Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN

PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP WAJIB


PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam


Melaksanakan Seminar Usulan Penelitian pada Jurusan
Akuntansi

Disusun Oleh:

Titis Septianingsih

NIM: 5211171159

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN


PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP WAJIB
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

USULAN PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Penyajian
Laporan Usulan Penelitian pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Achmad Yani
Disusun Oleh:
Titis Septianingsih
NIM: 5211171159

Cimahi, 20-03-2020
Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Siti Kustinah,SE.,M.Si.,Ak,CA


NID………….
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Nunung Aini Rahmah, S.E., M.Si


NID. 4121 661 72
ii
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur serta


mengucapkan Alhamdulillah berkat Rahmat Allah SWT,
Laporan Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan” ini dapat selesai tepat
waktu.

Dalam melakukan penyusunan laporan ini, tidak sedikit


hambatan yang dihadapi, namun dengan semangat dan
dukungan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan laporan
penelitian ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan kali ini,
disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah menmbantu dalam penyusunan
Laporan Usulan Penelitian ini terutama kepada :

1. Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia-Nya


memberikan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan
Laporan ini.
2. Kedua orang tua yang selama ini telah membantu
dalam bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta
doa demi kelancaraan dalam menyelesaikan penelitian
ini.
iii
3. Ibu Neni Maryani, SE, Msi.,Ak,CA,CPA,CTA, selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu Nunung Aini Rahmah, SE,MSi, selaku Ketua
Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jenderal Achmad Yani.
5. Ibu Siti Kustinah,SE.,M.Si.,Ak,CA. selaku Dosen
Pembimbing.
6. Ibu Anissa Yuniar Larasati, SE.,M.Ak.,Ak.,CA,
selaku Dosen Wali.
7. Seluruh dosen dan staff akademik yang selalu
membantu dalam memberikan fasilitas, ilmu serta
pendidikan yang dapat menunjang penelitian ini.
8. Teman-teman seperjuangan di kelas Akuntansi E 2017
yang sama-sama berjuang dan selalu memberikan
banyak bantuan, semangat, dukungan, serta motivasi
dalam penyusunan laporan ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penyusunan Laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh


karena itu, diharapkan dapat memberikan saran, kritik serta
masukan yang bersifat membangun dari pembaca.

Cimahi, 23-03-2020

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................viii
I. Latar Belakang Penelitian.............................................1
II. Rumusan Masalah...................................................11
III. Maksud dan Tujuan Penelitian...............................11
3.1 Maksud Penelitian.....................................................11
3.2 Tujuan Penelitian.......................................................12
IV. Kegunaan Penelitian................................................12
4.1 Kegunaan Pemecahan Masalah................................12
4.2 Kegunaan Pengembangan Ilmu................................12
V. Kerangka Pemikiran...................................................13
VI. Metode Penelitian....................................................19
6.1 Operasional Variabel.................................................19
6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis...............................27
6.3 Teknik Pengumpulan Data.......................................30
VII. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................33
DAFTAR PUSTAKA..........................................................34
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................39

v
DAFTAR TABEL

Operasional Variabel.............................................................21
Jadwal Waktu Penelitian........................................................33

vi
DAFTAR GAMBAR

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III-2019...............................2


Kerangka Pemikiran..............................................................19

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1............................................................................39

viii
I. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi
barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang
waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi
maka semakin cepat proses pertambahan output wilayah
sehingga prospek perkembangan wilayah semakin baik.
Dengan di ketahuinya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
maka dapat ditentukan sektor prioritas pembangunan. Menurut
Todaro dan Smith (2004) terdapat tiga faktor atau komponen
utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu
akumulasi modal (capital accumulation), pertumbuhan
penduduk (growth in population), dan kemajuan teknologi
(technological progress) (www.wikipedia.org).

Menurut prediksi Sri Mulyani pertumbuhan ekonomi


sepanjang tahun 2019 akan berada di level 5,08 persen. Angka
tersebut jauh dibawah target APBN sebesar 5,3 persen yang
1
2

dikoreksi kembali pada bulan Juli. Hal tersebut karena faktor-


faktor pendorong ekonomi pada semester II/2019 diperkirakan
akan melambat jauh dibanding realisasi yang terjadi pada
semester I/2019. Dari sisi konsumsi, pada semester II/2019
diperkirakan hanya berada dikisaran bawah 5 persen yakni
4,97 persen. Selanjutnya, Sri Mulyani membeberkan strategi
pemerintah untuk menarik lebih banyak investasi ke
Indonesia. Salah satunya melalui pemberian dukungan dalam
bentuk insentif fiskal maupun non fiskal.

Gambar 1.1
3

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III-2019


Sumber: www.bps.go.id

Badan Pusat Statistika (BPS) merilis data pertumbuhan


ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2019 tumbuh di angka
5,02%. Meski masih mampu tumbuh di kisaran 5%, namun
realiasi itu melambat dari pertumbuhan ekonomi di tahun 2018
yang sebesar 5,17%. Menurut Kepala BPS, Suhariyanto
mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2019
sebesar 5,02%, lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya, dan
mendekati ke posisi tahun 2016 yang tumbuh 5,03%. Meski
demikian, untuk bertahan di angka 5% pada situasi global
yang cenderung mengalami penurunan tidaklah mudah. Angka
ini sudah cukup baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia
di tahun 2019.

