debu (tekstur sedang)
atau liat (tekstur berat). Hal sebaliknya terjadi pada tanah-tanah bertekstur berat
atau tanah-tanah sangat liat.
Air tersedia di dalam tanah pada semua kelas umur tegakan lebih banyak
pada rotasi 2. Air tersedia di bawah tegakan hibrid E. urograndis antara rotasi 1
dan rotasi 2 berbeda sangat nyata (p = 0,002), artinya pengembangan hibrid E.
urograndis tidak mengakibatkan penurunan air tersedia tanah disekitar perakaran
tetapi secara nyata meningkatkan jumlah air tersedia tanah dari rotasi 1 ke rotasi
2. Peningkatan air tersedia pada rotasi 2 terutama awal rotasi baik pada lapisan
atas maupun lapisan bawah sejalan dengan jumlah ruang pori yang meningkat
pasca tebangan sampai tanaman umur 1 tahun. Hal ini lebih disebabkan adanya
kenaikan jumlah bahan organik setelah penebangan dimana sisa- sisa biomassa
bagian tegakan tidak di angkut ke luar areal tetapi dibiarkan tetap tinggal di lahan
tersebut sebagai bagian dari input hara bila terdekomposisi. Selain itu curah hujan
yang relatif tinggi di sektor Aek Nauli sekitar 2824 mm per tahun menyebabkan
areal tersebut cocok untuk pengembangan jenis Eucalyptus yang mempunyai nilai
evaporasi tinggi di atas 25% (FAO 1980).
Permeabilitas. Permeabilitas tanah menggambarkan kelancaran aliran
lateral air pada masa tanah. Nilai permeabilitas rendah berarti kondisi tanah terlalu
padat. Pada umumnya nilai permeabilitas suatu tanah akan lebih besar atau cepat
92

pada lapisan atas karena struktur tanah lebih sarang (porous) dan kadar bahan
organik lebih tinggi dibanding pada lapisan bawah.
Permeabilitas tanah rotasi 1 berkisar 9,16 - 22,62 cm/jam dan rotasi 2
berkisar 9,21 - 16,50 cm/jam pada lapisan atas, sedangkan di lapisan bawah
berkisar 7,93- 23,34 cm/jam pada rotasi 1 dan pada rotasi 2 sekitar 8,14 - 15,33
cm/jam. Hal ini menunjukkan bahwa pada umur-umur tertentu terjadi penurunan
permeabilitas dari rotasi 1 ke rotasi 2 pada lapisan atas kecuali pada umur 1 dan
4 tahun dimana aliran lateral air lebih cepat, namun secara statistik tidak berbeda
nyata (p > 0,050).

Tekstur tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara


partikel liat, debu dan pasir dalam satu satuan massa tanah. Tekstur tanah di plot
penelitian dapat dilihat di Tabel 21.
Tabel 21 Rata-rata tekstur tanah sampai kedalaman 40 cm pada rotasi 1 dan 2

Tekstur 3 Fraksi Kelas tekstur


Rotasi Umur
% Pasir % Debu % Liat
1 1 6,2 50,2 43,6 Lempung liat berdebu
2 8,3 49,0 42,7 Lempung liat berdebu
3 11,2 49,0 39,8 Lempung liat berdebu
4 7,4 50,1 42,5 Lempung liat berdebu
5 11,3 44,5 44,2 Lempung liat berdebu
2 1 14,6 48,5 36,9 Lempung liat berdebu
2 18,2 43,6 38,2 Lempung liat berdebu
3 11,3 47,0 41,7 Lempung liat berdebu
4 8,4 48,9 42,7 Lempung liat berdebu
5 12,1 44,5 43,4 Lempung liat berdebu

Persentase masing-masing partikel tanah memberikan gambaran kondisi


fisik tanah yang berhubungan erat dengan pertumbuhan karena akan
mempengaruhi perkembangan akar dalam menyerap unsur hara dan kemampuan
tanah menahan air. Di lokasi penelitian baik rotasi 1 maupun rotasi 2 lahan
mempunyai kelas tektur sama yaitu bertekstur sedang karena bersifat lempung
liat berdebu (44 - 50% debu, 38 - 44% liat dan pasir 6 -18% pasir).

Sifat biologi tanah


Sifat biologi tanah yang ditunjukkan oleh jumlah populasi mikroorganisme
dalam tanah merupakan parameter penting lainnya dan berguna untuk menduga
93

tingkat produktifitas suatu lahan hutan karena mikroorganisme tanah merupakan


pemecah primer bahan-bahan organik berbagai bentuk sehingga siklus karbon
dan siklus unsur hara antara sistem tanah–tanaman dapat berlangsung
berkesinambungan. Mikroorganisme terutama jenis fungi dan bakteri
bertanggungjawab terhadap pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara,
sehingga akan mempengaruhi kondisi kesuburan kimia dan fisik tanah yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Alexander 1977).
Respirasi tanah dapat mencerminkan tingkat intensitas aktivitas mikroorganisme
di dalam tanah. Semakin banyak CO2 yang dibebaskan tanah berarti semakin
tinggi aktivitas mikroorganisme di dalam tanah dan sekaligus mencerminkan
jumlah populasi yang tinggi di dalam tanah. Aktivitas respirasi dilakukan
mikroorganisme tanah untuk dapat terus hidup, tumbuh dan berkembang biak
dengan menghasilkan karbon dioksida.

Hasil analisis biologi tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis pada


semua kelas umur secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6, sedangkan rata-
rata jumlah mikroorganisme (bakteri dan fungi) tanah dan respirasi tanah dapat
dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Rata-rata jumlah mikroorganisme, fungi dan laju respirasi CO2 tanah
rotasi 1 dan 2

Kedala- Total m.o Total fungi Respirasi mg C-CO2 /


Umur
man (SPK/gr. 106) (SPK/gr.104) kg tanah per hari
(thn) Rotasi 1 Rotasi 2
(cm) Rotasi1 Rotasi 2 Rotasi 1 Rotasi 2
1 0-20 12,40 24,30 14,60 23,30 10,30 8,40
2 19,40 18,20 9,50 14,80 9,20 8,30
3 17,60 17,50 10,00 17,80 11,30 9,50
4 9,80 17,10 9,10 14,50 10,90 8,20
5 11,70 14,10 9,5 12,50 13,50 10,90
1 20-40 8,10 14,80 7,80 19,6 24,50 20,80
2 6,70 13,90 7,00 12,00 16,40 10,40
3 8,40 9,30 4,50 13,5 12,30 8,30
4 5,70 10,20 5,2 8,60 12,60 9,20
5 6,80 7,20 6,1 10,10 10,90 8,20

Jumlah total mikroorganisme tanah pada rotasi 1 berkisar 9,80x106 –


19,40x106 SPK/gr dan pada rotasi 2 sekitar 14,10x106 - 24,30x106 SPK/gr pada
lapisan atas. Jumlah mikroorganisme tanah meningkat dari rotasi 1 ke rotasi 2.
Kondisi ini sejalan dengan jumlah fungi yang ada dibawah tegakan E. urograndis
94

dimana pada rotasi 1 sebesar 9,5x104 - 14,6x104SPK/gr lebih kecil dibanding


yang ada pada rotasi 2 sebesar 12,5x104 - 23,3x104 SPK/gr. Jumlah total
mikroorganisme tanah maupun jumlah fungi pada rotasi 2 lebih besar dari rotasi 1
menandakan bahwa dengan penanaman hibrid E. urograndis kondisi biologi
tanah menjadi semakin baik setelah rotasi 1. Jumlah mikroorganisme dan fungi di
lapisan atas lebih baik dibanding pada lapisan bawah. Hal ini disebabkan
mikroorganisme hidup lebih terpusat di sekitar perakaran tanaman dimana pada
tempat-tempat tersebut sumber karbon dan unsur hara tersedia dalam jumlah
banyak yang dapat digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk
hidup dan berkembangbiak.
Sebaliknya, laju respirasi menurun dari rotasi 1 ke rotasi 2 baik pada
lapisan atas maupun lapisan bawah. Hasil tersebut memberi gambaran bahwa
terjadi persaingan antar mikroorganisme dalam mendapatkan makanan (bahan
organik) untuk tumbuh dan berkembangbiak sehingga respirasi menurun. Hal ini
sesuai dengan hasil analisis sifat kimia tanah N, K, Ca, Mg dan C-org yang
menurun dari rotasi 1 ke rotasi 2 sehingga mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme yang ada di tanah. Aktivitas mikroorganisme tanah sangat
bergantung pada jumlah bahan makanan dan unsur hara yang tersedia berupa
bahan organik di lantai hutan yang relatif sulit terdegradasi.

Hubungan Peninggi Tegakan Hibrid Eucalyptus urograndis dengan Sifat


Kimia Tanah

Peranan beberapa faktor tempat tumbuh terhadap pertumbuhan tegakan


hibrid E. urograndis dapat diketahui melalui analisis regresi berganda yang
menyertakan peubah bebas tempat tumbuh. Dalam penelitian ini, peubah yang
digunakan terdiri dari hasil pengumpulan data di lapangan berupa peninggi
tegakan pada setiap umur tegakan dan hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah
meliputi: kandungan N, P, K, Ca, Mg, C-organik dan pH tanah. Sehubungan
dengan waktu pengukuran tidak bersifat seri (periodik), maka antara rotasi 1 dan
2 digabungkan sebagai ulangan.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh hubungan antara
peninggi dengan sifat kimia tanah adalah :
95

Log(H) = 1,44 – 0,777 1/U + 0,081 N + 90,2 P – 1,20 K + 0,734 Ca – 1,20 Mg


2
– 0,057 C + 0,0224 pH, dengan nilai R = 99,4%.

Dari persamaan di atas dapat dilihat peubah-peubah yang mempunyai


hubungan yang nyata dan tidak nyata terhadap pertumbuhan hibrid E. urograndis
pada tingkat kepercayaan sebesar 90% (α : 10 %) yang dapat dilihat pada Tabel
23.
Tabel 23 Hubungan peubah bebas terhadap peninggi tegakan hibrid E.
urograndis

Variabel (sifat kimia tanah) Koefisien P


Unsur hara N + 0,081 0,843
Unsur hara P + 90,2 0,000**
Unsur hara K – 1,20 0,649
Unsur hara Ca + 0,734 0,073*
Unsur hara Mg – 1,20 0,388
C-organik – 0,057 0,163
pH tanah + 0,0224 0,109
Keterangan: ** = sangat nyata dan * nyata pada tingkat kepercayaan 90%.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa yang ada hubungan secara nyata
dengan peninggi tegakan hibrid E. urograndis adalah hara P dan Ca, sedangkan
hara N, K, Mg, C-org dan pH tidak berhubungan secara nyata.
Pada tahap kedua, untuk menyaring peubah-peubah bebas berupa sifat
kimia tanah (N, P, K, Ca, Mg, C-org dan pH) yang memberikan peran penting
terhadap laju pertumbuhan tegakan hibrid E. urograndis di sektor Aek Nauli
secara statistika digunakan metode regresi bertatar dengan melakukan penyusupan
peubah bebas. Besar kecilnya kontribusi peubah bebas terhadap peubah tak bebas
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi, artinya semakin besar kontribusi suatu
peubah bebas maka peubah bebas tersebut semakin penting dalam menentukan
peubah tak bebasnya. Persamaan yang terbentuk dari hasil regresi bertatar pada
selang kepercayaan 90% sebagai berikut:

Log (H) = 1,420 – 0,777 (1/U) + 77 P + 0,51 Ca – 0,051 C + 0,025 pH dengan


nilai R2 = 99,34 %.
96

Dari persamaan di atas dapat dilihat peubah-peubah yang berpengaruh nyata


dan berperan penting terhadap pertumbuhan hibrid E. urograndis dengan nilai
koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 24 .
Tabel 24 Peubah bebas yang berperan terhadap peninggi tegakan hibrid E.
urograndis berdasarkan metode regresi bertatar

Koefisien korelasi
Variabel (Xi) P
(R2)
Rotasi 1 :
Umur pohon +0,777 0,000**
Unsur hara P + 77 0,000**
Unsur hara Ca + 0,51 0,068*
C-organik −0,051 0,074*
pH tanah + 0,025 0,052*
Keterangan: ** = sangat nyata dan * = nyata pada tingkat kepercayaan 90%.

