Anda di halaman 1dari 7

4.2.2.2.

System Matrix Equation


Sistem matrix yang dimaksud pada kasus ini adalaha kombinasi dari elemen
matrix. Prinsip dalam menyusun elemen matrix itu berbasis pada kompabilitas.
Hal ini berarti pada setiap node atau titik, nilai nodalnya pasti sama untuk setiap
elemen yang menggunakan nodal tersebut. Sebagai contoh, untuk penyusunan
matrix akan digunakan kasus model di bawah ini. Pada gambar di bawah, terdapat
domain dengan 9 nodal yang terdiri juga dari 8 elemen yang berbentuk segitiga.

 Sistem matrix yang digunakan dapat dicontohkan untuk ordo n x n dengan


n adalah node pada sebuah bentuk (pada segitiga, nilai n=3)
 Lalu bentuk matrix global yang bernilai NxN yaitu total node pada domain
yang pertamanya terdiri dari nilai 0, Pada contoh di atas, N adalah 9.
 Lalu dapat mulai memasukkan nilai koefisien yang sesuai dengan
elemennya dan sesuai dengan letak i dan j nya. Koefisien (k ii dan kij)
sesuai dengan rumus yang sudah ada sebelumnya untuk masing-masing
elemen.
 Memasukkan nilai koefisien dapat dengan menjumlahkan koefisien untuk
masing-masing elemen.

Contoh:
Kondisi matrix dengan elemen 1  Kondisi matrix dengan elemen 1+2
 Input koefisien dilakukan sampai sudah memasukkan seluruh elemen.

Setelah seluruh koefisien pada tiap elemen diinput, hasil dari matrix global K
akan tetap simetrix dan cenderung diagonal yang berbentuk seperti gambar di
bawah ini:

Nilai dari L itu merupakan penjumlahan seluruh elemen segitiga yang terhubung
dengan node i. Sementara itu nilai dari P merupakan penjumlahan seluruh elemen
segitiga yang terkandung sisi ij, Sebagai contoh, k 55 yang berarti node 5 kita tahu
pada gambar di atas terhubung dengan elemen 1,2,3,6,7,8, sehingga kita
menjumlahkan seluruh nilai k55 dari element 1,2,3,6,7,8. Sedangkan untuk contoh
kij, k45 yang berarti sisi node 4-5 terhubung dengan 2 elemen yaitu elemen 2 dan 3,
sehingga nilai k45 berarti penjumlahan dari k45 elemen 2 dan 3.

Umumnya sistem matrix ini banyak komponen elemen 0 dan juga nilai elemen
diagonalnya juga dominan. Pada sistem matrix ini, rentang dari elemen non-zero
yang ditempati dapat didefinisikan sebagai Bandwidth yang dirumuskan sebagai

BW =D+1

D sendiri merupakan perbedaan maksimum antara 2 sudut pada sebuah elemen.

Pada contoh gambar di


samping ini, D sendiri
bernilai 6 karena jarak dari
tiap sisi terpanjang adalah 6
poin Xm. Oleh karena itu
nilai BW adalah 7. Nilai dari bandwidth ini dipengaruhi dari nilai D itu sendiri,
dalam kasus realnya, D ini adalah format penomoran nodes.

4.2.2.3. Storage of the system matrix

Metode storage system matrix ada 2 macam yaitu skyline (envelope) dan juga
non-zero elements storage.

Envelope method

Pada model envelope, nilai antara non-zero elemen pertama dan diagonal elemen
pada setiap baris akan disimpan. Terdapat sebuah array yaitu AK yang terdiri dari
koefisien K. IS adalah total dimensi dari array AK, yang nilainya adalah total
angka antara non-zero pertama ke elemen diagonal dari setiap baris. Array ND
adalah array khusus dari elemen diagonal. Dimensi dari array ND ini adalah total
nodes pada domain. Dengan menggunakan metode envelope, urutan array
nilainya jauh lebih sedikit dari total matrix.

Pada metode envelope ini, posisi dari k ii dan kij harus ditemukan dengan array ND
terlebih dahulu. Posisi dari kii dimasukkan sebagai p. Untuk kij (i>j), posisinya
ditentukan sebagai q. Pertama harus dicari dahulu nilai p dari kii nya, lalu nilai q
adalah q = p - (i-j). Pada j>i, hal ini berarti kij ada di segitiga bagian kanan dari
diagonal. Nilai dari kjj harus dicari terlebih dahulu nilai p nya, lalu kij dengan
rumus q yang sama.