Menurut Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari Elka


Pangestu mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun ini tidak berbeda jauh dengan di tahun
2019 yakni kisaran 5 persen. Pertumbuhan tersebut tidak lepas
dari pengaruh berbagai kondisi eksternal kemudian dampak
virus corona. Sedangkan Menteri Kordinator Bidang
Perekonomian, Airlangga Hartato, mengatakan bahwa capaian
pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen sudah
cukup positif. Capaian ini menjadi patokan bagi pertumbuhan
4

Negara-negara di ASEAN. Dengan pertumbuhan ekonomi di


kisaran 5 persen Indonesia tidak mengalami gejolak yang
terlalu parah dari ketegangan ekonomi dunia. Sehingga,
kondisi tersebut membuat Indonesia sedikit mendominasi
pertumbuhannya di Negara-negara ASEAN.

Indonesia adalah Negara yang memiliki potensi ekonomi


yang tinggi; potensi yang mulai diperhatikan dunia
internasional. Indonesia - ekonomi terbesar di Asia Tenggara
memiliki sejumlah karakteristik yang menempatkan Negara ini
dalam posisi yang bagus untuk mengalami perkembangan
ekonomi yang pesat. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir
ada dukungan kuat dari pemerintah pusat untuk mengekang
ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas (mentah),
sekaligus meningkatkan peran industri manufaktur dalam
perekonomian. Pembangunan infrastruktur juga merupakan
tujuan utama pemerintah, dan yang perlu menyebabkan efek
multiplier dalam perekonomian (www.indonesia-
invesment.com).

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia,


diperlukan upaya dari pemerintah untuk mengembangkan
keseluruhan aspek yang ada di dalamnya, salah satunya
melalui pembangunan infrastruktur. Dalam melaksanakan
pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang sangat
besar dan partisipasi masyarakat agar pembangunan
5

infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah dapat berjalan


dengan lancar. Untuk itu, pemerintah memiliki beberapa
sumber dana yang cukup besar salah satunya yaitu Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang telah dibuat
oleh pemerintah bersama dengan DPR dan didalamnya
terdapat sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan
salah satunya adalah penerimaan dari sektor pajak.

Ada beberapa pengertian pajak diantaranya, Menurut Prof.


Dr. Rochmat Soemitro, S.H dalam Siti Resmi (2017:1) pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Adapun menurut Dr. N. J. Feldmann dalam Siti Resmi
(2017:1) pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh
dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
6

dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya


kemakmuran rakyat.

Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,


Kemenkeu menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp. 1.577,6
triliun, namun realisasinya penerimaan pajak pada tahun 2019
sebesar RP. 1332,1 triliun atau sekitar 84,4 persen dari yang
ditargetkan. Meskipun tidak mencapai target pada APBN,
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa
penerimaan pajak tahun ini tumbuh positif sebesar 1.4 persen
dibandingkan tahun 2018.Di Indonesia pajak dibagi menjadi 2
(dua), yaitu Pajak Negara (Pajak Pusat), dan Pajak Daerah.

Siti Resmi (2017:8) Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah


pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai pengeluaran Negara, seperti :

1. Pajak Penghasilan (PPh)


2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
4. Bea Materai
5. Pajak Bumi dan Bangunan Perkebunan,
Pertambangan dan Perhutanan
6. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
7

Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh


pemerintah daerah, pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua), yaitu
Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.

1. Jenis Pajak Provinsi


1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan
2. Jenis Pajak Kabupateh/Kota
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir
8. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan
9. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Salah satu peneriman pajak yang memiliki peran


penting dalam sumber penerimaan daerah yaitu Pajak Bumi
dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah
satu jenis pajak pusat yang wewenangnya dilimpahkan kepada
8

daerah. Hal ini diperjelas dengan diberlakukanya Undang –


Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, dimana Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan (PBB P-2) menjadi pajak daerah maka jenis
pajak ini akan diperhitungkan sebagai pendapatan asli daerah
dan meningkatkan kemampuan daerah dalam membiayai
kebutuhan daerahnya sendiri (Zumrotun Nafiah dan
Warno:2018). Menurut Prima Sibarani (2012:314) PBB adalah
pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertamangan, yang dikenakan terhadap bumi dan tubuh
bumi yang ada di bawahnya beserta dengan bangunan yang
diletakkan diatas bumi.

Pajak Bumi dan Bangunan setiap tahunnya memiliki


target penerimaan yang meningkat. Untuk dapat meningkatkan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan diperlukan adanya
peningkatan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak
dan kepedulian masyarakat dibidang perpajakan. Sistem
pemungutan yang dilakukan dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan yaitu menggukana Official Assesment System.

Menurut Siti Resmi (2017:10) Official Assesment


System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri
9

jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan


peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur
perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya
pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada
aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur
perpajakan).