Faktor yang paling berperan dan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan


tegakan hibrid E. urograndis di sektor Aek Nauli PT. Toba Pulp Lestari adalah
umur tegakan, unsur hara P tersedia, unsur hara Ca, dan pH tanah yang
berkorelasi positif, sedangkan C-organik berkorelasi negatif. Hubungan-hubungan
suatu peubah bebas yang sangat berpengaruh terhadap peninggi dapat
diterangkan sebagai berikut:

1. Umur
Faktor umur tegakan berkorelasi positif dalam menerangkan keragaman
peninggi sebesar 0,777 dan sangat nyata (p = 0,000). Korelasi tersebut
menerangkan bahwa semakin tua tanaman maka peninggi yang dihasilkan
semakin tinggi sampai batas tertentu. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian terdahulu terhadap tegakan Acacia mangium yang menyebutkan
bahwa umur mempunyai korelasi terbesar terhadap pertumbuhan Acacia
mangium dan dengan bertambah umur tegakan maka peninggi A. mangium
cenderung meningkat (Wasis 2005). Menurut Bidwel (1979) pertumbuhan
suatu tanaman pada awal akan berjalan lambat dan akan semakin cepat dengan
bertambahnya umur tanaman yang berlangsung hingga mencapai titik
pertumbuhan maksimal, dan setelah titik maksimal tercapai maka pertumbuhan
selanjutnya akan berjalan konstan.
97

2. Unsur hara P
Unsur hara P tersedia di dalam tanah mempunyai korelasi positif terbesar
terhadap peninggi tegakan sebesar 77 dan sangat nyata (p = 0,000). Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi kandungan unsur hara P tersedia
dalam tanah maka peninggi akan makin meningkat sampai batas tertentu.
Kadar unsur hara P tersedia tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis
berkisar 3,67-12,57 mg/kg. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
terdahulu untuk jenis A. mangium dimana terjadi korelasi erat antara hara P
dengan peninggi jenis tersebut (Latifah, 2000; Wasis 2005).
Unsur hara P adalah unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak untuk pertumbuhan. Hara P berfungsi dalam transfer energi sehingga
sangat diperlukan dalam proses metabolisme tanaman. Unsur hara P di dalam
tanah berasal dari bahan organik, pelapukan mineral dan pemupukan yang
diberikan, namun sering hara P dalam kondisi terikat pada pH rendah sehingga
menjadi tidak tersedia. P tersedia berada pada kisaran pH yang sangat sempit.
Ketersediaan P akan berkurang jika nilai pH berada pada selang 6,5 > pH >
7,5. Di tanah asam (pH< 5), P dalam ikatan H2PO4 bereaksi dengan Fe dan Al
membentuk senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan pada pH > 7, unsur
hara P akan bereaksi dengan Ca yang tidak larut sehingga P tersedia dalam
tanah berada pada level yang sangat sedikit (Soekotjo 2004).

3. Unsur hara Ca
Unsur hara Ca tanah berkorelasi positif terhadap peninggi tegakan hibrid
E. urograndis sebesar 0,510. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
kandungan unsur hara Ca dalam tanah maka akan semakin besar peninggi
hibrid E. urograndis sampai batas tertentu. Di lokasi penelitian, kadar unsur
hara Ca tanah di bawah tegakan hibrid E. urograndis berkisar 3,10 - 4,48
me/100gr .

Unsur hara Ca pada tanaman berkayu dibutuhkan selama periode


pertumbuhan dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan akar dan pembentukan
batang kayu. Fungsi unsur calsium (Ca+2) dalam fisiologik tanaman adalah
untuk mensintesis senyawa calsium pektat pada lamela tengah sel-sel
98

tumbuhan dan sebagai zat pengikat antara dinding-dinding sel yang saling
berdekatan (Hall 1976).

4. Kandungan C-organik
Kandungan C-organik tanah berkorelasi negatif secara nyata terhadap
peninggi tegakan hibrid E. urograndis sebesar 0,051. Berarti bahwa
peningkatan C-organik sampai batas tertentu akan menghambat pertumbuhan
tinggi. Hasil tersebut bertentangan dengan fungsi bahan organik sebagai
penyubur tanah dan sebagai penyumbang unsur hara yang diperlukan tanaman.
Fenomena bahwa jika bahan organik meningkat akan menghambat
pertumbuhan tinggi sampai batas tertentu, kemungkinan disebabkan oleh sifat
serasah daun hibrid E. urograndis yang lambat terurai sehingga laju
penumpukan serasah lebih besar dari laju dekomposisi. Akumulasi serasah
yang belum terdekomposisi jika terlalu banyak akan bersifat masam dan
menghambat pertumbuhan. Selain itu juga diduga karena ada kandungan
phenol dalam serasah Eucalyptus sehingga dapat bersifat allelopathy. Namun
untuk hibrid E. urograndis nilai korelasi C-organik dengan peninggi sangat
kecil 0,051 sehingga tidak akan berpengaruh banyak .

5. Derajat keasaman tanah (pH tanah)


pH tanah berkorelasi positif secara nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tegakan hibrid E. urograndis sebesar 0,025. Artinya setiap peningkatan nilai
pH sampai batas tertentu akan dapat meningkatkan peninggi tegakan sampai
batas tertentu. Besaran pH tanah di lokasi penelitian termasuk asam berkisar
3,9 – 4,8. Hal ini menunjukkan bahwa hibrid E. urograndis dapat tumbuh
lebih baik jika pH tanah ditingkatkan lagi. Namun demikian nilai korelasi
yang terjadi sangat kecil sehingga pada pH rendah jenis ini masih dapat
tumbuh dan beradaptasi dengan baik.

Berdasarkan nilai korelasi dapat disimpulkan bahwa hara P dan Ca


berkorelasi positif dengan pertumbuhan tegakan hibrid E. urograndis di sektor
Aek Nauli sehingga penambahan hara P dan Ca akan meningkatkan pertumbuhan
jenis tersebut sampai batas tertentu.
99

Selanjutnya, untuk melihat tingkat kecukupan atau tingkat kekritisan


(defisiensi) kandungan hara dalam tanah dalam menyokong pertumbuhan hibrid
E. urograndis telah dilakukan analisa jaringan daun. Jaringan daun tanaman
digunakan karena pada daunlah proses fotosintesis terjadi. Di samping itu, daun
merupakan salah satu tempat penyimpanan karbohidrat dan mineral (Dell et al.
2003). Menurut Fisher dan Binkley (2000) unsur-unsur hara pembatas
pertumbuhan dapat didiagnosa melalui gejala visual pada daun tajuk pohon atau
dari fakta sangat rendahnya konsentrasi unsur hara hasil analisis kimia susunan
unsur-unsur hara pada daun. Hasil analisa daun dibandingkan dengan standar
kisaran kecukupan dan kekritisan kadar unsur hara daun untuk hibrid E.
urograndis hasil penelitian dari beberapa negara (Dell et al. 2003) yang dapat
dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Perbandingan kadar hara pada jaringan daun dengan standar kadar
hara normal untuk hibrid E. urograndis (%)

Kadar hara Kadar hara Kadar hara daun hasil penelitian ini
Unsur hara (%) normal** (cukup) defisiensi** Rotasi 1 Rotasi 2
N 1,8 – 2, 9 0,8 – 1,3 1,21-1,33 (D) 1,26-1,34 (D)
P 0,12 – 0,26 0,08 – 0,10 0,14-0,22 (C) 0,17-0,23 (C)
K 0,9 – 1,5 0,2 – 0,6 1,65-1,98 (C) 1,84-2,08 (C)
Ca 0,21 – 0,75 < 0,1* 0,14-0,36 (CD) 0,13-0,34 (CD)
Mg 0,11 – 0,36 0,02 – 0,04 0,08 -0,15 (CD) 0,08-0,19 (CD)
Keterangan : D = defisiensi/sangat kurang; C = cukup; CD = marginal/kurang
* = data dari E. grandis
** = data dikonversi ke dalam %

Hasil analisis jaringan daun memperlihatkan bahwa tingkat status kadar hara
daun sama antara rotasi 1 maupun rotasi 2 yaitu sangat kekurangan unsur hara N,
cukup atau normal untuk hara P dan K dan status kurang atau marginal untuk
unsur hara Ca dan Mg. Defisiensi hara N akan menghambat proses fotosintesis
karena unsur hara N sangat dibutuhkan untuk pembentukan klorofil.
Rendahnya N daun disebabkan oleh kadar unsur hara N dalam tanah rendah
untuk dua kedalaman (0-20 cm dan 20-40cm), cara pemberian pupuk yang kurang
tepat dan sifat N yang selalu bergerak. Pemberian pupuk yang tidak dibenamkan
tetapi ditabur di sekitar tanaman akan mengakibatkan sebagian mudah terurai
menjadi unsur-unsur berbentuk gas yang menguap ke udara. Unsur hara N
bersifat selalu bergerak (mobile) sehingga N cepat berpindah dari daun ke batang
100

untuk pertumbuhan batang (Landsberg dan Gower 1997). Unsur hara P daun
menunjukkan tingkat cukup, walaupun kadar P tersedia tanah sangat rendah. Hal
ini menunjukkan bahwa hara P tersedia dalam tanah banyak terserap oleh akar
tanaman atau kandungan P total tanah lebih besar namun tidak dalam bentuk yang
mudah tersedia karena berada dalam kondisi terikat. Selain itu kemungkinan
selama proses pertumbuhan, tanaman banyak menyerap unsur P terlarut yang
berasal dari input pemupukan berupa rockfosfat, NPK dan TSP. Hasil lainnya
adalah hara Ca dan Mg di daun termasuk kurang karena kadar hara Ca dan Mg
dalam tanah rendah.
Untuk melihat waktu terjadinya suatu tanaman kekurangan atau kecukupan
suatu unsur hara, telah dilakukan analisis kandungan unsur hara pada daun muda
yang telah berkembang penuh selama 8 bulan dari bulan April sampai Nopember
pada semua kelas umur tegakan. Hasil analisa dibandingkan dengan kriteria
kisaran kadar hara normal di beberapa Negara untuk pertumbuhan hibrid E.
urograndis umur 1-2 tahun (Dell et al. 2003). Hasil sebaran kondisi hara daun dan
status kualitas hara pada setiap unsur hara makro (N, P, K, Ca dan Mg) pada rotasi
1 dan rotasi 2 dapat dilihat pada Gambar 24 sampai Gambar 28.

.
Rotasi 1 Rotasi 2
1,40 1,40
1,20 Kadar defiesiensi 0,8 - 1,3 1,20
Kadar defiesiensi 0,8 - 1,3
APRIL 1,00 APRIL
1,00
N Total (%)
N Total (%)

MEI 0,80 MEI


0,80
JUNI JUNI
0,60
0,60 JULI JULI
0,40
0,40 AGST AGST
0,20
0,20 SEPT SEPT
-
OKT OKT
0,00
1 2 3 4 5
1 th 2 th 3 th 4 th 5 th NOP th th th th th
NOP

Umur (tahun) Umur (tahun)

Gambar 24 Status hara makro Nitrogen daun hibrid E. urograndis .


101

Rotasi 1 Rotasi 2
0,30
0,30
0,25
0,25 Kadar normal 0, 12 - 0,26 Kadar normal 0,12 - 0,26
APRIL 0,20 APRIL
0,20
MEI MEI

P (%)
P (%)

0,15 JUNI 0,15 JUNI


JULI JULI
0,10 0,10
AGST AGST
SEPT SEPT
0,05 0,05
OKT OKT

0,00 NOP NOP


0,00
1 th 2 th 3 th 4 th 5 th 1 2 3 4 5
Umur (tahun) th th th th th
Umur (tahun)

Gambar 25 Status hara makro Fosfor daun hibrid E. urograndis .

Kadar normal 0,9 – 1,5

Gambar 26 Status hara makro Kalium daun hibrid E. urograndis .


102

Rotasi 1
0,40
Kadar normal 0,21 - 0,75 Kadar normal 0,21 – 0,75
0,35

0,30
APRIL
0,25
MEI
Ca (%)

0,20 JUNI

0,15 JULI
AGST
0,10
SEPT

0,05 OKT
NOP
0,00
1 2 3 4 5
th th th th th
Umur (tahun)

Gambar 27 Status hara makro Kalsium daun hibrid E. urograndis.

Rotasi 2
0,20
Kadar normal 0,11 - 0,36
0,18
0,16
0,14 APRIL
0,12 MEI
Mg (%)

0,10 JUNI
0,08 JULI
0,06
AGST
0,04
SEPT
0,02
OKT
0,00
NOP
1 2 3 4 5
th th th th th
Umur (tahun)

Gambar 28 Status hara makro Magnesium daun E. urograndis .


