Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rosa Tegar Septama

Tingkat/kelas : 1A

Prodi : D III Keperawatan

Dosen Pengampu : Drs. Anwar Aulia ,M.Pd

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA

Latihan

1. Tuliskan secara singkat tentang rencana jepang untuk merealisasikan janji


kemerdekaan kepada indonesia?

2. Jelaskan proses usulan sampai disetujuinya falsafah negara dalam sidang I BPUPKI!

3. Apa alasan dan bagaimana cara menangani terkait adanya keberatan terhadap sila ke 1
pancasila (sebelum perubahan) dari wilayah indonesia timur.

Jawaban

1. Janji koiso adalah pernyataan yang disampaikan perdana menteri Jepang Kuniaku
Koiso pada 7 september 1944 dalam sidang istimewa Teikoku Henkai ke-85 di
Tokyo. Janji koiso berisi janji kekaisaran Jepang untuk memberikan kemerdekaan
bagi bangsa indonesia. Janji itu dikeluarkan karena Jepang tahu rakyat Indonesia dan
tokoh pergerakan sangat mendambakan kemerdekaan. Setelah perjanjian koiso,
pendudukan Jepang di Indonesia pun mulai melonggarkan pengawasannya kepada
para tokoh nasional seperti Soekarno, Moh.Hatta,dll. Untuk merealisasikan janji
perdana menteri Kuniaki Koiso akhirnya Melalui pimpinan jenderal Kumakici Harada
berusaha meyakinkan Bangsa Indonesia tentang janji kemerdekaan itu, pada akhirnya
tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai)
yang bertujuan menyelidiki kesiapan Bangsa Indonesia dalam menyongsong
kemerdekaan dan membentuk pemerintahan sendiri.
2. Dalam proses pembentukan Pancasila ada beberapa tahapan dari perencanaan hingga
penetapan sila, untuk pertama kalinya pahlawan negara kita membentuk BPUPKI
pada tanggal 29 April 1945.Dalam sidang BPUPKI yang pertama kali diadakan 29
Mei - 1 Juni 1945. Moh. Yamin mengusulkan dasar negara dalam pidato tidak
tertulisnya dalam sidang pertama BPUPKI, yaitu Mr. Mohammad Yamin (29 Mei
1945) memberikan 5 poin usulan dasar negara dalam pidato secara lisan :

1. Peri Kebangsaan.

2. Peri Kemanusiaan.

3. Peri Ketuhanan.

4. Peri Kerakyatan.

5. Kesejahteraan Rakyat.

Setelah selesai berpidato, Moh. Yamin juga mengusulkan gagasan tertulis naskah
rancangan UUD RI yang tertuang rumusan 5 dasar, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.

3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Kemudian ada sidang lanjutan yang diadakan pada tanggal 31 Mei 1945 oleh
Mr.Soepomo, Mr. Soepomo (31 Mei 1945) Dalam usulannya, Mr. Soepomo
memaparkan 3 teori mengenai bentuk-bentuk negara, yaitu:

Negara individualistik, yaitu negara yang disusun atas dasar kontrak sosial dari
warganya dengan mengutamakan kepentingan individu sebagaimana diajarkan oleh
Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, Hebert Spencer, dan H. J.
Laski. Negara golongan (class theori) yang diajarkan Marx, Engels, dan Lenin.
Negara Integralistik, yaitu negara tidak boleh memihak pada salah satu golongan,
tetapi berdiri di atas semua kepentingan sebagaimana diajarkan oleh Spinoza, Adam
Muller, dan Hegel.

Mr. Soepomo dalam hal ini menyuarakan negara integralistik (negara persatuan),
yaitu negara satu yang berdiri di atas kepentingan semua orang. Sementara itu, dasar
negara yang digagaskan oleh Mr. Soepomo antara lain:

1. Paham Persatuan.

2. Perhubungan Negara dan Agama.


3. Sistem Badan Permusyawaratan.

4. Sosialisasi Negara.

5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 , Ir. Soekarno sekaligus kandidat presiden
pertama Indonesia memberikan point penting sebagai dasar pancasila, Ir. Soekarno
mengusulkan lima poin-poin dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia.

2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.

3. Mufakat atau Demokrasi.

4. Kesejahteraan Sosial.

5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Setelah menjalani banyak proses tentang pembahasan dalam musyawarah,


persidangan BPUPKI mengambil kesepakatan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Pada tanggal 1 Juni 1945 inilah kemudian diperingati sebagai hari
lahirnya Pancasila.

Selain sidang BPUPKI, pada hari yang sama juga dibentuk panitia kecil
beranggotakan delapan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, A.
Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Mr. Moh. Yamin, dan
Mr. A. A. Maramis. Tugas Panitia Delapan ini adalah menerima dan mengidentifikasi
usulan dasar negara dari anggota BPUPKI. Berdasarkan identifikasi, diketahui ada
perbedaan pendapat mengenai usulan tentang dasar negara. Golongan Islam
menghendaki negara dengan dasar syariat Islam, sementara golongan nasionalis tidak
menghendaki usulan tersebut.

Untuk menghindari perbedaan pendapat mengenai usulan dasar negara, dibentuklah


panitia yang beranggotakan sebanyak sembilan orang diambil dari golongan Islam
dan golongan nasionalis, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr.
A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir,
A. Wachid Hasyim, dan H. Agus Salim. Panitia yang dikenal sebagai Panitia
Sembilan dan diketuai oleh Ir. Soekarno.

Panitia Sembilan melakukan sidang pertama pada 22 Juni 1945. Sidang tersebut pada
akhirnya menghasilkan kesepakatan yang dijadikan sebagai patokan dasar negara.
Panitia Sembilan berhasil menyusun naskah yang disebut Rancangan Preambule
Hukum Dasar. Mr. Moh. Yamin mempopulerkan naskah rancangan itu dengan nama
Piagam Jakarta yang di dalamnya tercantum rumusan dasar negara sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Alasan nya karena dalam piagam jakarta tertulis sila pertama Dasar Negara yang
bunyinya “ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Wilayah indonesia timur tidak setuju karena masyarakat Indonesia
Timur mayoritas bukan islam. Hatta yang memiliki pandangan agar Indonesia tidak
terpecah belah dan memilih persatuan lantas memanggil para tokoh golongan islam
untuk merundingkan masalah tersebut pada pagi hari tanggal 18 Agustus 1945. Tokoh
itu diantaranya Ki bagus Hadikusumo, W ahid Hasyim, Kasman Singodimedjo, dan
teuku Mohammad Hasan. Dalam sidang di hari yang sama, hasil antara golongan
kebangsaan dan islam menyepakati diubahnya sila pertama pancasila.

Anda mungkin juga menyukai