Meskipun Pajak Bumi dan Bangunan dianggap


sebagai sumber dana yang potensial bagi pembiayaan negara,
namun dalam realisasinya pemungutan pajak masih sulit
dilakukan oleh negara. Hal ini disebabkan masih rendahnya
tingkat kepatuhan wajib pajak dan kepercayaan mastyarakat
kepada administrasi pengelolaan pajak (Siti Salmah:2018).

Tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih


rendah apabila dilihat dari celah target penerimaan dan
realisasi pajak. Kesuksesan dalam penyelenggaraan
perpajakan memerlukan kepatuhan wajib pajak yang tinggi.
Kepatuhan pajak menjadi pokok terpenting, baik bagi Negara
maju maupun Negara berkembang. Karena apabila wajib pajak
tidak patuh, maka secara tidak langsung akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan tindakan penghindara,
pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak. Dampak dari
10

tindakan-tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan


pajak berkurang (www.klikpajak.id).

Dilansir dari DDTC Indonesia, Menurut Kepala Badan


Keuangan Daerah (BKD) Kota Batu Eddy Murtono
mengatakan bahwa Kecamatan Batu memiliki tingkat
ketidakpatuhan yang tinggi dalam melakukan pembayaran
pajak pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
(PBB-2). Dari 92.665 wajib pajak yang tersebar di tiga
kecamatan pada Kota Batu, terdapat 34.657 WP yang belum
membayar PBB-P2. Secara lebih rinci, jumlah WP yang belum
membayar pada Kecamatan Batu sebanyak 13.444 WP dari
total 36.517 WP. Menurutnya tingginya tingkat
ketidakpatuhan ini disinyalir karena WP terlalu sibu dengan
aktivitas atau pekerjaannya (www.ddtc.co.id).

Faktor-faktor yang meningkatkan kepatuhan wajib


pajak diantaranya adalah kesadaran wajib pajak. Kesadaran
wajib pajak akan meningkat apabila wajib mempunyai
persepsi yang baik terhadap pajak itu sendiri. Tingkat
kesadaran wajib pajak dapat dicerminkan dari bagaimana
kesungguhan dan keinginan wajib pajak dalam mentaati
ketentuan perpajakan yang berlaku (Arif Rahman:2018).

Faktor lain yang menjadi pengaruh kepatuhan wajib


pajak adalah pengetahuan terhadap perpajakan itu sendiri.
11

Apabila wajib pajak dapat menerapkan pengetahuan yang


mereka miliki terhadap pajak dengan benar dan tepat waktu
maka pemenuhan kepatuhan perpajakan akan semakin baik
pula. Pengetahuan perpajakan membuat wajib pajak harus
lebih aktif untuk membantu Negara dalam meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan warga Negara melalui
membayar pajak (Siti Salmah:2018).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka


penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul
“PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN
PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN”.

II. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana kesadaran wajib pajak berpengaruh


terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan?
2. Bagaimana pengetahuan perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan?
12

III. Maksud dan Tujuan Penelitian


3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
empirik dan mencari kenebaran mengenai kesadaran wajib
pajak dan pengetahuan perpajakan dalam mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan.

3.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuannya dilakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesadaran


wajib pajak terhadap kepatuhan pajak bumi dan
bangunan
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak bumi dan bangunan

IV. Kegunaan Penelitian


4.1 Kegunaan Pemecahan Masalah
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memecahkan
masalah yaitu belum optimalnya kepatuhan wajib pajak bumi
dan bangunan yang dibuktikan dengan masih adanya
kesadaran wajib pajak yang rendah serta kurangnya
pengetahuan perpajakan.
13

4.2 Kegunaan Pengembangan Ilmu


Pengetahuan merupakan hasil dari keingintahuan
manusia yang didapat melalui penggunaan pancaindera dan
rasa. Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dan berlaku umum. Dengan demikian ilmu
pengetahuan adalah kumpulan dari pengetahuan yang disusun
secara sistematis dan teruji kebenarannya sesuai empiris serta
dapat diterima secara umum. Pada penelitian ini pengetahuan
adalah konsep yang diperoleh berdasarkan pada teori yang
akan digambarkan dalam bentuk hipotesis. Pengembangan
ilmu pada penelitian ini adalah dalam bentuk pengujian
terhadap hipotesis berupa pengaruh kesadaran wajib pajak dan
pengetahuan perpajakan terhadap wajib pajak bumi dan
bangunan, sehingga berdasarkan pengujian hipotesis tersebut
dapat diverifikasi bahwa teori yang diteliti dapat digeneralisir
untuk populasi yang diteliti.

V. Kerangka Pemikiran
Menurut Arif Rahman (2018) Salah satu sumber
pembiayaan pembangunan suatu Negara yaitu berasal dari
pajak. Pajak di Indonesia, merupakan bagian dari sumber
penerimaan Negara yang paling dianggap potensial, oleh
karena itu pajak digunakan sebagai salah satu sumber
pembiayaan Negara.
14

Adapun pengertian pajak menurut Suandy (2005) dalam


Imam Oktafiyanto dan Dewi Kusuma Wardani (2015) Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Zumrotun Nafiah dan Warno (2018) Pajak Bumi


dan Bangunan merupakan salah satu jenis pajak pusat yang
wewenangnya dilimpahkan kepada daerah. Hal ini diperjelas
dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2)
menjadi pajak daerah maka jenis pajak ini akan
diperhitungkan sebagai pendapatan asli daerah dan
meningkatkan kemampuan daerah dalam membiayai
kebutuhan daerahnya sendiri.