103

Kandungan N total daun hibrid E. urograndis termasuk sangat rendah dan


masuk katagori sangat kurang (defisiensi) selama 8 bulan pengamatan terutama
pada bulan April dan Mei pada saat tanaman masih muda umur 1-2 tahun rawan
akan kekurangan N. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan hara N tanah tidak
mencukupi untuk pertumbuhan optimal karena N merupakan unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak terutama untuk pembentukan tajuk. Selain itu
hibrid E. urograndis tidak bersifat menfiksasi N dari udara sehingga kebutuhan
hara N hanya diserap dari tanah dan dari input hara N yang diberikan. Apabila
kandungan N daun kurang maka tanaman tumbuh tidak optimal karena sel-sel
secara individu mengecil dan dinding menebal serta proses reproduksi dan
pelayuan berlangsung lebih cepat (Hikosaka et al. (2002). Menurut Cavelier
(1996) dalam Hikosaka et al. (2002) pada saat kandungan N daun dalam keadaan
rendah maka penyerapan CO2 total pohon menjadi rendah. Oleh karena itu
dikatakan bahwa N merupakan indikator biokimia yang kuat untuk proses
fotosintesis.
Selanjutnya, Kadar P dan K daun relatif konstan selama 8 bulan pengamatan
dan termasuk katagori normal atau cukup, sedangkan kadar Ca dan Mg termasuk
katagori marginal karena berada pada kisaran kadar antara cukup dan defisiensi.
Kadar hara Ca berbanding terbalik dengan kadar hara Mg dimana kadar hara Ca
pada bulan April sampai Agustus dalam kondisi cukup dan bulan September
sampai Nopember dalam kondisi marginal, sedangkan kadar hara Mg daun pada
umumnya untuk bulan April sampai Agustus dalam kondisi marginal dan mulai
September sampai November dalam keadaan cukup.
Pada tanaman Eucalyptus, defisiensi unsur hara akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman merana dan akan tampak dalam gejala visual berupa daun
yang mengalami nekrosis (Dell et al. 2003). Berdasarkan hasil pengamatan
langsung di lapangan terhadap warna daun menunjukkan bahwa daun umur muda
(1 sampai 2 tahun) berwarna hijau muda kekuningan tetapi umur tegakan 3 tahun
ke atas warna daun umumnya hijau tua. Hal ini menunjukkan bahwa pada umur
tegakan muda terjadi kekurangan unsur hara N yang diserap daun.
Menurut Dell et al. (2003) dan Sarwono (2010), tanaman yang kekurangan
unsur hara N mengakibatkan warna daun hijau pucat dan daun yang sebelah
104

bawah tajuk akan berubah menjadi hijau kuning atau coklat muda. Kekurangan
hara Ca tampak pada daun-daun yang masih muda, pada batang dan akar dekat
titik tumbuh. Kekurangan hara Mg menyebabkan daun tanaman menjadi
berwarna kemerahan dan kadang-kadang timbul bercak-bercak nekrotik pada
daun-daun muda maupun daun-daun tua. Untuk tanaman jenis Eucalyptus gejala
defisiensi Mg pertama sekali muncul pada daun-daun yang telah mengembang
penuh dan bila defisiensi lebih parah maka gejala tersebut akan terlihat pula pada
daun-daun yang masih muda (Dell et al. 2003; Sugiharso dan Rusmilah 1982 ).
Dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor pembatas utama dalam
pertumbuhan dan produktivitas hibrid E. urograndis di sektor Aek Nauli adalah
unsur hara N (sangat kurang) disusul hara Ca dan Mg (kurang) sehingga perlu
penambahan hara N, Ca dan Mg.
Menurut Fisher dan Binkley (2000), produktivitas hutan dibatasi oleh
supplai satu atau lebih nutrisi hara hampir dalam semua hutan dan pertumbuhan
hutan sering dibatasi oleh ketersediaan hara N dan P. Dell et al. (2003)
menyatakan bahwa pada umumnya di Indonesia tegakan Eucalyptus mengalami
kekurangan unsur hara makro N, P, K dan Mg yang mengakibatkan gugur daun
sebelum waktunya. Hasil penelitian lain untuk jenis yang sama di Congo, faktor
pembatas pertumbuhan hibrid E. urograndis adalah unsur hara Ca tanah (Nzilla et
al. 2002 dalam Matondo et al. 2005), sedangkan hasil penelitian Koranto (2003),
menyatakan bahwa faktor-faktor pembatas dalam pertumbuhan tegakan G.
arborea di Kalimantan adalah unsur hara N dan P. Oleh karena itu, pengelolaan
nutrisi hutan yang baik merupakan salah satu kunci sukses dalam pengelolaan
hutan komersial (Evans 1995).

Potensi Kandungan Hara Pada Hutan Tanaman Hibrid E. urograndis


Kadar unsur hara
Dalam penelitian ini, kadar unsur hara atau konsentrasi hara di lahan
bertegakan hibrid E. urograndis dibatasi hanya unsur-unsur hara makro yang
terkandung pada tegakan bagian atas (batang, cabang, ranting, daun dan buah)
dan unsur hara di bawah tegakan (tanah, serasah dan humus). Unsur hara pada
tanaman bawah tidak dihitung dengan asumsi bahwa tanaman bawah sama dan
105

akan tetap ada di lahan. Nilai rata-rata kadar unsur hara makro (N, P, K, Ca dan
Mg) pada setiap bagian tegakan dan di bawah tegakan disajikan pada Gambar 29
sampai Gambar 33 yang dapat dilihat pada Lampiran 4.

T 20-40 cm

T 0-20 cm

Humus

Serasah

Bunga+Buah

Daun

Ranting

Cabang

B d<5cm

B d ≥5cm

Keterangan : R1-1.....dst `= Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,,dstd


R2-1......dst `= Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm ````= Batang diameter ≥5cm ; B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 29 Kadar unsur hara Nitrogen pada bagian tegakan dan di bawah
tegakan hibrid E. urograndis.

TT20-40
20-40cmcm
T 0-20 cm
T 0-20 cm
Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah

Daun
Bunga+Buah
Ranting
Daun
Cabang

BRanting
d<5cm

BCabang
d ≥5cm

B d<5cm

B d ≥5cm

Keterangan : R1-1.....dst `= Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,,dstd


R2-1......dst `= Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm ````= Batang diameter ≥5cm ; B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 30 Kadar unsur hara Fosfor pada bagian tegakan dan di bawah tegakan
E. urograndis.
106

T 20-40 cm
T 20-40 cm
TT 0-20 cm
0-20 cm
Humus
Humus

Serasah
Serasah

Bunga+Buah
Bunga+Buah

Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
Cabang
B d<5cm
B d<5cm
B d ≥5cm
B d ≥5cm

Keterangan : R1-1.....dst `= Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,,dst


R2-1......dst `= Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm ````= Batang diameter ≥5cm ; B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 31 Kadar unsur hara Kalium pada bagian tegakan dan di bawah tegakan
hibrid E. urograndis.

TT 20-40
20-40cmcm
TT 0-20
0-20cm
cm
Humus
Humus

Serasah
Serasah

Bunga+Buah
Bunga+Buah

Daun
Daun

Ranting
Ranting

Cabang
Cabang

BB d<5cm
d<5cm
BB dd≥5cm
≥5cm

Keterangan : R1-1.....dst `= Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,,dst


R2-1......dst `= Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm ````= Batang diameter ≥5cm ; B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 32 Kadar unsur hara Calsium pada bagian tegakan dan di bawah tegakan
hibrid E. urograndis.
107

TT20-40
20-40cmcm

TT0-20
0-20cmcm
Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah
Bunga+Buah
Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
B d<5cm
Cabang

BBd<5cm
d ≥5cm

B d ≥5cm

Keterangan : R1-1.....dst `= Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,,dst


R2-1......dst `= Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm ````= Batang diameter ≥5cm ; B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 33 Kadar unsur hara Magnesium pada bagian tegakan dan di bawah
tegakan hibrid E. urograndis.

Kadar unsur hara makro yang terkandung di tegakan lebih banyak dibanding
yang ada dalam tanah. Susunan kadar unsur hara N dari yang terbanyak ke yang
sedikit adalah humus > daun > serasah > ranting > cabang > batang berdiameter
kurang dari 5 cm > batang berdiameter sama dan lebih besar 5 cm > lapisan tanah
0-20 cm > lapisan tanah 20-40 cm.

Susunan kadar unsur hara P dan Mg sama yaitu humus > serasah > daun >
ranting > cabang > batang diameter kurang 5 cm > batang diameter sama dan
lebih 5 cm > tanah lapisan atas > tanah lapisan bawah. Susunan kadar hara K
daun > serasah > cabang > ranting> humus > batang diameter kurang 5 cm >
batang diameter sama dan lebih 5 cm > tanah lapisan atas > tanah lapisan bawah.
Susunan kadar hara Ca terbesar pada daun > ranting > cabang > batang diameter
kurang 5 cm > batang diameter sama dan lebih 5 cm > humus > serasah > tanah
lapisan atas > tanah lapisan bawah.
108

Daun, humus dan serasah mempunyai kadar hara yang lebih tinggi karena
daun merupakan tempat proses fotosintesis berlangsung. Sementara di batang,
semakin besar ukuran diameter bagian tegakan (batang, cabang dan ranting) maka
kadar hara semakin kecil, begitu juga kadar hara tanah semakin dalam semakin
kecil. Kadar unsur hara makro pada bagian tegakan secara statistik tidak berbeda
nyata kecuali unsur hara N dan hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 11.

Jumlah kandungan hara

Jumlah kandungan hara di HTI hibrid E. urograndis. Perhitungan


potensi jumlah kandungan unsur hara makro essensial pada bagian tegakan dan
yang ada di bawah tegakan dilakukan dengan mengkalikan antara kadar hara
dengan berat kering biomassa untuk biomassa tegakan, serasah dan humus,
sedangkan untuk lapisan tanah kadar hara dikalikan dengan berat jenis tanah dan
volume tanah. Kandungan hara pada tegakan menggambarkan sebagian jumlah
hara yang diserap tegakan sedangkan kandungan hara di bawah tegakan
menggambarkan ketersediaan atau cadangan hara untuk menunjang pertumbuhan
tanaman. Rata-rata potensi jumlah kandungan hara N total, P tersedia, K, Ca dan
Mg pada tegakan dan di bawah tegakan dapat dilihat pada Lampiran 9 dan
Gambar 34 sampai Gambar 38.

T 20-40 cm

T 0-20 cm

Humus

Serasah

Bunga+Buah

Daun

Ranting

Cabang

B d<5cm

B d ≥5cm
Keterangan : R1-1.....dst `= Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,,dst
R2-1......dst `= Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm ````= Batang diameter ≥5cm ; B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 34 Jumlah kandungan unsur hara Nitrogen yang terkandung


pada bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis.
109

T 20-40 cm

T 0-20 cm

Humus

Serasah

Bunga+Buah

Daun

Ranting

Cabang

B d<5cm

B d ≥5cm

Keterangan : R1-1.....dst = Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,dst


R2-1.....dst = Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm = Batang diameter ≥5cm, dan B d<5cm = Batang diameter<5cm.

Gambar 35 Jumlah kandungan unsur hara Fosfor yang terkandung pada


bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis.

T 20-40
T 20-40 cm
T 0-20
Jumlah kandungan K (kg/ha

T 0-20 cm
Humus
Humus
Serasah
Serasah

Bunga+Buah
Bunga+ Buah
Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
Cabang
B d<5cm
B d<5cm
B d ≥5cm
B d>5cm

R1-1 R2-1 R1-2 R2-2 R1-3 R2-3 R1-4 R2-4 R1-5 R2-5

Keterangan : R1-1.....dst = Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,dst


R2-1.....dst = Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm = Batang diameter ≥5cm, dan B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 36 Potensi jumlah unsur hara Kalium yang terkandung pada


bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis.
110

TT20-40
20-40 cm
Jumlah kandungan Ca (kg/ha)

TT0-20
0-20 cm

Humus
Humus
Serasah
Serasah
Bunga+Buah
Bunga+ Buah
Daun
Daun
Ranting
Ranting
Cabang
Cabang
BBd<5cm
d<5cm

BBd>5cm
d ≥5cm

R1-1 R2-1 R1-2 R2-2 R1-3 R2-3 R1-4 R2-4 R1-5 R2-5

Keterangan : R1-1.....dst = Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,dst


R2-1.....dst = Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm = Batang diameter ≥5cm, dan B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 37 Potensi jumlah unsur hara Calsium yang terkandung pada


bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis.

T 20-40 cm

T 0-20 cm

Humus

Serasah

Bunga+Buah

Daun

Ranting

Cabang

B d<5cm

B d ≥5cm

Keterangan : R1-1.....dst = Rotasi 1 pada umur 1 tahun,,,dst


R2-1.....dst = Rotasi 2 pada umur 1 tahun,,,dst
T 0-20 cm ``= Tanah kedalaman 0-20cm; T 20-40 cm = tanah kedalaman 20-40cm
B d ≥5cm = Batang diameter ≥5cm, dan B d<5cm = Batang diameter<5cm

Gambar 38 Potensi jumlah unsur hara Magnesium yang terkandung pada


bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis.
111

Jumlah kandungan hara pada tegakan semakin besar sejalan dengan


bertambahnya umur tegakan, sedangkan jumlah kandungan hara di dalam tanah
berkurang dengan semakin besarnya biomassa pohon. Kandungan hara tanah
berkurang karena terjadi penyerapan hara oleh tanaman untuk pertumbuhan.
Jumlah kandungan unsur hara P dan hara K terbanyak pada batang berdiameter ≥
5 cm yang dipanen di banding yang ada pada lapisan tanah, sedangkan jumlah
kandungan hara N, Ca dan Mg yang terdapat di tanah lebih besar, namun jika
terus menerus dalam jangka pendek hasil panen di bawa keluar ekosistem maka
akan mengakibatkan penurunan kualitas tapak yang ditandai dengan jumlah
kandungan hara tanah yang menurun.

Dari data jumlah kandungan hara (Gambar 34 sampai 38), dapat diketahui
jumlah hara yang tersimpan dalam tegakan, jumlah hara yang hilang akibat
pemanenan, jumlah hara yang tersimpan di bawah tegakan sebagai cadangan hara,
dan kebutuhan hara minimal untuk pertumbuhan hibrid E. urograndis.