Non-zero element method


Dengan metode iterasi, seluruh zero elemennya tidak akan berpengaruh pada
iterasi, sehingga nilai dari zero elemen tidak perlu dimasukkan. Oleh karena itu,
elemen nol pada matrix global harus dikeluarkan. Elemen non-zero akan dipindah
kesisi kiri dari matrix, sehingga menjadi matrix K’. Untuk mempermudah, dibuat
matrix AD yang menyatakan posisi kolom dimana elemen terletak pada matrix K.

Pada metode non-zero,


memerlukan matrix tambahan AD namun ukuran matrixnya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan matrix originalnya. Hal ini akan jauh lebih terlihat pada
kasus jumlah nodal yang besar. Sehingga, metode ini jauh lebih ekonomis karena
menghemat memori computer. Namun, metode non-zero butuh programming
yang lebih kompleks. Umumnya, pada node yang banyak, akan lebih efektif
dengan non-zero.

4.2.2.4. Treatment of the Dirichlet boundary condition


Pada kondisi perbatasan Dirichlet, lokasi dari node yang ada di perbatasan tentu
dapat diketahui. Nilai dari node tersebut harus dipindah ke persamaan bagian
kanan Matrix. Sebagai contoh, asumsi node m pada perbatasan T1, dan nilai dari
um= U0. Asumsikan pula bm=U0 yang mana nilai bm adalah elemen kolom matrix
dari sisi kanan persamaan. Pada sisi kiri, diagonal elemen baris ke m diganti
menjadi 1 dan elemen lain di baris ke m dan kolom ke m akan diisi dengan 0
seperti model matrix di bawah ini. Persamaan di sisi kanan term lain menjadi b i’ =
bi-kimU0.
Persamaan matrix secara umum: Ku=B berubah menjadi
Cara ini dilakukan secara terus menerus sebanyak jumlah nodes yang terdapat
pada perbatasan. Perubahan ini tidak akan mengubah dimensi dari matrix u ini.
Namun, apabila terdapat kondisi homogen pada perbatasan, untuk mengurangi
persamaan um+i=0, perlu penomoran node. Dimensi dari matrix yang perlu
diselesaikan akan berkurang menjadi N - (m+1).

Kita dapat menomori nodal yang berada di dalam untuk 1 sampai N. Sedangkan,
untuk nodal di perbatasan dari N+1 sampai No. Efek penomoran ini dapat
memodifikasi persamaan menjadi

4.3. Solution methods of finite element equations


Persamaan matrix yang digunakan pada FEM pasti simetris, dan positif definitive.
Persamaan yang perlu diselesaikan adalah KX = B. Metode penyelesaian FEM ini
ada dengan cara langsung atau direct, ada juga dengan metode iterasi.
4.3.1. Direct Methods
4.3.1.1. Gaussian Elimination Method
Metode ini merupakan metode yang umum digunakan. Langkah pada metode ini
adalah forward elimination dan juga backward substitution. Sebagai contoh,
 Langkah pertama adalah forward elimination dengan mengubah matrix
menjadi bentuk segitiga atas.
 Membagi elemen matrix pada baris pertama dengan elemen pertama agar
nilai diagonalnya menjadi 1. Matrix pada persamaan disisi kanan juga ikut
diberikan operasi yang sama.
 Kurangi elemen pertama pada baris kedua dan ketiga agar bernilai 0, lalu
pengurangnya juga dikalikan dengan elemen pada baris paling atas pada
kolom yang sama.

Perhitungannya secara umum adalah

 Ulangi cara yang sama hingga mendapatkan matrix segitiga atas.

 Lalu, persamaan dapat diselesaikan dengan mencari nilai x3, lalu x2, dan
terakhir x1.

Untuk mengatasi masalah pivot element yang bernilai 0 atau angkanya sangat
kecil, perlu mengubah terlebih dahulu bentuk elemen matrix. Pada proses
eliminasi ke-k, barisannya akan disusun ulang untuk memastikan bahwa
koefisien dengan nilai terbesar pada kolom ke-k pada segitiga bawah itu
berada pada diagonal terdepan. Sifat simetris membuat kita hanya perlu
menghitung elemen segitiga atas atau bawah saja.

Komponen elemen dapat berubah-ubah setiap proses eliminasi. Komponen


yang akan tetap adalah komponen nol sebelum elemen non-zero pertama dan
setelah elemen nonzero terakhir pada setiap baris dan kolom.

Anda mungkin juga menyukai