Menurut Prima Sibarani (2012:315) PBB adalah pajak


atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha pekebunan, perhutanan,
dan pertambangan, yang dikenakan terhadap bumi dan tubuh
bumi yang ada dibawahnya beserta dengan bangunan yang
dilekatkan diatas bumi.
15

Pengertian kesadaran wajib pajak menurut Tarjo dan


Sawarjuwono (2005:126) dalam I Gede Prayuda Budhiartama
dan I Ketut Jati (2016), kesadaran perpajakan adalah kerelaan
memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberkan kontribusi
dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara
membayar kewajiban pajaknya. Kesadaran perpajakan
berkonsekuensi logis untuk wajib pajak, yaitu kerelaan wajib
pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi
perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara
tepat waktu.

Menurut Sapriadi (2013), Puspita (2014) dalam Helen


Stephanie Gusar (2015) menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya maka akan semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh


Mochammad Rizza Faizin, Kertahadi, Ika Ruhana (2016)
melakukan penelitian mengenai Pengaruh Sosialisasi,
Pemahaman, Dan Kesadaran Prosedur Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Orang
Pribadi Pajak Bumi Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Di
Desa Mojoranu Kabupaten Bojonegoro). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel kesadaran secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
16

Zumrotun Nafiah dan Warno (2018) melakukan


penelitian mengenai Pengaruh Sanksi Pajak, Kesadaran Wajib
Pajak, Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan
(Study Kasus Pada Kecamatan Candisari Kota Semarang
Tahun 2016), hasilnya menunjukkan bahwa kesadaran wajib
pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan
Candisari Kota Semarang tahun 2016.

Arif Rahman (2018) melakukan penelitian mengenai


Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan, Dan
Pendapatan Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi Dan
Bangunan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran
wajib pajak berepengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Wajib pajak yang memiliki kesadaran tinggi sadar
bahwa dengan membayar pajak akan meningkatkan
kemakmuran masyarakat seperti peningkatan fasilitas
pembangunan dan jalan raya sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan dalam membayar pajak.

Menurut Utomo (2011) dalam Nurulita Rahayu (2017)


Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan seorang wajib
pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal
tarif pajak berdasarkan undang-undang yang akan mereka
bayar maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi
17

kehidupan mereka. Penguasaan terhadap peraturan perpajakan


bagi wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan kewajiban
perpajakan. Wajib pajak akan berusaha menjalankan
kewajibannya agar terhindar dari sanksi-sanksi yang berlaku
dalam peraturan perpajakan.

Menurut I Gede Prayuda Budhiartama dan I Ketut Jati


(2016) seseorang yang berpendidikan pajak akan mempunyai
pengetahuan tentang perpajakan, baik itu soal tarif pajak yang
akan mereka bayaar, maupun manfaat pajak yang akan
berguna bagi kehidupan mereka. Dengan adanya pengetahuan
perpajakan tersebut akan membantu kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak sehingga tingkat kepatuhan akan
meningkat.

Berdasarkan penelitian Nurulita Rahayu (2017)


mengenai pengaruh pengetahuan perpajakan, ketegasan sanksi
pajak, dan tax amnesty terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis dari 85
responden di Kabupaten Bantul digunakan sebagai sampel
dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
positif pada pengetahuan perpajakan. Ini berarti bahwa
semakin tinggi pengetahuan perpajakan akan semakin tinggi
pula keinginan wajib pajak untuk menyampaikan surat
pemberitahuan tepat waktu, sehingga akan meningkatkan
kepatuhan wajib pajak.
18

Novi Herlyastuti (2018) melakukan penelitian


mengenai Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan
Perpajakan Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di
Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan perpajakan memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi
dan Bangunan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin
baik pengetahuan tentang perpajakan yang dimiliki oleh Wajib
Pajak maka akan mendorong Wajib Pajak untuk mematuhi
seluruh Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
berlaku.

Siti Salmah (2018) melakukan penelitian mengenai


Pengaruh Pengetahuan Dan Kesadaran Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Bumi Dan Bangunan (PBB), Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengetahuan perpajakan wajib pajak berpengaruh
positif signifikan terhadap kepatuhan dalam membayar pajak
bumi dan bangunan di Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Artinya apabila wajib pajak dapat menerapkan pengetahuan
yang mereka miliki terhadap pajak dengan benar dan tepat
waktu maka pemenuhan kepatuhan perpajakan akan semakin
baik pula.
19

Berdasarkan uraian di atas, maka secara skema kerangka


pemikiran dapat digambarkan seperti pada gambar berikut :

Kesadaran Wajib
Pajak (X1)
Kepatuhan Wajib
Pajak (Y)
Pengetahuan
Perpajakan (X2)

Gambar 1.2
Kerangka Pemikiran

VI. Metode Penelitian


6.1 Operasional Variabel
Dalam Penelitian ini terdiri dari variable-variabel, baik

variable independen atau bebas atau eksogen maupun variable

dependen atau terikat atau endogen, variable-variabel yang ada

pada penelitian ini pada dasarnya bersumber dari teori dan


20

konsep. Menurut Sugiyono (2011:63) variable penelitian pada

dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya.