Jumlah hara dalam tegakan. Total unsur hara dalam tegakan dihitung
berdasarkan penjumlahan unsur-unsur hara yang terkandung pada bagian tegakan
dan disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26 Jumlah unsur hara dalam tegakan hibrid E. urograndis pada berbagai
umur tegakan
N total P K Ca Mg
Rotasi Umur
(kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha
1 1 54,91 9,25 90,59 27,29 1,96
2 285,36 56,26 537,06 182,01 14,54
3 443,15 80,97 717,01 237,29 17,99
4 583,54 83,78 1.137,50 306,82 29,49
5 939,90 147,39 1.589,24 585,27 43,08
2 1 121,32 22,14 203,07 53,59 5,22
2 300,47 66,13 575,52 174,29 16,74
3 548,78 113,48 1.084,00 310,26 28,67
4 640,61 109,08 1.208,92 352,46 35,25
5 853,46 167,27 1.502,05 431,25 42,31

Jumlah hara terbawa panen. Jumlah unsur hara yang terkandung pada
tegakan hibrid E. urograndis sebagian besar akan hilang dari ekosistem melalui
pemanenan, terutama pada batang dan kulit karena komponen itu merupakan
penyusun utama biomassa tegakan dan penimbun utama unsur-unsur hara
112

(Ruhiyat 1993). Jumlah hara yang hilang melalui pemanenan merupakan jumlah
hara yang ada pada batang berdiameter ≥ 5 cm yang disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Unsur hara yang hilang melalui panen umur 5 tahun

N total P K Ca Mg
Rotasi
(kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha
1 761,82 114,26 1288,36 505,61 34,26
2 741,79 146,84 1318,98 377,06 36,68

Unsur hara yang hilang melalui panen sangat besar pada setiap kegiatan
pemanenan di lakukan. Pemanenan yang terus menerus dengan daur yang pendek
menyebabkan sejumlah hara ke luar ekosistem sehingga berpengaruh terhadap
ketersediaan hara dan kualitas tapak. Agar penurunan kualitas tapak tidak terjadi,
maka kehilangan hara melalui panen harus diganti melalui input hara setara
dengan hara yang terkandung dalam kayu yang di panen.
Hasil di atas lebih besar jika dibandingkan dengan hasil panen pada salah
satu jenis tetuanya E. urophylla umur 7 tahun di tempat yang sama dengan hasil
panen sebesar 427,2 kg N/ha; 116,83 kg P/ha; 792 kg K/ha; 19,8 kg Ca/ha dan
9,9 kg Mg/ha (Napitupulu 1995). Perbedaan ini lebih disebabkan pengaruh
faktor genetik dari bibit unggul hibrid E. urograndis yang digunakan, dimana
secara genetik E. urograndis lebih unggul dalam pertumbuhan sebesar 17,69%.
Jumlah hara dalam sisa tebangan. Biomassa bagian jaringan tanaman
dari tegakan hutan tanaman hibrid E. urograndis seperti batang diameter kecil <
5cm, cabang, ranting, daun, buah dan bunga merupakan sisa tebangan yang
ditinggal di lahan dan merupakan unsur hara yang masuk ke lahan sebagai pupuk
karena di sektor Aek Nauli sisa tebangan tidak dimanfaatkan dan dibiarkan tetap
berserakan di lantai hutan pasca penebangan. Hal ini berarti bahwa sisa tebangan
merupakan tambahan input unsur hara yang akan menambah ketersediaan hara
tanah pada rotasi berikutnya. Mengembalikan sisa tebangan berarti
mengembalikan unsur–unsur hara agar kerusakan yang terjadi sekecil mungkin
dan diharapkan keseimbangan sistem di lahan tidak mengalami gangguan yang
berarti. Jumlah unsur hara yang masuk ke lahan dari biomassa sisa tebangan
(tidak termasuk akar) dapat dilihat pada Tabel 28.
113

Tabel 28 Unsur hara yang masuk ke lahan dari sisa tebangan


N total P K Ca Mg
Rotasi
(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)
1 198,08 33,13 300,88 79,66 8,82
2 111,07 20,43 103,07 54,19 5,63

Unsur hara yang masuk lahan pasca penebangan pada daur tebang 5 tahun
sekitar 198 kg N/ha; 33 kg P/ha; 300 kg K/ha; 80 kg Ca/ha dan 9 kg Mg/ha pada
rotasi 1 dan pada rotasi 2 lebih sedikit yaitu sekitar 111 kg N/ha ; 20 kg P/ha; 103
kg K/ha; 54 kg Ca/ha dan 6 kg Mg/ha. Unsur hara yang masuk dari sisa tebangan
ke lahan tidak terjadi secara langsung tetapi secara bertahap karena dipengaruhi
oleh laju dekomposisi dari sisa tebangan tersebut.
Kebutuhan hara hibrid E. urograndis. Serapan hara dapat
menggambarkan kisaran kebutuhan hara untuk pertumbuhan tanaman hibrid E.
urograndis sampai akhir daur. Serapan hara dihitung dengan menjumlahkan
kandungan hara yang ada di tegakan dengan jumlah hara dari serasah yang jatuh
selama tanaman tumbuh, disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29 Serapan hara kumulatif pada berbagai umur tegakan hibrid
E. urograndis

N total P K Ca Mg
Rotasi Umur
(kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha (kg)/ha
1 1 88,52 18,30 133,75 32,19 7,79
2 360,73 76,36 625,55 191,13 28,15
3 559,64 111,84 853,90 251,77 40,45
4 752,31 128,11 1.338,58 327,31 61,52
5 1152,62 204,34 1.845,02 610,58 83,20
2 1 154,80 34,35 248,90 57,99 13,18
2 381,46 91,13 673,51 184,53 32,58
3 687,05 154,10 1.246,30 328,46 53,15
4 843,20 169,44 1.450,92 380,62 72,18
5 1106,42 240,48 1.798,54 465,92 88,23

Untuk mencapai pertumbuhan sampai volume sekitar 160 m3/ha rotasi 1


dan 142 m3/ha rotasi 2 dengan daur 5 tahun, hibrid E. urograndis di Aek Nauli
membutuhkan atau menyerap unsur hara minimal sekitar 1153 kg N/ha, 204 kg
P/ha, 1845 kg K/ha, 610 kg Ca/ha, 83 kg Mg/ha pada rotasi 1 dan 1106 kg N/ha,
240 kg P/ha, 1798 kg K/ha, 406 kg Ca/ha, 88 kg Mg/ha pada rotasi 2.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah serapan hara terbanyak
114

untuk memenuhi kebutuhan unsur hara selama tumbuh tanaman hibrid E.


urograndis adalah unsur hara K > N > Ca > P > Mg.
Jumlah hara di bawah tegakan. Kandungan unsur hara tanah sampai
kedalaman 40 cm merupakan potensi hara yang dapat digunakan tanaman dan
disajikan pada Tabel 30, sedangkan kandungan unsur hara yang berada di bawah
tegakan merupakan cadangan unsur hara keseluruhan dihitung dengan
menjumlahkan unsur hara pada lapisan serasah, lapisan humus dan unsur hara
pada lapisan tanah yang disajikan pada Tabel 31.
Tabel 30 Jumlah kandungan hara tanah sampai kedalaman 40 cm

Umur Jumlah kandungan hara tanah 0-40 (kg/ha)


Rotasi
(thn) N P K Ca Mg
1 1 4.028,00 13,44 750,13 3.023,33 701,47
2 4.746,00 30,06 760,87 3.533,13 1.024,53
3 5.796,00 17,89 621,60 3.192,00 714,00
4 4.872,00 13,46 580,00 2.544,27 750,13
5 5.208,00 11,42 806,40 1.873,20 495,60
2 1 3.923,33 40,30 662,12 1.498,00 649,70
2 4.094,67 36,19 641,27 2.053,56 714,76
3 4.638,67 27,15 817,36 2.212,19 1.103,14
4 4.712,67 15,80 670,98 1.988,61 847,38
5 3.950,00 21,38 679,07 1.757,21 333,78

Tabel 31 Jumlah kandungan hara di bawah tegakan hibrid E. urograndis


Umur jumlah kandungan hara di bawah tegakan (kg/ha)
Rotasi
(thn) N P K Ca Mg
1 1 4.759,59 167,26 1.130,76 3.081,35 818,88
2 5.985,60 269,20 1.350,98 3.642,82 1.230,56
3 6.740,01 205,61 1.100,56 3.280,99 878,01
4 5.455,19 131,37 902,49 2.604,95 849,16
5 5.830,18 152,67 1.129,72 1.935,72 595,47
2 1 4.940,84 290,63 1.264,64 1.612,67 841,71
2 5.077,88 239,03 1.137,89 2.159,30 877,46
3 4.948,63 96,70 1.012,30 2.247,48 1.152,37
4 5.523,67 183,76 1.026,61 2.069,99 971,37
5 4.747,54 184,67 1.082,56 1.843,26 473,40

Pada daur tebang 5 tahun, jumlah unsur hara tanah N, K, Ca dan Mg


tampak menurun dari rotasi 1 ke rotasi 2, kecuali unsur hara P naik. Jumlah
kandungan hara N menurun sebanyak 1258 kg N/ha (24%), K sebesar 127 kg
115

K/ha (16%), Ca sebesar 116 kg Ca/ha (6%) dan hara Mg sebesar 161 kg Mg/ha
(16%).

Penurunan jumlah kandungan unsur hara N, K, Ca dan Mg lebih


disebabkan karena unsur hara tersebut diserap tegakan dalam jumlah banyak
untuk pertumbuhan yang sebagian besar (86-90%) hilang bersamaan dengan
pengangkutan hasil panen ke luar lahan, sedangkan peningkatan hara P (10 kg/ha)
diduga bersumber dari masukan hara P hasil dekomposisi sisa tebangan, dari
pemupukan yang dilakukan sebanyak 63 kg P/ha, adanya simbiosis dengan
mikoriza dan akibat pH tanah meningkat dari rotasi 1 ke rotasi 2 yang dapat
meningkatkan hara P dari yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman.

Produktivitas dan Laju Dekomposisi Serasah hibrid Eucalyptus urograndis

Produktivitas serasah
Rata-rata produksi total serasah hibrid E. urograndis dihitung berdasarkan
jumlah serasah yang jatuh ke lantai hutan per satuan waktu (Lampiran 12). Jumlah
serasah yang jatuh setiap umur tegakan disajikan pada Tabel 32, sedangkan
jumlah serasah selama tegakan tumbuh dihitung dengan menjumlahkan produksi
serasah secara kumulatif yang dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 32 Produktivitas dan jumlah kandungan hara serasah hibrid


E. urograndis

Produksi
Umur N P K Ca Mg
Rotasi serasah
(thn) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)
(kg/ha/thn)
1 1 3.576 33,61 9,05 43,16 4,90 5,83
2 4.094 41,76 11,05 45,33 4,22 7,78
3 4.361 41,12 10,77 48,4 5,36 8,85
4 5.318 52,28 13,46 64,19 6,01 9,57
5 4.676 43,95 12,62 54,7 4,82 8,09
2 1 3.667 33,48 12,21 45,83 4,4 7,96
2 4.084 47,51 12,79 52,16 5,84 7,88
3 4.883 57,28 15,62 64,31 7,96 8,64
4 6.227 64,32 19,74 79,70 9,96 12,45
5 4.430 50,37 12,85 54,49 6,51 8,99
116

Tabel 33 Masukan unsur hara dari serasah selama umur tegakan hibrid
E. urograndis
N total P K Ca Mg
Rotasi Umur
(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)
1 1 33,61 9,05 43,16 4,90 5,83
2 75,37 20,1 88,49 9,12 13,61
3 116,49 30,87 136,89 14,48 22,46
4 168,77 44,33 201,08 20,49 32,03
5 212,72 56,95 255,78 25,31 40,12
2 1 33,48 12,21 45,83 4,40 7,96
2 80,99 25 97,99 10,24 15,84
3 138,27 40,62 162,3 18,2 24,48
4 202,59 60,36 242 28,16 36,93
5 252,96 73,21 296,49 34,67 45,92

Produktivitas serasah tegakan hibrid E. urograndis di lokasi penelitian


berkisar antara 3,5-5,3 ton/ha/tahun pada rotasi 1 dan sekitar 3,7-6,2 ton/ha/tahun
pada rotasi 2. Secara statistik jumlah produksi serasah antara rotasi 1 dan 2 serta
antar umur 1 sampai dengan umur 5 tahun tidak berbeda nyata (p > 0,050). Umur
tanaman 1 tahun menunjukkan produksi serasah yang paling kecil (3,6 - 3,7
ton/ha/tahun) dibanding umur 2 tahun (4,1 ton/ha/tahun), umur 3 tahun (4,4 - 4,8
ton/ha/tahun), umur 4 tahun (5,3 - 6,2 ton/ha/tahun) dan umur 5 tahun (4,4 - 4,7
ton/ha/tahun).
Hasil di atas hampir sama dengan hasil penelitian Barlow et al. (2007) pada
tegakan E. urophylla umur 4-5 tahun di Brazil yang menghasilkan litterfall
sebanyak sekitar 4,5 ton/ha/tahun. Produksi serasah pada tegakan hibrid E.
urograndis umur 8 tahun rotasi 1 sebanyak 6,8 ton/ha/thn di Congo dan
sebanyak 2-3 ton/ha/tahun untuk daerah kering atau mediteran seperti di Senegal,
Morocco dan Portugal (Bernhard-Reversat et al. 2001). Hal ini menunjukkan
kedekatan sifat genetik tanaman jenis Eucalyptus dalam hal kisaran kemampuan
memproduksi serasah.
Produktivitas serasah dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama curah
hujan, suhu dan faktor kesuburan tanah di samping faktor genetik tanaman.
Produksi serasah tertinggi terjadi pada bulan Juni pada saat rata-rata curah hujan
sebesar 106 mm/bulan dan suhu udara 29,830C. Hubungan curah hujan dan
produktivitas serasah dapat dilihat pada Gambar 39 sampai Gambar 43.
117

Gambar 39 Hubungan antara produksi serasah dengan curah hujan pada umur 1
tahun hibrid E. urograndis.

