KKJ Tutorial
KKJ Tutorial
NIM : 1911110439
Tugas : LO T1S1 KKJ
Jawab
ketidakwajaran dalam hal bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua
fungsi kejiwaan.
Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2014 : orang dengan gangguan jiwa yang disingkat
ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku yang
Gangguan makan
a. Anorexia nervosa
Anorexia nervosa, atau anoreksia umumnya berkembang selama masa remaja atau
dewasa muda dan cenderung mempengaruhi lebih banyak wanita daripada pria.
Orang-orang dengan anoreksia umumnya menganggap diri mereka kelebihan berat
badan, bahkan saat mereka terlalu kurus. Gejala umum anoreksia nervosa meliputi
sangat kurus dibandingkan dengan orang dengan usia dan tinggi yang sama, pola
makan sangat terbatas, Ketakutan yang kuat akan kenaikan berat badan, hingga gejala
obsesif-kompulsif.
b. Bulimia nervosa
Orang-orang dengan bulimia sering makan makanan dalam jumlah besar dalam
periode waktu tertentu (binge). Individu dengan bulimia kemudian berusaha
melakukan pembersihan untuk mengimbangi kalori yang dikonsumsi dan meredakan
ketidaknyamanan usus. Perilaku pembersihan umum termasuk muntah paksa, puasa,
obat pencahar, diuretik, enema, dan olahraga berlebihan.
c. Pica
Pica adalah gangguan makan lain yang melibatkan makan hal-hal yang tidak
dianggap makanan. Individu dengan pica merasa ingin memakan zat non-makanan,
seperti kotoran, tanah, kapur tulis, sabun, kertas, rambut, kain, wol, kerikil, deterjen
cucian, dan lainnya. Pica dapat terjadi pada orang dewasa, serta anak-anak dan
remaja.
4. Terapi psikofarmakologi
a. Obat antiansietas: adalah kelompok obat untuk menangani gangguan kecemasan,
serangan panik, atau rasa takut dan khawatir yang berlebihan
Antikonvulsan atau antikejang, selain memiliki efek menghambat aktivitas
kellistrikan di otak yang tidak normal, beberapa jenis pada golongan ini juga
berguna untuk membantu menstabilkan suasana hati.
Barbiturat, berguna untuk mengatasi insomnia berat, merilekskan otot, serta
menurunkan detak jantung, kecepatan pernapasan dan tekanan darah.
Benzodiazepine, berguna untuk menangani gangguan kecemasan parah,
mengatasi insomnia berat yang menganggu kehidupan sehari-hari, serta
merilekskan otot.
Antidepresan, mengurangi kecemasan dengan meningkatkan kadar zat kimia
(neurotransmiter) di dalam otak, sehingga suasana perasaan dapat lebih
terkendali
b. Antidepresan: adalah obat yang digunakan untuk menangani depresi
Jenis Antidepresan
1. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
Antidepresan jenis ini umumnya menjadi pilihan utama untuk mengobati depresi
karena risiko efek samping yang rendah. SSRIs bekerja dengan cara menekan
penyerapan kembali serotonin di dalam otak. Contoh obat golongan SSRI adalah:
Escitalopram
Fluoxetine
Fluvoxamine
Sertraline
2. Antidepresan trisiklik (TCAs)
Amitriptyline
Doxepin
Clomipramine
Duloxetine
Venlafaxine
4. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
Antidepresan jenis ini diberikan jika obat antidepresan lain tidak mampu
mengatasi keluhan. Monoamine oxidase inhibitor (MAOIs) bekerja menghambat
kinerja senyawa noradrenalin dan serotonin untuk mencegah timbulnya gejala-
gejala depresi. Meskipun aman digunakan, MAOI dapat menimbulkan berbagai
efek samping, terutama jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan tertentu.