Operasional Variabel

1. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak menurut Siti Kurnia Rahayu


(2017:191) merupakan kondisi dimana wajib pajak mengerti
dan memahami arti, fungsi, maupun tujuan pembayaraan pajak
kepada Negara. Untuk selanjutnya Kesadaran Wajib Pajak
dioperasionalisasikan dalam bentuk variabel (X1).

2. Pengetahuan Perpajakan

Perpajakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI) dalam Helen Stephanie Gusar (2015) adalah sesuatu
yang diketahui berkaitan dengan hal pembelajaran
(kbbi.web.id). Dengan adanya pemahaman yang benar
mengenai pajak, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan
wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban sebagai warga
negara dengan membayar pajak tepat waktu. Untuk
21

selanjutnya Pengetahuan Perpajakan dioperasionalisasikan


dalam bentuk variabel (X2).

3. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak menurut Kamus Umum


Bahasa Indonesia (1995:1013) dalam Siti Kurnia Rahayu
(2010:138), istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada
ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kita dapat memberi
pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan,
tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan.
Jadi wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan
memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk
selanjutnya konsep Kepatuhan Wajib Pajak
dioperasonalisasikan dalam bentuk variabel (Y).

Sebagai penjabaran lebih lanjut dari operasionalisasi


variabel, dalam Tabel 1.1 disajikan pengukuran variabel yang
diobservasi yang terdiri dari unsur variabel, konsep variabel,
indicator dan skala pengukuran. Seluruh indicator tersebut
diukur pada tingkat skala ordinal.

Tabel 1.1

Operasional Variabel
Variable Konsep Indikator Ukuran Skala No
22

Ite
m
Kesadaran Kesadaran Wajib pajak tingkat Ordina 1
Wajib wajib pajak sadar akan kewajiban l
Pajak (X1) merupakan kewajibannya membayar
kondisi membayar pajak
dimana pajak
wajib pajak
mengerti dan (Suyanto,
memahami Purwanti,
arti, fungsi, 2015)
Kesadaran Tingkat 2
maupun
wajib pajak kesadaran
tujuan
pada tujuan terhadap
pembayaraan
pemungutan tujuan
pajak kepada
pajak wajib pajak
Negara.
(Siti Kurnia
(I Gede
Rahayu
Prayuda
2017:191)
Budhiartama, I
Ketut Jati,
2016)

Sadar bahwa Tingkat 3


pajak adalah kesadaran
23

sumber dana wajib pajak


terbesar bagi
Negara

(Nur Kamila
Sari, 2017)
Kesadaran Tingkat 4
wajib pajak partisipasi
bahwa wajib pajak
melakukan
kepatuhan
pajak berarti
berpartisipasi
dalam
penyelenggara
an Negara

(Nur Kamila
Sari, 2017)
Pengetahua Pengetahuan Pengetahuan Tingkat Ordina 1
n adalah mengenai batas pengetahua l
Perpajakan sesuatu yang waktu n batas
(X2) diketahui pembayaran waktu
berkaitan pembayara
dengan hal (Nunung n
24

pembelajara Manis
n Setiyani, Rita
(kbbi.web.id Andini, Abrar
). Dengan Oemar, 2018)
Pengetahuan Tingkat 2
adanya
mengenai pengetahua
pemahaman
ketentuan n ketentuan
yang benar
umum umum
mengenai
pajak,
(Nunung
diharapkan
Manis
dapat
Setiyani, Rita
meningkatka
Andini, Abrar
n kepatuhan
Oemar, 2018)
wajib
Pengetahuan Tingkat 3
pajakuntuk
mengenai tata pegetahuan
melaksanaka
cara tata cara
n kewajiban
perpajakan perpajakan
sebagai
warga negara
(Nunung
dengan
Manis
membayar
Setiyani, Rita
pajak tepat
Andini, Abrar
waktu.
Oemar, 2018)
(Helen Pengetahuan Tingkat 4
25

Stephanie mengenai pegetahuan


Gusar, 2015) sistem tata cara
perpajakan perpajakan

(Nunung
Manis
Setiyani, Rita
Andini, Abrar
Oemar, 2018)
Pengetahuan Tingkat 5
wajib pajak pengetahua
pada fungsi n wajib
pajak pajak
terhadap
fungsi
pajak
Kepatuhan Menurut Kepatuhan Tingkat Ordina 1
Wajib Kamus wajib pajak kepatuhan l
Pajak (Y) Umum dalam WP
Bahasa mendaftarkan
Indonesia diri
(1995:1013),
istilah (Siti Kurnia
kepatuhan Rahayu
berarti 210:139)
26