Gambar 38 Hubungan antara produksi serasah dan curah hujan pada umur 2
tahun E. urograndis.

Curah hujan (mm/Bln)

Gambar 40 Hubungan antara produksi serasah dengan curah hujan pada umur 2
tahun hibrid E. urograndis.

Gambar 41 Hubungan produksi serasah dengan curah hujan pada umur 3 tahun
hibrid E. urograndis.
118

Gambar 42 Hubungan produksi serasah dengan curah hujan pada umur 4 tahun
hibrid E. urograndis.

Gambar 43 Hubungan produksi serasah dan curah hujan pada umur 5 tahun
hibrid E. urograndis.

Dari gambar terlihat jelas bahwa semakin tinggi curah hujan maka produksi
serasah yang jatuh relatif menurun dan sebaiknya semakin kering lingkungan
maka produksi serasah semakin banyak.
119

Laju dekomposisi serasah


Laju dekomposisi. Konstanta laju dekomposisi serasah hibrid E.
urograndis pada setiap umur tegakan per bulan berkisar antara 0,129 – 0,173
pada rotasi 1 dan pada rotasi 2 sekitar 0,094-0,145 sehingga waktu yang
diperlukan untuk mendekomposisi serasah yang jatuh bervariasi antara 27-49
bulan. Data konstanta laju dekomposisi dan waktu sampai sekitar 99%
terdekomposisi dapat dilihat pada pada Tabel 34.

Tabel 34 Laju dekomposisi (k) serasah hibrid E. urograndis

Rotasi Umur Persamaan R2 k per Half life 99%


(thn) (%) bulan (bulan) (bulan)
1 1 409,5e-0,129t 97 0,129 5,37 35,70
2 388,5e-0,173t 89 0,173 4,01 26,62
3 394,5e-0,140t 98 0,140 4,71 31,32
4 419,5e-0,168t 97 0,168 4,12 27,41
99
5 428,0e-0,161t 0,161 4,30 28,60
2 1 414,0e-0,114t 98 0,114 6,08 40,39
2 372,0e-0,130t 96 0,130 5,02 33,37
3 404,4e-0,144t 98 0,144 4,81 31,98
4 385,5e-0,145t 98 0,145 4,78 31,76
5 369,5e-0,094t 98 0,094 7,36 48,94

Laju dekomposisi serasah hibrid E. urograndis tergolong relatif lambat


dibanding dengan laju dekomposisi A. mangium yang nilai konstantanya sebesar
0,229 pada tegakan berumur 8 tahun (Mindawati 1996) dan jenis E. urophylla
sebesar 0,316 (Napitupulu 1995). Laju dekomposisi serasah hibrid E. urograndis
tergolong lambat diduga disebabkan karena lokasi plot penelitian berada pada
daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar 1200 meter dari permukaan laut
dengan curah hujan yang tinggi > 2800 mm/tahun menyebabkan kecepatan
penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berjalan lambat. Lambatnya
dekomposisi hibrid E. urograndis lebih menguntungkan karena menurut pendapat
Stallings (1959) dalam Suwardjo (1981) bahan organik yang cepat melapuk akan
memberikan pengaruh maksimal selama 20-30 hari saja dalam pembentukan
agregat tanah, sedangkan bahan organik yang lambat terdekomposisi akan
memberikan pengaruh relatif lebih lama dalam menstabilkan agregat tanah. Laju
dekomposisi serasah hibrid E. urograndis yang lambat dapat dilihat dari nilai
ratio antara C dan N serta dari bobot serasah yang hilang atau penyusutan bobot
120

selama 4 bulan pengamatan (Gambar 44). Semakin rendah nilai C/N maka
semakin tinggi jumlah bobot serasah yang hilang yang berarti serasah yang
terdekomposisi semakin banyak.

Rotasi 1 Rotasi 2
60 60
C
C
/
/
N
50 50 N
1
1
40 40
t
t
h
h
30 30
C C
/ /
20 N 20
N
2 2
10 10
t t
h h
0 0

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Bulan ke Bulan ke

Keterangan : BH = bobot yang hilang

Gambar 44 Hubungan nilai ratio C/N dengan bobot serasah yang hilang selama
dekomposisi.

0,45

0,40

0,35 k per
bulan R 1
0,30
K per
0,25 bulan R 2

0,20 m.o (10^8)


R1
0,15
m.o (10^8)
0,10 R2

0,05

0,00

1 th 2 th 3 th 4 th 5 th

Gambar 45 Hubungan laju dekomposisi dengan jumlah mikroorganisme tanah.


121

Laju dekomposisi dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu,


kelembaban, unsur hara tapak serta keragaman jenis mikroorganisme dalam tanah
(Alexander 1977). Hubungan antara jumlah mikroorganisme dengan koefisien
laju dekomposisi serasah dapat dilihat pada Gambar 45.

Pelepasan hara dari serasah: Pelepasan hara selama proses dekomposisi


bahan organik (4 bulan pengamatan) dihitung berdasarkan jumlah hara yang
terkandung dalam serasah yang ada pada saat waktu pengamatan dibanding
dengan jumlah hara dalam serasah saat awal penelitian di mulai (Tabel 35).

Tabel 35 Pelepasan hara selama 4 bulan dekomposisi

Pelepasan unsur hara (%)


Rotasi
N P K Ca Mg
1 29,55 29,89 42,37 7,59 35,13

2 32,86 30,89 37,14 3,60 18,25

Pelepasan hara terbesar dari serasah pada proses dekomposisi mempunyai


pola yang sama antara rotasi 1 dan 2 yaitu berturut-turut dari besar ke kecil
adalah sebagai berikut : unsur hara K > N > P > Mg > Ca. Kecepatan suatu unsur
hara lepas dari serasah berhubungan erat dengan tingkat mobilitas hara. Kalium
adalah hara yang paling cepat hilang karena K merupakan hara yang sangat mobil
baik pada jaringan tanaman maupun di dalam tanah serta mudah tercuci (Rusdiana
2007). Hal ini mendukung pendapat Dell et al. (2003) bahwa unsur hara N, P
dan K mempunyai sifat sangat mobil dalam phloem Eucalyptus, sedangkan unsur
hara Ca bersifat immobil dan unsur hara Mg bersifat tidak tetap (variebly mobile).

Erosi dan Aliran Permukaan di bawah Tegakan Hibrid E. urograndis

Unsur hara yang hilang terbawa erosi dan aliran permukaan.


Kehilangan unsur hara dapat juga terjadi oleh sebab proses erosi (sedimentasi) dan
aliran permukaan. Unsur hara yang tidak larut dalam air akan terbawa melalui
erosi atau sedimentasi, sedangkan unsur-unsur hara yang mudah larut dalam air
akan segera terbawa bersama aliran permukaan. Pengukuran erosi dan aliran
permukaan tidak dibedakan antar rotasi dengan asumsi bahwa antara rotasi 1 dan
2 relatif sama karena kondisi edafik dan topografi sama. Rata-rata aliran
122

permukaan dan erosi tanah yang terjadi di lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 46.

400 357,95
350 307,61
326,26
278,98 271,59
300 300,89 253,11
250 194,53
200
141,12 134,52
150
100
50
0
1 thn 2 thn 3 thn 4 thn 5 thn
Umur
Aliran permukaan (m3/ha/thn) Erosi (kg/ha/thn)

Gambar 46 Jumlah aliran permukaan dan erosi di bawah tegakan hibrid


E.urograndis.

Jumlah erosi dan aliran permukaan yang terjadi di bawah tegakan hibrid E.
urograndis menurun sejalan dengan peningkatan umur tegakan. Penurunan
jumlah erosi berbeda nyata antara umur 1 tahun dengan umur 3 tahun, tetapi tidak
berbeda nyata untuk umur tegakan 4 dan 5 tahun yang besarnya berkisar 134-141
kg/ha/tahun. Penurunan jumlah aliran permukaan tidak terlalu tajam antar umur
tanaman muda dengan umur tua 5 tahun yaitu sekitar 279- 253 m3/ha/tahun dan
tidak berbeda nyata. Hal ini karena dengan semakin tua umur tegakan maka
penutupan tajuk semakin baik sehingga dapat melindungi tanah dari tenaga
kinetik hujan. Selain itu, penumpukan serasah di atas permukaan tanah semakin
banyak dengan bertambahnya umur tegakan yang dapat berfungsi sebagai
penahan air hujan yang jatuh dan menghambat laju erosi dan aliran permukaan.
Menurut Wiersum (1984) tingkat erosi dalam hutan tropis dan sub tropis rata-rata
sebesar 0,3 ton/ha/tahun (berkisar antara 0,03 sampai maksimal 6,2 ton/ha/tahun),
sedangkan di hutan tanaman tidak terganggu dan memiliki lapisan organik yang
berkembang dengan baik, tingkat erosi tahunan rata-rata sekitar 0,6 ton/ha.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000, erosi yang


diijinkan di hutan tanaman sebesar < 9 ton/ha/thn. Jika dibandingkan dengan erosi
hasil penelitian ini, besar erosi di hutan tanaman hibrid E. urograndis masih jauh
123

lebih rendah dari batasan laju erosi yang diizinkan. Demikian pula bila
dibandingkan dengan erosi yang terjadi di hutan tanaman A. mangium di PT.
Arara Abadi sebesar 0,28 - 0,38 ton/ha/tahun (Mindawati dan Pratiwi 2008),
maka erosi di bawah tegakanhibrid E. urograndis ini pada saat umur tegakan
muda sampai 2 tahun erosi terjadi relatif sama tetapi saat tegakan berumur di atas
2 tahun erosi lebih kecil. Hal ini disebabkan di lokasi penelitian kelerengan lahan
relatif datar (0-14%), jenis tanah Inceptisol yang mempunyai sifat tanah bersolum
cukup dalam sekitar 75 cm dan cara-cara persiapan lahan yang dilakukan dengan
membiarkan sisa tebangan tetap berserakan di lahan serta tanaman bawah yang
hanya disemprot dengan herbisida sehingga dapat menghambat laju erosi dan
aliran permukaan.
Besaran hara yang hilang dari sistem lahan bertegakan hibrid E. urograndis
melalui erosi dan aliran permukaan dihitung melalui penjumlahan kandungan hara
dari erosi dan aliran permukaan, disajikan pada Tabel 36. Sedangkan besaran
kumulatif erosi, aliran permukaan dan jumlah hara yang hilang sampai umur
tegakan tertentu dapat dilihat pada Tabel 37.

Kandungan unsur hara yang hilang melalui aliran permukaan dan erosi tidak
selalu menurun dari umur tegakan muda 1 tahun ke tegakan umur tua, tetapi
secara kumulatif jumlah unsur hara yang hilang melalui aliran permukaan dan
erosi meningkat dengan lamanya tegakan tumbuh. Jumlah unsur hara yang
terbawa aliran permukaan dan erosi berfluktuasi antar umur tegakan dan sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama oleh curah hujan yang terjadi.
Unsur hara yang hilang melalui aliran permukaan lebih besar dibanding hara yang
hilang melalui erosi. Hal ini dapat dimengerti karena air hujan akan mengikis hara
di permukaan yang besarannya sangat tergantung pada lebar tajuk dan serasah di
lantai hutan. Lebar tajuk dan serasah berfungsi sebagai penahan aliran air hujan
sebelum ke permukaan tanah.
124

Tabel 36 Unsur hara terlarut dari erosi dan aliran permukaan setiap umur tegakan
hibrid E. urograndis

Besarnya Unsur hara yang hilang (kg/ha)


Parameter umur
N P K Ca Mg
Erosi 1 357,95 0,25 0,0003 0,11 0,21 0,010
(kg/ha) 2 300,89 0,27 0,0002 0,09 0,15 0,006
3 194,53 0,16 0,0001 0,04 0,08 0,004
4 141,12 0,16 0,0001 0,04 0,10 0,006
5 134,52 0,12 0,0001 0,04 0,07 0,003
Aliran 1 326,26 0,85 0,13 1,00 0,52 0,08
permukaan 2 307,61 0,68 0,11 0,87 0,37 0,06
(m3/ha) 3 278,61 0,68 0,11 1,24 0,31 0,09
4 271,59 0,69 0,11 0,67 0,23 0,05
5 253,11 0,64 0,11 0,98 0,27 0,09

Tabel 37 Jumlah kumulatif dan unsur hara yang hilang melalui erosi dan aliran
permukaan selama umur tegakan
Sampai Unsur hara yang hilang (kg/ha)
Parameter
umur N P K Ca Mg
Erosi 1 0,25 0,0003 0,11 0,21 0,01
(kg/ha) 2 0,52 0,0005 0,20 0,37 0,02
3 0,68 0,0006 0,24 0,44 0,02
4 0,83 0,0007 0,28 0,54 0,03
5 0,95 0,0008 0,32 0,61 0,03
Aliran 1 0,85 0,13 1,00 0,52 0,08
permukaan 2 1,53 0,24 1,87 0,90 0,14
(m3/ha) 3 2,20 0,36 3,12 1,21 0,23
4 2,89 0,46 3,79 1,45 0,28
5 3,53 0,57 4,77 1,73 0,37

Kehilangan unsur hara melalui erosi dan aliran permukaan sampai umur 5
tahun pada jenis tanah Inceptisol yang ditanami hibrid E. urograndis sangat kecil
yaitu sebesar 4,48 kg N/ha, 0,57 kg P/ha, 5,09 kg K/ha, 2,34 kg Ca/ha dan 0,40 kg
Mg/ha. Hal ini menandakan bahwa hibrid E. urograndis yang di tanam di Aek
Nauli dengan perlakuan berdasarkan SOP yang berlaku saat ini (lihat sub bab
teknik silvikultur) tidak menyebabkan erosi dan aliran permukaan tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa penurunan kandungan hata tanah dari rotasi 1 ke rotasi 2 yang
terjadi di lahan bertegakan hibrid E. urograndis tidak disebabkan oleh erosi dan
aliran permukaan.
Secara keseluruhan dari hasil-hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa penurunan volume atau biomassa termanfaatkan yang dihasilkan
125

disebabkan oleh penurunan kualitas tapak yang dicirikan oleh menurunnya


kandungan hara N 24%, hara K 16%, hara Ca 6% dan hara Mg 16%, sedangkan
penurunan kualitas tapak lebih disebabkan karena jumlah hara yang masuk ke
lahan lebih kecil dari jumlah hara yang keluar .