Contoh obat golongan MAOIs adalah:
Isocarboxazid
Phenelzine
Tranylcypromine
Seleginile
5. Antidepresan atipikal
Antidepresan jenis ini berbeda dengan antidepresan lainnya. Obat ini bekerja
dengan cara memengaruhi senyawa pengirim pesan di otak (neurotransmiter) yang
digunakan untuk berkomunikasi antar sel otak sehingga bisa mengubah suasana
hati dan meredakan depresi. Contoh obat golongan antidepresan atipikal adalah:
Bupropin
Mirtazapine
2. Anti-depresi
3. Anti-mania
Efek samping penggunaan lithium erat hubungan dengan dosis dan kondisi fisik
klien. Gejala efek samping yang dini pada pengobatan jangka lama seperti mulut
kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah, diare, feses lunak),
kelemahan otot, poli uria, tremor halus. Efek samping lain hipotiroidisme,
peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid (penurunan kadar tiroksin dan
peningkatan kadar TSH/thyroid stimulating hormone), odem pada tungkai, seperti
mengecap besi, lekositosis, gangguan daya ingat dan konsentrasi pikiran menurun.
4. Anti-ansietas
Efek samping penggunaan obat anti-ansietas dapat berupa sedasi seperti rasa
mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan
kognitif melemah; relaksasi otot seperti ras lemes, cepat lelah. Potensi
menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek samping obat yang masih
dapat dipertahankan setelah dosis terakhir berlangsung sangat cepat. Penghentian
obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat, klien menjadi iritabel,
bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi.
Ketergantungan relative lebih sering terjadi pada individu dengan riwayat
peminum alkohol, penyalahgunaan obat.
5. Anti-insomnia Efek samping penggunaan obat anti-insomnia diantaranya adalah
depresi susunan saraf pusat terutama pada saat tidursehingga memudahkan
timbulnya koma, karena terjadinya penurunan dari fungsi pernafasan, selain itu
terjadi uremia, dan gangguan fungsi hati. Pada klien usia lanjut dapat terjadi
“oversedation” sehingga risiko jatuh dan Hip fracture (trauma besar pda sistem
muskulo skleletal). Penggunaan obat anti-insomnia golongan benzodiazepine
dalam jangka panjang yaitu “rage reaction” (perilaku menyerang dan ganas).
6. Anti obsesis kompulsif Efek samping penggunaan obat anti-obsesif kompulsif,
sama seperti obat anti-depresi trisiklik, yaitu efek anti-histaminergik seperti
sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun; efek anti-kolinergik seperti mulut kering, keluhan
lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi
seksual, sinus takikardi; efek anti-adrenergik alfa seperti perubahan gambaran
elektokardiografi, hipotensi ortostatik; efek neurotoksis seperti tremor halus,
kejang epileptic, agitasi, insomnia. Efek samping yang sering dari penggunaan
anti-obsesif kompulsif jenis trisiklik adalah mulut kering dan konstipasi,
sedangkan untuk golonggan SSRI efek samping yang sering adalah nausea dan
sakit kepala. Pada keadaan overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan
gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiprpireksia, konvulsi, “toxic
confusional state”(confusion, delirium, disorientasi).
7. Anti-panik Efek samping penggunaan obat anti-panik golongan trisiklik dapat
berupa efek antihistaminergik seperti sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun; efek anti-
kolinergik seperti mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardi; efek anti-adrenergik alfa seperti perubahan gambaran
elektrokardiografi, hipotensi ortostatic; efek neurotoksis seperti tremor halus,
kejang, agitasi, insomniaPada kondisi overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik
dengan gejala-gejala seperti eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia,
konvulsi, “toxic confusional satate” (confusion, delirium, disorientasi
8.Edukasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga yang menggunakan obat
psikofarmakologi
keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap
paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi pengaruh
pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan
penyembuhan pasien. (Yosep, 2007). Alasan utama pentingnya keluarga dalam
perawatan jiwa adalah:
1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan penderita
2. Keluarga dianggap paling mengetahui kondisi penderita.
3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya cara asuh
yang kurang sesuai bagi penderita.
4. Penderita yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam
masyarakat; khususnya dalam lingkungan keluarga.
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai pemenuhan
kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi penderita.
Daftar Pustaka
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic
Course). Jakarta: EGC
Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses, 6e.
Missouri : Saunders
FIK UI & WHO, 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa (MPKP),
Jakarta: Tidak diterbitkan
Stuat, G.W., Sundeen, S.J., 1998, Keperawatan Jiwa, Buku Saku, Terjemahan Hamid,
A.S., Edisi 3, EGC, Jakarta