tunduk atau Kepatuhan Tingkat 2


patuh pada untuk kepatuhan
ajaran atau menyetorkan dalam
aturan. kembali SPT menyetorka
Dalam n SPT
perpajakan (Siti Kurnia
kita dapat Rahayu
memberi 210:139)
pengertian
Kepatuhan Tingkat 3
bahwa
dalam kepatuhan
kepatuhan
pembayaran pembayara
perpajakan
pajak terutang n pajak
merupakan
ketaatan,
(Siti Kurnia
tunduk dan
Rahayu
patuh serta
210:139)
melaksanaka
Kepatuhan Tingkat 4
n ketentuan
dalam kepatuhan
perpajakan.
pembayaran pembayara
Jadi wajib
tunggakan n
pajak yang
tunggakan
patuh adalah
(Siti Kurnia
wajib pajak
Rahayu
yang taat dan
210:139)
27

memenuhi
serta
melaksanaka
n kewajiban
perpajakan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
(Siti
KurniaRahay
u 2010:138)
Sumber : diolah dari berbagai sumber

6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis


Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Kesadaran Wajib Pajak memiliki pengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
H2 : Pengetahuan Perpajakan memiliki pengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis Struktur I
28

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan


menggunakan dua cara yaitu : pengujian secara bersama-sama
(simultan) dan pengujian secara individu (parsial).
Pengujian Secara Bersama-sama (Simultan)
Langkah-langkah pengujian hipotesis secara bersama-sama
sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik :


Ho : ß1 = ß2 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh baik X 1 maupun X2


secara simultan terhadap Y

Hi : ada satu ßi ¿ 0, dimana i = 1,2

Artinya terdapat pengaruh atau minimal terdapat satu


koefisien regresi yang berpengaruh secara simultan
terhadap Y.

b. Melakukan Pengujian Statistik :


Alat uji statistik yang digunakan untuk pengujian
secara bersama-sama yaitu Uji – F. Besarnya nilai F
dihitung dengan rumus yaitu :

2
( n− k−1 ) R
F=
k ( 1− R2 )
29

Dimana:

R2 = Koefisien Determinasi

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah sampel

c. Menentukan Kriteria Pengujian :


Jika Fhitung ≤ Ftabel : Ho tidak ditolak H1 ditolak.

Jika Fhitung > Ftabel : H1 tidak ditolak H0 ditolak.

Ftabel (Fa : ) diperoleh dari tabel distribusi F-


k (n-k-i)

Snedecor pada taraf kesalahan α dan derajat bebas V1 = k ; V2


= n-k-1

Pengujian Secara Individual (Parsial)

Langkah-langkah pengujian hipotesis secara parsial


sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis statistik :


Jika hasil pengujian secara bersama-sama menolak
Ho, berarti ß1 > 0. Agar dapat diketahui ß1 yang secara
benar mempengaruhi variabel endogenus maka perlu
dilakukan pengujian secara parsial dengan hipotesis
sebagai berikut :
30

Ho : ß1 = 0, artinya variabel Xi tidak berpengaruh


signifikan terhadap Y

Ha : ß1 > 0, artinya variabel Xi berpengaruh signifikan


terhadap Y

2. Melakukan pengujian statistik :


Alat uji statistik yang digunakan untuk pengujian
secara parsial yaitu Uji-t. Besarnya t hitung, dapat
dihitung dengan rumus, yaitu :

βi
t hitung=
Se( βi)

Dimana:

βi = parameter/koefisien ke-i

Se βi = Standard error parameter/koefisien ke-i

i = 1,2,3

3. Menentukan Kriteria Pengujian :


Jika thitung ≤ ttabel : Ho tidak ditolak H1 ditolak.

Jika thitung > ttabel : H1 tidak ditolak H0 ditolak.


31

ttabel ta : k (n-k-i) diperoleh dari tabel distribusi t-Student


pada taraf kesalahan α untuk satu pihak dan derajat
bebas V = n – k – 1

6.3 Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas


data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan
kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian
berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen,
sedangkan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data.

Teknik penelitian data dalam penelitian ini sumbernya


berasal dari data primer. Sugiyono (2011:187) sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Adapun teknik dalam pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Telaah Kepustakaan

Yaitu mempelajari literatur-literatur, majalah-majalah,


surat kabar, dan sumber-sumber lain serta penerbitan yang
relevan dengan masalah yang dibahas melalui studi
kepustakaan.

2. Kuesioner
32

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang


dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2011:192).

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini


adalah teknik kuesioner oleh secara personal dimana kuesioner
disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para
responden yang berada di wilayah Kota Cimahi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


data kualitatif. Menurut Sugiyono (2011:6) menyatakan
bahwa :
”Data kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak
menekankan pada angka. Data kualitatif ini diperoleh melalui
penyebaran kuisioner yang kemudian diubah menjadi data
kuantitatif, diangkakan berupa skoring untuk masing-masing
pernyataan”.

Skala yang digunakan untuk pembobotan item


kuesioner adalah dengan menggunakan skala likert. Menurut
Sugiyono (2011:136) :
”Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel
33

yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.


Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen
yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-
kata antara lain: Selalu, Jarang dan Tidak pernah”.