Model Dinamika Neraca Hara Pada Hutan Tanaman Hibrid


Eucalyptus urograndis

Model merupakan gambaran secara abstrak dari keadaan sebenarnya atau


penyederhanaan realita sistem kompleks dimana hanya faktor-faktor dominan atau
komponen yang relevan dari masalah yang dianalisis diikutsertakan (Mulyono
1997 dalam Wasis 2006). Model adalah contoh sederhana dari sistem dan
menyerupai sifat-sifat sistem yang dipertimbangkan, tetapi tidak sama dengan
sistem. Penyederhanaan dari sistem sangat penting agar dapat dipelajari secara
seksama. Sistem yang berhubungan antara tapak dan tanaman sangat komplek,
maka untuk mempelajari neraca hara dapat dilakukan dengan cara
penyederhanaan yaitu melalui pemodelan.
Model dinamika neraca hara hutan tanaman hibrid E. urograndis bertujuan
untuk memprediksi kondisi neraca unsur hara makro selama periode waktu 25
tahun sehingga dapat mengetahui prediksi apa yang akan terjadi akibat
penebangan terhadap kualitas tapak dalam mendukung produktivitas yang
berkelanjutan.
Perhitungan neraca hara dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan
model dari input parameter hasil pengukuran data di lapangan (sub bab
pertumbuhan dengan hasil dan sub bab kualitas tapak) ditambah dengan dari hasil
penelitian terdahulu sebagai asumsi. Beberapa asumsi dalam pembuatan model
adalah :
1. Besaran erosi dan aliran permukaan antar rotasi sama.
2. Berat kering akar 25% dari berat total bagian atas tegakan (Hairiah dan
Rahayu (2007), sedangkan kadar hara akar sebesar 1,65 mg/kg N; 0,11
mg/kg P; 1,78 mg/kg; dan kadar Ca dan Mg pada akar sebesar 0,214 % dan
0,039 % diambil dari hasil penelitian untuk jenis E. grandis ( Xu et al. 2002
dan Toit et al. 2004).
126

3. Laju dekomposisi batang diameter < 5cm, cabang, akar sama dengan laju
dekomposisi ranting yaitu 2 kali laju dekomposisi serasah (Arunachalam dan
Singh 2004)
4. Kadar hara semua bagian tegakan dan tapak diasumsikan mengikuti nilai
minimum hingga maksimum kadar hara hasil pengukuran dalam hasil
penelitian ini (kadar hara tidak berubah).
5. Kehilangan hara saat penyiapan lahan sama dengan hilangnya hara melalui
erosi dan aliran permukaan selama 2 bulan kegiatan penyiapan lahan sebelum
tanam dengan rata-rata sebanyak 0,37 kg N/ha; 0,04 kg P/ha; 0,34 kg K/ha;
0,16 kg Ca/ha dan 0,03 kg Mg/ha.
6. Penambahan unsur hara tertentu tidak mempengaruhi unsur hara yang lain.
7. Proses pembentukan tanah dari pelapukan bahan induk diasumsikan tidak
terjadi.

Diagram Umpan Balik

Dalam penelitian ini diagram umpan balik didasari dan dimodifikasi dari
model dinamika hara N pada tegakan Pinus (Rusdiana 2007). Diagram umpan
balik dinamika neraca hara dapat dilihat pada Gambar 47.
Pertumbuhan dan biomassa tegakan dipengaruhi oleh kondisi hara dalam
tanah. Menurut Indrawan (2000) di alam hara yang terkandung dalam tanah dapat
berkurang dan dapat bertambah. Fluktuasi kandungan hara tanah akan dipengaruhi
oleh hara dari produksi serasah yang jatuh selama tegakan tumbuh melalui proses
pelapukan, dari proses pelapukan sisa tebangan dan dari tambahan hara yang
diberikan pada lahan baik melalui pemupukan, penerapan bioteknologi maupun
melalui teknik silvikultur intensif (persiapan lahan, pemeliharaan dan penerapan
teknologi). Ini semua diekspresikan melalui pemodelan perhitungan neraca hara.
Neraca unsur hara dari suatu ekosistem dapat dihitung berdasarkan unsur
hara yang masuk ke dalam tanah diukur sebagai penambahan (fluks positip) dan
unsur hara yang keluar dari tanah diukur sebagai pengurangan (fluks negatip).
127

Gambar 47 Diagram umpan balik neraca hara lahan bertegakan hibrid


E. urograndis.
128

Dalam penelitian ini yang termasuk unsur hara yang masuk ke dalam tanah
adalah unsur hara dari sisa tebangan yang ditinggalkan di lantai hutan (batang
diameter <5cm, cabang, ranting, daun, bunga, buah dan akar), unsur hara dari
serasah yang jatuh ke lantai hutan dan unsur hara dari pemupukan yang diberikan
saat tanaman masih muda, sedangkan unsur hara yang keluar dari lahan adalah
unsur hara dari hasil panen yang diangkut ke pabrik, unsur hara yang terbawa oleh
erosi dan aliran permukaan serta unsur hara yang keluar saat kegiatan penyiapan
lahan dilakukan. Besaran kandungan hara pada setiap parameter di atas untuk
rotasi 1 dan 2 dapat dilihat pada Lampiran 9.

Diagram Alir

Deskripsi model hanya menampilkan parameter-parameter yang akan


mempengaruhi parameter penting yang ada dalam diagram umpan balik. Diagram
alir utama mengenai dinamika neraca hara serta skenario perbaikan hara tanah,
disajikan pada Gambar 48, sedangkan diagram alir untuk model keseluruhan dapat
dilihat pada Lampiran 14.

Gambar 48 Diagram alir neraca hara dalam tegakan hibrid E. urograndis

Neraca hara dapat menggambarkan kondisi kualitas hara tanah sepanjang


daur tanaman. Dari Gambar 48 terlihat bahwa neraca hara ditentukan oleh besaran
hara yang masuk ke lahan dan hara yang keluar dari suatu lahan. Hara masuk
129

ditentukan melalui jumlah produksi serasah selama tegakan tumbuh dan dari sisa
tebangan yang ditinggalkan di lapangan. Keduanya akan termineralisasi secara
bertahap tergantung pada laju dekomposisi. Selain itu, pemberian input hara yang
dilakukan pihak manajemen dalam memelihara tegakan akan menambah jumlah
asupan hara ke lahan pada awal penanaman. Hara keluar dipengaruhi oleh
besaran hara yang terkandung dalam kayu hasil panen, erosi dan aliran
permukaan yang membawa sejumlah unsur hara keluar lahan, dan oleh kegiatan
saat persiapan lahan dilakukan.

Neraca Hara HTI Hibrid Eucalyptus urograndis

Jordan (1985) dan Mackensen (2000a) menyatakan bahwa budget atau


neraca unsur hara dari suatu ekosistem dapat dihitung berdasarkan unsur hara
yang masuk ke dalam tanah yang diukur sebagai penambahan dan unsur hara yang
keluar dari tanah diukur sebagai pengurangan. Jika neraca hara seimbang, maka
kesuburan lahan dan produktivitas mantap dan stabil. Jika neraca hara positip,
maka lebih banyak unsur hara yang diperoleh dari pada yang hilang. Artinya akan
menyebabkan pengakumulasian unsur hara dalam jangka panjang, sehingga
kesuburan dan produktivitas sistem akan semakin tinggi. Jika neraca hara negatip
menunjukkan kehilangan unsur hara yang lebih besar daripada hara yang masuk
sehingga akan menyebabkan jumlah persediaan unsur hara berkurang di dalam
tanah dan kesuburan lahan menurun yang akan berakibat pada penurunan
produktivitas tegakan hutan.
Berdasarkan hasil pengukuran semua variabel hara masuk (litterfall, sisa
tebangan, laju dekomposisi, pemupukan) dan hara yang keluar sistem (panen,
erosi, aliran permukaan, penyiapan lahan) pada rotasi 1 dan 2 di lapangan serta
hasil penelitian terdahulu, maka didapat kondisi neraca hara pada saat ini (pada
awal simulasi). Neraca hara rotasi berikutnya ditentukan oleh neraca hara rotasi
sebelumnya dan teknik silvikultur yang diterapkan managemen pada periode
tersebut. Skenario yang digunakan dalam simulasi di atas yaitu daur tebang yang
terdiri dari daur tebang 5 tahun sebagai kontrol, daur tebang 6 tahun dan daur
tebang 7 tahun.
130

Hasil simulasi prediksi neraca hara N, P, K, Ca dan Mg setelah tebang


habis dilakukan disajikan pada Gambar 49 sampai Gambar 53 dengan persamaan-
persamaan model yang dapat dilihat pada Lampiran 15.

Keterangan : 1 = daur 5 tahun; 2= daur 6 tahun; 3= daur 7 tahun

Gambar 49 Dinamika neraca hara Nitrogen.

Keterangan : 1 = daur 5 tahun; 2= daur 6 tahun; 3= daur 7 tahun

Gambar 50 Dinamika neraca hara Fosfor.


131

Keterangan : 1 = daur 5 tahun; 2= daur 6 tahun; 3= daur 7 tahun

Gambar 51 Dinamika neraca hara Kalium.

Keterangan : 1 = daur 5 tahun; 2= daur 6 tahun; 3= daur 7 tahun

Gambar 52 Dinamika neraca hara Calsium.

Keterangan : 1 = daur 5 tahun; 2= daur 6 tahun; 3= daur 7 tahun

Gambar 53 Dinamika neraca hara Magnesium


132

Berdasarkan hasil keluaran model dengan skenario daur tebang 5 tahun, 6


tahun dan 7 tahun selama 25 tahun pengelolaan, pada daur 5 tahun menunjukkan
prediksi neraca hara negatif terjadi mulai rotasi 1 sampai rotasi 5 untuk semua
unsur hara makro. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kegiatan penebangan
selesai dilakukan terjadi kehilangan unsur hara yang lebih besar daripada hara
yang masuk sehingga menyebabkan jumlah persediaan unsur hara berkurang di
dalam tanah. Selama neraca hara negatif, maka selama itu pula kebutuhan hara
tanaman akan dipenuhi dari dalam tanah sehingga mengakibatkan penurunan
kandungan hara tanah. Hasil di atas sejalan dengan dari hasil analisa kimia tanah
lokasi penelitian dimana terjadi penurunan kandungan hara tanah dari rotasi 1 ke
rotasi 2. Penurunan unsur hara N tanah sebesar 24%, unsur hara K sebesar 16%,
unsur hara Ca sebesar 6% dan unsur hara Mg sebesar 16%.
Pada daur tebang 6 tahun, neraca hara semua hara makro (N, P, K, Ca dan
Mg) positif pada akhir rotasi 1, sedangkan pada akhir rotasi 2 hanya neraca hara
P dan Mg yang masih positif. Pada daur tebang 7 tahun, neraca hara N, K dan Ca
sudah negatif sejak akhir rotasi 1 kecuali neraca hara P dan Mg masih positif
pada akhir rotasi ke 1.
Besarnya pengurasan hara dari dalam tanah tergantung pada neraca hara
yang terjadi setelah tebangan. Berdasarkan hasil pemodelan di atas terlihat
bahwa pada daur tebang 5 tahun pengurasan hara lebih cepat dan lebih besar dari
daur tebang 6 dan 7 tahun karena daur yang lebih pendek akan menyebabkan
periode tebang atau jumlah rotasi lebih banyak. Jika daur 5 tahun, maka pada
akhir daur setelah tebangan rotasi 1 perkiraan neraca hara – 721 kg N/ha, – 77
kg P/ha, – 1168 kg K/ha, – 471 kg Ca/ha, – 16 kg Mg/ha; akhir rotasi 2 neraca
hara sebesar – 718 kg N/ha, – 120 kg P/ha, – 1310 kg K/ha, – 358 kg Ca/ha, –
26 kg Mg/ha, akhir rotasi 3 neraca hara sekitar – 498 kg N/ha, – 55 kg P/ha, –
861 kg K/ha, – 278 kg Ca/ha, – 8 kg Mg/ha dan sampai rotasi 5 mempunyai nilai
neraca hara negatif. Pada daur 6 tahun atau 7 tahun kondisi neraca hara lebih baik
karena tidak setiap rotasi dan tidak setiap unsur hara makro mempunyai neraca
hara negatif yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16.
Hasil neraca hara di atas memperkuat hasil penelitian Bouillet et al. (2001)
dalam Matondo et al. (2005), bahwa neraca hara N sangat tidak seimbang antara
133