Tabel 1.2
Scoring Jawaban Responden
Kriteria Nilai/Skor
Selalu/Setuju/Tinggi 3
Kadang- 2
kadang/Kurang
Setuju/Sedang
Tidak Pernah/Tidak 1
Setuju/Rendah

Sumber: Sugiyono,2011.

Dalam penelitian ini, Setiap responden diminta untuk memilih


salah satu jawaban dalam kuesioner yang sesuai dengan
34

persepsinya diantara alternatif jawaban yang telah disediakan.


Penyusun memberikan skor dari setiap jawaban responden
berturut-turut diberi nilai 3, 2, 1 jika item pertanyaan
berindikasi positif, dan sebaliknya setiap jawaban responden
berturut-turut diberi nilai 1, 2, 3, jika item pertanyaan
berindikasi negatif

VII. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Cimahi mulai bulan
Februari 2020 sampai dengan bulan Mei 2020.

Tabel 1.3

Jadwal Waktu Penelitian


No Pebruari Maret April Mei

1 Survai Pendahuluan

2 Perancangan Penulisan

3 Penulisan dan Bimbingan


Penelitian

4 Penyebaran Kuesioner

5 Penarikan Kuesioner

6 Pengolahan Data

7 Penulisan Penelitian dan


Bimbingan
35

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (t.thn.). Ekonomi Indonesia. Dipetik Maret 18, 2020,


dari Indonesia Investments: https://www.indonesia-
investments.com/id/budaya/ekonomi/item177?

Badan Pusat Statistik. (2019, November 5). Pertumbuhan


Ekonomi Indonesia Triwulan III-2019. Retrieved Maret 20,
2020, from bps.go.id: www.bps.go.id

DDTCNews, R. (2019, Agustus 6). Ribuan Wajib Pajak


Belum Bayar PBB-P2. Dipetik Maret 7, 2020, dari ddtc.co.id:
https://news.ddtc.co.id/ribuan-wajib-pajak-belum-bayar-pbb-
p2-16656

Dr. Widi Widodo, d. (2010). Moralitas, Budaya dan


Kepatuhan Pajak . Bandung: Penerbit Alfabeta.

Gusar, H. S. (2015). Pengaruh Sosialisasi Pemerintah,


Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak, Kesadaran Wajib
Pajak, Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan
(Kecamatan Bengkong). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Riau, 2(2), 1-15.
36

Herlyastuti, N. (2018). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,


Pengetahuan Perpajakan Dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan di Kota Malang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Feb,
7(1), 1-17.

I Gede Prayuda Budhiartama, I. K. (2016). Pengaruh Sikap,


Kesadaran Wajib Pajak Dan Pengetahuan Perpajakan Pada
Kepatuhan Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 15(2), 1510-1535.

Irene. (2020, Februari 10). Fakta-Fakta Pertumbuhan


Ekonomi Indonesia Tahun 2019. Dipetik Maret 20, 2020, dari
Okezone.com:
https://economy.okezone.com/read/2020/02/09/20/2165794/fa
kta-fakta-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-tahun-2019

Liputan6.com. (2019, Agustus 29). Sri Mulyani: Pertumbuhan


Ekonomi Indonesia 2019 Hanya 5,08 Persen. Dipetik Maret
19, 2020, dari Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4050253/sri-mulyani-
pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2019-hanya-508-persen

-------------. (2020, Februari 5). Direktur Pelaksana Bank


Dunia Ramal Ekonomi Indonesia Bakal Tumbuh 5 Persen.
Dipetik Maret 20, 2020, dari Liputa6.com:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4172032/direktur-
37

pelaksana-bank-dunia-ramal-ekonomi-indonesia-bakal-
tumbuh-5-persen

-------------. (2020, Januari 28). Menko Airlangga:


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi Patokan di ASEAN.
Dipetik Maret 20, 2020, dari Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4165542/menko-
airlangga-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-jadi-patokan-di-
asean#

Merrick, J. (2020, Januari). Tantangan dan Resolusi Pajak


2020 DJP. Dipetik Maret 20, 2020, dari Pajakku.com:
https://www.pajakku.com/read/5e159500387af773a9e013cd/T
antangan-dan-Resolusi-Pajak-2020-DJP

Nunung Manis Setiyani, R. A. (2018). Pengaruh Motivasi


Wajib Pajak Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Kesadaran
Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening (Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Di Kota Semarang). Journal Of
Accounting, 4(4), 1-18.

Oktafiyanto, I. a. (2015). Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak,


Kesadaran Wajib Pajak, dan Pelayanan Fiskus terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. Jurnal
Akuntansi, 3(1), 41-52.
38

Rahayu, N. (2017). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan,


Ketegasan Sanksi Pajak, Dan Tax Amnesty Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Akuntansi Dewantara, 1(1), 15-30.

Rahayu, S. K. (2010). Perpajakan Indonesia Konsep dan


Aspek Formal . Yogyakarta: Graha Ilmu.

----------. (2017). Perpajakan (Konsep dan Aspek Formal).


Bandung: Penerbit Rekayasa Sains.