input dan output pada lahan bertegakan klon Eucalyptus. Perkiraan kekurangan
unsur hara N pada akhir daur tanaman klon Eucalyptus yang pengembangannya
melalui permudaan secara vegetatif sebesar –165 N kg/ha setelah rotasi pertama,
sedangkan pada tegakan yang berasal dari trubusan prediksi kekurangan hara N
sebesar – 375 kg N/ha setelah rotasi pertama dan kekurangan sebesar –550 kg
N/ha setelah akhir rotasi ke dua. Hasil penelitian lain tentang siklus hara pada
tanah bertegakan klon Eucalyptus umur 6 tahun di Congo menghasilkan neraca
hara (input-output) yang negatif untuk hara N, P, K dan Mg (Laclau et al. 2005).
Di lokasi penelitian, sejak rotasi pertama untuk hibrid E. urograndis telah
dilakukan pemupukan pada awal penanaman berdasarkan SOP yaitu pupuk dasar
rock posphat 300 kg/ha dan pupuk NPK majemuk 100 kg/ha) dan pupuk lanjutan
secara bertahap sebagai pemeliharaan (180 kg/ha Urea + 145 kg/ha TSP) yang
setara dengan 96 kg N/ha + 63,18 kg P/ha + 12,45 kg K/ha + 109,61 kg Ca/ha.
Terbukti berdasarkan hasil simulasi bahwa pemupukan sebesar itu belum dapat
menyeimbangkan neraca hara jika daur yang digunakan 5 tahun.
Daur tebang 6 dan 7 tahun mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap
neraca hara karena jumlah input hara yang lebih besar, terutama daur 6 tahun
dimana rotasi pertama neraca hara untuk semua unsur hara masih positif. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu untuk jenis Acacia mangium
dimana daur tebang lebih besar 5 tahun (6 dan 7 tahun) lebih baik dibanding daur
tebang 5 tahun dari aspek kesuburan tanah, walaupun dari aspek produktivitas
maksimum dicapai pada umur 5-5,5 tahun dan dari aspek ekonomi financial
dicapai pada umur 5 tahun (Wahyono dkk. 2005). Folster dan Khanna (1997)
menyatakan bahwa panjang daur dalam setiap rotasi sangat mempengaruhi laju
kehilangan hara melalui tebangan.
Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek ekologi
ternyata daur tebang 6 tahun lebih baik untuk diterapkan dalam pengelolaan HTI
E. urograndis dibanding daur tebang 5 tahun, sedangkan dari aspek ekonomi yaitu
produksi yang dihasilkan berdasarkan daur volume maksimum dimana daur
volume maksimum dicapai pada umur 5,4 - 6 tahun. Oleh karena itu maka daur
tebang optimal dapat dicapai pada umur 6 tahun sehingga disarankan sebaiknya
untuk HTI hibrid E. urograndis gunakan daur tebang umur 6 tahun.
134

Strategi Pemulihan Kualitas Tapak

Strategi pemulihan kualitas tapak didasarkan pada neraca hara yang tidak
seimbang yaitu neraca hara yang negatif melalui pendekatan skenario
penambahan input hara pada periode daur berikutnya. Penentuan input hara
dilakukan melalui skenario dengan menaikkan jumlah hara sampai neraca hara
seimbang atau sampai jumlah unsur hara yang masuk sama dengan atau lebih
tinggi dari jumlah unsur hara yang keluar. Hasil simulasi dalam rangka perbaikan
kondisi hara tanah setelah tebang dengan skenario penambahan hara untuk semua
unsur hara dapat dilihat pada Lampiran 16, sedangkan prediksi kebutuhan hara
agar neraca hara seimbang dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38 Kebutuhan jumlah hara untuk perbaikan kualitas tanah

Hara Daur tegakan


Awal
(kg/ha) (tahun)
rotasi
5 6 7
N 2 768 96 96
3 768 96 672
4 576 384 96
5 576 672 384
P 2 126,4 63,2 63,2
3 126,4 63,2 126,4
4 63,2 63,2 63,2
5 63,2 63,2 63,2
K 2 1182,8 12,5 199,2
3 1494,0 74,7 1095,6
4 871,5 709,7 124,5
5 896,4 1133,0 709,7
Ca 2 548,0 109,6 109,6
3 439,0 109,6 548,1
4 328,8 219,2 109,6
5 328,8 438,4 219,2
Mg 2 20 - -
3 30 - 15
4 10 10 -
5 20 15 12

Berdasarkan Tabel 38, terlihat bahwa daur tebang 5 tahun memerlukan input
hara lebih banyak untuk pemulihan kondisi kandungan hara tanah agar
keseimbangan neraca hara terjadi dibanding daur 6 tahun dan 7 tahun hampir pada
semua jenis unsur hara. Sebagai contoh pada daur tebang 5 tahun, untuk
135

memulihkan kandungan hara tanah maka pada awal rotasi 2 diprediksi perlu
penambahan input hara N sebanyak 8 kali SOP (768 kg N/ha) setara dengan
sekitar 1,70 ton Urea/ha, unsur hara P sebanyak 2 kali SOP (126 kg P/ha) setara
dengan 628 kg TSP/ha, unsur hara K sebanyak 95 kali SOP (1183 kg K/ha) setara
dengan sekitar 2,84 ton KCl/ha, unsur hara Ca sebanyak 5 kali SOP (548 kg
Ca/ha) setara dengan sekitar 1,37 ton kapur murni/ha dan unsur hara Mg
sebanyak 20 kali SOP (20 kg Mg/ha) setara dengan 185 kg dolomit/ha. Pada awal
rotasi 3 kebutuhan input hara sebanyak 768 kg N/ha, 126 kg P/ha, 1494 kg K/ha,
439 kg Ca/ha dan 30 kg Mg/ha. Jika daur tebang 6 tahun, input hara N cukup satu
kali SOP pada awal rotasi 2 dan rotasi 3, kemudian pada awal rotasi 4 perlu input
hara N sebanyak 4 kali SOP dan awal rotasi 5 perlu input hara N sebanyak 7 kali
SOP. Jika daur tebang yang digunakan 7 tahun maka pada awal rotasi 2 hanya
perlu input hara 1 kali SOP tetapi pada awal rotasi 3 perlu input hara lebih
banyak yaitu sekitar 7 kali SOP. Begitu pula untuk kebutuhan unsur hara N, P,
K, Ca dan Mg pada daur tebang 6 tahun lebih sedikit dibanding jika daur tebang
yang digunakan 5 tahun dan 7 tahun.
Penambahan pupuk sebesar hasil simulasi di atas (N, P, K, Ca dan Mg)
harus melalui uji coba secara langsung di lapangan terlebih dahulu. Disarankan
pemupukan dilakukan secara bertahap karena pemberian pupuk pada awal tanam
saja hanya berfungsi dalam memacu pertumbuhan awal dan mengembangkan
sistem perakaran, tetapi sangat sedikit pengaruhnya untuk jangka panjang
terhadap kesuburahn tanah. Menurut Gonçalves et al. (1997) pemupukan pada
jenis berdaur pendek lebih baik dilakukan pada waktu antara penanaman dan
sebelum tajuk menutup.
Penambahan unsur hara melalui pemupukan harus memperhatikan
beberapa faktor, seperti: tingkat effisiensi penyerapan hara suatu jenis pohon,
effisiensi penggunaan hara dalam proses metabolisme, kebutuhan hara tanaman,
kemampuan mengabsorpsi hara dari tanah, kehilangan hara (panen, erosi dan
aliran permukaan), ketersediaan hara dalam tanah, penambahan hara (dari udara,
air irigasi, bahan organik, fiksasi N) dan adanya interaksi yang saling
mempengaruhi antar unsur hara yang berbeda, seperti contoh penambahan unsur
136

hara P melalui pupuk pada tanaman hibrid E. urograndis dapat meningkatkan


biomassa, meningkatkan serapan hara P pada semua komponen tegakan dan
meningkatkan serapan N oleh batang (Uexkull dan Mutert 1993; Mackensen
2000b; Xu et al. 2002). Seringkali respon dari hara N tergantung pada hara P atau
sebaliknya (Hardiyanto 2005).
Respon pemupukan berbeda diantara jenis dan genotipa. Pola umum dari
distribusi pupuk adalah : kurang dari seperempat bagian dari pupuk diserap oleh
pohon pada awal tahun pertama pertumbuhan, sekitar seperempat bagian
termobilisasi oleh mikroba biomassa dan bahan organik tanah, dan sebagian besar
lainnya hilang dari ekosistem hutan melalui pencucian dan penguapan (Fisher dan
Binkley 2000). Namun berdasarkan Mackensen (2000a), tingkat efisiensi
penyerapan pupuk N dan P oleh tanaman diperkirakan dapat mencapai 50-70%,
tingkat efisiensi pupuk K sangat rendah sekitar 10-40%, dan tingkat efisiensi
kapur dan dolomit sebagai sumber Ca dan Mg sebesar 70-100%. Tingkat efisiensi
penyerapan pupuk yang relatif rendah dan adanya pencucian tanah akan
mengakibatkan jumlah pupuk yang dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan
unsur hara akan jauh lebih tinggi. Apalagi yang dihitung dalam pemulihan hara
tanah berdasarkan jumlah hara yang hilang akibat pengelolaan HTI (penyiapan
lahan, erosi, aliran permukaan dan panen) seperti yang disarankan Mackensen
(2000a) bukan berdasarkan nilai neraca hara seperti dalam penelitian ini, maka
jumlah kebutuhan pupuk akan semakin besar lagi. Berdasarkan analisis kepekaan
hasil simulasi pada beberapa parameter penentu yang terpilih (Lampiran 17),
pemupukan merupakan salah satu variabel yang responsif sehingga harus menjadi
perhatian dalam pengelolaan hutan tanaman industri.
Di sisi lain, berdasarkan Mackensen dan Folster (2000) yang meneliti
dampak pemupukan sebagai pengganti kehilangan hara dari sistem agar neraca
hara berimbang untuk jenis E. deglupta di Kalimantan timur, tampak bahwa
pemupukan mengakibatkan kenaikan biaya penanaman dan biaya investasi.
Kompensasi pemupukan sebesar hara yang hilang melalui panen saja
mengakibatkan peningkatan biaya penanaman 18-33% dan biaya total investasi
naik sebesar 9-15%. Kompensasi pemupukan sebesar hara yang hilang melalui
panen, erosi dan pencucian hara mengakibatkan peningkatan biaya penanaman
137

20-35% dan biaya total investasi 9-16%. Kompensasi pemupukan sebesar hara
yang hilang melalui panen, erosi dan pencucian serta pembakaran sisa tebangan
akan meningkatkan biaya penanaman 29-62% dan biaya total investasi 13-29%,
sehingga konsekwensinya adalah terjadi penurunan keuntungan berdasarkan IRR
(internal rate of return) dari 14% turun menjadi 9-12%. Biaya pemupukan untuk
jenis Eucalyptus lebih tinggi dibanding jenis Acacia mangium (Mackensen dan
Folster 2000). Peningkatan biaya tersebut kemungkinan besar akan lebih tinggi
lagi karena tambahan biaya yang timbul dalam kegiatan pemupukan seperti
perencanaan, penelitian dan pelatihan petugas lapangan (Mackensen 2000a).
Sehubungan dengan jumlah pupuk yang harus diberikan sangat besar dan
biaya pemupukan sangat mahal, maka perlu strategi pengelolaan hara berupa
penerapan teknik-teknik silvikultur yang efektif, efisien dan ramah lingkungan
(low impact management) agar jumlah input hara yang dibutuhkan menurun.
Beberapa strategi teknik silvikultur yang dapat diterapan dalam pengelolaan HTI
hibrid Eucalyptus urograndis di Simalungun, Sumatera Utara adalah :

Penyiapan bibit menggunakan mikoriza

Penggunaan mikoriza dalam pengelolaan HTI dapat meningkatkan hara


tersedia dalam tanah yang dapat diserap tanaman. Menurut Santoso (1997) dan
Hutagalung (2008) Eucalyptus dapat membentuk simbiosis yang saling
menguntungkan dengan mikroorganisme sehingga akan memperbesar
kemampuan tanaman dalam menyerap hara, mampu melarutkan P tidak tersedia
menjadi tersedia dan mampu mengurai sisa tanaman. Inokulasi ektomikoriza
dapat dilakukan terhadap bibit hibrid E. urograndis di persemaian. Mekanisme
peran mikoriza dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur
hara adalah melalui perluasan permukaan akar dan melalui peningkatan
menghasilkan enzime fosfatase sehingga unsur P yang semula dalam bentuk tidak
tersedia dapat menjadi tersedia bagi tanaman. Penggunaan mikoriza akan
meningkatkan kerapatan dan panjang akar yang dapat mendorong penyerapan
hara, terutama untuk unsur-unsur hara yang mempunyai mobilitas rendah dan
sedang seperti fosfat atau amonium (Bowen 1984 dalam Fisher dan Binkley
2000).
138