Rahman, A. (2018). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat


Pendidikan, Dan Pendapatan Terhadap Kepatuhan Membayar
Pajak Bumi Dan Bangunan. Jurnal Akuntansi, 6(1), 1-20.

Resmi, S. (2017). Perpajakan: Teori & Kasus Edisi 10 Buku


1. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Ruhana, M. R. (2016). Pengaruh Sosialisasi, Pemahaman, Dan


Kesadaran Prosedur Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Bumi
Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Di Desa Mojoranu
Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Mahasiswa Perpajakan , 9(1),
1-9.

Salmah, S. (2018). Pengaruh Pengetahuan Dan Kesadaran


Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB). INVENTORY:
JURNAL AKUNTANSI, 2(1), 151-187.
39

Sari, N. K. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sikap


Wajib Pajak, Pemahaman Pajak, dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Pada Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di Kabupaten Bintan. Skripsi (Tanjungpinang :
Universitas Maritim Raja Ali Haji), 1-27.

Sibarani, P. (2012). Penuntun Praktis dan Terkini dalam


Memahami Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: CV. Andi
Offset (Penerbit Andi).

Suyanto, P. (2015). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sikap


Wajib Pajak Atas Pelaksanaan Sanksi Denda Dan Kualitas
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan (Studi Kasus Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di
Kabupaten Bantul). Akmenika: Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, 13(1), 743-758.

Wikipedia. (2019, November 7). Pertumbuhan Ekonomi.


Dipetik Maret 19, 2020, dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi

Zumrotun Nafiah, W. (2018). Pengaruh Sanksi Pajak,


Kesadaran Wajib Pajak, dan Kualitas Pelayanan Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Bumi dan Bangunan (Study Kasus Pada Kecamatan Candisari
Kota Semarang Tahun 2016). Jurnal STIE Semarang, 10(1),
86-105.
40

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1
Cimahi, 19 April 2020

Kepada Yth.

Bapak/ Ibu/ Saudara/ i Responden Wajib Pajak

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya Titis Septianingsih, mahasiswa jurusan Akuntansi


Universitas Jenderal Achmad Yani, saat ini sedang
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi
dan Bangunan”. Berkaitan dengan hal tersebut, saya
memohon dengan kerendahana hati kepada Bapak/Ibu
untuk dapat menerima serta mengisi kuesioner berkenaan
dengan penelitian yang sedang saya lakukan. Bantuan
41

Bapak/Ibu sangat berarti demi terselesaikannya penelitian


ini.

Atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi


kuesioner ini, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat saya,

Titis Septianingsih
42

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah dengan teliti terlebih dahulu sebelum


memberikan jawaban
2. Mengisi semua pernyataan dibawah ini dengan
memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang
tersedia
3. Satu jawaban untuk satu pernyataan

Identitas Responden

Sebelum mengisi pernyataan dalam kuesioner ini, mohon


Bapak/Ibu mengisi identitas diri terlebih dahulu

1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia Anda saat ini :
4. Pendidikan Terakhir :

Daftar Pernyataan

Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X1)

S : Setuju N : Netral TS : Tidak Setuju

No Pernyataan S N TS
1. Membayar pajak merupakan
kewajiban sebagai warga Negara
43

yang baik
2 Membayar pajak sifatnya
memaksa dan sudah diatur
dalam Undang-Undang
3. Umumnya pemungutan pajak
hasilnya akan kembali kepada
masyarakat
4 Pajak merupakan penerimaan
terbesar bagi Negara
5 Membayar pajak berarti ikut
berpartisipasi dalam
penyelenggaraan Negara

Variabel Pengetahuan Perpajakan (X2)

S : Setuju N : Netral TS : Tidak Setuju

No Pernyataan S N TS
1 Tanggal jatuh tempo
pembayaran PBB adalah 6 bulan
sejak diterimanya Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT)
2 Ketentuan umum perpajakan
sudah di atur dalam Undang-
44

Undang Perpajakan yang


berlaku
3 Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan dapat dilakukan
secara Offline dan Online
4 Dasar pengenaan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) adalah
berupa tanah, bangunan dan
rumah
5 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) adalah 0,5%
6 Pajak Bumi dan Bangunan
umumnya digunakan untuk
pembangunan daerah
7 Dengan membayar pajak, maka
dapat menikmati sarana dan
prasarana sebagai kebutuhan
umum

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

S : Setuju N : Netral TS : Tidak Setuju

No Pernyataan S N TS
1 Untuk mendaftarkan diri sebagai
45

wajib pajak dapat dilakukan


dengan mendatangi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP)
2 Mendaftarkan diri sebagai wajib
pajak merupakan kewajiban
sebagai warga Negara yang baik
3 Setelah menerima SPPT Pajak
Bumi dan Bangunan, harus
segera di bayar sebelum batas
akhir pembayaran
4 Wajib pajak dalam membayar
pajak sebaiknya tepat waktu
5 Umumnya dalam membayar
pajak harus sesuai dengan
jumlah yang tertera di SPPT
Pajak Bumi dan Bangunan
6 Tunggakan pajak hanya akan
menambah beban pajak karena
adanya bunga tunggakan yang
harus dibayarkan

Anda mungkin juga menyukai