Penyiapan lahan
Penyiapan lahan dilakukan sesedikit mungkin mengolah lahan dengan alat
berat (minimum tillage) agar kehilangan unsur hara melalui erosi dapat ditekan
sekecil mungkin. Tidak melakukan tebang bakar karena akan meningkatkan
kehilangan unsur hara dalam tanah. Menurut Mackensen (2000a), kehilangan
unsur hara ke atmosfir akibat kegiatan tebang bakar diperkirakan cukup tinggi,
yaitu untuk jenis Acacia mangium 2,5 kg P/ha lebih tinggi dari E. deglupta 1,1 kg
P/ha dan kehilangan Ca dan Mg sama untuk kedua jenis tersebut sekitar 63-64 kg
Ca/ha dan sekitar 20-21 kg Mg/ha. Pembakaran akan memicu kehilangan unsur
hara terutama hara N karena N dapat hilang dalam jumlah banyak melalui
volatilisasi.
Penanaman
Dalam rangka meningkatkan jumlah hara N tanah dapat dilakukan melalui
penanaman dengan pola tanam campuran dengan tanaman yang mempunyai bintil
akar sehingga dapat menfiksasi nitrogen langsung dari atmosfer. Menurut Fisher
dan Binkley (2000) tanaman hutan yang dicampur dengan jenis pemfiksasi
nitrogen mengalami peningkatan kadar nitrogen. Di daerah tropik, pohon-pohon
pengikat nitrogen yang sudah ditanam secara komersial adalah : Casuarina,
Leucaena, Paraserianthes dan Acacia. Hasil penelitian Parrotta et al.(1996)
yang menanam campuran antara Eucalyptus dan Leucaena di Puerto Rico
menyatakan bahwa pohon Eucalyptus dapat menyerap N yang difiksasi oleh
Leucaena pada umur 2-3,5 tahun. Tanaman Leucaena menfiksasi N dari udara
sekitar 70% N dan pada umur 6 tahun tanaman pokok di bawah tegakan Leucaena
mampu menyerap N hasil fiksasi Leucaena sebanyak Leucaena mengikatnya (Van
Kessel et al. 1994 dalam Fisher dan Binkley 2000). Hasil penelitian tegakan
campuran Eucalyptus dan Falcataria menghasilkan akumulasi biomassa
Eucalyptus 40% lebih besar dibandingkan jika ditanam secara murni (DeBell et
al. 1997). Biomas Eucalyptus jauh lebih tinggi jika ditanam campuran dengan
Falcataria dan terjadi perubahan ketersediaan N dan P pada tegakan campuran
139

Eucalyptus dan Falcataria, dimana suplai N akan meningkat bila jumlah tanaman
Eucalyptus lebih banyak dari jumlah tanaman Falcataria (Ewers et al. 1996;
Fisher dan Blinkey 2000).
Disarankan pola tanam yang dikembangkan untuk hibrid E. urograndis
adalah campuran dengan jenis Falcataria moluccana karena kedua jenis tersebut
dapat digunakan sebagai bahan baku pulp atau hibrid E. urograndis dicampur
dengan A. mangium karena keduanya berdaur sama, sudah dikembangkan dalam
skala operasional dan sudah digunakan lama sebagai bahan baku industri pulp.
Selain itu kedua jenis pencampur tersebut dapat menfiksasi nitrogen langsung
dari atmosfer sehingga diharapkan kandungan hara N meningkat.
Pemeliharaan
Pemeliharaan di lapangan dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan yang
bertujuan meningkatkan ketersediaan unsur hara guna memperkecil kebutuhan
pupuk, diantaranya adalah :

Penjarangan atau pengurangan kerapatan. Menurut Prescott (1997)


dalam Fisher dan Binkley (2000), pengurangan kerapatan tegakan dengan
menebang sebagian tegakan akan memberikan kenaikan tambahan dua kali lipat
suplai N pada pohon-pohon yang tinggal. Menurut Rusdiana (2007) kerapatan
tegakan yang menghasilkan produktivitas kayu Pinus merkusii paling baik adalah
pada saat kondisi tegakan penuh yaitu indeks kerapatan tajuk sekitar 80 %.
Kerapatan tegakan yang jarang atau terlalu rapat dapat menurunkan produktivitas.
Kerapatan tegakan 400 pohon/ha merupakan kerapatan dengan volume terbesar
dan kondisi iklim mikro dan keharaan tanah yang kondusif terhadap pertumbuhan
tegakan. Namun demikian penjarangan pada HTI daur pendek yang diperuntukan
sebagai bahan baku pulp belum umum dilakukan.
Pengelolaan sisa tebangan. Pemanfatan sisa tebangan yang dibiarkan di
lantai hutan akan mengakibatkan peningkatan pada semua unsur hara tanah. Sisa
tebangan hibrid E. urograndis umur 5 tahun dalam penelitian ini sebesar 10-14%
dari total biomassa tegakan dan akan bertambah jika termasuk kulit kayu.
Menurut Stevenson (1982) ketersediaan bahan organik di dalam tanah ikut
menentukan kesuburan tanah sebab bahan organik berfungsi sebagai sumber unsur
140

hara dan berperan terhadap ketersediaan N, P dan S dalam tanah, merangsang


aktivitas mikroorganisme tanah karena merupakan sumber energi bagi makro dan
mikro fauna serta memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Lebih lanjut
Stevenson (1982) menerangkan bahwa penambahan bahan organik dari sisa
tebangan dapat meningkatkan ketersediaan P dalam tanah melalui 5 cara: (1)
proses mineralisasi bahan organik itu sendiri sehingga terjadi pelepasan anion-
anion P dari mineral; (2) aksi dari asam organik atau senyawa pengkelat yang lain
hasil dekomposisi sehingga terjadi pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan
Fe yang tidak larut menjadi bentuk terlarut, (3) bahan organik akan mengurangi
jerapan fosfat karena adanya asam humik dan asam fulfik; (4) penambahan bahan
organik mampu mengaktifkan proses penguraian bahan organik asli tanah; (5)
membentuk kompleks fosfo-humik dan fosfo-fulfik yang dapat ditukar dan lebih
tersedia bagi tanaman.
Fungsi bahan organik yang lain adalah untuk menurunkan laju aliran
permukaan dan erosi tanah. Hal ini terjadi karena bahan organik dapat
memperbaiki struktur tanah, agregat tanah menjadi mantap dan kapasitas infiltrasi
air meningkat sehingga aliran permukaan dan erosi dapat diperkecil. Pengaruh
bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah adalah dapat meningkatkan
kapasitas tukar kation, kapasitas tukar anion, pH tanah, daya sangga tanah,
keharaan tanah dan aktivitas biologis dalam tanah (Stevenson 1982). Pengaruh
positif lain dari penambahan bahan organik adalah dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman karena ada senyawa-senyawa perangsang berupa hormon
(auxin) dan vitamin yang ditemukan di dalam tanah (Suntoro 2003).

Hasil penelitian Sulistyono dkk.(2007) menunjukkan bahwa pemanfaatan sisa


tebangan (residu) yang dicacah menjadi potongan kecil-kecil dan ditebar di lahan
secara merata pada saat penyiapan lahan memberikan hasil yang paling baik
dibanding tanpa sisa tebangan dan sisa tebangan yang tidak dicacah terhadap
produktivitas Acacia mangium. Produktivitas A. mangium dengan perlakuan tadi
pada umur 2 tahun dapat mencapai 56,42 m3/ha, tanpa sisa tebangan hanya
mencapai 45,08 m3/ha dan dengan sisa tebangan tanpa pencacahan sebesar 50,05
m3/ha. Hasil penelitian yang sama terhadap hibrid Eucalyptus menunjukkan
bahwa pemanfaatan sisa tebangan dan serasah yang dicacah dan disebar
141

berpengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan dibanding tanpa sisa


tebangan (sisa tebangan dikeluarkan dari areal tebang) sebesar 73% di Congo,
41% di Brazil 35% di Afrika selatan dan 22% di India (Saint-Andre et al. 2007
dalam Deleporte et al. 2008). Pengelola HTI biasanya meninggalkan sisa
tebangan dan mencacah serta menebarkan secara merata pada saat persiapan lahan
dalam menjaga kelestarian pasokan unsur hara dan produktivitas rotasi
berikutnya.

Pemanfaatan kulit kayu. Kulit kayu lebih kaya akan unsur hara di banding
kayu itu sendiri (Nzila et al. 2002). Meninggalkan kulit kayu di lahan berarti
menambah hara dan mengganti sebagian hara yang hilang karena kulit kayu kaya
akan hara K, Ca dan Mg. Pemanfaatan kulit kayu sebagai tambahan input hara
dapat dilakukan dengan pengelupasan kulit batang di lapangan agar unsur hara
dalam kulit kayu masuk kembali sebagai input hara ke tanah. Menurut hasil
penelitian Mackensen (2000a) bahwa proporsi kehilangan unsur hara dari kulit
kayu A. mangium sebesar 45-70% dan dari kulit kayu E. deglupta sekitar 30-46%.
Hasil penelitian Folster dan Khanna (1997) menghasilkan bahwa kulit kayu hibrid
E. urograndis umur 4-5 tahun mempunyai biomassa sebesar 13% dari total
biomassa pohon yang mengandung 78% Ca, 48% K dan 68% Mg. Keluarnya
kulit kayu hibrid E. urograndis dari lahan akan memerlukan pengganti berupa
pupuk yang setara dengan 43 kg K/ha,72 kg Ca/ha dan 22 kg Mg/ha untuk tiap
satu kali rotasi. Jika kulit batang E. deglupta dan A. mangium yang ditanam di
Kalimantan Timur tidak dikeluarkan dari lahan setelah panen, maka kehilangan
unsur hara K dan Ca dapat berkurang 1/2 sampai 2/3nya (Ruhiyat 1989 dalam
Folster dan Khanna 1997).

Penggunaan limbah industri kertas (sludge) dan abu dari industri pulp.
Sludge pabrik kertas dan abu dari limbah pabrik pulp dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu bentuk pupuk setelah terlebih dahulu dikomposkan. Sludge dan abu
merupakan sumber bahan organik bagi tanah serta sumber carbon bagi mikroba
tanah yang berperan dalam proses pembentukan tanah. Menurut Widyati (2006)
potensi sludge saat ini sekitar 1,3 juta ton dan pemberian sludge dapat
meningkatkan C organik tanah, pH tanah, Kapasitas Tukar Kation tanah,
142

ketersediaan hara makro N, P, K, serta dapat menurunkan ketersediaan unsur


unsur logam Fe, Mn, Zn dan Cu pada lahan tambang batu bara yang ditanami A.
crassicarpa. Hasil penelitian Fabress et al. (1994) dalam Folster dan Khanna
(1997) menemukan bahwa tinggi E. grandis meningkat 68% setelah dipupuk
dengan sludge sebanyak 60 m3/ha, sedangkan penggunaan abu 5 ton/ha dapat
meningkatkan volume tegakan E. grandis umur 6 tahun dari 38 m3/ha menjadi 86
m3/ha pada tanah berpasir di Brazil. Kadar hara abu mengandung 4,7% Ca dan
1,4% Mg (Benedetti 1994 dalam Folster dan Khanna 1997). Namun di Indonesia,
sampai saat ini penggunaan limbah industri kertas dalam skala operasional belum
diijinkan karena limbah tersebut tergolong limbah B3 yang berbahaya meski telah
diperkaya dengan pupuk dan telah teruji dalam skala penelitian manfaatnya
dalam menunjang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kualitas tapak.

Meningkatkan program pemuliaan tanaman

Penampakan (performance) suatu tegakan sangat tergantung pada faktor


genetik dan faktor lingkungan dan keduanya dapat dimanipulasi (Zobel dan
Talbert 1984). Oleh karena itu, pemulihan tapak dapat juga dilakukan dengan
mengembangkan jenis-jenis yang mempunyai sifat effisien terhadap penggunaan
hara. Melalui program pemuliaan rekayasa genetik dapat dihasilkan jenis-jenis
yang sangat effisien dalam penggunaan hara.

Memperpanjang daur tebang

Berdasarkan hasil penelitian ini, neraca hara pada daur tebang 5 tahun
terjadi ketidakseimbangan yang negatif dan dalam pemulihannya memerlukan
input hara yang lebih besar dibanding jika daur tebang yang digunakan 6 tahun
atau 7 tahun. Oleh karena itu disarankan daur tanaman diperpanjang menjadi
lebih besar dari 5 tahun Perlakuan-perlakuan harus diujicobakan terlebih dahulu
sebelum diterapkan dalam skala operasional. Disarankan setiap perusahaan hutan
tanaman membuat perhitungan neraca hara setiap selesai tebangan dan hasil
perhitungan neraca hara dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan
dalam rangka perencanaan pemenuhan unsur hara jangka panjang, terutama dalam
menentukan SOP yang harus dilakukan pada rotasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai